2019 JOGLOSEMAR Hasil Kritis - Naskah Lengkap Dr. Andreas Agung
2019 JOGLOSEMAR Hasil Kritis - Naskah Lengkap Dr. Andreas Agung
Hasil kritis adalah nilai hasil laboratorium yang menggambarkan kondisi patofisiologi
pasien di luar batas normal yang telah disepakati bersama, baik di bawah atau di atas nilai
normal, di mana pasien memerlukan intervensi tindakan medis segera karena dapat
membahayakan keselamatan pasien yang bersangkutan..
Rumah sakit atau laboratorium menetapkan regulasi pelaporan nilai kritis. Makanisme
terkait dengan pelaporan hasil kritis agar pemenuhan keselamatan pasien terpenuhi meliputi
regulasi penyusunan secara kolaboratif tentang hasil kritis, penetapan daftar hasil kritis
termasuk hasil POCT, mekanisme pelaporan, sistem pendokumentasian dan mekanisme
evaluasi kepatuhan pelaporan tersebut. Penyusunan secara kolaboratif ini penting mengingat
kompleksitas pelayanan kedokteran dari berbagai macam profesi. Setelah ada perencanaan
secara kolaboratif tersebut kemudaian rumah sakit atau laboratorium menentukan daftar nilai
kritis yang telah disepakati. Penetapan ini selain meliputi daftar nilai kritis, kerangka waktu
pelaporan dan mekanisme pelaporan hasil kritis tersebut. Regulasi terkait dengan mekanisme
pelaporan oleh siapa dan kepada siapa laporan hasil kritis sampaikan serta tindak lanjut dari
hasil pelaporan tersebut.
Sistem pencatatan atau dokumentasi hasil kritis tersebut. Dokumentasi meliputi pula
dokumentasi pencatatan hasil kritis di laboratorium serta pencatatan dalam rekam medis
pasien. Bukti evaluasi dan tindak lanjut terhadap seluruh proses agar ketentuan ketentuan
sesuai dengan kebutuhan. Bukti evaluasi dan dokumentasi meliputi pula kerangka waktu
yang diperlukan untuk pelaporan hasil kritis tersebut. Bukti kegiatan atau evaluasi
pelaksanaan dapat pula dijadikan suatu indikator mutu pelaksanaan sistem pelaporan hasil
kritis.
Regulasi pelaporan hasil kritis ini sangat menentukan bagi pelaksanaan sistem
pelaporan dan penatalaksanaan untuk keselamatan pasien selanjutnya.
Pemantapan kualitas kontrol internal adalah suatu program pemantapan kualitas yang
dilakukan sendiri oleh laboratorium untuk mengetahui kondisi internal pemeriksaan dan
bertujuan untuk perbaikan internal. Kegiatan ini meliputi kegiatan yang dilakukan di
laboratorium untuk menjamin hasil dengan benar, tepat dan teliti. Berbagai tindakan
pencegahan perlu dilaksanakan sejak tahap pra analitik, tahap analitik sampai dengan tahap
paska analitik.
Tahap paska analitik salah satunya adalah tahapan pelaporan hasil. Tahapan yang
penting lagi adalah bagaimana melaporkan hasil laboratorium. Untuk menentukan apakah
hasil yang dikeluarkan oleh bagian laboratorium sudah sesuai dengan keadaan penderita dan
bukan karena kesalahan pemeriksaan, tidaklah sederhana dan mudah. Dalam hal terdapatnya
kecurigaan perbedaan hasil antara keadaan klinik dan hasil pemeriksaan laboratorik maka
umumnya dilakukan penilaian ulang terhadap tahap-tahap pemeriksaan yang dilakukan.
Hal penting dalam regulasi penetapan hasil kritis adalah proses penetapan hasil kritis,
Regulasi dalam laboratorium terkait dengan hasil kritis dan regulasi pelaporan hasil kritis.
sistem pendokumentasian hasil kritis diperlukan untuk memastikan bahwa setiap langkah
sudah dilakukan dengan baik dan bagaimana system evaluasi mutu terkait pelaksanaan hasil
kritis. Beberapa regulasi terkait dengan pelaporan hasil kritis meliputi regulasi pelaporan
dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS), ISO 15189, Standar akreditasi
KALK. Pada dasarnya alur pelaporan pada beberapa ketentuan di atas mempunyai kesamaan
dalam penetapan..
AP.5.4
AP.5.8
1. Ada regulasi tentang penetapan dan evaluasi rentang nilai normal untuk interpretasi,
pelaporan hasil laboratorium klinis.
2. Pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan permintaan pemeriksaan tertulis
disertai dengan ringkasan klinis.
3. Setiap hasil pemeriksaan laboratorium dilengkapi dengan rentang nilai normal.
AP.5.3.2
1. Ada regulasi yang disusun secara kolaboratif tentang hasil laboratorium yang kritis,
pelaporan oleh siapa dan kepada siapa serta tindak lanjutnya.
2. Hasil laboratorium yang kritis dicatat di dalam rekam medis pasien
3. Ada bukti tindak lanjut dari pelaporan hasil laboratorium yang kritis secara
kolaboratif.
4. Ada bukti pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut terhadap seluruh proses agar
memenuhi ketentuan serta dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Penentuan nilai kritis laboratorium ditentukan oleh laboratorium melalui kesepakatan atau
diskusi bersama dengan para klinisi. Sebagai bahan diskusi, bisa mengambil referensi nilai
kritis dari literatur, jurnal, atau konsensus yang sudah ada. Bukti pelaksanaannya perlu
disiapkan, yaitu daftar hadir rapat bersama klinisi dan notulensinya. Setiap pelaporan nilai
kritis harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, yang tertuang dalam suatu Standar
Prosedur Operasional (SPO).
Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil
diagnostik kritis. Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa yang harus
menerima nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan dicatat di rekam medis.
Pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis juga merupakan salah satu isu
keselamatan pasien. Pemeriksaan diagnostik kritis termasuk hasil labratorium pemeriksaaan
diagnostik yang dilakukan di tempat tidur pasien (POCT/Point of Care Testing), Rumah sakit
menetapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis.
ISO 15189
Klausul 5.9.1 b. Bila hasil pemeriksaan dalam rentang waspada atau rentang kritis yang telah
ditetapkan
- Seorang dokter atau tenaga kesehatan lain yang berwenang segera diberi tahu. Hal ini
mencakup sampel yang dikirim ke laboratorium rujukan
- Rekaman tindak lanjut yang berisi tanggal, waktu, staff laboratorium yang
bertanggung jawab, personal yang diberi tahu dan hasil pemeriksaan yang
disampaikan dan kesulitan yang dihadapi dalam pemebritahuan dipelihara,
Referensi: