Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HAKEKAT PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. H. Septuri, M.Ag.

Disusun oleh:

Melia Nur Elinda (1911030124)

Yusriani hasanah (1911030235)

Kelas :D
Semester : 3 ( Tiga)
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohman Nirrohin

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha


Penyayang, dengan rahmat serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
makalah kelompok dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentu nya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehatnya, baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul HAKEKAT PENDIDIKAN
sebagai tugas dari mata kuliahFilsafat Pendidikan IslamPenulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan didalam makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini baik secara
penulisannya, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Hanya itu yang dapat penulis sampaikan, kurang lebihnya penulis mohon
maaf dan kepada Allah mohon ampun. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.Terimakasih.

Bandar Lampung, 20 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Pendidikan ........................................................................... 3
B. Tujuan Pendidikan Islam.................................................................... 6
C. Pendidik Dan Peserta Didik ............................................................. 10
D. Metode – Metode Pembelajaran....................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka
mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang
mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah. Manusia sebagai mahluk
yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan suatu
bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain
dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu
pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan merupakan suatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab
tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan perbuatan menjadi
tanpa arah bahkan salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian
juga dengan pendidikan Islam yang berusaha untuk membentuk pribadi
manusia melalui proses yang panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang
jelas dan direncanakan.
Berdasarkan masalah tersebut diatas telah ditemukan kasus-kasus seperti
korupsi, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain
sebagainya yang dilakukan oleh seseorang yang telah mengenyam sebuah
pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi sebagai kurangnya
pemahaman tentang hakikat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi orang
tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakekat Pendidikkan?
2. Apa Tujuan Pendidikan Islam?
3. Apa Itu Pendidik Dan Peserta Didik?
4. Bagaimana Metode – Metode Pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Hakekat Pendidikan.

1
2. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui Pendidik Dan Peserta Didik.
4. Untuk Mengetahui Metode – Metode Pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat pendidikan
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value, transfer of
culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk
memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk
mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut pandangan paula freire, pendidikan adalah prosses pengaderan
dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah
kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran islam hakikat
pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia fitrah)
dengan bimbingan al-qur'an dan as-sunnah (hadits) sehingga menjadi manusia
berakhlakul karimah (insan kamil).1
H.M Chabib Thoha mengemukakakn bahwa hakekat pendidikan islam
adalah proses pemeliharaan dan penguatan sifat potendi insani untuk
menumbuhkan kesadaran dalamm menemukan kebenaran. Penidikan islam
pada hakekatnya tidak bertujuan untuk meleburkan sifat dan potensi insani ke
dalam sifat dan potensi malakiyah, karena ternyata praduga pada misi
kekhalifahan manusia dimuka bumi, yang akan menimbulkan penguasaan
manusia tas manusia sehingga akhirnya menimbulkan pertumpahan darah dan
perusakan diatas dunia ini, mendapatka reaksi negative dari allah SWT. Misi
kekhalifahan manusia dimuka bumi salah satunya diaplikasikan dalam bentuk
pendidikan sebagai wujud konsekuesi dari tanggung jawab intelektual adam
yang telah dididik oleh allah SWT untuk menegakkan kebenaran. Pengakuan
malaikat atas kebenaran ilmiah itu merupakan sikap ibadah (sujud), dan

1
Prof. Dr. H. Sukiyat, S.H, M.Si., STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER, Surabaya: CV, Jakad Media Publishing, 2020, hal.37

3
pengingkaran iblis atas kebenaran ilmiah itu merupakan sikap arogansi dan
kekufuran.
Hakekat pendidikan islam, menurut Amrullah Ahmad, dirumuskan dari
ajaran tauhid yang menjadi unsur penting dan dominan dalam agama islam
dan agama-agama langit (dinus samawi) lainnya.ia mengatakan bahwa proses
pendidikan islam diselenggarakan sebagaimana luqman mendidik putra-
putrinya.2Pertama, luqman menyampaikan tauhid dan larangan syirik kepada
putra-putrinya. Kedua, ia mengajarkan ilmu pengetahuan islami (hikmah) dan
batasan potensi manusia untuk mengetahui sesuatu. Ketiga, ia mengajarkan
sholat untuk menumbuhkan amal sholeh. Keempat, ia mendidik putra-putrinya
akhlaqul karimah, baik kepada diri sendiri, sesama manusia, alam dan
terutama kepada allah SWT. Kelima, ia mendidik untuk melakukan amar
ma'ruf nahi munkar.
Keseluruhan aktifitas pendidikan telah terangkum dalam kisah dalam kisah
luqman seperti yang dikemukakan diatas, yaitu terdiri dari penyadaran potensi
fitriddien, menumbuhkan, mengelola dan menuhbuhkan wawasan (fitrah),
akhlak dan sikap islami, menggerakkan dan menyadarkan manusia untuk
beramal sholeh, berdakwah (berjuang) memenuhi tugas kekhalifahan dalam
rangka beribadah kepada allah SWT. 3
Dalam rumusan yang cukup simple dan mencakup, Muhaimin dan Abdul
Mujib mengemukakan bahwa hakekat pendidikan islam itu adalah proses
transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak
melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.4

2
Q.S. Luqman 1-4
3
A. syafi'I Ma'arif, dkk.,Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta,
Yogyakarta: Tiara Wacana,1991,hlm. 57
4
Muhaimin-Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Fisolofis dan Kerangka
Dasar Operasional, Bandung: Tri Genda Karya, 1993, hal.136.

4
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-
nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakika pendidikan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewiawaan
pendidik;
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup; pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.5
Ki Hajaar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup dan menghidukan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa "pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian taman siswa
tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita
didik selaras dengan dunianya".
Baliau lebih lanjut menjelaskan bahwa pendidikan harus mengutamakan
aspek-aspek berikut:
1. Segala alat, usaha dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya
keadaan.
2. Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang
oleh karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat peri
kehidupan sendiri-sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya
semua usaha dan daya upaya untuk mencapai hidup tertib damai.

5
Opcit, STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER, hal.37

5
3. Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha
dan daya upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh
zaman dan tempat, oleh karena itu tiak tetap senantiasa berubah.
4. Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita
mempelajari zaman yang telah lalu.
5. Pengaruh baru diperoleh karena bercampur gaulnya bangsa yang satu
dengan yang lain, percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi
disebabkan adanya hubungan modern. Haruslah waspada dalam memeilih
mana yang baikk untuk menambah ke muliaan hidup kita dan mana yang
akan merugikan. Itulah diantara pikiran-pikiran beliau yang sangat sarat
dengan nilai.
B. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dilihat dari cakupan atau ruang lingkupnya, tujuan pendidikan dapat
dibagi dalam tujuh tahapan.
1. Tujuan Pendidikan Secara Universal
Tujuan pendidikan islam yang bersifat universal ini dirumuskan dari
berbagai pendapat para pakar pendidikan, seperti alattas, athiyah, al-
abrasy. Munir mursi, ahmad D. marimba, Muhammad Fadhil al-jamali,
mukhtar yahya, dan Muhammad quthb.
Al-attas, misalnya menghendaki tujuan pendidikan islam yaitu
manusia yang baik,6 sedangkan atthiyah al-abrasyi menghendaki tujuan
akhir pendidikan islam yaitu manusia yang berakhlak mulia.7Munir mursi
menghendaki tujuan akhir pendidikan yaitu manusia sempurna.8 Ahmad

6
Syed Muhammad al-naquib al-attas, aim and Objecktives of Islamic Education, Jeddah:
King Abdul Aziz Univercit, 1979, hal.1
7
Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasa-dasar pokok Pendidikan Islam, (terj). Bustami A.
Gani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang,1974, hal.15
8
Muhammad Munir Mursi, al-tarbiyah al-islamiyah usuluha wa Tatawwuruhafi bilad al-
arabiyah, Qahirah ; Alam al-Kutub, 1977, hal. 18.

