Anda di halaman 1dari 29

DEMAM PADA ANAK

Definisi Demam:
Demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di
atas 38C. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu > 38.5C.
Akibat tuntutan peningkatan setting tsb maka tubuh akan memproduksi panas.

Tiga Fase Demam


1. menggigil - sampai suhu tubuh mencapai puncaknya,
2. lalu menetap
3. dan baru akhirnya turun

Bagaimana dan Mengapa Demam Timbul


Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil
di dalam tubuh kita yang disebut dg PIROGEN - ZAT PENCETUS PANAS.

Apa yg menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan pirogen? Banyak,


seperti infeksi, radang, keganasan, alergi, teething, dll.

Inflammation - Fever
Pertama, RADANG. Apa sih radang itu? Infeksi?
Dalam bahasa inggris, radang adalah INFLAMMATION, bukan infection. Dengan
demikian, radang bisa disebabkan oleh infeksi tetapi bisa juga bukan karena infeksi.
Kalau karena infeksi, bisa infeksi kuman (bakteria) atau karena infeksi virus, jamur, parasit;
tetapi kebanyakan infeksi pada bayi dan anak disebabkan oleh virus.

Apa penyebab radang yang bukan infeksi? Bisa alergi (yang tersering), bisa juga trauma, tumbuh
gigi (teething), atau karena penyakit autoimun (ada kesalahan "program" di dalam tubuh dimana
organ tubuh dikira sebagai "musuh" dan diserang oleh sistem imun.

Kedua, apa itu INFEKSI?


Infeksi adalah masuknya jasad renik (micro organisms atau mahluk hidup yg
sangat kecil yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita.
Masuknya micro-organisms tersebut belum tentu menyebabkan kita jatuh sakit, tergantung
banyak hal antara lain tergantung seberapa kuat daya tahan tubuh kita.

Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak jatuh sakit atau kalaupun sakit, ringan saja
sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme
atau jasad renik tsb bisa kuman bakteri,bisa virus, jamur, dll

Ketiga, DEMAM. Apakah demam itu? Penyakit atau gejala?


Demam bukan penyakit, demam adalah gejala bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi di dalam
tubuh kita. Batuk, muntah, diare juga bukan penyakit, melainkan gejala. Berhadapan dengan
gejala-gejala tersebut, yang terpenting adalah mencari tahu APA PENYEBABnya.
Apakah DEMAM ITU PASTI INFEKSI? Belum tentu, meski yang terbanyak adalah
akibat infeksi. Pada bayi dan anak kebanyakan adalah infeksi virus.

Mengapa kalau infeksi harus demam?


Sudah terbukti bahwa demam sengaja dibuat oleh tubuh kita sebagai upaya membantu tubuh
menyingkirkan infeksi.
Pd saat terserang infeksi, maka tentunya tubuh harus membasmi infeksi tsb.
Caranya? Dengan mengerahkan sistem imun. Pasukan komando untuk melawan infeksi adalah
sel darah putih dan dalam melaksanakan tugasnya agar efektif dan tepat sasaran, sel darah putih
tidak bisa sendirian, diperlukan dukungan banyak pihak termasuk pirogen. Pirogen itu membawa
2 misi:
1.Mengerahkan sel darah putih atau leukosit ke lokasi infeksi
2.Menimbulkan demam yang akan membunuh virus karena virus tidak tahan suhu
tinggi, virus tumbuh subur di suhu rendah.

Dimana peran obat penurun panas?


Obat penurun panas, bekerja menghambat ensim Cox - sehingga pembentukan
prostaglandin terganggu-yang selanjutnya menyebabkan terganggunya peningkatan
suhu tubuh. Obat penurun panas samasekali tidak mengobati si penyebab demam itu sendiri.
Obat-obatan yang justru dapat meningkatkan suhu tubuh Anti-cancer,
Antibiotics (ampicillin, clox, tetra, lincomycin, Bactrim, Septrim, INH, Flagyl), Cimetidine,
Primperan

Cara mengatasi demam


1.Minum banyak, karena demam dapat menimbulkan dehidrasi (baca "kerugian yg
dapat terjadi karena demam").
2.Kompres anak dengan air hangat.
Kok bukan dengan air dingin? karena apabila diberi air dingin, otak kita akan
menyangka bahwa suhu diluar tubuh dingin sehingga otak akan memerintahkan tubuh
untuk menaikkan suhunya dengan cara menggigil sehingga memproduksi panas.
Akibatnya suhu tubuh anak bukannya turun, melainkan tambah panas.
Sebaiknya kompres dilakukan ketika: anak merasa uncomfortable, suhu mencapai 40C, pernah
kejang demam/keluarga dekat pernah menderita kejang demam atau anak muntah2 sehingga obat
tidak bisa masuk. Cara melakukan kompres: taruh anak di bath tub mandi dengan air hangat (30-
32C) atau usapkan air hangat disekujur tubuh anak. Kalau anak menolak, duduk di bath tub beri
mainan & ajak bermain.
3.Beri obat penurun panas, acetaminophen atau paracetamol seperti tempra, panadol, atau
paracetol, tylenol, sesuai dosis. Kapan obat penurun panas diberikan? Bila suhu di atas 38.5C,
atau bila anak uncomfortable. Sebaiknya jangan berikan obat demam apabila panasnya tidak
terlalu tinggi (dibawah 38.5C).

Complication
Demam itu umumnya justru dibutuhkan sebagai salah satu bentuk perlawanan tubuh terhadap
infeksi. Tetapi apakah ada sisi negatifnya? Kerugian yang bisa terjadi akibat demam:
1.Dehidrasi - karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga
dapat menyebabkan dehidrasi.
2.Kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, kejang demam hanya
mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 3 tahun. Terjadi pada

hari pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.
Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi
dalam waktu sangat singkat. Umumnya TIDAK BERBAHAYA, tidak menyebabkan
KERUSAKAN OTAK.

Principles in fever management


Apa yang terpenting dalam menghadapi anak demam?
-Mencari tahu apa penyebab panasnya.
-Dengan mengetahui permasalahan, maka kita dapat bertindak secara rasional.

Prinsip utama tata laksana demam (sesuai panduan Mayo Clinic USA) :
-Orang tua tidak perlu panik, umumnya demam tidak membahayakan jiwa. Hal utama yang perlu
dilakukan adalah mengamati perilaku anak. Bila saat suhu agak rendah anak masih tetap aktif,
masih riang, masih mau main, maka kita tidak perlu cemas.
-Jangan memberikan obat panas bila demam tidak tinggi
-Cegah kemungkinan terjadinya dehidrasi
-Mengetahui kapan harus cemas dan harus menghubungi dokter

Di lain pihak, setiap penyakit itu ada nature nya masing2, misalnya common cold - 3 - 10 hari -
ya jangan minta 1-2 hari sembuh. Kita tidak bisa melawan alam.

American Academy of Pediatrics - membuat rekomendasi penanganan demam dengan


mencantumkan kondisi-kondisi dimana orang tua harus menghubungi dokternya:
-Bila bayi berusia < 3 bulan dengan suhu tubuh ³ 38C
-Bila bayi berusia 3 - 6 bulan dengan suhu tubuh ³ 38.3C
-Bayi dan anak berusia > 6 bulan, dengan suhu tubuh ³ 40C

Beberapa kondisi lainnya dimana anda perlu berkomunikasi dg dokter


-Tidak mau minum atau sudah mengalami dehidrasi
-Iritabel atau menangis terus menerus, tidak dapat ditenangkan
-Tidur terus menerus, lemas dan sulit dibangunkan (lethargic)
-Kejang
-Kaku kuduk leher,
-Sesak napas
-Gelisah, muntah, diare
-Sakit kepala hebat

Dengan demikian, pemeriksaan laboratorium pada hari pertama demam, umumnya tidak
diperlukan kecuali pada kondisi seperti yang dikemukakan di atas.

Panduan praktis menangani anak demam:


-Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Anak memakai baju yang tidak tebal
-Ekstra cairan, Minum sering: Air, air sup, jus buah segar yang sudah dicampur air, es batu, es
krim. Bila sering muntah atau diare, beri minuman yg mengandung elektrolit:
pedialyte, oralit
-Biarkan anak memakan apa yang dia inginkan, jangan dipaksa. Hindarkan makanan yang
berlemak, makanan yang sulit dicerna.
-Tepid sponging (kompres air hangat)
Anak tidak masuk sekolah, tetapi bukan berarti harus di tempat tidur seharian.

Sponging to ease fever


Kompres untuk meredakan demam
Tidak jarang orang tua terperangah bila saya tidak memberikan obat dan
menyatakan - cukup kompres saja.
Kompres hangat akan menurunkan suhu anak dalam waktu 30 - 45 menit.

Kapan kita mengompres anak demam?


1. Uncomfortable
2. Suhu (40C)
3. Pernah kejang demam atau keluarga dekat pernah menderita kejang demam
4. Muntah-muntah sehingga obat tidak bisa masuk

Bagaimana cara mengompres anak demam?


1. Taruh anak di bath tub/ember mandi yang diisi air hangat bersuhu 30 - 32C; atau
2. Usapkan air hangat di sekujur tubuh bayi/anak
Bila anak menolak, suruh duduk di ember/bath tub, beri mainan, ajak bermain

Menggigil,Kejang
Management of febrile convulsion
Orang tua sering sulit membedakan antara menggigil dengan kejang.
Pada saat anak menggigil, anak tidak kehilangan kesadaran, tidak berhenti napasnya. Anak
menggigil karena suhu demamnya akan meningkat. Orang tua juga sulit membedakan antara
kejang demam/steup - dg kejang akibat infeksi otak.

Kejang akibat demam bersifat generalized (melibatkan seluruh tubuh), berlangsung sekejap,
setelah kejang - anak sadar.
Kejang akibat infeksi otak berlangsung lama, berulang-ulang, lehernya
kaku, dan sesudah kejang, anak tidak sadar.

Sebaiknya org tua menghitung lamanya kejang dengan watch stop - tidak jarang, akibat
penampilannya yang menakutkan, maka orang tua merasa kejangnya lama meski sebenarnya
hanya berlangsung dalam detik atau menit.

Beberapa panduan praktis menangani anak kejang demam:


-Tetap tenang, jangan panik, amati kondisi anak dengan seksama
-Baringkan anak/bayi di tempat yang aman (lantai)
-Saat anak kejang, jangan di "rejeng" (untuk mencegah terjadinya fraktur)
-Cegah agar saat kejang anak tidak tersedak (posisi anak tengkurap atau miring)
-Jangan taruh benda apapun di dalam mulut anak (misalnya sendok)
Fever Medication (obat demam) -Konsultasikan dengan dokter

Ibuprophen AcetaminophenAcetosal Metamizole


Effect NYERI, demam, fever, inflamasi DEMAM, nyeri Nyeri, demam,
inflamasi Nyeri, demam, inflamasi
Dosis 5-10 mg/kg 10-15 XX XX
Efek samping Iritasi lambung/saluran cerna (perdarahan), Gangguan
ginjalJangan berikan bila anak muntah2 dan atau diare Paling aman - asalkan
dosisnya tidak berlebihanBila overdosis, dapat menyebabkan kerusakan hati Sindrom Reye
(gangguan otak dan hati), iritasi lambungTidak dianjurkan: Anak < 12 tahun, infeksi virus Bone
marrow suppression

Beberapa prinsip yang perlu dicatat:


-Jangan berikan 2 obat demam misalnya acertaminophen dengan ibuprofen atau acetaminophen
dengan aspirin.
- Sebaiknya jangan campur acetaminophen dengan phenobarbital (luminal).
Luminal menekan ensim hati yang kerjanya menetralisir acetaminophen sehingga kadar
acetaminophen di darah akan meningkatkan dan meningkat pula risiko intoksikasi
acetaminophen.
- Jangan campur obat demam dengan steroid (prednison, oradexon, kenacort, dll) karena steroid
akan meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna.
- Acetaminophen merupakan obat yang paling aman selama dosisnya diberikan dengan tepat
(tidak berlebih).
- Jangan obati demam yang tidak tinggi.
- Jangan berikan aspirin (ASETOSAL/ASPILET) pada anak < 12 tahun. Pada infeksi virus,
aspirin akan meningkatkan risiko SINDROM REYE, suatu kondisi berat yang mmenyebabkan
gagal hati dan penurunan kesadaran.

Umumnya, demam bukan merupakan kondisi yang membahayakan jiwa. Demam


justru merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang membantu kita membasmi infeksi, yang
paling penting adalah mencari tahu penyebab demam dan memahami saat orang tua harus
mengontak dokter anaknya. Oleh karena itu, bila demam tidak tinggi, jangan berikan obat
demam, tidak perlu dikompres, minum banyak saja.

Obat demam dan kompres hangat hanya diberikan bila demam tinggi atau anak
merasa "uncomfortable". Upaya yang penting lainnya adalah mencegah komplikasi dehidrasi
dengan memberikan anak minum lebih dari biasanya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam (pireksi) yaitu peninggian suhu tubuh di atas 38,3 o C, sejak dahulu sudah
dikenal sebagai tanda penyakit. Penderita atau orang tua biasanya menyamakan tingginya
demam dengan beratnya penyakit. 30 – 35,8% alasan kunjungan ke dokter ialah demam.
Walaupun sebagian penderita dapat menahan suhu tubuh antara 39,4oC – 40oC, demam dapat
menimbulkan efek yang merusak. Pada 3% anak yang berumur kurang daripada 5 tahun terdapat
kejang demam, yang merupakan separuh daripada seluruh kejang pada kelompok umur ini.
Orang tua biasanya cemas bila anaknya demam karena beranggapan bahwa tingginya suhu
sejajar dengan gawatnya penyakit yang diderita dan berusaha meminta pertolongan untuk
pengobatan demamnya.1

Keadaan demam yang lebih berat, yaitu hiperpireksi dimana suhu tubuh lebih daripada
41,1oC atau 106oF, terdapat pada 0,476/ 1000 kasus demam. Kenaikan suhu di atas 41,1 oC
sebenarnya jarang terjadi, oleh karena adanya set point pengatur suhu yang diatur oleh
hipotalamus di otak. Kenaikan suhu di atas 41,1oC ini umumnya masih dapat ditoleransi oleh
anak, kecuali anak yang memang peka terhadap timbulnya kejang. Dalam keadaan kejang,
hiperpireksia menyebabkan kebutuhan untuk metabolisme yang lebih tinggi dan memperburuk
keadaan. 1

Dari penderita yang datang ke ruang darurat terdapat 0,048% yang menderita
hiperpireksia, sedang dari 1761 penderita dengan infeksi berat, misalnya tifus abdominalis dan
pneumonia lobaris ternyata 5% di antaranya menderita hiperpireksia. Beberapa ilmuwan
berpendapat bahwa meningkatnya suhu disertai dengan meningkatnya kasus bakterimia. Hal ini
dibuktikan bahwa pada kasus dengan hiperpireksia terdapat 26% bakterimia (kultur positif
dibanding dengan hanya 13% penderita dengan demam di bawah 40oC.2
Baik hipertermia dan hipotermia dapat menyebabkan MOD (Multiorgan system
Dysfunction). Terapi untuk hipertermia meliputi mencari agen penyebab dan mendiagnosa serta
penanganan penyakit yang mendasari dengan perawatan keseluruhan secara simultan. Pasien
dengan hipertermia dapat mengalami myoglobinuria dan gagal ginjal.5

Hiperpireksi meningkatkan metabolisme tubuh dan kerja system kardiopulmoner dan


menyebabkan kerusakan jaringan sehingga harus ditanggulangi sebagai kasus emergensi.
Malignant hyperthermia pada anestesi dapat menyebabkan kematian pada 60 – 80% kasus. 1

Angka kematian penderita hiperpireksia cukup tinggi tetapi lebih daripada separuhnya
bukan disebabkan oleh tingginya suhu, melainkan disebabkan oleh penyebab hiperpireksia. Pada
percobaan penggunaan hipertermia sebagai pengobatan penderita keganasan yang lanjut,
meninggikan suhu tubuh sampai 42oC, tidak menyebabkan terjadinya disfungsi otak. Kenaikan
suhu di atas 41oC pada anak disertai frekuensi yang tinggi daripada infeksi berat atau bakterimia,
misalnya meningitis purulen, pneumonia lobaris, tifus abdominalis dan lain-lain.2

Penyelidikan tentang demam telah banyak dilakukan, sungguhpun begitu belum dapat
ditentukan peranan demam terhadap penyakit. Buku teks pediatric yang terpenting hampir tidak
membicarakan sama sekali gejala demam dan pengobatannya. Selain merupakan alat diagnostic
yang penting, demam mungkin merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat dipakai pada
pengobatan. 1

Pengobatan hiperpireksi tidak selalu menyenangkan, efektif dan berguna, malahan


mungkin berbahaya. Pengobatan yang rasionil memerlukan pengertian yang baik tentang
mekanisme pengaturan suhu tubuh, patogenesis dan patofisiologi demam serta pengetahuan
tentang mekanisme pengobatan yang dapat menurunkan suhu tubuh. Pengobatan yang ditujukan
terhadap penyakit yang menyebabkan hiperpireksi tentu saja tetap merupakan hal yang utama. 1

B. Tujuan Penulisan

Mengetahui tentang definisi, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis, penatalaksanaan


dan prognosis hiperpireksia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu sehat atau
sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38oC. Hiperpireksia adalah suatu keadaan
dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2

B. Etiologi

29-59% demam berhubungan dengan infeksi, 11-20% dengan penyakit kolagen, 6-8%
dengan neoplasma, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain. 1

Penyebab hiperpireksi ialah : infeksi 39%, infeksi dengan kerusakan pusat pengatur
suhu 32%, kerusakan pusat pengatur suhu saja 18%, dan pada 11% kasus disebabkan oleh
Juvenille Rheumatoid Arthritis, infeksi virus dan reaksi obat. Dari 28 penderita hiperpireksia
terdapat 11 penderita (39%) disebabkan oleh infeksi diantaranya 7 penderita disebabkan oleh
kuman gram negatif yang mengenai traktus urinaria 4 penderita, intraabdominal 2 penderita dan
1 penderita pada paru. Sedang 9 penderita (32%) disebabkan oleh gabungan antara infeksi dan
kerusakan pusat pengatur suhu. Selain itu 5 penderita (18%) disebabkan oleh kerusakan pusat
pengatur suhu. Tiga penderita (11%) tidak diketahui penyebabnya. 1,2

Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan hiperpireksia


dapat dibagi sebagai berikut:

1. Set point hipotalamus meningkat

a. Pirogen endogen

- infeksi

- keganasan
- alergi

- panas karena steroid

- penyakit kolagen

b. Penyakit atau zat

- kerusakan susunan saraf pusat

- keracunan DDT

- racun kalajengking

- penyinaran

- keracunan epinefrin

2. Set point hipotalamus normal

a. Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas

- hipertermia malignan

- hipertiroidisme

- hipernatremia

- keracunan aspirin

b. Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas

- mandi sauna berlebihan

- panas di pabrik

- pakaian berlebihan
c. Pengeluaran panas tidak baik (rusak)

- displasia ektoderm

- kombusio (terbakar)

- keracunan phenothiazine

- heat stroke

3. Rusaknya pusat pengatur suhu

a. Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus:

- ensefalitis/ meningitis

- trauma kepala

- perdarahan di kepala yang hebat

- penyinaran2

C. Patofisiologi Pengaturan Suhu Tubuh

Manusia ialah makhluk yang homeotermal, artinya makhluk yang dapat


mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu di sekitarnya berubah. Yang dimaksud dengan
suhu tubuh ialah suhu bagian dalam tubuh seperti viscera, hati, otak. Suhu rectal merupakan
penunjuk suhu yang baik. Suhu rectal diukur dengan meletakkan thermometer sedalam 3 – 4 cm
dalam anus selama 3 menit sebelum dibaca. Suhu mulut hampir sama dengan suhu rectal. Suhu
ketiak biasanya lebih rendah daripada suhu rectal. Pengukuran suhu aural pada telinga bayi baru
lahir lebih susah dilakukan dan tidak praktis. Suhu tubuh manusia dalam keadaan istirahat
berkisar antara 36oC – 37oC, yang dapat dipertahankan karena tubuh mampu mengatur
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. 1
Panas dapat berasal dari luar tubuh seperti iklim atau suhu udara di sekitarnya yang
panas. Panas dapat berasal dari tubuh sendiri. Pembentukan panas oleh tubuh (termogenesis)
merupakan hasil metabolisme tubuh. Dalam keadaan basal tubuh membentuk panas 1 kkal/ kg
BB/ jam. Jumlah panas yang dibentuk alat tubuh, seperti hati dan jantung relative tetap,
sedangkan panas yang dibentuk otot rangka berubah-ubah sesuai dengan aktifitas. Bila tidak ada
mekanisme pengeluaran panas, dalam keadaan basal suhu tubuh akan naik 1oC/ jam, sedang
dalam aktivitas normal suhu tubuh akan naik 2oC/ jam. 1

Pengeluaran panas terutama melalui paru dan kulit. Udara ekspirasi yang dikeluarkan
paru jenuh dengan uap air yang berasal dari selaput lendir jalan nafas. Untuk menguapkan 1 ml
air diperlukan panas sebanyak 0,58 kkal. Pengeluaran panas melalui kulit dapat dengan dua cara
yaitu:

a. Konduksi – konveksi : pengeluaran panas melalui cara ini bergantung kepada


perbedaan suhu kulit dan suhu udara sekitarnya.

b. Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar keringat. Dapat juga
melalui perspirasi insensibilitas, difusi air melalui epidermis. 1

Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit.
Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf
eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu hipotalamus dapat
mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi paru. Keterangan
tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang
memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit
yang diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah oleh
thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus untuk membentuk panas atau
untuk mengeluarkan panas. 1

Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat
kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan
terjadi vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat
dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang
bekerja pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan
mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas ditingkatkan dengan meningkatnya
metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas
akan dikurangi dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat. 1

KLASIFIKASI DEMAM

Berdasarkan keadaan hipotalamus, demam dapat dibagi sebagai berikut:

I. Set point hipotalamus meningkat

Pembentukan panas meningkat, pengeluaran panas berkurang.

