Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelajaran bahasa Indonesia selalu identik dengan kegiatan mengarang. Kegiatan mengarang
tentunya juga berkaitan dengan kegiatan tulis menulis. Mengarang adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampakan melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami (Gie, 1992: 17). Dalam kegiatan mengarang ini pengarang juga harus
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata (Tarigan, 1984: 4). Kegiatan
mengarang yang merupakan keterampilan menulis ini tentu memerlukan pemahaman tentang
penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia. Sementara masalah yang sering muncul dalam setiap
pengajaran menngarang adalah kurangnya kemampuan siswa menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Ini dapat dilihat dari banyaknya kesalahan siswa ketika menulis atau
membuat sebuah karangan. Fakta menunjukan kesalahan ejaan terutama penulisan huruf kapital
dan tanda baca memang intensitasnya sangat tinggi. Contoh yakni diambil dari data tiga
penelitian terdahulu yang menunjukan jumlah kesalahan penulisaan ejaan tanda baca dan huruf
kapital berdasarkan penelitian yang akan diuraikan pada sub bab penelitian yang relevan pada
bab II. Penelitian dilakukan oleh Dea Pitaloka di kelas X SMA Negeri 1 Lakbok tahun 2018,
Nurul lidiana di kelas X SMA Negeri 1 Lakbok tahun 2018.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 50 tahun
2015 terkait pasal satu (1), pasal (2), pasal tiga (3) yang ditetapkan pada tanggal 26 November
2016, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ditetapkan sebagai pedoman yang
berlaku saat ini. Maka yang harus diperhatikan dalam penulian teks karangan cerpen ini
berdasarkan PUEBI yakni terkait pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan
penulisan unsur serapan. Dalam penelitian ini penelitian dibatasi hanya analisis kesalahan
pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca. Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang
mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah
yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan
dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut (KBBI :
2016). Analisis dalam cerpen ini penting. Karena meskipun isi dari teks merupakan karangan
atau imajinasi penulis, tetapi kaidah penulisan ejaan tetap menjadi perhatian penting di
dalamnya. Kegiatan mengarang teks cerpen ini dapat mendorong siswa untuk terampil dalam
berkarya terutama karya tulis imajinatif. Menulis teks cerpen akan meningkatkan kemampuan
menulis siswa dan membangun imajinasi siswa dengan mengekspresikan dalam sebuah bentuk
karya tulis yang terstruktur.

Teks cerpen merupakan sebuah karya sastra, dimana dalam penulisan karya sastra terdapat
pendekatan stilistika yang membuat sebuah karya sastra memiliki gaya penulisan bebas untuk
memberi nilai keindahan dalam karya sastra. Artinya penggunaan bahasa atau kata yang tidak
baku dibolehkan dalam sebuah karya sastra. Dalam hal ini termasuk penulisan cerpen. Namun,
penulisan tanda baca dan huruf kapital tetap berlaku untuk menunjukan tata cara baku sebuah
tulisan atau karangan dalam karya sastra. Tanda baca berfungsi untuk menunjukan bahwa tulisan
itu merupakan sebuah kalimat, sebuah paragraf, sebuah percakapan, merupakan kalimat tanya,
ataupun kalimat perintah. Sementara penulisan huruf kapital untuk menunjukan bahwa itu
merupakan nama Negara, nama gelar, kata sapaan, dll. Oleh karenanya dalam sebuah karya
sastra suatu kata dan kalimat boleh memakai gaya bahasa yang tidak sesuai kaidah, namun
penulisan huruf dan tanda baca tetap menajdi suatu hal penting yang harus ditekankan.

Peneliti melakukan penelitian ini di SMA Negeri 1 Lakbok dimana peneliti pernah studi
pengalaman lapangan di sekolah ini sebelumnya. Bersama guru bahasa Indonesia yang mengajar
kelas X MIA 3 yakni Ibu Retno peneliti telah melakukan observasi mengenai permasalahan
siswa pada penulisan ejaan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti melalui diskusi bersama guru
mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Lakbok, didapati bahwa (1) permasalahan
yang umumnya dilakukan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah kesalahan
penulisan ejaan dalam Kompetensi Dasar (KD) mengonstruksi atau menulis sebuah teks, (2)
kesalahan yang terjadi paling sering terdapat pada kesalahan ejaan penulisan tanda baca dan
penulisan huruf kapital. (3) kesalahan tersebut sering dilakukan siswa meskipun guru sudah
memberikan penekanan tentang penulisan ejaan yang benar sesuai kaidah yang berlaku.
Faktanya kesalahan ejaan penulisan huruf kapital dan tanda baca memang intensitasnya sangat
tinggi. Contoh yakni diambil dari data tiga penelitian terdahulu yang menunjukan jumlah
kesalahan penulisaan ejaan tanda baca dan huruf kapital berdasarkan penelitian yang akan
diuraikan pada sub bab penelitian yang relevan pada bab II. Penelitian dilakukan oleh Dea
Pitaloka di kelas X MIA 3 pada Tahun 2018, Nurul Lidiana di kelas X SMA Negeri 1 Lakbok,
dan Riski di SMA Negeri 1 Lakbok pada Tahun 2018.

Dengan fakta yang terjadi di atas peneliti merasa prihatin dengan kondisi kemampuan siswa
dalam penulisan ejaan. Terlebih guru bahasa Indonesia pun sudah sering melakukan penekanan
terhadap penulisan ejaan yang benar sesuai kaidah yang berlaku sebelum pembelajaran
mengonstruksi teks dilakukan. Jika penekanan pun sudah dilakukan dan tidak berdampak pada
kemampuan siswa, hal ini tentu menimbulkan rasa prihatin dan keinginan tahuan peneliti tentang
kesalahan ejaan apa yang berulang-ulang terus dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu dengan
penelitian ini penulis akan melakukan analisis penelitian terhadap kesalahan ejaan penulisan
huruf dan penulisan tanda baca dalam penulisan teks cerpen yang akan dilakukan di SMA Negeri
1 Lakbok untuk kelas X MIA 3 tahun ajaran 2018/2019.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tetah diuraikan di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan
diteliti sebagai berikut ini :

a. 1.2.1 Bagaimana kesalahan ejaan penulisan huruf yang terdapat dalam cerpen
karangan siswa kelas X MIA 3 di SMA Negeri 1 Lakbok tahun ajaran 2018 /
2019?

b. 1.2.2 Bagaimana kesalahan ejaan tanda baca yang terdapat dalam cerpen karangan
siswa kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Lakbok 2018 / 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
ini :

1.3.1 Menemukan kesalahan ejaan penulisan huruf kapital dalam cerpen karangan siswa
kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Lakbok tahun ajaran 2018/2019.

1.3.2 Menemukan kesalahan ejaan tanda baca dalam cerpen karangan siswa kelas XI MIA
3 SMA Negeri 1 Lakbok tahun 2018/2019.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain sebagai berikut ini :

1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat agar sebagai guru kelak dapat memberikan pemahaman
yang mendalam tentang penggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi siswa,
sehingga dapat menjadi guru yang lebih berkualitas dalam memebrikan pengajaran

1.4.2 Bagi Guru yang Bersangkutan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi sebagai acuan guru agar dapat lebih
meningkatkan kemampuan siswa dalam hal menulis karangan sesuai ejaan bahasia Indonesia
yang baik dan benar.
1.5 Batasan Istilah

Terkait studi penelitian ini maka baiknya penulis memaparkan definisi-definisi istilah sebagai
berikut ini:

1.5.1 Kesalahan (error) adalah penyimpangan pemakaian kebahasaan yang disebabkan oleh
kompetensi kebahasaan siswa, sedangkan pengertian dari kekeliruan adalah penyimpangan
pemakaian bahasa yang hanya berupa salah ucap atau salah tulis (Nurgianto 1994 : 189).

1.5.2 Ejaan adalah konvensi grafts, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu
bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan
kata dan penulisan kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya (Chaer : 2006 : 36).

1.5.3 Teks karangan cerpen adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya berkisar pada orang-orang penting dan berdasarkan kejadian yang
sebenarnya (KBBI : 2016).

1.6 Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istialah dan
sistematika penulisan. Bab II adalah landasan teori yang terdiri atas dua bagian yaitu penelitian
yang relevan dan kajian teori. Bab III yaitu metodologi penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian, subjek penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data. Bab IV berisi tentang pembahasan yang menguraikan dan membahas hasil penelitian. Bab
ini terdiri dari deskripsi data, analisis data, serta pembahasan hasil penelitian. Bab V merupakan
bagian yang berisi penutup dan hasil kesimpulan penelitian dan saran.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Peneliti memperoleh beberapa penelitian yang relevan terdahulu yang melakukan penelitian
dengan topik yang sama yakni kesalahan ejaan. Penelitian yang pertama adalah penelitian yang
dilakukan oleh Dea Pitaloka (2018), yang kedua penelitian yang dilakukan oleh Nurul
Lidiana(2018).

Penelitian yang dilakukan Dea pitaloka ini berjudul Analisis Kesalahan Ejaan Dan Kalimat
Dalam Teks Cerita Pendek Karya Siswa Kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Lakbok Tahun Ajaran
2018/2019. Penelitian tersebut bertujuan mendeskripsikan kesalahan ejaan siswa dan
mendeskripsikan kesalahan kalimat yang terdapat pada teks cerita pendek karangan siswa kelas
IX SMP Kanisius Kalasan. Hasil dari penelitiannya yakni menunjukan kesalahan ejaan dalam
teks cerita pendek karya siswa X MIA 3 SMA Negeri 1 Lakbok sebanyak 597 kesalahan dengan
kesalahan terbanyak yakni kesalahan tanda baca berjumlah 265 kesalahan.

Penelitian yang dilakukan Nurul Lidiana Kesalahan Ejaan dalam Paragraf Deskripsi Siswa
Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Lakbkk Tahun Aajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan
berdasarkan 33 tulisan dari 37 ssiswa SMA Negeri 1 Lakbok. Pada penelitian Nurul Lidiana
sebanyak 627 kesalahan dengan kesalahan penulisan huruf sebanyak 301 kesalahan dan
kesalahan pemakaian tanda baca sebanyak 178 kesalahan. Penelitian yang dilakukan oleh
Robertus Hari Hari Purnomo Kesalahan Ejaan Pada Laporan Study Tour Siswa Sma Pangudi
Luhur, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Angkatan 2007. Pada penelitian robertus Hary Purnomo
menunjukan 7.192 kesalahan dengan kesalahan terbanyak yakni pemakaian huruf kapital
sebanyak 4.497 kesalahan dan pemakaian tanda baca sebanyak 1.379 kesalahan. Berdasarkan
penelitian terdahulu peneliti menemukan persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada
objek penelitian yakni kesalahan ejaan. Persamaan lainnya adalah penelitian ini berjenis
penelitian deskriptif. Sementara itu yang menjadi perbedaan subjek data dan sumber penelitian,
dimana dalam penelitian ini subjek datanya adalah SMA Pangudi Luhur Sedayu kelas X tahun
ajaran 2018/2019.

2.2 Landasan Teori


Pada bagian ini akan di uraikan kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini. Kajian teori
meliputi kesalahan berbahasa, ejaan, dan teks cerpen.