6
D. Marimba berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam adaalah
terbentuknyaorang yang berkepribadian muslim.9
Muhammad fadhl al-jamali merumuskan tujuan pendidikan islam
dengan empat jenis, yaitu:
a. Mengenalkan manusia akan perannya diantara sesame makhluk dan
tanggung jawabnya dalam hidup ini;
b. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya
dalam tata hidup bermasyarakat;
c. Mengenalkan manusia akan alam dan mengajak mereka untuk
mengetahui hikmah diciptakannya serta memberi kemungkinankepada
mereka untuk mengambil manfaat darinya; dan
d. Mengenalkan manusia akan pencipta alam (allah) dan menyuruhnya
beribadah kepadanya.
Mukhtar yahya berpendapat, bahwa tujuan pendidikan islam adalah
memberikan pemahaman ajaran-ajaran islam pada peserta didik dan
membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana rosulullah SAW sebagai
pengemban perintah menyempurnakan akhlak manusia, untuk memenuhi
kebutuhan kerja.
Muhammad quthb berpendapat, bahwa tujuan pendidikan adalah
membina manusia secara pribadi dankelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba allah dan khalifah-nya guna
membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan allah.
2. Tujuan Pendidikan Islam Secara Nasional
Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan islam nasional adalah
tujuan pendidikan islam yang dirumuskan oleh setiap Negara (islam).
Dalam kaitan ini, maka setiap Negara merumuskan tujuan pendidikannya
dengan mengacu pada tujuan universal sebagaimana tersebut diatas.
Tujuan pendidikan islam secara nasional di Indonesia,tampaknya secara
eksplisit belum dirumuskan, karena indoneisa bukanlah Negara islam.

9
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al-ma'rif, 1989,
hal.39.

7
Untuk itu, tujuan pendidikan islam secara nasional dapat dirujuk kepada
tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 thun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional, sebagai berikut:
Membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, ber
kepribadian, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan,
sehat jasmani, dan rohani, memiliki rasa seni, serta bertanggung jawab
bagi masyarakat, angsa dan Negara.
Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, walaupun secara
eksplisit tidak menyebutkan kata-kata islam, namun substansinya memuat
ajaran islam. Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut
mengandung nilai-nilai ajaran islam yang terobjektivasi, yakni ajaran
islam yang telah mentransformasi ke dalam nilai-nilai yang disepakati
dalam kehidupan nasional. Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut
memperlihaatkan tentang kuatnya pengaruh ajaran islam ke dalam pola
pikir (mindset) bangsa Indonesia.

3. Tujuan Pendidikan Secara Institusional

Yang dimaksud dengan tujuan institusional adalah tujuan pendidikan


yang dirumuskan oleh masing-masing lembaga pwndidikan islam, mulai
dari tingkat taman kanak-kanak atau raudatul atfal, hingga perguruan
tinggi, misalnya, tujuan pendidikan islam pada UIN syarif Hidayatullah
Jakarta, yaitu:

a. Melahirkan lulusan yang memiliki kemampuan akademik dan


professional serta dapat menggunakan, mengembangkan, dan
menemukan ilmu pengetahuan dalam bidang pengetahuan agama, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.

b. Mengembangkan dan menyebarluaskan studi islam serta integrasi


nilai-nilai islam ke dalam pengajaran ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.

8
4. Tujuan Pendidikan islam pada tingkat program Studi (Kurikulum)

Tujuan pendidikan islam pada tingkat program studi ialah tujuan


pendidikan yang disesuaikan dengan program studi. Sebagai contoh tujuan
pendidikan pada program studi manajemen pendidikan islam pada fakultas
Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, yaitu:

a. Membentuk sarjana Manajemen Pendidikan Islam (MPI) berkualitas


yang mampu berperan dalam pengembangan ilmu Manajemen
Pendidikan Islam (MPI).

b. Membentuk sarjana muslim yang mampu menjadi tenaga ahli di


bidang administrasi dan manajerial Pendidikan Islam dan memiliki
kemampuan dalam merencanakan dan memecahkan persoalan
manajemen pendidikan islam pada umumnya.

5. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Mata pelajaran

Tujuan pendidikan islam pada tingkat mata pelajaran yaitu tujuan


pendidikan yang didasarkan pada tercapainya pemahaman, penghayatan,
dan pengalaman ajaran islam yang terdapat pada bidang studi atau mata
pelajaran tertentu, misalnya tujuan mata pelajaran tafsir yaitu agar peserta
didik memahami, menghayati, mengamalkan ayat-ayat al-qur'an secara
benar, mendalam, dan komprehensif.

6. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Pokok Bahasan

Tujuan pendidikan islam pada tingkat pokok bahasan yaitu tujuan


pendidikan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan (kompetensi)
utama dan kompetensi dasar yang terdapat pada pokok bahasan tersebut,
misalnya pokok bahasan tentang tarjamah, maka kompetensi dasarnya
ialah agar para siswa memiliki kemampuan menerjemahkan ayat-ayat al-
qur'an secara benar, sesuai kaidah-kaidah penerjemahan.

9
7. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Subpokok Bahasan

Tujuan pendidikan islam pada tingkat subpokok bahasan yaitu tujuan


pendidikan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan (kompetensi)
yang terlihat pada insikator-indikatornya secara terukur,
misalnyamenerjemahkan kosa kata yang berkaitan dengan alat-alat tulisan
dan kosa kata yang berkaitan dengan tempat tinggal.10

C. PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

1. PENDIDIK

Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk


mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian
pendidikan ini meliputi:
a. Orang dewasa;
b. Orang Tua;
c. Guru;
d. Pemimpin masyarakat;
e. Pemimpin agama.
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat
dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupkan suatu perbuatan
social, perbuatan funda mental yang menyangkut keutuhan perkembangan
pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila. Pribadi dewasa susila itu
sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Mempunyai individualitas yang utuh
b. Mempunyai sosialitas yang utuh
c. Mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam
melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut:

10
Prof. Dr. H. Abuddin nata, M.A., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Prenada Media, 2016,
hal. 55-57

10
a. Kematangan diri yang stabil, seperti, memiliki nilai-nilai kemanusiaan
serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung
jawab sendiri atas hidupnya.
b. Kematangan Sosial yang stabil; pendidik dituntut mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, mempunyai
kecakapan membina kerja sama dengan orang lain.
c. Kematangan Profesional (kemampuan mendidik); yakni menaruh
perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan
perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara
mendidik. 11
Pendidik disebut juga dengan guru, merupakan unsur manusiawi
dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran
dan perannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempati posisi
dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang
mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam
agenda pebicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan
formal di sekiolah. Hal itu tidak dapat disangkal karena lembaga
pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu
guru adalah disekolah, sisanya ada dirumah dan dimasyarakat. 12
2. PESERTA DIDIK
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik
ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung
jawab pendidik. 13

11
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011,
hal. 19
12
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, hal. 57 –
58.
13
Op.cit, hal. 23.

11
Peserta didik adalah subjek pendidikan, karena merekalah yang
belajar, memiliki tujuan dan pewarisan masa depan. Secara konsepsional
dan operasional perhatian pendidikan di berbagai Negara didunia ini lebih
dipusatkan kepada pengembangan sumber daya manusia (SDM)
secara holistik. Konsep ini menjelaskan bahwa manusia bukan saja
bertindak sebagai pemimpin (khalifah) dalam seluruh proses, tetapi juga
sebagai pelaksana dan pada akhirnya sebagai penerima hasil. 14
Sedangkan dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, pada
hakikatnya semua manusia adalah peserta didik. Sebab, pada hakikatnya,
semua manusia adalah makhluk yang senantiasa berada dalam proses
perkembangan menuju kesempurnaan, atau suatu tingkatan yang
dipandang sempurna, dan proses itu berlangsung sepanjang hayat. 15
Sudah di jelaskan bahwa anak pada waktu lahir mendapkan bekal
berupa perbuatan sikap yang di sebut insting.Insting tidak banyak berperan
dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga mendapatkan bekal berupa
benih dan potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada
waktunya dan apabila ada kesempatan dan stimulusnya melalui kegiatan
pendidikan yang diberikan padanya.Benih atau potensi tersebut dinamakan
pembawaan.
Setiap anak didik mempunyai pembawaan yang berlainan.Karena itu
pendidik wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan
masing-masing anak didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan itu
sesuai dengan keadaan pembawaan masing-masing.

D. METODE – METODE PEMBELAJARAN


1. Metode Ceramah

14
M. Irsyad Djuwaeli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam , Ciputat: Karsa Utama
Mandiri dan PB Mathla’ul Anwar, 1998, hlm. 22.
15
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,
Epistomologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan , Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, 2008,
Cet. I, hlm. 148.

12
Disekolah metode ceramah adalah tehnik penyampaian pesan
pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh guru. Ceramah diartikan
sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka
kelas. 16
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui
penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar
metode ini terdapat di dalam Al Qur’an Surat Yunus ayat 23 yang artinya:
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka
membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai
manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu
sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi,
kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Yunus : 23)
2. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan
pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan
pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/
membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative
pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut
metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
4. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana
seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid,
sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus
mempertanggung jawabkannya.

16
M. Basyiruddin Usman, Metologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, hlm. 34.

13
5. Metode Demontrasi
Demonstrasi adalah salah satu tehnik mengajar yang dilkukan oleh
seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa
sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses
atau cara melakukan sesuatu. 17
6. Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi
pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
7. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran
dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap
keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi
keburukan.
8. Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan
cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa
mengingat lebih lama materi yang disampaikan.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah
pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental
dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu
maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan
alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang
yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada
untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model
menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode
pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang
penting untuk diingat para sahabat.

17
Ibid, hal. 45.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan
tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakika pendidikan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewiawaan
pendidik;
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup; pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
Tujuan pendidikan merupakan suatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab
tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan perbuatan menjadi
tanpa arah bahkan salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian
juga dengan pendidikan Islam yang berusaha untuk membentuk pribadi
manusia melalui proses yang panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang
jelas dan direncanakan.
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.
Pendidik disebut juga dengan guru, merupakan unsur manusiawi dalam
pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran dan
perannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempati posisi dan
memegang peranan penting dalam pendidikan.
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Terdapat beberapa metode – metode dalam pembelajaran yaitu , metode
ceramah, metode tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, metode demonstrasi,,
metode amsal / perumpamaan, Metode Targhib dan Tarhib, dan metode
pengulangan (tikror).

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-attas, Syed Muhammad al-naquib, aim and Objecktives of Islamic Education,

Jeddah: King Abdul Aziz Univercit, 1979.

al-Abrasy,Muhammad Athiyah, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, (terj).

Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,

Epistomologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan , Bandung : Cipta Pustaka


Media Perintis, 2008, Cet. I.

D. Marimba Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al-ma'rif,

1989.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2011.

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

Ma'arifA. syafi'I dkk, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta,

Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.

M. Basyiruddin Usman, Metologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta:

Ciputat Pers, 2002.

Mujib, Muhaimin-Abdul, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Fisolofis dan

Kerangka Dasar Operasional, Bandung: Tri Genda Karya, 1993.

Mursi, Muhammad Munir, al-tarbiyah al-islamiyah usuluha wa Tatawwuruhafi

bilad al-arabiyah, qahirah ; Alam al-Kutub, 1977

16
M. Irsyad Djuwaeli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam , Ciputat: Karsa

Utama Mandiri dan PB Mathla’ul Anwar, 1998.

Sukiyat, STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER,

Surabaya:CV, Jakad Media Publishing, 2020.

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media, 2016.

Q.S. Luqman 1-4

17

Anda mungkin juga menyukai