1. Endogenous pyrogen (E.P):

a. Leukosit polimorfonuklear (PMN)

Pada demam oleh karena infeksi, kuman sebagai penyebab melepaskan


suatu polisakarida yang tahan panas, disebut sebagai pirogen eksogen yang
beredar dalam darah. Infeksi menimbulkan demam karena endotoksin bakteri
merangsang sel PMN untuk membuat EP. Pada penyakit infeksi terdapat
peningkatan sel PMN. Pada percobaan binatang telah dibuktikan bahwa pirogen
eksogen tidak langsung mempengaruhi pusat pengatur suhu, tetapi lewat banyak
sel dalam tubuh seperti sel leukosit, sel Kupfer hati, sel makrofag dalam paru,
limpa dan kelenjar limfe bereaksi terhadap pirogen eksogen dan membentuk
protein yang tak tahan panas, disebut pirogen endogen (endogenous pyrogen).
Pirogen endogen masuk ke susunan saraf pusat melalui darah dan menyebabkan
pelepasan prostaglandin E di dalam jaringan otak dengan akibat rangsangan
terhadap hipotalamus yang peka terhadap zat tersebut sehingga menimbulkan
panas seperti yang diperlihatkan pada bagan sebagai berikut:2

mRNA PROTEIN

EXOGENOUS PHAGOCYTES ACTIVATED SYNTHESIS


ENDOGENOUS
PYROGEN LEUCOCYTES LEUCOCYTES PYROGEN

HYPOTHALAMUS

ENDOGENOUS CIRCULATIONHYPOTHALAMUS MONOAMINES


FEVER

PYROGEN PROSTAGLANDIN

↑ CYCLIC NUCLEOTIDS

Infeksi, toksin, injuri, inflamasi, respon imunologik

Monosit, neutrofil, limfosit, sel endothelium glial, sel mesangium mesenkim

Sitokin pirogenik: IL-1, TNF, IFN, ligand resptor gp-130 (IL-6) CNTF)

FEVER

Respon panas peripheral

(conservation/ produksi)

Peningkatan set point

Antipiretik sentral bekerja disini

Termoregulator pusat Hipotalamus

Neurotransmitter, cAMP

Prostaglandin E2

Antipiretik sistemik yang memblok PG

Endothelium organ

sirkulasi
(Gambar patogenesis demam 6)

Hipotalamus mengandung kadar yang tinggi dari norepinephrin (NE). 5-


hydroxytryptamin (5HT), acetylcholine, dopamine dan histamin, yang semuanya
disebut neurotransmitter dari hipotalamus, yang turut meregulasi suhu tubuh.
Pada percobaan binatang dibuktikan bahwa apabila NE disuntikkan ke dalam
hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh, 5HT menyebabkan kenaikan
suhu dan acetylcholine juga menyebabkan kenaikan suhu.2

Mekanisme yang dapat mengaktifkan EP belum diketahui. Juga belum


diketahui bagaimana EP mempengaruhi pusat pengatur suhu dalam menimbulkan
demam, mungkin dengan mengubah lingkungan kimia neuron set point
hipotalamus. 1

b. Non-PMN

Pirogen endogen dapat terbentuk tanpa mengaktivasi sel leukosit dan hal
ini kemungkinan terjadi dengan mengubah lingkungan kimia neuron set-point
hipotalamus. Metabolisme pirogen endogen disini belum diketahui dan zat ini
dikeluarkan melalui sel retikuloendotelial. Keadaan ini terjadi pada penyakit
alergik, penyakit kolagen, tumor, infark, infeksi virus, penyakit darah, demam
steroid, penyakit metabolik dan lain-lain. 1

2. Non-endogenous pyrogen (non-EP): obat-obatan atau bahan lain

Demam pada keadaan set point hipotalamus meningkat dapat terjadi


bukan karena pelepasan pirogen endogen tetapi karena obat-obatan (phenotiazine,
amphetamine, metamphetamine, preparat tiroid), penyakit tertentu di susunan
saraf pusat, keracunan epinefrin, norepinefrin, DDT dan lain-lain. 1,3

II. Set point hipotalamus normal

Kenaikan suhu tubuh dapat terjadi pada keadaan set point hipotalamus
yang normal, yakni bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas yang
normal atau pada pembentukan panas normal tetapi mekanisme pengeluaran
panas tidak baik. Mekanisme terjadinya kenaikan suhu seperti berikut:

1. Pembentukan panas meningkat, pengeluaran panas normal

Keadaan ini ditemukan pada malignant hyperthermia, hypertiroidisme,


hipernatremi, keracunan aspirin, feokromositoma. Keadaan ini juga
dijumpai bila suhu udara di luar tubuh sangat tinggi atau bila memakai baju
terlampau tebal.

2. Pembentukan panas normal, pengeluaran panas berkurang

Keadaan in terjadi pada keadaan keracunan obat antikolinergik seperti


atropin, ektodermal displasi, luka bakar. 1

III. Kerusakan pusat pengatur suhu (central fever)

Pada keadaan ini demam terjadi disebabkan oleh karena penyakit


tertentu yang menyerang dan mengakibatkan rusaknya pusatnya pengatur suhu
tubuh, misalnya penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus,
seperti ensefalitis, trauma kapitis, perdarahan hebat intrakranial, meningtis
bakterial, radiasi, tetraparesis atau paraparesis, dimana susunan saraf otonom
tidak berfungsi. 2

D. Gambaran Klinis

Pada demam yang disebabkan oleh peningkatan set point hipothalamus, baik yang
berhubungan dengan endogenous pyrogen maupun non-EP, terdapat peninggian pembentukan
panas dan pengurangan pengeluaran panas. Penderita merasa dingin, terdapat piloerection,
menggigil (shivering), ekstremitas dingin, keringat tidak ada atau sedikit sekali dan posisi tubuh
penderita dalam posisi untuk mengurangi luas permukaan tubuh. 1

Pada demam dimana set-point hipothalamus normal, pembentukan panas meningkat


melebihi pengeluaran panas dan mekanisme pengeluaran panas normal, penderita merasa panas,
tidak ada piloerection, ekstremitas panas, keringat banyak atau berkurang dan posisi tubuh
penderita dalam posisi untuk memperluas permukaan tubuh. Pada feokromositoma, hiperpireksi
timbul secara tiba-tiba disertai nyeri kepala dan keringat banyak. Bila pembentukan panas
normal, tapi mekanisme pengeluaran panas tidak baik, penderita merasa panas, ekstremitas
panas, keringat sedikit. 1

Pada penyakit tertentu misalnya dehidrasi dengan hipernatremia yang disebabkan oleh
diare terdapat gabungan mekanisme set point normal dan meningkat yaitu demam disebabkan
oleh infeksinya karena diare, yang mengakibatkan terjadinya set point meningkat sedang oleh
hipernatremia set point tetap normal.2

Pada demam disebabkan oleh displasia ektodermal, terbakar, kelebihan/ keracunan


phenotiazine dan heat stroke terdapat pembentukan panas normal tetapi mekanisme pengeluaran
panas terganggu/ berkurang. Dalam hal ini penderita merasa panas, gelisah, lemah, ekstremitas
panas dan keringat berkurang sampai tidak ada.2

Pada penderita dimana pusat pengatur suhu rusak, penderita ini seperti mahkluk
poikilothermal, tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya terhadap perubahan suhu di
sekitarnya. Suhu tubuh akan menetap, tidak dapat naik turun. Resisten terhadap antipiretik. Bila
kerusakan hebat, keringat tidak ada. Sesudah tindakan penurunan suhu secara fisik, misalnya
surface colling, suhu tubuh akan tetap rendah. Terdapat juga gangguan neurologik dan endokrin
lainnya. 1

Pada rusaknya pusat pengatur suhu yang disebabkan oleh penyakit yang langsung
menyerang hipotalamus, misalnya ensefalitis dan perdarahan otak, pada tingkat permulaan
terdapat gejala klinis yang sama dengan set point hipotalamus yang meningkat tetapi apabila
kerusakan berlanjut terjadi keadaan dimana penderita tidak dapat mempertahankan suhu
tubuhnya terhadap perubahan suhu di sekitarnya. Penderita sangat bergantung pada suhu luar dan
resisten terhadap antipiretik. Bila kerusakan hebat terdapat gangguan neurologik dan endokrin
seperti diabetes insipidus.2

Hubungan demam dengan infeksi, banyak diselidiki. Pada anak berobat jalan dengan
suhu tubuh 38,3 C, ditemukan bakterimia pada 3,2-4,4% kasus. Pada anak berumur 7 bulan
sampai dengan 1 tahun dengan suhu tubuh lebih dari 39,4 C dan jumlah sel leukosit lebih dari
20.000/ml besar kemungkinan menderita infeksi. Pada anak berumur kurang dari 2 tahun,
dengan suhu tubuh 40 C atau lebih dengan leukositosis dan laju endap darah lebih dari 30
mm/jam, risiko bakterimi tiga kali lebih besar bila tidak ada leukositosis atau peningkatan laju
enap darah. Pada anak berumur kurang dari 3 bulan dengan suhu tubuh lebih dari 40 C, infeksi
berat ditemukan pada 31,4% kasus, meningtis bakterial pada 13,63% kasus. Sedangkan bila suhu
tubuh antara 37,7 – 39,9 C infeksi berat hanya ditemukan pada 9,5% kasus, tidak dijumpai kasus
meningitis bakterial. 1

Pada anak dengan hiperpireksi dimana suhu tubuh lebih dari 41,1 C, ditemukan
bakterimia pada 26% kasus, meningitis bakterial pada 18% kasus dan kejang pada 18% kasus.
Bila suhu tubuh antara 40,5-41,0 C, bakterimi hanya ditemukan pada 13% kasus, meningitis
bakterial pada 9% kasus dan kejang pada pada 7,2% kasus. 1

Hipertermia pada pasien dengan penyakit yang mendasari di jantung dapat


menyebabkan terjadinya iskemia, aritmia hingga penyakit jantung kongestif. Kebutuhan oksigen
meningkat dan pengeluaran karbondioksida bertambah yang mengakibatkan peningkatan
metabolisme dan heart rate. Hipertermia dapat memperberat brain injury. Pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan leukositosis, trombositosis, hemokonsentrasi dan DIC. Azotemia
dan peningkatan serum levels of muscle enzymes serta tanda-tanda gagal ginjal dan
rhabdomiolisis dan peningkatan enzim-enzim hati dengan gejala-gejala gagal hepar bisa terjadi.5

Bila suhu badan meningkat terus dan pada pengukuran suhu rektal mencapai 41,1oC
atau lebih terjadilah apa yang dinamakan hiperpireksia dan manifestasi klinis akan bertambah
dan bergantung pada keadaan. Gejala klinis yang penting dan harus dikenal secepatnya supaya
dapat ditanggulangi segera, yaitu:

- gejala serebral seperti disorientasi, delirium, halusinasi, ataksia, fotofobi, kejang,


koma dan deserebrasi

- kulit : merah, panas dan kering

- tekanan darah : mula-mula naik, normal dan kemudian turun


- jantung : takikardia dan aritmia

- pernafasan : tak teratur atau tipe Cheyne Stokes

- oliguria, dehidrasi, asidosis metabolik dan renjatan (shock)

- ekimosis, petekiae, perdarahan dan DIC (disseminated intravascular


coagulation).2

Hiperpireksi menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk di dalamnya peningkatan


konsumsi oksigen dan metabolisme jaringan. Setiap kenaikan suhu tubuh 1oC, basal metabolik
rate meningkat 10 -14%, kebutuhan oksigen meningkat 20% dan basal tidal volume meningkat
9%. Sebagai akibatnya sistem kardiovaskuler bekerja lebih berat. Hiperpireksia secara langsung
dapat menyebabkan kerusakan jaringan. 1

Hiperpireksia dan gangguan sirkulasi berupa shock sering ditemukan pada anak
berumur kurang dari 1 tahun. Hiperpireksia menyebabkan vasokonstriksi umum dan gangguan
perfusi jaringan. Pengeluaran panas berkurang, sehingga suhu tubuh meningkat lagi dan keadaan
hipoksi lebih diperberat. 1

Sebagai kesimpulan, gambaran klinik yang dapat ditemukan pada hiperpireksia ialah
dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit, aritmia, decompensatio cordis,
hipotensi, shock, gangguan fungsi ginjal, respiratory failure, kejang, penurunan kesadaran
sampai koma. 1

E. Penatalaksaan Hiperpireksia

Dalam menanggulangi hiperpireksia ada 3 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu (1)
menurunkan suhu tubuh secara simptomatis, (2) pengobatan penunjang dan (3) mencari dan
mengobati penyebab.2

1. Menurunkan suhu tubuh secara simptomatis


Dalam menurunkan suhu tubuh secara simptomatik ada 2 hal tindakan yang perlu
dipisahkan, yaitu: a) mengeluarkan panas tubuh secara fisik dan b) menggunakan obat-
obat.

a) mengeluarkan panas tubuh secara fisik, ialah:

- Menempatkan penderita dalam ruangan yang dingin dengan aliran udara yang
baik, misalnya dengan kipas angin agar sirkulasi udara bertambah

- Membuka baju penderita

- Surface cooling yaitu kompres secara intensif pada seluruh bagian tubuh dengan
es, air es atau dengan selimut hipotermik

- Menggunakan alkohol untuk mendinginkan tubuh harus hati-hati karena gas


yang turut terisap dapat menyebabkan hipoglikemia dan koma.

- Memakai air es untuk membilas lambung atau enema atau infus sukar dilakukan
dan terdapat gejala sampingan yang tidak baik untuk penderita.2

Cara mengeluarkan panas tubuh secara fisik ini dapat digunakan untuk golongan
demam yang disebabkan oleh set point hipotalamus yang meningkat, set point hipotalamus yang
normal dan pada kerusakan pusat pengatur suhu. Tetapi bila hanya cara ini saja yang
dipergunakan untuk set point hipotalamus yang meningkat, terjadi perangsangan pembentukan
panas lebih banyak lagi dan akan mempertinggi metabolisme, suhu hanya sebentar saja turun dan
timbul gejala menggigil. Oleh sebab itu pada keadaan set point hipotalamus yang meningkat
dibutuhkan tambahan obat yang dapat menurunkan set point di hipotalamus.2

Pengeluaran panas secara fisik dapat dilakukan dengan cara external cooling dan
internal cooling :

a. External Colling (Surface Cooling)


Dilakukan dengan mengompres seluruh tubuh dengan air, air es atau dengan
memakai hypothermic matress, yaitu suatu alat berupa selimut yang suhunya dapat diatur
dengan mesin. Bila memakai es, jangan meletakkan es pada satu tempat lebih lama dari
satu menit.

Pemakaian alkohol untuk mendinginkan kulit, harus dilakukan dengan hati-hati,


karena dapat menimbulkan koma, hipoglikemi dan hipothermi karena inhalasi alkohol
yang menguap, lebih-lebih bila ruangan perawatan sempit dengan ventilasi tidak baik.

b. Internal cooling

Dilakukan dengan membilas lambung dan rektum dengan larutan garam fisiologik
yang dingin. Dapat juga dengan memakai cairan infus yang sedingin es. Internal cooling
sukar melakukannya dan masih merupakan cara yang kontroversal. 1

b) menggunakan obat-obatan

Obat-obatan yang dipakai adalah antipretik yang tujuannya untuk menurunkan set point
hipotalamus. Obat ini bekerja melalui inhibisi biosintesis prostaglandin E, sehingga mencegah
atau menghambat pengaruh pirogen endogen. Bila set point diturunkan, pembentukan panas
dikurangi dan pengeluaran panas tubuh akan meningkat, sehingga suhu tubuh akan menurun dan
bahkan pada panas yang tak terlalu tinggi kompres es/ selimut hipotermik tidak diperlukan.
Untuk mencegah menggigil karena vasodilatasi di kulit dan pengeluaran keringat, penderita
dapat diselimuti. Obat antipiretik yang dipakai misalnya aspirin. Dosis aspirin adalah 60 mg/
tahun/ kali, sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah 6 bulan diberikan 10 mg/ bulan/
kali, sehari diberikan 3 kali. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam 2 jam pemberian oral,
tetapi half life meningkat dengan menaikkan dosis sehingga ada bahaya akumulasi sebagai akibat
pemberian yang sering unutk memberantas demam. Gejala sampingan aspirin yang perlu
diketahui adalah perdarahan saluran pencernaan, memberatkan asma dan mengganggu fungsi
sel-sel trombosit.2

Bila set point normal, pemberian aspirin untuk mengubah set point adalah tindakan
salah dan dapat menyebabkan keracunan.2
Kadang-kadang mekanisme patogenesis demam pada seorang penderita lebih dari pada
satu atau merupakan kombinasi, misalnya pada penyakit diare dan hipernatremia. Diare mungkin
disebabkan oleh infeksi, demam oleh karena pirogen dapat diturunkan dengan antipiretik sedang
hipernatremia yang menyebabkan metabolisme panas yang meningkat, dapat dihilangkan dengan
mengeluarkan panas secara fisik.2

Penderita hiperpireksi sebaiknya dirawat di bangsal khusus dimana dapat dilakukan


pengawasan klinik dan laboratorik terus-menerus. Aliran udara diatur, sehingga pertukaran udara
menjadi lebih baik. Kalau dapat, suhu ruangan perawatan diturunkan. Di bangsal emergensi,
keadaan respirasi, sirkulasi dan metabolik yang pertama sekali harus distabilkan. Ventilasi harus
terjamin. Saluran pernafasan harus terbuka. Bila banyak lendir harus dibersihkan dengan
menghisapnya dari hidung dan tenggorok. Untuk mencegah lidah terdorong ke belakang, yang
akan menyempitkan jalur nafas dipasang oropharyngeal airway. Bila perlu dilakukan intubasi
endotrakheal. Kadar oksigen udara pernafasan diatur sehingga mencukupi kebutuhan. Oksigen
dapat diberikan melalui kateter nasofaring, oropharyngeal airway atau dengan masker. Bila
terdapat kegagalan pernafasan, dipergunakan respirator. 1

Pada setiap penderita hiperpireksi dilakukan intra-venous fluid drips untuk memberikan
cairan dan kalori serta untuk mengkoreksi setiap gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila terdapat asidosis diberikan natrium bikarbonat atau cairan yang mengandung
base-corrector seperti cairan Ringer Laktat. 1

Bila penderita hiperpireksi merasa dingin, terdapat piloerection dan menggigil


sedangkan ekstremitas dingin dan keringat sedikit atau tidak ada sama sekali, berarti hiperpireksi
disebabkan oleh peninggian set point hipothalamus, pembentukan panas meningkat, pengeluaran
panas berkurang. Kepada penderita ini diberikan obat yang dapat merendahkan set-point
hipothalamus seperti aspirin atau acetaminophen, yang bersifat antagonik terhadap endogenous
pyrogen di hipothalamus. Pembentukan panas akan dikurangi, pengeluaran panas akan
ditingkatkan dengan vasodilatasi di kulit dan pengeluaran keringat. Untuk mencegah menggigil,
penderita diselimuti. Largaktil dapat diberikan untuk vasodilatasi di kulit dan untuk mencegah
menggigil. Pengeluaran panas secara fisik tanpa menurunkan set-point hipothalamus, akan
merangsang pembentukan panas lebih banyak lagi. Bila penderita gelisah dapat diberikan
sedative. Aktivitas penderita yang gelisah dapat menambah pembentukan panas. 1

Hiperpireksi dengan set-point hipothalamus normal, berarti pengeluaran panas baik,


penderita merasa ekstremitas panas tidak ada menggigil dan piloerection serta keringat ada,
diobati dengan pengeluaran panas secara fisik. Pemberian antipiretik dalam hal ini tidak berguna,
malah mungkin berbahaya. 1

Bila pada operasi timbul Malignant Hyperthermia, hentikan pemakaian halothese.


Anestesi dilanjutkan dengan N2O – O2 50-50%, tiopental dan d-tubokurarin. Berikan prokain-
amid 1 mg/kg BB. Bila suhu tubuh lebih dari 40 C dan operasi dilakukan pada rongga dada atau
perut lakukan irigasi pada rongga dada atau perut dengan larutan garam fisiologik yang steril dan
dingin. Bila rongga badan tidak dioperasi, sedangkan suhu tubuh lebih dari 42,2 C, buka rongga
perut dan lakukan irigasi seperti di atas. 1

Penanganan Heat Stroke:

1. Dinginkan pasien secepatnya dengan air es atau dingin, kipas angin atau agen pendingin
lainnya

2. Berikan oksigen 100%. Jika pasien unresponsive, awasi jalan nafasnya

3. Berikan infuse cairan isotonic cristaloid untuk hipotensi, dextrose 5% untuk tekanan darah
yang normal dan untuk maintenance. Monitor CVP (Central Venous Pressure)

4. Tempatkan monitor, dan cek temperature per rectal berkelanjutan dan pasang kateter Folley
serta NGT

5. Pemeriksaan laboratorium meliputi: pemeriksaan darah rutin, elektrolit meliputi: glukosa,


kreatinin, protrombin time dan partial tromboplastin time (PT dan PTT), keratin kinase,
fungsi hati, AGD, urinalisis dan serum kalsium, magnesium dan fosfat.

6. Rawat di ICU khusus untuk anak. 4


2. Pengobatan Penunjang

Pengobatan penunjang harus segra dan bersamaan dengan menurunkan suhu tubuh
secara simptomatis. Hal ini bergantung pada gejala yang timbul, tetapi meskipun
demikian kita harus waspada sebab sewaktu-waktu gejala yang memberatkan penderita
akan timbul. Penatalaksanaan terdiri atas:

- Mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu
dilakukan intubasi atau trakeotomi

- Pasanglah dan pertahankan infus untuk menjamin pemasukan cairan secara


teratur dan mempertahankan keseimbangan elektrolit.

- Bila penderita gelisah dapat diberikan sedativa karena kegelisahan dapat


menambah pembentukan panas

- Bila terjadi keadaan menggigil dapat diberikan klorpromazin dengan dosis 2 – 4


mg/ kg BB dibagi dalam 3 dosis. Pada heat stroke kecuali pengobatan
penurunan suhu secara fisik, dapat diberikan klorpromazin untuk mencegah
vasokonstriksi pembuluh darah kulit akibat bendungan yang terlalu cepat
karena tindakan secara fisik tersebut.

- Bila terdapat kejang segera hentikan kejangnya

- Bila timbul DIC (disseminated intravascular coagulation) tanggulangi


secepatnya. Sebenarnya DIC tidak memerlukan pengobatan bila penyebabnya
diobati dengan tepat, tetapi pada anak bila terjadi perdarahan hebat dapat
diberikan heparin dengan dosis 25 unit per kg BB dalam 1 jam di dalam infuse
secara kontinu atau 100 unit per kg BB tiap 4 – 6 jam sekali secara intravena.

- Bila terjadi hipoksia yang dapat mengakibatkan edema otak dapat diberikan
kortison dengan dosis 20 -30 mg/ kg BB dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
dexamethasone ½ - 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. 2
4. Mencari dan mengobati penyebab

Untuk hal ini diperlukan pemeriksaan lengkap baik secara umum maupun
neurologik. Factor infeksi sangat penting dan perlu dikerjakan pemeriksaan darah
lengkap termasuk biakan dan pungsi lumbal.

Dengan penatalaksanaan yang baik mengeani hiperpireksia dan ditemukan


penyebabnya umumya penderita dapat sembuh. Misalnya pada hipertermia
malignan akibat anestesia bila tidak waspada dan tidak diketahui akan berakibat
fatal. 2

F. Prognosis

Prognosis hiperpireksi bergantung kepada penyakit yang menyebabkan hiperpireksi itu.


Bila penatalaksanaannya baik, kebanyakan kasus dapat sembuh daripada hiperpireksinya dan
fungsi basal kembali normal. Kematian karena hiperpireksi saja 3-7%, sedangkan kematian
karena penyakit utamanya 20%. Jadi pengobatan yang ditujukan terhadap penyakit yang
menyebabkan hiperpireksi tetap merupakan hal yang utama.1 Pada keadaan heat stroke yang
mengalami komplikasi dan hipertermia malignan prognosisnya buruk.1,2

BAB III

KESIMPULAN

Hiperpireksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1 oC atau 106oF
(suhu rectal).2 Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan
hiperpireksia disebabkan oleh set point hipotalamus meningkat (adanya EP dan non EP), set
point hipotalamus normal (pembentukan panas melebihi pengeluaran panas, lingkungan lebih
panas daripada pengeluaran panas, pengeluaran panas tidak baik) dan rusaknya pusat pengatur
suhu (ensefalitis/ meningitis, trauma kepala, perdarahan intrakranial).

Gejala klinis yang penting dan harus dikenal secepatnya supaya dapat ditanggulangi
segera, yaitu: gejala serebral seperti disorientasi, delirium, halusinasi, ataksia, fotofobi, kejang,
koma dan deserebrasi ; kulit : merah, panas dan kering ; tekanan darah : mula-mula naik, normal
dan kemudian turun ; jantung : takikardia dan aritmia ; pernafasan : tak teratur atau tipe Cheyne
Stokes ; oliguria, dehidrasi, asidosis metabolik dan renjatan (shock) ; ekimosis, petekiae,
perdarahan dan DIC (disseminated intravascular coagulation).2

Gambaran klinis hiperpireksia berbeda-beda, pada demam yang disebabkan oleh


peningkatan set point hipothalamus, Penderita merasa dingin, terdapat piloerection, menggigil
(shivering), ekstremitas dingin, keringat tidak ada atau sedikit sekali dan posisi tubuh penderita
1
dalam posisi untuk mengurangi luas permukaan tubuh. Pada demam dimana set-point
hipothalamus normal, penderita merasa panas, tidak ada piloerection, ekstremitas panas, keringat
banyak atau berkurang dan posisi tubuh penderita dalam posisi untuk memperluas permukaan
tubuh. Pada penderita dimana pusat pengatur suhu rusak, penderita ini seperti mahkluk
poikilothermal, tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya terhadap perubahan suhu di
sekitarnya. Suhu tubuh akan menetap, tidak dapat naik turun. Resisten terhadap antipiretik. Bila
kerusakan hebat, keringat tidak ada. Terdapat juga gangguan neurologik dan endokrin lainnya. 1
Pada rusaknya pusat pengatur suhu yang disebabkan oleh penyakit yang langsung menyerang
hipotalamus, misalnya ensefalitis dan perdarahan otak, pada tingkat permulaan terdapat gejala
klinis yang sama dengan set point hipotalamus yang meningkat tetapi apabila kerusakan
berlanjut terjadi keadaan dimana penderita tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya terhadap
perubahan suhu di sekitarnya. Penderita sangat bergantung pada suhu luar dan resisten terhadap
antipiretik. 2

Dalam menanggulangi hiperpireksia ada 3 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu (1)
menurunkan suhu tubuh secara simptomatis, (2) pengobatan penunjang dan (3) mencari dan
mengobati penyebab.2 Prognosis hiperpireksi bergantung kepada penyakit yang menyebabkan
hiperpireksi itu. Bila penatalaksanaannya baik, kebanyakan kasus dapat sembuh daripada
hiperpireksinya dan fungsi basal kembali normal. Pada keadaan heat stroke yang mengalami
komplikasi dan hipertermia malignan prognosisnya buruk.1,2

DAFTAR PUSTAKA

1. Darlan Darwis. (1981). Penatalaksanaan Kegawatan Pediatrik, Beberapa Masalah dan


Penanggulangan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2. H. Sofyan Ismail. (1981). Hiperpireksia. Kedaruratan dan Kegawatan Medik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

3. Richard C. Dart, MD, PhD. (2007). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis &
Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.

4. F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies &
Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill
Companies; by Appleton & Lange.

5. Todd J. Kilbaugh Jimmy W. Huh Mark A. Helfaer. (2006). Chapter 34: Disorders of
Temperature Control. Current Pediatric Therapy, 18th ed.Saunders, An Imprint of
Elsevier.

6. Rudolph, Colin D.; Rudolph, Abraham M.; Hostetter, Margaret K.; Lister, George; Siegel,
Norman J. (2003). Chapter 4: The Acutely Ill Infant and Child. Rudolph's Pediatrics, 21st
Edition, McGraw-Hill.

Catetan Berat

Hipertermia, Trauma Panas (patofis)


In ILMU dasar medis!! on 23/06/2009 at 08:14

Pada aktivitas fisik yang berat (pembentukan panas tubuh meningkat) dan/atau lingkungan yang
panas, mekanisme pengaturan suhu pada organisme menjadi sangat terbebani, terutama bila
disertai kekurangan cairan dan kelembapan udara yang tinggi. Berlawanan dengan keadaan
demam, pada hipertermia suhu inti tubuh tidak dapat lagi dipertahankan pada set level 37
drajatC. Saat berdiri, vasodilatasi (pembuluh darah melebar) menyebabkan sebagian darah
tertimbun di kaki dan volume ekstrasel menjadi berkurang karena berkeringat. Akibatnya, curah
jantung dan tekanan darah menurun, terutama karena vasodilatasi pada kulit akan mengurangi
resistensi (tahanan) pembuluh darah perifer. Bahkan, pada suhu inti dibawah 39 drajatC dapat
terjadi perasaan lemas, pusing, mual dan kehilangan kesadaran akibat “penurunan tekanan
darah” (heat collapse). Posisi berbaring dan pemberian cairan dapat meningkatkan kembali
tekanan darah.

Keadaan yang lebih berbahaya adalah bila suhu inti tubuh mencapai 40,5 drajatC karena pada
suhu tersebut otak sudah tidak dapat lagi menoleransinya. Sebagai perlindungan dari “heat
stroke/hilang kesadaran”, untuk sementara otak dapat dipertahankan menjadi lebih dingin
daripada bagian lain dari tubuh karena suhu inti yang meningkat menyebabkan pengeluaran
keringat yang hebat di kepala (bahkan dengan dehidrasi), terutama pada wajah. Darah yang
mengalami pendinginan melalui cara ini mencapai sistem vena endokranial dan sinus
kavernosus, yang akan menurunkan suhu pada arteri di sekitarnya. Hal ini tampaknya merupakan
satu-satunya penjelasan terhadap fakta bahwa pada pelari maraton yang mengalami peningkatan
suhu inti samapi 41,9 drajatC dalam waktu yang singkat tidak terkena “heat stroke”.

Bila terjadi peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara 40,5 dan 43 drajatC, “pusat
pengatur suhu” di otak tengah akan gagal dan pengeluaran keringat pun terhenti. Akibatnya,
terjadi disorientasi, sikap apatis (cuek ngga sengaja), dan kehilangan kesadaran (heat stroke).
“edema otak” yang disertai dengan kerusakan sistem saraf pusat tanpa pertolongan yang cepat
bisa menimbulkan kematian. Risiko terutama terdapat pada anak-anak karena perbandingan luas
permukaan dengan massa tubuhnya lebih besar dibandingkan orang dewasa, dan pada anak juga
hanya sedikit produksi keringat. “pengobatan heat stroke” dapat dilakukan dengan membawa
pasien ke lingkungan yang lebih dingin dan/atau berendam di air dingin. Tetapi permukaan tubuh
tidak boleh terlalu dingin karena dapat menyebabkan vasokonstriksi yang memperlambat
penurunan suhu inti. Bahkan, pengobatan “heat stroke” yang berhasil dapat meninggalkan
kerusakan menetap pada pusat pengaturan tubuh. Hal tersebut membuat toleransi terhadap suhu
lingkungan yang ekstrem menjadi terbatas di masa mendatang.

“Hipertermia maligna” dapat menyebabkan kematian, akibat defek genetik yang


heterogenpada transport Ca di sarkoplasma, dengan mempengaruhi kanal pelepas Ca (reseptor
rianodin). Beberapa obat anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran) dan pelemas otot
depolarisasi (suksametonium klorida) menimbulkan pelepasan Ca yang tiba-tiba dan berlebihan
dari reticulum sarkoplasma sehingga terjadi konstraksi otot menyeluruh dan tidak terkoordinasi,
dengan pemakaian O2 yang sangat tinggi dan pembentukan panas yang luar biasa. Akibatnya,
terjadi asidosis, hiperkalemia, takikardia, aritmia dan hipertermia yang meningkat secara cepat.
Bila dikenali secara cepat, hipertermia maligna dapat diobati dengan baik melalui penghentian
obat anestesi dan/atau pelemas otot, dan disertai pemberian “dantrolen” sehingga menghambat
pelepasan Ca pada sel otot lurik, serta mendinginkan tubuh.

“Heat cramps” terjadi bila orang mengerjakan kerja fisik yang berat pada suhu lingkungan yang
sangat tinggi (misalnya, pada pandai besi). Jika hanya air yang hilang dan bukan garam, masih
dapat digantikan.

“Sun Stroke” perlu dibedakan dari hipertermia karena terjadi akibat radiasi sinar matahari yang
langsung mengenai kepala dan leher. Keadaan ini menyebabkan mual, pusing, sakit kepala hebat,
hyperemia otak serta meningitis serosa dan dapat berakhir dengan kematian.
Kontak atau radiasi panas dapat menyebabkan luka bakar derajat 1, 2 dan 3 (secara berurutan
timbul kemerahan, bula, atau nekrosis) pada kulit. Sengatan sinar matahari yang sering dan hebat
juga meningkatkan resiko melanoma

Hipertermia adalah suhu tubuh tinggi karena gagal termoregulasi. Hyperthermia occurs when
the body produces or absorbs more heat than it can dissipate. Hipertermia terjadi ketika tubuh
menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari itu bisa menghilang. When the elevated
body temperatures are sufficiently high, hyperthermia is a medical emergency and requires
immediate treatment to prevent disability and death. Ketika suhu tubuh tinggi cukup tinggi,
hipertermia adalah darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah
kecacatan dan kematian.

The most common causes are heat stroke and adverse reactions to drugs. Penyebab paling umum
adalah serangan panas dan reaksi negatif obat. Heat stroke is an acute condition of hyperthermia
that is caused by prolonged exposure to excessive heat and/or humidity. Heat stroke adalah
kondisi yang akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang terlalu lama panas yang
berlebihan dan / atau kelembaban. The heat-regulating mechanisms of the body eventually
become overwhelmed and unable to effectively deal with the heat, causing the body temperature
to climb uncontrollably. Panas-mekanisme yang mengatur tubuh akhirnya menjadi kewalahan
dan tidak mampu secara efektif berhubungan dengan panas, menyebabkan suhu tubuh naik tak
terkendali. Hyperthermia is a relatively rare side effect of many drugs, particularly those that
affect the central nervous system . Malignant hyperthermia is a rare complication of some types
of general anesthesia . Hipertermia adalah relatif jarang terjadi efek samping banyak obat,
terutama yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Hipertermia maligna adalah komplikasi yang
jarang beberapa jenis anestesi umum.

Hyperthermia can be created artificially by drugs or medical devices. Hyperthermia therapy may
be used to treat some kinds of cancer and other conditions, most commonly in conjunction with
radiotherapy . [ 1 ] Hipertermia dapat dibuat secara dengan obat-obatan atau alat medis.
Hipertermia terapi dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker dan kondisi lainnya,
paling sering bersama dengan radioterapi. [1]

Hyperthermia differs from fever in the mechanism that causes the elevated body temperatures: a
fever is caused by a change in the body's temperature set-point. Hipertermia berbeda dari demam
dalam mekanisme yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh: demam disebabkan oleh
perubahan dalam suhu tubuh set-titik.

The opposite of hyperthermia is hypothermia , which occurs when an organism's temperature


drops below that required for normal metabolism. Kebalikan dari hipertermia adalah hipotermia,
yang terjadi ketika suatu organisme suhu turun di bawah yang dibutuhkan untuk metabolisme
normal. Hypothermia is caused by prolonged exposure to low temperatures and is also a medical
emergency requiring immediate treatment. Hipotermia disebabkan oleh kontak yang terlalu lama
temperatur rendah dan juga merupakan darurat medis yang memerlukan penanganan segera.

Anda mungkin juga menyukai