2.2.1 Kesalahan Berbahasa

Beberapa ahli berpendapat mengenai kesalahan berbahasa, salah satunya adalah Tarigan.
Menurut Tarigan (1988:41), kesalahan berbahasa merupakan bagia terpilih dari
performas bahasa orang dewasa. Nanik setrawati (2013:13) menjelaskan bahwa
kesalahan berbahasa adalah penggunaaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang
menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma
kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia

2.2.2 Analisis Kesalahan Bahasa Menurut PUEBI

Henry guntur Tarigan (1988:68) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah
suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang
meliputi pengumpulan sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian
kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian tau penilaian taraf
keseriusan kesalahan itu.Ellis (dalam Setyawati 2013:15) menyatakan bahwa terdapat
lima langkah

kerja analisis :

1. Mengumpulkan sampel kesalahan

2. Mengidentifikasi kesalahan

3. Menjelaskan kesalahan

4. Mengklasifikasikan kesalahan

5. Mengevaluasi kesalahan

2.2.3 Pengertian Ejaan

Pengertian ejaan mencakup kaidah cara menggambarkan / melambangkan

bunyi-bunyi tuturan (kata, kalimat dan sebagainya) dan bagaimana hubungan

diantara lambang – lambang itu (pemisah dan penggabungnya dalam suatu bahasa).

Secara teknis, ejaan berkaitan dengan penulisan huruf ( huruf besar/kapital dan huruf

miring), penulisan kata, penulisan unsur serapan, penulisan angka/bilangan, dan


penulisan tanda baca (Wijayanti, 2015:1).

Untuk menentukan kesalahan ejaan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan referensi
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang diterbitkan oleh
Permendikbud tahun 2015. Berdasarkan pedoman di atas, jenis kesalahan ejaan yang
akan diteliti yaitu penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
pemakaian tanda baca.

2.2.4 Pemakaian Huruf

Pemaikaian huruf dalam pedoman ejaan meliputi huruf abjad, huruf vocal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf, huruf miring,
dan huruf tebal. Diantara beberapa hal yang dibicarakan dalam pemakaian huruf, analisis
kesalahan huruf difkuskan dalam pemakaian huruf kapital.

2.2.4.1 Huruf Kapital

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.

Misalnya:

Apa maksudnya?

Dia membaca buku.

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

Misalnya:

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Halim Perdanakusumah

Wage Rudolf Supratman

Jenderal Kancil

Dewa Pedang

Alessandro Volta
André-Marie

Ampère Mujair

Rudolf Diesel

Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang

merupakan nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

ikan mujair

mesin diesel

5 ampere

10 volt

(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’,
seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini

Siti Fatimah binti Salim

Indani boru Sitanggang

Charles Adriaan van Ophuijsen

Ayam Jantan dari Timur

Mutiara dari Selatan

(3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”


Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis
atau satuan ukuran.

Misalnya:

ikan mujair

mesin diesel

5 ampere

10 volt

(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’,
seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini

Siti Fatimah binti Salim

Indani boru Sitanggang

Charles Adriaan van Ophuijsen

Ayam Jantan dari Timur

Mutiara dari Selatan

(3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”

“Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.

“Besok pagi,” kata dia, “mereka akan berangkat.”


(4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Islam Alquran

Kristen Alkitab

Hindu Weda

Allah

Tuhan

Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.

(5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti
nama orang.

Misalnya:

Sultan Hasanuddin

Mahaputra Yamin

Haji Agus Salim

Imam Hambali

Nabi Ibrahim

Raden Ajeng Kartini

Doktor Mohammad Hatta

Agung Permana, Sarjana Hukum

Irwansyah, Magister Humaniora

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar

kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan


kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya:

Selamat datang, Yang Mulia.

Semoga berbahagia, Sultan.

Terima kasih, Kiai.

Selamat pagi, Dokter.

Silakan duduk, Prof.

Mohon izin, Jenderal.

(6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama ins- tansi, atau nama
tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik

Perdana Menteri Nehru

Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara

Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gubernur Papua Barat

(7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:

bangsa Indonesia

suku Dani

bahasa Bali

Catatan:

Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

pengindonesiaan kata asing

keinggris-inggris kejawa-jawaan

(8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari
raya.

Misalnya:

tahun Hijriah

tarikh Masehi

bulan Agustus

bulan Maulid

hari Jumat

hari Galungan

hari Lebaran

hari Natal

(9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur na- ma peristiwa sejarah.

Misalnya:

Konferensi Asia Afrika

Perang Dunia II

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Catatan:

Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf
kapital.

Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerde- kaan bangsa

Indonesia.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

(10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:

Jakarta Asia Tenggara Pulau Miangas Amerika Serikat

Bukit Barisan Jawa Barat Dataran Tinggi Dieng

Danau Toba Jalan Sulawesi

Gunung Semeru Ngarai Sianok

Jazirah Arab Selat Lombok

Lembah Baliem Sungai Musi

Pegunungan Himalaya Teluk Benggala

Tanjung Harapan Terusan Suez

Kecamatan Cicadas Gang Kelinci

Catatan:

Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau Huruf pertama nama
diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

jeruk bali (Citrus maxima)

kacang bogor (Voandzeia subterranea)

nangka belanda (Anona muricata)

petai cina (Leucaena glauca)


Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.

Misalnya:

Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula
anggur. Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

Contoh berikut bukan nama jenis.

Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik
Madura. Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.

Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur,
dan tarian Sulawesi Selatan.

(11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk
ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata
tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil

Presiden serta Pejabat Lainnya

Perserikatan Bangsa-Bangsav Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat
kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal.

Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Tulisan itu dimuat dalam
majalah Bahasa dan Sastra.

Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum
Perdata”.

(13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau
sapaan.

Misalnya:

S.H. sarjana hukum

S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat

S.S. sarjana sastra

M.A. master of arts

M.Hum. magister humaniora

M.Si. magister sains

K.H. kiai haji

Hj. hajah

Mgr. monseigneur

Pdt. Pendeta

Dg. daeng

Dt. datuk

R.A. raden ayu

St. sutan

Tb. tubagus

Dr. doktor

Prof. professor

Tn. tuan
Ny. nyonya

(14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan
atau pengacuan.

Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.

Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”

“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.

Surat Saudara telah kami terima dengan baik.

“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”

“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”

Catatan:

Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan pe- nyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Siapa nama Anda?

2.2.5 Pemakaian Tanda Baca

Terdapat 15 tanda baca yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yaitu : tanda titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-),
tanda pisah ( ), tanda Tanya (?), tanda seru (!),elipsis(…), tanda petik (“….”), petik tunggal
(‘...’), kurung ((…)), kurung siku ([…]), garis miring (/), dan penyingkat/apostof (‘)

2.2.5.1 Tanda Titik (.)

(1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

Misalnya:

Mereka duduk di sana.

Dia akan datang pada pertemuan itu.

(2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia

A. Bahasa Indonesia

1. Kedudukan

2. Fungsi

B. Bahasa Daerah

1. Kedudukan

2. Fungsi

C. Bahasa Asing

1. Kedudukan

2. Fungsi

b. 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan


1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

2. Patokan Khusus

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu
perincian.

Misalnya:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai

1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,

a) lambang kebanggaan nasional,

b) identitas nasional, dan

c) alat pemersatu bangsa;

2) bahasa negara ….

Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada
2b).

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital
yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:

Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

2. Patokan Khusus

Catatan:
Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu
perincian.

Misalnya:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai

1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,

a) lambang kebanggaan nasional,

b) identitas nasional, dan

c) alat pemersatu bangsa;

2) bahasa negara ….

Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada
2b).

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital
yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:

Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia

Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia

Bagan 2 Struktur Organisasi

Bagan 2.1 Bagian Umum

Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia

Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia

Gambar 1 Gedung Cakrawala

Gambar 1.1 Ruang Rapat

(3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu.

Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) 01.35.20 jam
(1 jam, 35 menit, 20 detik)

00.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 00.00.30 jam (30 detik)

(4) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.

Misalnya:

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.

Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.

Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

(5) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.

Misalnya:

Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.

Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.

Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bi- langan ribuan atau

kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.

Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang me- rupakan kepala karangan, ilustrasi, atau
tabel.

Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD
1945)

Gambar 3 Alat Ucap Manusia

Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal
surat.

Misalnya:

Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki

Jalan Cikini Raya No. 73

Menteng

Jakarta 10330

Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Jalan Daksinapati Barat IV

Rawamangun

Jakarta Timur

Indrawati, M.Hum.

Jalan Cempaka II No. 9

Jakarta Timur, 21 April 2013

Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)

2.2.5.2 Tanda Koma (,)

(1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya:

Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi. Buku, majalah, dan jurnal
termasuk sumber kepustakaan.

Satu, dua, ... tiga!


(2) Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan,
dalam kalimat majemuk (setara).

Misalnya:

Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup. Ini bukan milik saya, melainkan
milik ayah saya.

Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

(3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

Kalau diundang, saya akan datang.

Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.

Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

Catatan:

Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak

kalimat.

Misalnya:

Saya akan datang kalau diundang.

Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.

Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

(4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, seperti oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar Orang
tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

(5) Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai,
dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.

Misalnya:

O, begitu?

Wah, bukan main!

Hati-hati, ya, jalannya licin!

Nak, kapan selesai kuliahmu?

Siapa namamu, Dik?

Dia baik sekali, Bu.

(6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”

“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya,

“karena manusia adalah makhluk sosial.”

Catatan:

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya,
kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.

Misalnya:

“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.

“Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.

“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.


(7) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta
13130

Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta

Surabaya, 10 Mei 1960

Tokyo, Jepang

(8) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.

Misalnya:

Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.)
1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.

(9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.

Misalnya:

Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat,
1950), hlm. 25.

Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni,
1977), hlm. 12.

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia,


1967), hlm. 4.

(10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:

B. Ratulangi, S.E.

Ny. Khadijah, M.A.

Bambang Irawan, M.Hum.

Siti Aminah, S.H., M.H.

Catatan:

Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti

Khadijah Mas Agung).

(11) Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.

Misalnya:

12,5 m

27,3 kg

Rp500,50

Rp750,00

(12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

Misalnya:

Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.

Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.

Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.

Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti
laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.

Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaian- nya tidak diapit tanda koma!

Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
(13) Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah baca/ salah pengertian.

Misalnya:

Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.

Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.

Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih

2.2.5.3 Tanda Petik (“…”)

(1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.

“Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Besok akan dibahas dalam rapat.”

Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Repub- lik Indonesia Tahun 1945, “Setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan.”

(2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:

Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.

Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!

Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.

Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa


Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.

Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” me- narik perhatian peserta seminar.

Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia.

(3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

Misalnya:

“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.

Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!

2.2.5.4 Tanda Petik Tunggal (‘…’)

(1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.

Misalnya:

Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

“Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak
Hamdan.

“Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di arena olimpiade itu,” kata Ketua
KONI.

(2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan.

Misalnya:

tergugat ‘yang digugat’

retina ‘dinding mata sebelah dalam’


noken ‘tas khas Papua’

tadulako ‘panglima’

marsiadap ari ‘saling bantu’

tuah sakato ‘sepakat demi manfaat bersama’

policy ‘kebijakan’

wisdom ‘kebijaksanaan’

money politics ‘politik uang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2013: 3),
yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian. Data dalam penelitian deskriptif ini berupa kata-kata , gambar,
dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian deskriptif akan berisi kutipan
kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah 22 siswa kelas XI MIA 2 SMA N 1 Lakbok, angkatan 2018. Dari
keseluruhan 32 siswa kelas XI MIA 22 siswa tersebut adalah siswa yang hadir pada saat itu.

3.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah teks cerita pendek karangan siswa SMAN 1 Lakbok,
tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 22 siswa yang hadir pada saat itu dari jumlah
keseluruhan 32 siswa . Dari 22 teks cerita pendek itu ada 127 kesalahan. Data yang berjumlah 22
dianalisis untuk mengetahui seberapa besar kesalahan ejaan penulisan huruf dan tanda baca di
dalamnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu di kelas XI MIA 3 pada tanggal
7 september 2018. Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Peneliti menjelaskan pengertian dan struktur cerpen pada siswa

2. Peneliti memberi tugas mengarang cerpen dengan menuliskan pada lembar kertas masing-
masih

3. Siswa diberi waktu satu jam pelajaran untuk mengarang dan peneliti membimbing siswa yang
masih kesulitan

3.5 Instrument Penelitian


Menurut Arikunto (2013: 262), instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Oleh karena itu peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, dan
penganalisis dalam penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis Data

Peneliti menganalisis data secara deskriptif caranya dengan membaca dan mencatat. Tahap-tahap
analisis data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :

1. Membaca Karangan Siswa

2. Meneliti karangan siswa yang berjenis teks cerpen

3. Mengidentifikasi kesalahan penulisan huruf kapital dan tanda baca dengan melingkari dan
memberi tanda pada kesalahan tersebut

4. Menghitung frekuensi kesalahan. Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung jumlah


kesalaah ejaan pemakaian tanda baca dan pemakaian huruf.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi uraian tentang deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Deskripsi
data akan menggambarkan bentuk data yang akan diteliti. Pada bagian analisis data, diungkapkan
data disertai contoh analisis data. Pada bagian pembahasan peneliti menguraikan tentang
pembahasan hasil analisis data yang diperoleh dan dihubungkan dengan kerangka teori penelitian
untuk memperoleh pemahaman.

4.1 Deskripsi Data

Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada Bab III, peneliti menyajikan data kesalahan ejaan
dalam teks cerita pendek karya siswa kelas XI MIA 3 SMA N 1 Lakbok. Acuan kesalahan ejaan
berdasarkan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (PUEBI).
Penelitian kesalahan dibatasi dalam 2 jenis yaitu : (1) kesalahan penulisan huruf kapital dan (2)
kesalahan penulisan tanda baca.

Jumlah keseluruhan siswa adalah 32 siswa, yang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia saat
penelitian hanya berjumlah 22 orang karena 10 orang lainnya sedang mengikuti persiapan
kegiatan tari yang diadakan di sekolah. Sehingga teks cerpen terkumpul hanya sebanyak 22
lembar . data diambil dari 22 teks cerpen. Data yang terkumpul berupa data kesalahan ejaan
penulisan huruf kapital dan pemakaian tanda baca yang terdapat dalam 22 lembar teks cerita
pendek siswa. Dari 22 teks cerpen tersebut peneliti menemukan 122 kesalahan ejaan.
Diantaranya 95 kesalahan ejaan penulisan huruf kapital dan 27 kesalahan pemakaian tanda baca.

Berikut adalah tabel kesalahan ejaan pada masing-masing teks cerita pendek.

TABEL KESALAHAN EJAAN

Kode Cerpen Jumlah Bentuk Kesalahan Bentuk kesalahan


(C) Kesalahan Pemakaian Huruf Penulisan Tanda Baca
Kapital
C1 10 9 1
C2 3 3 0
C3 5 5 0
C4 8 8 0
C5 17 16 1
C6 3 1 2
C7 2 0 2
C8 4 2 2
C9 3 2 1
C10 5 4 1
C11 9 1 8
C12 0 0 0
C13 6 6 2
C14 13 11 2
C15 1 1 0
C16 15 13 2
C17 2 2 0
C18 8 5 3
C19 5 3 2
C20 4 4 0
C21 2 2 0
C22 2 1 1
JUMLAH 127 100 27

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Secara garis besar analisis dibatasi atau difokuskan pada kesalahan ejaan dalam pemakaian huruf
kapital dan penulisan tanda baca. Hal itu dimaksudkan agar penelitian lebih terfokus pada pokok
permasalahan dan tujuan penelitian. Berikut akan diuraian hasil analisis dari teks cerpen
karangan siswa kelas XI MIA 3 di SMA N 1 Lakbok.

4.2.1 Kesalahan Pemakaian Huruf Kapital

4.2.1.1 Kesalahan huruf kapital sebagai awal kalimat

Contoh :

(1) Dan tercetuslah ide dari Yaya untuk tidak kembali ke kelas atau membolos. (C8 (k2))

(2) mereka mencari sekitar 30 menitan lalu menemukan Penjual es dawet. (C5 (k4))

Kalimat di atas mengandung unsur kesalahan ejaan pemakaian huruf kapital pada pemakaian
huruf kapital di awal kalimat. Pada kalimat (1) kata ‘Dan’ seharusnya tidak menggunakan huruf
kapital dan tidak berada di awal kalimat.. kalimat (2) huruf M pada kata ‘mereka’ seharusnya
menggunakan huruf kapital karena berada di awal kalimat.
Contoh pembenaran sebagai berikut.

(1) Dan tercetuslah ide dari Yaya untuk tidak kembali ke kelas atau membolos. (C8 (k2))

(2) Mereka mencari sekitar 30 menitan lalu menemukan Penjual es dawet. (C5 (k4))

4.2.1.2 Kesalahan penulisan huruf kapital sebagai unsur nama orang.

Contoh :

(1) Perjalanan pulang lina memakan waktu yang cukup lama. (C4 (k6))

(2) “Ya..itu merupakan ritual dari temanku namanya candra”. (C3 (k3))

Kalimat diatas mengandung unsur kesalahan ejaan penulisan nama orang. Pada kalimat (1) huruf
L dari kata ‘lina’ Seharusnya menggunakan huruf kapital. Pada kalimat (2) huruf C pada kata
‘candra” seharusnya menggunakan huruf kapital karena merupakan nama orang.

Contoh pembenarannya sebagai berikut.

(1) Perjalanan pulang Lina memakan waktu yang cukup lama. (C4 (k6))

(2) “Ya..itu merupakan ritual dari temanku namanya Candra”. (C3 (k3))

4.2.1.3 Kesalahan penulisan huruf kapital pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Contoh :

(1) “dek kalian habis darimana?” (C5 (k8)

Kalimat tersebut mengandung kesalahan ejaan dalam unsur pemakaian huruf kapital pada awal
petikan langsung. Kalimat (1) huruf ‘d’ pada kata ‘dek’ seharusnya menggunakan huruf kapital
karena merupakan kata pertama dalam petikan langsung.

Contoh pembenarannya sebagai berikut.

(1) “Dek kalian habis darimana?” (C5 (k8)

4.2.1.4 Kesalahan pemakaian ejaan dalam penulisan nama Negara, bangsa dan bahasa.
Contoh :

(1) Kami mondar-mandir sampai jam pelajaran Bahasa Jerman selesai. (C6 (k3))

(2) Semalam Alia menonton drama korea hingga tengah malam. (C10 (k2))

Pada kalimat di atas mengandung unsur kesalahan penulisan nama bahasa. Seharusnya huruf ‘b’
pada kata ‘bahasa’ tidak perlu menggunakan huruf kapital. Kalimat (2) huruf k pada kata ‘korea’
seharusnya menggunakan huruf kapital.

Pembetulan kalimat di atas sebagai berikut.

(1) Kami mondar-mandir sampai jam pelajaran bahasa Jerman selesai. (C6 (k3))

(2) Semalam Alia menonton drama Korea hingga tengah malam. (C10 (k2))

4.2.1.5 Kesalaahan pemakaian ejaan pemakaian nama bulan, tahun , hari dan hari besar atau hari
raya.

Contoh :

(1) Hari itu adalah Hari Senin, setelah istirahat pertama Yaya, Via, Ati, Ela, dan Elin melakukan
rutinitasnya seperti biasa. (C8 k1)

Kalimat di atas menggandung kesalahan unsur ejaan dalam pemakaian huruf kapital. Pada
kalimat (1) huruf H pada kata ‘Hari’ seharusnya tidak memakai huruf kapital.

Pembetulan kalimat di atas sebagai berikut.

(1) Hari itu adalah hari Senin, setelah istirahat pertama Yaya, Via, Ati, Ela, dan Elin melakukan
rutinitasnya seperti biasa. (C8 k1)

4.2.1.6 Kesalahan penulisan ejaan dalam pemakaian huruf kapital sebagai huruf pertama dalam
geografi.

Contoh :

(1) lina adalah seorang Perantau asal sumatra yang tinggal di Yogya untuk mengajar Matematika
di sebuah sekolah swasta. (C14,/k2/k3/k4)
Pada kalimat di atas terdapat kesalahan penulisan ejaan dalam pemakaian huruf kapital. Pada
kalimat (1) terdapat empat kesalahan pemakaian huruf kapital, kesalahan dalam pemakaian nama
geografi terdapat pada kata ‘sumatra’, seharusnya huruf s pada kata ‘sumatra’ memakai huruf
kapital.

Pembetulan kalimat di atas sebgai berikut.

(1) Lina adalah seorang perantau asal Sumatra yang tinggal di Yogya untuk mengajar
matematika di sebuah sekolah swasta. (C14, k1/k2/k3/k4)

4.2.1.7 Kesalahan ejaan dalam pemakaian huruf kapital pada kata pertama dalam judul buku.

Contoh :

(1) “Cinta yang tak terlihat namun terasa”

(2) “Teror es dawet”

Kalimat di atas terdapat kesalahan pemakaian huruf kapital. Pada kalimat

(1) kata ‘tak’ , kata ‘terlihat’ dan kata’terasa’ seharusnya menggunakan huruf kapital. Pada
kalimat (2) kata ‘es’ dan kata ‘dawet’ seharusnya memakai huruf kapital.

Pembenaran dari kalimat di atas sebagai berikut.

(1) “Cinta yang tak terlihat namun terasa”

(2) “Teror es dawet”

4.2.1.8 Kesalahan penulisan ejaan dalam pamakaian huruf sebagai kata atau ungkapan lain yang
di pakai dalam penyapaan atau pengacauan.

Contoh :

(1) …akhirnya Bapak kepala sekolah memaklumi dan memberi mereka solusi.(C8 k4)

(2) “kak tadi saya melihat kuntilanak lagi duduk di jembatan”. (C4 (k8))
Kalimat di atas terdapat kesalahan ejaan dalam pemakaian huruf kapital kata sapaan. Pada
kalimat (1) huruf B pada kata ‘Bapak’ seharusnya tidak memakai huruf kapital karena dalam
kalimat tersebut kata ‘Bapak’ tidak sebagai sapaan langsung. Kalimat (2) huruf k pada kata ‘kak’
seharusnya menggunakan huruf kapital.

Pembenaran dari kalimat di atas sebagai berikut.

(1) …akhirnya bapak kepala sekolah memaklumi dan memberi mereka solusi.(C8 k4)

(2) “Kak tadi saya melihat kuntilanak lagi duduk di jembatan”. (C4 (k8))

4.2.2 Kesalahan Ejaan Penulisan Tanda Baca

4.2.2.1 Kesalahan penulisan tanda titik

Contoh :

(1) Sampai-sampai ayahnya bingung cara mengatur keuangan keluarganya(.) (C19 (k4))

(2) Karena aku tahu aku tidak akan bias bersamanya, aku sadar diri aku tidak sempurna(.) (C16
(k6))

(3) “Hari ini pelajaran apa sih?” tanya Rano(.) (C6 (k4))

Kalimat di atas terdapat kesalahan ejaan dalam penulisan tanda baca titik pada akhir kalimat.
kalimat (1), (2) dan (3) seharusnya memakai titik pada akhir kalimat.

Pembenaran dari kalimat di atas sebagai berikut.

(1) Sampai-sampai ayahnya bingung cara mengatur keuangan keluarganya. (C19 (k4))

(2) Karena aku tahu aku tidak akan bias bersamanya, aku sadar diri aku tidak sempurna. (C16
(k6))

(3) “Hari ini pelajaran apa sih?” tanya Rano. (C6 (k4))

4.2.2.2 Kesalahan penulisan tanda koma.


Contoh :

(1) “Habis ini pelajaran apa sih?,” Tanya rano (C6, k3/k4)

(2) “Halo”, ucap Mama Sandra. “Iya Ma”, jawab Sandra.

(3) “Terimakasih Mama” jawab Sandra

Kalimat di atas terdapat kesalahan ejaan dalam penulisan tanda koma. Pada kalimat (1)
seharusnya setelah tanda tanya tidak memakai tanda koma dalam petikan langsung. Kalimat (2)
seharusnya tanda koma diberikan sebelum tanda petik tutup dalam petikan langsung. Pada
kalimat (3) seharusnya tanda koma diberikan sebelum tanda kutip tutup dalam petikan langsung.

Pembetulan kalimat di atas sebagai berikut.

(1) “Habis ini pelajaran apa sih?” Tanya rano (C6, k3/k4)

(2) “Halo,” ucap mama Sandra. “Iya Ma,” jawab Sandra.

(3) “Terimakasih Mama,” jawab Sandra.

4.2.2.3 Kesalahan penulisan tanda petik.

Contoh :

(1) Hari senin yang menyebalkan belum lagi ditambah pelajaran yang membosankan
“matematika”. (C6, k1)

(2) “kring…kring…kringg” terdengar suara alarm Sebastian yang menunjukan pukul 19.00.
(C11, k2)

(3) “Hmm bisa jadi, mendingan kita bolos aja sebagai wujud unjuk rasa terhadap metode
pembelajaran Pak Eko. (C22 (2))

(4) Eh…eh…eh… (C3 (k3))

Pada kalimat di atas terdapat kesalahan ejaan dalam penulisan tanda baca yakni tanda petik.
Kalimat (1) seharusnya kata “matematika” tidak memakai tanda petik karena bukan merupakan
judul ataupun sub bab buku melainkan hanya nama mata pelajaran. Kalimat (2) seharusnya tanda
petik tidak digunakan dalam kalimat yang menyatakan bunyi. Kalimat (3) seharusnya
menggunakan tanda petik tutup di akhir kalimat ungkapan langsung. Kalimat (4) seharusnya
menggunakan tanda petik sebagai percakapan langsung.Pembenaran dari kalimat di atas sebagai
berikut.

(1) Hari senin yang menyebalkan belum lagi ditambah pelajaran yang membosankan
‘matematika’. (C6, k1)

(2) ‘kring…kring…kringg’ terdengar suara alarm Sebastian yang menunjukan pukul 19.00.
(C11, k2)

(3) “Hmm bisa jadi, mendingan kita bolos aja sebagai wujud unjuk rasa terhadap metode
pembelajaran Pak Eko”. (C22 (2))

(4) “Eh…eh…eh…” (C3 (k3))

4.2.2.4 Kesalahan tanda baca petik tunggal.

Contoh :

(1) Rio…rio…rio.. terdengar suara dari luar memanggil. (C3 (k1))

(2) …sreeeek… suara stang sepeda bergesekan dengan tembok. (C3 (k4))

Kalimat di atas terdapat kesalahan penulisan tanda baca pada tanda baca petik tunggal. Pada
kalimat (1) kata rio..rio..rio.. seharusnya menggunakan tanda baca petik tunggal karena
merupakan kutipan suara. Kalimat (2) kata sreeek.. seharusnya menggunakan petik tunggal
karena berupa kutipan suara.

Pembenaran kalimat di atas sebagai berikut.

(1) Rio…rio…rio.. terdengar suara dari luar memanggil. (C3 (k1))

(2) …sreeeek… suara stang sepeda bergesekan dengan tembok. (C3 (k4))

Data di atas merupakan hasil analisis yang berupa kesalahan penulisan ejaan yang dilakukan
siswa kelas XI MIA 3 di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Dari analisi diatas diketahui jika
kesalahan pemakian huruf kapital yakni terdapat pada : (1) pemakaian tanda baca di awal
kalimat, (2) kesalahan pemakaian huruf kapital pada unsur nama orang, (3) kesalahan pemakaian
huruf kapital pada awal kalimat pada petikan langsung, (4) kesalahan pemakaian huruf kapital
pada nama hari, (5) kesalahan pemakaian huruf pada sapaan, (6) kesalahan ejaan pada penulisan
nama

geografi, (7) Kesalahan pemakaian huruf kapital pada judul, (8) Kesalahan pemakaian huruf
kapital pada kata atau kalimat sapaan langsung. Sementara itu, kesalahan penulisan tanda baca
terdapat pada (1) kesalahan penulisan tanda petik, (2) kesalahan penulisan tanda koma, (3)
kesalahan penulisan tanda petik, (4) kesalahan penulisan pada tanda petik tunggal.

Data dari analisis di atas menunjukan bahwa penulisan ejaan masih menjadi masalah bagi siswa
kelas XI MIA 3 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Terlihat dari 22 siswa yang dianalisis teks
cerpennya masih banyak kesalahan dalam penulisannya dan hanya satu siswa yang tidak didapati
kesalahan ejaan baik tanda baca maupun huruf kapital. Banyaknya siswa kelas X MIA 3 SMA
Pangudi Luhur Sedayu yang masih melakukan kesalahan dalam penulisan ejaan huruf kapital
dan tanda baca ini kemungkinan disebabkan karena ketidak telitian siswa, mengingat bahwa guru
bahasa Indonesia di kelas tersebut sudah sering melakukan penekanan penulisan ejaan yang
benar sesuai kaidah yang berlaku pada setiap kegiatan menulis siswa. Kebosanan dalam kegiatan
pembelajaran menulis atau mengarang bisa menjadi faktor ketidak telitian siswa, karena dengan
hilangnya semangat maka siswa dapat kehilangan konsentrasi dalam menulis. Oleh karena itu
guru bahasa Indonesia perlu memberikan pembelajaran menulis yang kreatif dan menarik
sehingga dengan itu siswa akan lebih antusias dalam kegiatan belajar.

BAB V

PENUTUP
Bab lima merupakan bab penutup dari laporan penelitian ini. Bab lima berisi uraian mengenai
tiga hal, yaitu kesimpulan, implikasi, dan saran yang dapat digunakan sebagai tindak lanjut
penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam teks cerita pendek
karya siswa kelas XI MIA 3 SMA N 1Lakbok masih banyak ditemukan kesalahan ejaan dan
kesalahan tanda baca. Peneliti menemukan 127 kesalahan ejaan dari 22 karangan cerita pendek
siswa. Kesalahan ejaan yang paling banyak yaitu kealahan penulisan huruf kapital yang
mencapai 100 kesalahan.

Dan kesalahan tanda baca 27 kesalahan.Kesalahan tanda baca meliputi (1) pemakaian tanda baca
di awal kalimat, (2) kesalahan pemakaian huruf kapital pada unsur nama orang, (3) kesalahan
pemakaian huruf kapital pada awal kalimat pada petikan langsung, (4) kesalahan pemakaian
huruf kapital pada nama hari, (5) kesalahan pemakaian huruf pada sapaan, (6) kesalahan ejaan
pada penulisan nama geografi, (7) Kesalahan pemakaian huruf kapital pada judul, (8) Kesalahan
pemakaian huruf kapital pada kata atau kalimat sapaan langsung. Kesalahan diatas dikarenakan
ketidak telitian siswa dalam kegiatan menulis cerpen. Sementara itu, kesalahan penulisan tanda
baca terdapat pada (1) kesalahan penulisan tanda petik, (2) kesalahan penulisan tanda koma, (3)
kesalahan penulisan tanda petik, (4) kesalahan penulisan pada tanda petik tunggal.

5.2 Implikasi

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kesalahan ejaan dalam penulisan huruf
kapital dan penulisan tanda baca masih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa siswa belum terlalu
menguasai kaidah ejaan yang diterapkan dalam pelajaran bahasa Indonesia.Pembelajaran dan
latihan sangat perlu disertai penjelasan agar siswa betul-betul memahami kaidah penulisan ejaan
yang berlaku. Guru perlu merancang kegiatan menulis yang menarik, karena kegiatan menulis
adalah hal yang membosankan bagi siswa. Kebosanan ini jugalah yang mengakibatkan siswa
menjadi kurang teliti dalam menulis cerpen.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti memberikan saran kepada guru bahasa Indonesia,
sekolah dan orang tua murid.

(1) Untuk Guru Bahasa Indonesia

Guru perlu meningkatkan pembelajaran dan penjelasan lebih pada aspek ejaan kususnya dalam
penulisan huruf kapital dan tanda baca. Karena kedua aspek tersebut yang paling mendominasi
kesalahan siswa dalam ejaan bahasa Indonesia. Dalam setiap pembelajaran menulis atau
mengkonstruksi teks siswa harus lebih ditekankan untuk memperhatikan ejaan

(2) Untuk Sekolah

Sekolah perlu memberi progam lebih baik dalam ekstrakurikuler, les atau hal yang lainnya yang
berhubungan dengan penanaman ilmu bahasa Indonesia dan bersifat wajib.

(3) Untuk Orang Tua

Orang tua wajib berperan serta dalam membantu pemahaman anak terhadap ejaan dalam bahasa
Indonesia baik dalam bentuk pembelajaran di rumah ataupun mengikutkan anak pada progam
pembelajaran bahasa Indonesia di luar jam sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Nurul, Dea Pitaloka. Kesalahan Ejaan Dalam Paragraph Deskripsi Siswa Kelas X Semester 1
SMA N 1 Lakbok Tahun Ajaran 2018/2019.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik : Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta

KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] http://kbbi.web.id/

[Diakses Februari 2018].

Kemendikbud. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia : Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Kemendikbud.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nurgiyanto, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pateda, Mansur. 1989. Analisis Kesalahan. Ende : Arnoldus

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.Bandung: Yrama Widya.

Setyawati, Nanik. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik. Surakarta :
Yuma Pustaka.

Sumardjo, Jakob. 2007. Catatan kecil tentang menulis cerpen. Yogyakarta: Diandra Primamitra.

Widjiyono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Wijayanti, Sri Hapsari dkk. 2015. Bahasa Indonesia : Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai