Definisi Demam:
Demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di
atas 38C. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu > 38.5C.
Akibat tuntutan peningkatan setting tsb maka tubuh akan memproduksi panas.
Inflammation - Fever
Pertama, RADANG. Apa sih radang itu? Infeksi?
Dalam bahasa inggris, radang adalah INFLAMMATION, bukan infection. Dengan
demikian, radang bisa disebabkan oleh infeksi tetapi bisa juga bukan karena infeksi.
Kalau karena infeksi, bisa infeksi kuman (bakteria) atau karena infeksi virus, jamur, parasit;
tetapi kebanyakan infeksi pada bayi dan anak disebabkan oleh virus.
Apa penyebab radang yang bukan infeksi? Bisa alergi (yang tersering), bisa juga trauma, tumbuh
gigi (teething), atau karena penyakit autoimun (ada kesalahan "program" di dalam tubuh dimana
organ tubuh dikira sebagai "musuh" dan diserang oleh sistem imun.
Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak jatuh sakit atau kalaupun sakit, ringan saja
sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme
atau jasad renik tsb bisa kuman bakteri,bisa virus, jamur, dll
Complication
Demam itu umumnya justru dibutuhkan sebagai salah satu bentuk perlawanan tubuh terhadap
infeksi. Tetapi apakah ada sisi negatifnya? Kerugian yang bisa terjadi akibat demam:
1.Dehidrasi - karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga
dapat menyebabkan dehidrasi.
2.Kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, kejang demam hanya
mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 3 tahun. Terjadi pada
hari pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.
Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi
dalam waktu sangat singkat. Umumnya TIDAK BERBAHAYA, tidak menyebabkan
KERUSAKAN OTAK.
Prinsip utama tata laksana demam (sesuai panduan Mayo Clinic USA) :
-Orang tua tidak perlu panik, umumnya demam tidak membahayakan jiwa. Hal utama yang perlu
dilakukan adalah mengamati perilaku anak. Bila saat suhu agak rendah anak masih tetap aktif,
masih riang, masih mau main, maka kita tidak perlu cemas.
-Jangan memberikan obat panas bila demam tidak tinggi
-Cegah kemungkinan terjadinya dehidrasi
-Mengetahui kapan harus cemas dan harus menghubungi dokter
Di lain pihak, setiap penyakit itu ada nature nya masing2, misalnya common cold - 3 - 10 hari -
ya jangan minta 1-2 hari sembuh. Kita tidak bisa melawan alam.
Dengan demikian, pemeriksaan laboratorium pada hari pertama demam, umumnya tidak
diperlukan kecuali pada kondisi seperti yang dikemukakan di atas.
Menggigil,Kejang
Management of febrile convulsion
Orang tua sering sulit membedakan antara menggigil dengan kejang.
Pada saat anak menggigil, anak tidak kehilangan kesadaran, tidak berhenti napasnya. Anak
menggigil karena suhu demamnya akan meningkat. Orang tua juga sulit membedakan antara
kejang demam/steup - dg kejang akibat infeksi otak.
Kejang akibat demam bersifat generalized (melibatkan seluruh tubuh), berlangsung sekejap,
setelah kejang - anak sadar.
Kejang akibat infeksi otak berlangsung lama, berulang-ulang, lehernya
kaku, dan sesudah kejang, anak tidak sadar.
Sebaiknya org tua menghitung lamanya kejang dengan watch stop - tidak jarang, akibat
penampilannya yang menakutkan, maka orang tua merasa kejangnya lama meski sebenarnya
hanya berlangsung dalam detik atau menit.
Obat demam dan kompres hangat hanya diberikan bila demam tinggi atau anak
merasa "uncomfortable". Upaya yang penting lainnya adalah mencegah komplikasi dehidrasi
dengan memberikan anak minum lebih dari biasanya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam (pireksi) yaitu peninggian suhu tubuh di atas 38,3 o C, sejak dahulu sudah
dikenal sebagai tanda penyakit. Penderita atau orang tua biasanya menyamakan tingginya
demam dengan beratnya penyakit. 30 – 35,8% alasan kunjungan ke dokter ialah demam.
Walaupun sebagian penderita dapat menahan suhu tubuh antara 39,4oC – 40oC, demam dapat
menimbulkan efek yang merusak. Pada 3% anak yang berumur kurang daripada 5 tahun terdapat
kejang demam, yang merupakan separuh daripada seluruh kejang pada kelompok umur ini.
Orang tua biasanya cemas bila anaknya demam karena beranggapan bahwa tingginya suhu
sejajar dengan gawatnya penyakit yang diderita dan berusaha meminta pertolongan untuk
pengobatan demamnya.1
Keadaan demam yang lebih berat, yaitu hiperpireksi dimana suhu tubuh lebih daripada
41,1oC atau 106oF, terdapat pada 0,476/ 1000 kasus demam. Kenaikan suhu di atas 41,1 oC
sebenarnya jarang terjadi, oleh karena adanya set point pengatur suhu yang diatur oleh
hipotalamus di otak. Kenaikan suhu di atas 41,1oC ini umumnya masih dapat ditoleransi oleh
anak, kecuali anak yang memang peka terhadap timbulnya kejang. Dalam keadaan kejang,
hiperpireksia menyebabkan kebutuhan untuk metabolisme yang lebih tinggi dan memperburuk
keadaan. 1
Dari penderita yang datang ke ruang darurat terdapat 0,048% yang menderita
hiperpireksia, sedang dari 1761 penderita dengan infeksi berat, misalnya tifus abdominalis dan
pneumonia lobaris ternyata 5% di antaranya menderita hiperpireksia. Beberapa ilmuwan
berpendapat bahwa meningkatnya suhu disertai dengan meningkatnya kasus bakterimia. Hal ini
dibuktikan bahwa pada kasus dengan hiperpireksia terdapat 26% bakterimia (kultur positif
dibanding dengan hanya 13% penderita dengan demam di bawah 40oC.2
Baik hipertermia dan hipotermia dapat menyebabkan MOD (Multiorgan system
Dysfunction). Terapi untuk hipertermia meliputi mencari agen penyebab dan mendiagnosa serta
penanganan penyakit yang mendasari dengan perawatan keseluruhan secara simultan. Pasien
dengan hipertermia dapat mengalami myoglobinuria dan gagal ginjal.5
Angka kematian penderita hiperpireksia cukup tinggi tetapi lebih daripada separuhnya
bukan disebabkan oleh tingginya suhu, melainkan disebabkan oleh penyebab hiperpireksia. Pada
percobaan penggunaan hipertermia sebagai pengobatan penderita keganasan yang lanjut,
meninggikan suhu tubuh sampai 42oC, tidak menyebabkan terjadinya disfungsi otak. Kenaikan
suhu di atas 41oC pada anak disertai frekuensi yang tinggi daripada infeksi berat atau bakterimia,
misalnya meningitis purulen, pneumonia lobaris, tifus abdominalis dan lain-lain.2
Penyelidikan tentang demam telah banyak dilakukan, sungguhpun begitu belum dapat
ditentukan peranan demam terhadap penyakit. Buku teks pediatric yang terpenting hampir tidak
membicarakan sama sekali gejala demam dan pengobatannya. Selain merupakan alat diagnostic
yang penting, demam mungkin merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat dipakai pada
pengobatan. 1
B. Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu sehat atau
sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38oC. Hiperpireksia adalah suatu keadaan
dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2
B. Etiologi
29-59% demam berhubungan dengan infeksi, 11-20% dengan penyakit kolagen, 6-8%
dengan neoplasma, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain. 1
Penyebab hiperpireksi ialah : infeksi 39%, infeksi dengan kerusakan pusat pengatur
suhu 32%, kerusakan pusat pengatur suhu saja 18%, dan pada 11% kasus disebabkan oleh
Juvenille Rheumatoid Arthritis, infeksi virus dan reaksi obat. Dari 28 penderita hiperpireksia
terdapat 11 penderita (39%) disebabkan oleh infeksi diantaranya 7 penderita disebabkan oleh
kuman gram negatif yang mengenai traktus urinaria 4 penderita, intraabdominal 2 penderita dan
1 penderita pada paru. Sedang 9 penderita (32%) disebabkan oleh gabungan antara infeksi dan
kerusakan pusat pengatur suhu. Selain itu 5 penderita (18%) disebabkan oleh kerusakan pusat
pengatur suhu. Tiga penderita (11%) tidak diketahui penyebabnya. 1,2
a. Pirogen endogen
- infeksi
- keganasan
- alergi
- penyakit kolagen
- keracunan DDT
- racun kalajengking
- penyinaran
- keracunan epinefrin
- hipertermia malignan
- hipertiroidisme
- hipernatremia
- keracunan aspirin
- panas di pabrik
- pakaian berlebihan
c. Pengeluaran panas tidak baik (rusak)
- displasia ektoderm
- kombusio (terbakar)
- keracunan phenothiazine
- heat stroke
- ensefalitis/ meningitis
- trauma kepala
- penyinaran2
Pengeluaran panas terutama melalui paru dan kulit. Udara ekspirasi yang dikeluarkan
paru jenuh dengan uap air yang berasal dari selaput lendir jalan nafas. Untuk menguapkan 1 ml
air diperlukan panas sebanyak 0,58 kkal. Pengeluaran panas melalui kulit dapat dengan dua cara
yaitu:
b. Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar keringat. Dapat juga
melalui perspirasi insensibilitas, difusi air melalui epidermis. 1
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit.
Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf
eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu hipotalamus dapat
mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi paru. Keterangan
tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang
memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit
yang diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah oleh
thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus untuk membentuk panas atau
untuk mengeluarkan panas. 1
Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat
kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan
terjadi vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat
dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang
bekerja pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan
mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas ditingkatkan dengan meningkatnya
metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas
akan dikurangi dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat. 1
KLASIFIKASI DEMAM
mRNA PROTEIN
HYPOTHALAMUS
PYROGEN PROSTAGLANDIN
↑ CYCLIC NUCLEOTIDS
Sitokin pirogenik: IL-1, TNF, IFN, ligand resptor gp-130 (IL-6) CNTF)
FEVER
(conservation/ produksi)
Neurotransmitter, cAMP
Prostaglandin E2
Endothelium organ
sirkulasi
(Gambar patogenesis demam 6)
b. Non-PMN
Pirogen endogen dapat terbentuk tanpa mengaktivasi sel leukosit dan hal
ini kemungkinan terjadi dengan mengubah lingkungan kimia neuron set-point
hipotalamus. Metabolisme pirogen endogen disini belum diketahui dan zat ini
dikeluarkan melalui sel retikuloendotelial. Keadaan ini terjadi pada penyakit
alergik, penyakit kolagen, tumor, infark, infeksi virus, penyakit darah, demam
steroid, penyakit metabolik dan lain-lain. 1
Kenaikan suhu tubuh dapat terjadi pada keadaan set point hipotalamus
yang normal, yakni bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas yang
normal atau pada pembentukan panas normal tetapi mekanisme pengeluaran
panas tidak baik. Mekanisme terjadinya kenaikan suhu seperti berikut:
D. Gambaran Klinis
Pada demam yang disebabkan oleh peningkatan set point hipothalamus, baik yang
berhubungan dengan endogenous pyrogen maupun non-EP, terdapat peninggian pembentukan
panas dan pengurangan pengeluaran panas. Penderita merasa dingin, terdapat piloerection,
menggigil (shivering), ekstremitas dingin, keringat tidak ada atau sedikit sekali dan posisi tubuh
penderita dalam posisi untuk mengurangi luas permukaan tubuh. 1
Pada penyakit tertentu misalnya dehidrasi dengan hipernatremia yang disebabkan oleh
diare terdapat gabungan mekanisme set point normal dan meningkat yaitu demam disebabkan
oleh infeksinya karena diare, yang mengakibatkan terjadinya set point meningkat sedang oleh
hipernatremia set point tetap normal.2
Pada penderita dimana pusat pengatur suhu rusak, penderita ini seperti mahkluk
poikilothermal, tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya terhadap perubahan suhu di
sekitarnya. Suhu tubuh akan menetap, tidak dapat naik turun. Resisten terhadap antipiretik. Bila
kerusakan hebat, keringat tidak ada. Sesudah tindakan penurunan suhu secara fisik, misalnya
surface colling, suhu tubuh akan tetap rendah. Terdapat juga gangguan neurologik dan endokrin
lainnya. 1
Pada rusaknya pusat pengatur suhu yang disebabkan oleh penyakit yang langsung
menyerang hipotalamus, misalnya ensefalitis dan perdarahan otak, pada tingkat permulaan
terdapat gejala klinis yang sama dengan set point hipotalamus yang meningkat tetapi apabila
kerusakan berlanjut terjadi keadaan dimana penderita tidak dapat mempertahankan suhu
tubuhnya terhadap perubahan suhu di sekitarnya. Penderita sangat bergantung pada suhu luar dan
resisten terhadap antipiretik. Bila kerusakan hebat terdapat gangguan neurologik dan endokrin
seperti diabetes insipidus.2
Hubungan demam dengan infeksi, banyak diselidiki. Pada anak berobat jalan dengan
suhu tubuh 38,3 C, ditemukan bakterimia pada 3,2-4,4% kasus. Pada anak berumur 7 bulan
sampai dengan 1 tahun dengan suhu tubuh lebih dari 39,4 C dan jumlah sel leukosit lebih dari
20.000/ml besar kemungkinan menderita infeksi. Pada anak berumur kurang dari 2 tahun,
dengan suhu tubuh 40 C atau lebih dengan leukositosis dan laju endap darah lebih dari 30
mm/jam, risiko bakterimi tiga kali lebih besar bila tidak ada leukositosis atau peningkatan laju
enap darah. Pada anak berumur kurang dari 3 bulan dengan suhu tubuh lebih dari 40 C, infeksi
berat ditemukan pada 31,4% kasus, meningtis bakterial pada 13,63% kasus. Sedangkan bila suhu
tubuh antara 37,7 – 39,9 C infeksi berat hanya ditemukan pada 9,5% kasus, tidak dijumpai kasus
meningitis bakterial. 1
Pada anak dengan hiperpireksi dimana suhu tubuh lebih dari 41,1 C, ditemukan
bakterimia pada 26% kasus, meningitis bakterial pada 18% kasus dan kejang pada 18% kasus.
Bila suhu tubuh antara 40,5-41,0 C, bakterimi hanya ditemukan pada 13% kasus, meningitis
bakterial pada 9% kasus dan kejang pada pada 7,2% kasus. 1
Bila suhu badan meningkat terus dan pada pengukuran suhu rektal mencapai 41,1oC
atau lebih terjadilah apa yang dinamakan hiperpireksia dan manifestasi klinis akan bertambah
dan bergantung pada keadaan. Gejala klinis yang penting dan harus dikenal secepatnya supaya
dapat ditanggulangi segera, yaitu:
Hiperpireksia dan gangguan sirkulasi berupa shock sering ditemukan pada anak
berumur kurang dari 1 tahun. Hiperpireksia menyebabkan vasokonstriksi umum dan gangguan
perfusi jaringan. Pengeluaran panas berkurang, sehingga suhu tubuh meningkat lagi dan keadaan
hipoksi lebih diperberat. 1
Sebagai kesimpulan, gambaran klinik yang dapat ditemukan pada hiperpireksia ialah
dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit, aritmia, decompensatio cordis,
hipotensi, shock, gangguan fungsi ginjal, respiratory failure, kejang, penurunan kesadaran
sampai koma. 1
E. Penatalaksaan Hiperpireksia
Dalam menanggulangi hiperpireksia ada 3 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu (1)
menurunkan suhu tubuh secara simptomatis, (2) pengobatan penunjang dan (3) mencari dan
mengobati penyebab.2
- Menempatkan penderita dalam ruangan yang dingin dengan aliran udara yang
baik, misalnya dengan kipas angin agar sirkulasi udara bertambah
- Surface cooling yaitu kompres secara intensif pada seluruh bagian tubuh dengan
es, air es atau dengan selimut hipotermik
- Memakai air es untuk membilas lambung atau enema atau infus sukar dilakukan
dan terdapat gejala sampingan yang tidak baik untuk penderita.2
Cara mengeluarkan panas tubuh secara fisik ini dapat digunakan untuk golongan
demam yang disebabkan oleh set point hipotalamus yang meningkat, set point hipotalamus yang
normal dan pada kerusakan pusat pengatur suhu. Tetapi bila hanya cara ini saja yang
dipergunakan untuk set point hipotalamus yang meningkat, terjadi perangsangan pembentukan
panas lebih banyak lagi dan akan mempertinggi metabolisme, suhu hanya sebentar saja turun dan
timbul gejala menggigil. Oleh sebab itu pada keadaan set point hipotalamus yang meningkat
dibutuhkan tambahan obat yang dapat menurunkan set point di hipotalamus.2
Pengeluaran panas secara fisik dapat dilakukan dengan cara external cooling dan
internal cooling :
b. Internal cooling
Dilakukan dengan membilas lambung dan rektum dengan larutan garam fisiologik
yang dingin. Dapat juga dengan memakai cairan infus yang sedingin es. Internal cooling
sukar melakukannya dan masih merupakan cara yang kontroversal. 1
b) menggunakan obat-obatan
Obat-obatan yang dipakai adalah antipretik yang tujuannya untuk menurunkan set point
hipotalamus. Obat ini bekerja melalui inhibisi biosintesis prostaglandin E, sehingga mencegah
atau menghambat pengaruh pirogen endogen. Bila set point diturunkan, pembentukan panas
dikurangi dan pengeluaran panas tubuh akan meningkat, sehingga suhu tubuh akan menurun dan
bahkan pada panas yang tak terlalu tinggi kompres es/ selimut hipotermik tidak diperlukan.
Untuk mencegah menggigil karena vasodilatasi di kulit dan pengeluaran keringat, penderita
dapat diselimuti. Obat antipiretik yang dipakai misalnya aspirin. Dosis aspirin adalah 60 mg/
tahun/ kali, sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah 6 bulan diberikan 10 mg/ bulan/
kali, sehari diberikan 3 kali. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam 2 jam pemberian oral,
tetapi half life meningkat dengan menaikkan dosis sehingga ada bahaya akumulasi sebagai akibat
pemberian yang sering unutk memberantas demam. Gejala sampingan aspirin yang perlu
diketahui adalah perdarahan saluran pencernaan, memberatkan asma dan mengganggu fungsi
sel-sel trombosit.2
Bila set point normal, pemberian aspirin untuk mengubah set point adalah tindakan
salah dan dapat menyebabkan keracunan.2
Kadang-kadang mekanisme patogenesis demam pada seorang penderita lebih dari pada
satu atau merupakan kombinasi, misalnya pada penyakit diare dan hipernatremia. Diare mungkin
disebabkan oleh infeksi, demam oleh karena pirogen dapat diturunkan dengan antipiretik sedang
hipernatremia yang menyebabkan metabolisme panas yang meningkat, dapat dihilangkan dengan
mengeluarkan panas secara fisik.2
Pada setiap penderita hiperpireksi dilakukan intra-venous fluid drips untuk memberikan
cairan dan kalori serta untuk mengkoreksi setiap gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila terdapat asidosis diberikan natrium bikarbonat atau cairan yang mengandung
base-corrector seperti cairan Ringer Laktat. 1
1. Dinginkan pasien secepatnya dengan air es atau dingin, kipas angin atau agen pendingin
lainnya
3. Berikan infuse cairan isotonic cristaloid untuk hipotensi, dextrose 5% untuk tekanan darah
yang normal dan untuk maintenance. Monitor CVP (Central Venous Pressure)
4. Tempatkan monitor, dan cek temperature per rectal berkelanjutan dan pasang kateter Folley
serta NGT
Pengobatan penunjang harus segra dan bersamaan dengan menurunkan suhu tubuh
secara simptomatis. Hal ini bergantung pada gejala yang timbul, tetapi meskipun
demikian kita harus waspada sebab sewaktu-waktu gejala yang memberatkan penderita
akan timbul. Penatalaksanaan terdiri atas:
- Mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu
dilakukan intubasi atau trakeotomi
- Bila terjadi hipoksia yang dapat mengakibatkan edema otak dapat diberikan
kortison dengan dosis 20 -30 mg/ kg BB dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
dexamethasone ½ - 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. 2
4. Mencari dan mengobati penyebab
Untuk hal ini diperlukan pemeriksaan lengkap baik secara umum maupun
neurologik. Factor infeksi sangat penting dan perlu dikerjakan pemeriksaan darah
lengkap termasuk biakan dan pungsi lumbal.
F. Prognosis
BAB III
KESIMPULAN
Hiperpireksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1 oC atau 106oF
(suhu rectal).2 Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan
hiperpireksia disebabkan oleh set point hipotalamus meningkat (adanya EP dan non EP), set
point hipotalamus normal (pembentukan panas melebihi pengeluaran panas, lingkungan lebih
panas daripada pengeluaran panas, pengeluaran panas tidak baik) dan rusaknya pusat pengatur
suhu (ensefalitis/ meningitis, trauma kepala, perdarahan intrakranial).
Gejala klinis yang penting dan harus dikenal secepatnya supaya dapat ditanggulangi
segera, yaitu: gejala serebral seperti disorientasi, delirium, halusinasi, ataksia, fotofobi, kejang,
koma dan deserebrasi ; kulit : merah, panas dan kering ; tekanan darah : mula-mula naik, normal
dan kemudian turun ; jantung : takikardia dan aritmia ; pernafasan : tak teratur atau tipe Cheyne
Stokes ; oliguria, dehidrasi, asidosis metabolik dan renjatan (shock) ; ekimosis, petekiae,
perdarahan dan DIC (disseminated intravascular coagulation).2
Dalam menanggulangi hiperpireksia ada 3 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu (1)
menurunkan suhu tubuh secara simptomatis, (2) pengobatan penunjang dan (3) mencari dan
mengobati penyebab.2 Prognosis hiperpireksi bergantung kepada penyakit yang menyebabkan
hiperpireksi itu. Bila penatalaksanaannya baik, kebanyakan kasus dapat sembuh daripada
hiperpireksinya dan fungsi basal kembali normal. Pada keadaan heat stroke yang mengalami
komplikasi dan hipertermia malignan prognosisnya buruk.1,2
DAFTAR PUSTAKA
3. Richard C. Dart, MD, PhD. (2007). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis &
Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.
4. F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies &
Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill
Companies; by Appleton & Lange.
5. Todd J. Kilbaugh Jimmy W. Huh Mark A. Helfaer. (2006). Chapter 34: Disorders of
Temperature Control. Current Pediatric Therapy, 18th ed.Saunders, An Imprint of
Elsevier.
6. Rudolph, Colin D.; Rudolph, Abraham M.; Hostetter, Margaret K.; Lister, George; Siegel,
Norman J. (2003). Chapter 4: The Acutely Ill Infant and Child. Rudolph's Pediatrics, 21st
Edition, McGraw-Hill.
Catetan Berat
Pada aktivitas fisik yang berat (pembentukan panas tubuh meningkat) dan/atau lingkungan yang
panas, mekanisme pengaturan suhu pada organisme menjadi sangat terbebani, terutama bila
disertai kekurangan cairan dan kelembapan udara yang tinggi. Berlawanan dengan keadaan
demam, pada hipertermia suhu inti tubuh tidak dapat lagi dipertahankan pada set level 37
drajatC. Saat berdiri, vasodilatasi (pembuluh darah melebar) menyebabkan sebagian darah
tertimbun di kaki dan volume ekstrasel menjadi berkurang karena berkeringat. Akibatnya, curah
jantung dan tekanan darah menurun, terutama karena vasodilatasi pada kulit akan mengurangi
resistensi (tahanan) pembuluh darah perifer. Bahkan, pada suhu inti dibawah 39 drajatC dapat
terjadi perasaan lemas, pusing, mual dan kehilangan kesadaran akibat “penurunan tekanan
darah” (heat collapse). Posisi berbaring dan pemberian cairan dapat meningkatkan kembali
tekanan darah.
Keadaan yang lebih berbahaya adalah bila suhu inti tubuh mencapai 40,5 drajatC karena pada
suhu tersebut otak sudah tidak dapat lagi menoleransinya. Sebagai perlindungan dari “heat
stroke/hilang kesadaran”, untuk sementara otak dapat dipertahankan menjadi lebih dingin
daripada bagian lain dari tubuh karena suhu inti yang meningkat menyebabkan pengeluaran
keringat yang hebat di kepala (bahkan dengan dehidrasi), terutama pada wajah. Darah yang
mengalami pendinginan melalui cara ini mencapai sistem vena endokranial dan sinus
kavernosus, yang akan menurunkan suhu pada arteri di sekitarnya. Hal ini tampaknya merupakan
satu-satunya penjelasan terhadap fakta bahwa pada pelari maraton yang mengalami peningkatan
suhu inti samapi 41,9 drajatC dalam waktu yang singkat tidak terkena “heat stroke”.
Bila terjadi peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara 40,5 dan 43 drajatC, “pusat
pengatur suhu” di otak tengah akan gagal dan pengeluaran keringat pun terhenti. Akibatnya,
terjadi disorientasi, sikap apatis (cuek ngga sengaja), dan kehilangan kesadaran (heat stroke).
“edema otak” yang disertai dengan kerusakan sistem saraf pusat tanpa pertolongan yang cepat
bisa menimbulkan kematian. Risiko terutama terdapat pada anak-anak karena perbandingan luas
permukaan dengan massa tubuhnya lebih besar dibandingkan orang dewasa, dan pada anak juga
hanya sedikit produksi keringat. “pengobatan heat stroke” dapat dilakukan dengan membawa
pasien ke lingkungan yang lebih dingin dan/atau berendam di air dingin. Tetapi permukaan tubuh
tidak boleh terlalu dingin karena dapat menyebabkan vasokonstriksi yang memperlambat
penurunan suhu inti. Bahkan, pengobatan “heat stroke” yang berhasil dapat meninggalkan
kerusakan menetap pada pusat pengaturan tubuh. Hal tersebut membuat toleransi terhadap suhu
lingkungan yang ekstrem menjadi terbatas di masa mendatang.
“Heat cramps” terjadi bila orang mengerjakan kerja fisik yang berat pada suhu lingkungan yang
sangat tinggi (misalnya, pada pandai besi). Jika hanya air yang hilang dan bukan garam, masih
dapat digantikan.
“Sun Stroke” perlu dibedakan dari hipertermia karena terjadi akibat radiasi sinar matahari yang
langsung mengenai kepala dan leher. Keadaan ini menyebabkan mual, pusing, sakit kepala hebat,
hyperemia otak serta meningitis serosa dan dapat berakhir dengan kematian.
Kontak atau radiasi panas dapat menyebabkan luka bakar derajat 1, 2 dan 3 (secara berurutan
timbul kemerahan, bula, atau nekrosis) pada kulit. Sengatan sinar matahari yang sering dan hebat
juga meningkatkan resiko melanoma
Hipertermia adalah suhu tubuh tinggi karena gagal termoregulasi. Hyperthermia occurs when
the body produces or absorbs more heat than it can dissipate. Hipertermia terjadi ketika tubuh
menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari itu bisa menghilang. When the elevated
body temperatures are sufficiently high, hyperthermia is a medical emergency and requires
immediate treatment to prevent disability and death. Ketika suhu tubuh tinggi cukup tinggi,
hipertermia adalah darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah
kecacatan dan kematian.
The most common causes are heat stroke and adverse reactions to drugs. Penyebab paling umum
adalah serangan panas dan reaksi negatif obat. Heat stroke is an acute condition of hyperthermia
that is caused by prolonged exposure to excessive heat and/or humidity. Heat stroke adalah
kondisi yang akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang terlalu lama panas yang
berlebihan dan / atau kelembaban. The heat-regulating mechanisms of the body eventually
become overwhelmed and unable to effectively deal with the heat, causing the body temperature
to climb uncontrollably. Panas-mekanisme yang mengatur tubuh akhirnya menjadi kewalahan
dan tidak mampu secara efektif berhubungan dengan panas, menyebabkan suhu tubuh naik tak
terkendali. Hyperthermia is a relatively rare side effect of many drugs, particularly those that
affect the central nervous system . Malignant hyperthermia is a rare complication of some types
of general anesthesia . Hipertermia adalah relatif jarang terjadi efek samping banyak obat,
terutama yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Hipertermia maligna adalah komplikasi yang
jarang beberapa jenis anestesi umum.
Hyperthermia can be created artificially by drugs or medical devices. Hyperthermia therapy may
be used to treat some kinds of cancer and other conditions, most commonly in conjunction with
radiotherapy . [ 1 ] Hipertermia dapat dibuat secara dengan obat-obatan atau alat medis.
Hipertermia terapi dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker dan kondisi lainnya,
paling sering bersama dengan radioterapi. [1]
Hyperthermia differs from fever in the mechanism that causes the elevated body temperatures: a
fever is caused by a change in the body's temperature set-point. Hipertermia berbeda dari demam
dalam mekanisme yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh: demam disebabkan oleh
perubahan dalam suhu tubuh set-titik.