Anda di halaman 1dari 35

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

Laporan pendahuluan, strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dan asuhan keperawatan


mengenai harga diri rendah (HDR)

Nama : Milda Miladia


Nim : 01810050
Keterangan kasus : Harga diri rendah (HDR)

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT


2020/202
LAPORAN PENDAHULUAN HDR

A. Pengertian

1. Konsep diri

Menurut Rogers (2004) konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep
diri terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal (Rogers, 2004). Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep
lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang
dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan
Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah
konsep diri yang utuh, integral, dan sejati (Rogers, 2004).

Komponen-komponen dalam konsep diri terdiri atas beberapa hal diantaranya adalah
sebagai berikut (Rogers, 2004):

a. Gambaran diri.
Kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya.
Termasuk persepsi masa lalu, dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi
dan pengalaman baru. Hal-hal yang terkait dengan gambaran diri sebagai berikut:

a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja.


b. Bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda pubertas.
c. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis.
d. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan
memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga
diri.
e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya dapat
mendorong sukses dalam kehidupan.
b. Ideal diri.
Persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standart pribadi yang terkait
dengan cita-cita, harapan, dan keinginan serta nilai personal tertentu yang ingin dicapai.
Hal-hal yang terkait dengan ideal diri:

a. Perkembangan awal terjadi pada masa kanak-kanak.


b. Terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi terhadap orang tua, guru,
dan teman.
c. Dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang penting dalam memberi tuntutan
dan harapan.
d. Mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan
sosial.

c. Harga diri.
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa
baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan
yang berakar dalam penerimaan diri sediri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan
berharga.

d. Penampilan peran.
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran
dimana seseorang tidak mempunyai pilihan untuk menentukan perannya sendiri. Peran
yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih individu itu sendiri.

e. Identitas diri.
Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Mempunyai konotasi otonomi dan
meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan kualitas dimulai pada masa bayi
dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa
remaja.
2. Harga diri rendah.

“Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan perasaan terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan” (Townsend, 1995 hal 74). “Harga diri adalah penilaian diri terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri” (Sunaryo, 2004 hal 32).

Jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi jika individu sering
gagal maka cenderung harga diri rendah (Direktorat Kesehatan Jiwa, 1995). Didalam diri
seseorang besar kemungkinan terjadi gangguan harga diri apabila aspek utama harga diri yaitu
dicintai, disayangi, dikasihi orang lain, dan mendapat penghargaan dari orang lain belum
terpenuhi (Townsend, 1998). Hal ini dapat di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri, harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak
berdaya, tidak ada harapan dan putus asa (Keliat, 1999).

B. Rentang respon konsep diri

Berikut ini adalah rentang konsep diri menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 230).

Respon adaptif
Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

diri positif rendah identitas


Gambar 1: rentang konsep diri (Stuart & Sundeen, 1998 hal 230).

1. Aktualisasi diri: pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri positif.


2. Konsep diri positif: dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang
diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan.
3. Harga diri rendah: perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diit, dan
merasa gagal mencapai keinginan.
4. Kerancuan identitas: ketidakmampuan individu mengintegrasikan aspek psikologis
pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan, dan perasaan hampa.
5. Depersonalisasi: merasa asing terhadap dirinya sendiri dan kehilangan identitas.
C. Etiologi

Menurut Keliat (1995) harga diri rendah dapat terjadi secara:

1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien mempunyai cara fakir yang negatif, kejadian sakit, dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) penyebab harga diri rendah dibedakan
menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan stressor presipitasi.

1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi dapat menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Faktor ini dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Perkembangan
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dapat mempengaruhi gangguan
konsep diri, misal: krisis psikososial pada masa perkembangan, harapan orang yang
penting dalam hidupnya, peran sosial yang diharapkan, aspek budaya yang
mempengaruhi, keadaan kesehatan fisik, dan pola penyelesaian masalah yang
dimiliki.

b. Faktor yang mempegaruhi harga diri.


Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep
diri diantaranya: anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua yang
kasar, membenci, tidak menerima atas usaha anak, ketidak pastian diri, dan anak yang
tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal mencintai dirinya dan
menggapai cinta orang lain.

c. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.


Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu telah diterima masyarakat bahwa
wanita kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif, dan kurang rasional
dibandingkan dengan pria sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat,
dan kurang ekspresif dibandingkan dengan wanita.

d. Faktor yang mempengaruhi identitas personal.


Orang tua selalu curiga pada anak sehingga anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat,
jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka akan timbul rasa bersalah. Kontrol
orang tua pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua.
Anak remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan, dan dimiliki oleh kelompoknya.

2. Faktor presipitasi
Gangguan konsep diri dapat disebabkan dari luar dan dari dalam. Dimana situasi-situasi
yang dihadapi individu tidak mampu menyesuaikan stressor yang mempengaruhi
gambaran diri seperti:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
megancam.
b. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran:
b.1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya atau nilai-nilai tekanan untuk
peyesuaian diri.
b.2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
b.3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat menuju
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan, dan fungsi tubuh, perubahan fisik,
prosedur medis,dan keperawatan.
D. Manifestasi klinis

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), karakteristik perilaku yang ditunjukkan pada klien
dengan harga diri rendah berupa mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang
berlebihan, perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan,
pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan
terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri
secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realita, dan khawatir.

E. Mekanisme koping

Struart dan Sundeen (1998) berpendapat bahwa mekanisme koping termasuk


pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan
ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan
jangka panjang, jangka pendek, dan ego menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah sebagai
berikut:

Pertahanan jangka pendek meliputi:

a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas, misal:
konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misal: ikut serta
dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau geng.
c. Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misal: olah raga yang
kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misal: penyalahgunaan obat.
Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut:

a. Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri
individu tersebut.
b. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar, bertentangan dengan nilai, dan
harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk gangguan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi,
pergeseran (displacement), peretakan (spiliting), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk.

F. Masalah keperawatan

Menurut Keliat (1999) ada beberapa masalah keperawatan yang sering muncul pada
klien dengan harga diri rendah yaitu (a) resiko perilaku kekerasan, (b) gangguan harga diri
rendah situasional atau kronik, (c) Koping individu tidak efektif.

G. Pohon masalah

Menurut Keliat (1999) pohon masalah pada kasus harga diri rendah adalah sebagai
berikut:

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Core
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah problem

Koping individu tidak efektif.


Penyebab

Gambar 2: pohon masalah harga diri rendah (Keliat, 1999)


H. Diagnosa keperawatan dari pohon masalah

Keliat (1999) berpendapat bahwa diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan dari
pohon masalah tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.


2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
efektif.

I. Fokus intervensi

Fokus intervensi dari diagnosa keperawatan yang muncul diatas pada klien dengan
harga diri rendah adalah sebagai berikut:

1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. (Keliat, 1999).
Tujuan Umum:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan khusus:

1.1. Klien dapat membina berhubungan saling percaya


Kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi:

1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatika kebutuhan dasar klien.
Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi
selanjutnya.

1.1.2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria evaluasi: klien dapat menyebutkan kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah,
dan tempat kerja. Daftar positif keluarga klien dan daftar positif lingkungan klien.

Intervensi:

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, buat daftarnya.
b. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional: diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri
atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya, reinforcement
positif akan meningkatkan harga diri klien, dan pujian yang realistik tidak
menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.

1.1.3 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.


Kriteria evaluasi: klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah
sakit dan klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah.

Intervensi keperawatan:

a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit.


b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit.
c. Berikan pujian.
Rasional: diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat
untuk berubah dan mengerti tentang kemampuan yang dimiliki dapat memotivasi
klien untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

1.1.4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Kriteria evaluasi: klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien mencoba, dan
membuat jadwal harian.
Intervensi keperawatan:

a. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
b. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
c. Beri pujian atas keberhasilan klien.
d. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
e. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan, buat jadwal kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, dan
kegiatan yang membutuhkan bantuan total
f. Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien
g. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Rasional: klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri,
klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya, dan contoh peran yang
dilihat klien akan memotovasi klien untuk melaksanakan kegiatan.

1.1.5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Kriteria evaluasi: klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan
bantuan atau tergantung), klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri.

Intervensi Keperawatan :

a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien dan memberikan
kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan

1.1.6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Kriteria evaluasi: keluarga dapat memberi dukungan dan pujian serta memahami
jadwal kegiatan harian klien.

Intervensi keperawatan:

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.
e. Anjurkan keluaraga untuk memberi pujian pada klien setiap berhasil.
Rasional: mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses
penyembuhan klien dan meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di
rumah.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif (Keliat, 1999).
Tujuan umum:

Klien dapat memiliki koping yang efektif.

Tujuan khusus:

2.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas.


Kriteria evaluasi: Klien mengungkapkan perasaanya secara bebas.

Intervensi:

a. Ijinkan klien untuk menangis.


b. Sediakan kertas dan alat tulis jika klien belum mau bicara.
c. Nyatakan kepada klien bahwa perawat dapat mengerti apabila klien belum siap
membicarakan permasalahannya.
2.2. Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan dengan kejadian yang
dihadapi.
Kriteria evaluasinya klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan
dengan kejadian yang dihadapi.

Intervensi:

a. Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami hal yang sama.


b. Tanyakan cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi perasaan dan masalah.
c. Identifikasi koping yang pernah dipakai.
d. Diskusikan dengan klien alternatif koping yang tepat bagi klien.
2.3. Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif.
Kriteria evaluasi: klien memodifikasi pola kognitif yang negatif.

Intervensi:

a. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien.


b. Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau
substitusi.
c. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
d. Identifikasi ketetapan persepsi klien yang tepat tentang penyimpangan dan pendapatnya
yang tidak rasional.
e. Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya.
f. Evaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien.
g. Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya dan perubahan yang terjadi.
2.4. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatan dirinya.
Kriteria evaluasi: klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatan dirinya.

Intervensi:

a. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan perawatan yang ingin dicapai.


b. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan diri.
c. Berikan klien privasi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan.
d. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat.
e. Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilannya bagus.
f. Motivasi klien untuk mempertahankan kegiatan tersebut.
2.5. Klien dapat memotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.
Kriteria evaluasi: klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.

Intervensi:

a.Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistik. Fokuskan kegiatan pada saat
sekarang bukan pada masa lalu.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya.
c.Identifikasi cita-cita yang ingin dicapai oleh klien.
d. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif
untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.
e.Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan
tidak bersalah.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Hari :
Pertemuan :1
Sp/Dx : 1 / Harga Diri Rendah
Ruang :
Nama Klien : Tn. R

A.    Proses Keperawatan

1.      Kondisi Klien


Diagnosa Data subjektif Data objektif
Harga diri          Klien mengatakan          Klien terlihat putus
rendah bagaimana kalau dia asa
tidak bisa menafkahi          Klien terlihat
keluarganya. murung, malas makan
          Klien megatakan dan tidak berinteraksi
malu dan sudah tidak dengan orang lain.
ada harga dirinya lagi
dimata dan keluarga

2 Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a.       Klien dapat membina hubungan saling percaya
b.      Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
c.       Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
d.      Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
4.      Strategi perencanaan
SP 1: Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
klien
B.     Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
ORIENTASI
1.      Salam Terapeutik
”Selamat pagi tuan perkenalkan Saya Mahasiswa keperawatan UNIVERSITAS BHAKTI
KENCANA GARUT. Nama Saya Milda Miladia biasa dipanggil Milda.kalau boleh tau nama
bapak siapa dan senang di panggil apa? saya yang akan menjaga tuan dari pukul 08.00 sapai
pukul 14.00
2.      Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan bapak ”R” hari ini ? apa keluhan bapak hari ini? Apakah tidur bapak
nyenyak?
3.      Kontrak
“Baik lah bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan bapak dan kemampuan yang
bapak miliki? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat bapak dilakukan.
Setelah kita nilai, kita akan pilih beberapa kegiatan untuk kita latih .
Mau berapa lama kita berbicang-bincang pak? bagaimana kalau 30 menit? Dimana bapak mau
berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja.”

KERJA
“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian bapak terhadap diri bapak, tadi bapak
mengatakan merasa takut jika bapak tidak bisa menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak.
Apa yang menyebabkan bapak merasa demikian?
Jadi bapak merasa telah gagalsebagai seorang pemimpin dikeluarga bapak , apakah ada hal
lain yang tidak menyenangkan yang bapak rasakan?
Bagaimana hubungan bapak dengan keluarga dan teman-teman setelah bapak merasakan
hidup bapak yang tidak berarti dan tidak berguna?, oo jadi bapak menjadi sangat malu dan
merasa sudah tidak ada harga dirinya lagi dimata keluarga dan teman bapak, ada lagi pak?.
Tadi bapak mengatakan takut bila bapak tidak bisa menafkahi keluarga bapak dan tidak bisa
menyekolahkan anak bapak . Sebenarnya apa saja harapan dan cita-cita bapak ?. Yang mana
saja harapan bapak yang sudah tercapai?. Bagaimana usaha bapak untuk mencapai harapan
yang belum terpenuhi?
Agar dapat mencapai harapan-harapan bapak, mari kita sama-sama menilai kemampuan yang
bapak miliki untuk dilatih dan dikembangkan. ” bapak, apa saja kemampuan yang bapak
miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa
bapak lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak
miliki “.
” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang
masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini.
”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O
yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapihkan tempat tidur bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah
rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang
lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,
lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau bapak lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak (tidak)
melakukan.
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur
? Yach, t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah bapak praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat,
jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu
begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
ORIENTASI :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua.
Masih ingat apa kegiatan itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
KERJA :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk
membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah
selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring
tersebut. Setelah itu Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba Bapak yang melakukan…”
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Bapak Mau berapa kali t mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci piring tiga kali setelah
makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap
kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
2. tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan
pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat
ORIENTASI :
“Selamat pagi !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak? Berapa lama
waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
KERJA :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu
memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang
selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak
bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain
dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu.
Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda
cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga
diri rendah langsung kepada pasien
ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui Bapak”
KERJA:
”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan keluarga?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
TERMINASI:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Bapak»
« tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »
« Sampai jumpa »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Bapak
selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
KERJA:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama Bapak dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum
obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Bapak
selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran
negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak
lansung kerumah sakit”
TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak. Jangan lupa
kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
administrasinya!”
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HDR
A. KASUS
Tn. R adalah seorang ayah dengan 2 orang anak dan bekerja dengan buruh serabutan karna sejak
3 bulan yang lalu mengalami kebangkrutan dan harus merelakan rumah dan harta disita oleh
bank, sejak itu tn R menjadi pemurung sering melamun dan menjadi males makan istrinya sudah
berusaha menghiburnya tetapi tn R tidak menunjukan kemajuan ketika ditanya lebih lanjut oleh
perawat tn R mengatakan “suster saya takut tidak bisa menafkahi keluarga dan tidak bisa
menyekolahkan anak, saya merasa sangat malu dan sudah tidak ada harganya lagi dimata
keluarga dan teman saya juga bayak sekali yang menghina saya saat saya mengalami
kebangkrutan.

B. Pengkajian
Ruang rawat     :
Tanggal Rawat :

I.          Identitas Klien


Inisial                           : Tn. R
Tanggal pengkajian     :
Umur                           : 
No. MR                       :
Informan                     : Klien

II.       Alasan Masuk Rumah Sakit


Klien mengatakan sudah tidak berharga lagi
III.   Faktor Predisposisi
1.    Klien mengalami gangguan jiwa 3 bulan yang lalu dan pernah berobat ke psikiater
2.    Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami gangguan jiwa
3.    Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengalami kebangkrutan dan harus merelakan rumah dan hartanya yang disita di bank
IV. FISIK
1.    Tanda vital : TD  : 110/8097 mmHg    N : 80x/i    S : 37 0C   P : 20 x/i
2.    Ukur          :  TB : 165 cm                          BB : 63 kg
Pasien menyatakan tidak memiliki keluhan fisik dan merasa sehat

V.    PSIKOSOSIAL
1.      Genogram
                    : Laki-laki
                    : Perempuan
                    : Meninggal
                    : Pasien
                    : Tinggal serumah

Keterangan:
Klien anak ke 1 dari 3 bersaudara, klien selama sakit tinggal bersama keluarganya. Keluarga
selalu memperhatikan dan memperdulikan klien tetapi klien sering menyendiri, melamun, malas
berhubungan dengan orang lain, merasa tidak berguna dan bersalah.

Masalah Keperawatan : Koping Keluarga inefektif.

2.      Konsep Diri


a.       Gambaran diri : Klien merasa tidak senang dengan anggota tubuhnya karna buncit
b.      Identitas         : klien anak ke 1 dari tiga bersaudara
c.       Peran           : klien senang kepada anak-anak
d.      Ideal diri      : klien ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang
e.      Harga diri  :klien merasa tidak berarti lagi dikeluarga, gagal dalam  
                      hidup
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3.      Hubungan Sosial
a.       Orang berarti :  istri dan anak
b.      Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien tidak pernah ikut dalam kegiatan
kelompok.
c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien sulit untuk berhubungan dengan
orang lain.
Masalah keperawatan :  Isolasi Sosial : Menarik Diri.

4.  Spiritual
                         a.      Nilai dan keyakinan : klien percaya adanya tuhan
                        b.      Kegiatan ibadah : selama diRSJ Klien jarang beribadah

VI.             STATUS MENTAL


1.    Penampilan
Klien mengunakan pakaian seperti biasanya dan tampak rapi dan rambut acak-acakan
2.    Pembicaraan
Klien berbicara lambat dan klien menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan dan klien mampu
memulai pembicaraan
3.    Aktifitas Motorik
Klien masih dapat beraktifitas diruangan dengan baik dan pada saat melaksanakan aktifitas klien
tidak banyak bicara
4.    Alam Perasaan
Klien mengatakan merasa takut dan malu terhadap keluarga dan temannya .
Masalah Keperawatan : Konsep Diri
5.    Afek
Klien bila ditanya hanya menjawab seadanya dan tidak mau bertanya lagi
6.      Interaksi selama wawancara
Klien selama diajak wawancara, klien tampak kooperatif, kontak mata kurang. Klien tampak
sedikit malu-malu.
7.      Persepsi
Klien sering mendengar suara bisikan seperti penghakiman
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
8.      Proses Pikir dan Isi Pikir
Pada saat wawancara, klien sangat koperatif dan memberi respon yang baik dan tidak ditemukan
berpikir waham.
9.      Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik karena klien masih dapat membedakan disorientasi waktu, tempat
dan orang.
10.  Memori
Memori klien baik, klien masih dapat mengingat kejadian yang lalu dan kejadian yang sekarang
dan dapat menceritakannya dengan perawat.
11.  Tingkat Konsentrasi dan Kemampuan Berhitung
Tingkat konsentrasi berhitung klien baik, klien masih dapat berhitung dengan hitungan sederhana
tanpa bantuan orang lain.
12.  Kemampuan penilaian
Ketika perawat menanyakan perbuatan jahat dan baik, klien mampu membandingkannya dan
klien mampu menetukan pilihan ketika diberi pilihan, seperti duluan mana mandi atau makan,
klien menjawab mandi dulu karena kalau mandi badan terasa segar setelah itu baru makan.
13.  Daya Tilik Diri
Klien menyadari saat ini sedang sakit dan berada di rumah sakit jiwa

VII.    Kebutuhan Persiapan Pulang


1.  MAKAN dan BAB/BAK
   Klien dapat makan dan BAB BAK sendiri, tampa bantuan orang lain.
2.  Mandi dan Berpakaian/berhias
Klien dapat mandi dan berpakaian sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain
3.  Istirahat dan tidur
Klien menyatakan bahwa tidur siang kurang dari 1 jam dan kalau malam ±  6 jam. Klien juga
sering melakukan kegiatan dirumah sakit walau harus disuruh dulu oleh pegawai.         
4.  Penggunaan obat dan Pemeliharaan kesehatan
Klien sebelum dirawat jarang meminum obat dan sekarang lagi mengikuti perawatan lanjutan di
RSJ.
Masalah Keperawatan : Regiment Traupetik Inefektif
5.  Kegiatan di RSJ.
Klien dalam kegiatan sehari-harinya di RSJ membantu dalam mempersiapkan makanan, mencuci
dan menjemur  pakaian. Tekait klien masih dirawat, maka keuangan diatur oleh keluarganya.
6.  Kegiatan di luar rumah
Klien jarang beraktivitas diluar rumah, karena klien selalu murung dirumah.

VIII.  MEKANISME KOPING


Mekanisme koping klien adaptif, klien dapat berbicara dan berinteraksi dengan orang lain, tetapi
tampak malu-malu. Klien jika tidak diajak berkomunikasi maka akan selalu menyendiri.
Masalah keperawatan : Koping individu inefektif

IX.    MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien kurang berinteraksi dengan baik disebabkan klien merasa gagal dalam hidupnya, tidak
berguna. Klien senang berdiam diri di rumah, klien jarang berinteraksi dengan orang lain dan
jarang bergaul.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah dan Isolasi Sosial

X.    PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien kurang mengerti tentang penyakit yang dialami, serta belum tau tentang penanganan dari
penyakit yang dialami, hanya bisa pasrah dengan situasi yang ada, untuk obat-obatan klien
belum mengetahui manfaatnya, yang dia tau hanya disuruh oleh perawat untuk meminumnya
teapat waktu.

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medik : Resperidon 2mg    2x1
Thp 2 mg             2x1
Cpz 100 mg         1x1
C.  Daftar Masalah Keperawatan
1.      isolasi sosial
2.      harga diri rendah
3.      Koping individu inefektif
D.    Analisis Data
Data Masalah
Sering menunduk, kurangnya interaksi Isolasi sosial : menarik diri
social,susah bergaul dengan orang
lain, tampak menyendiri.

selalu putus asa, merasa tidak berguna


lagi, malu, suka melamun. Harga Diri Rendah

E. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri

Harga diri rendah

F. Daftar Diagnosis Keperawatan


1.        Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2.        Isolasi Sosial : Menarik Diri

G. Rencana Keperawatan :
N SP Kemampuan/Kompetensi
O
1 HDR
Sp 1 : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
Sp 2:
-  Menilai Kemampuan yang dapat digunakan
-  Menetapkan/memilih kegiatan sesuai kemampuan
-  Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1
Sp 3: Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih dari SP 2
Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih SP 3
2 Isolasi SP 1 :  Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
Sosial
SP 2 :
-Melatih berhubungan sosial secara bertahap.
-Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3 :
-Melatih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih.
-Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien

H. ASUHAN KEPERAWATAN
WAKT IMPLEMENTASI EVALUASI
U
08.00 1.   Data :
Klien merasa hidupnya tidak berarti lagi di
S : Klien senang
keluarga dan lingkungan semenjak
klien             dirawat di rumah sakit, Klien O :
terlihat sedih karena berada di RSJ merasa Klien mampu
terasing dari keluarga dan terpisah dengan melakukan
keluarga kebersihan dan
merapikan tempat
2. Diagnosa Keperawatan: tidurnya
“Harga Diri Rendah”
A : Harga Diri Rendah
3.      Tindakan Keperawatan: (+)
Sp 1 :
a.       Bina hubungan saling percaya P : Mengali aspek
b.      Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
positif yang dimiliki klien
c.       Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


Sp 2 (Menilai kemampauan yang digunakan,
menetapkan atau memilih kemampuan dan
melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih)

Rabu, 1.   Data : Klien merasa hidupnya tidak berarti S : Klien senang
14-12- lagi di keluarga dan lingkungan semenjak
2016 klien             dirawat di rumah sakit, Klien O :
Pukul terlihat sedih karena berada di RSJ merasa
1.      Klien mampu
11.30 terasing dari keluarga dan terpisah dengan menyapu dan
WIB keluarga. mengepel lantai
bersama teman
2.   Diagnosa Keperawatan: lainya.
“Harga Diri Rendah” 2.      Klien mampu
mengambil air
3.   Tindakan Keperawatan : minum.
Sp 2 :
         Evaluasi jadwal kegiatan harian A :  Harga Diri
        Anjurkan klien untuk memberikan contoh Rendah (+)
membersihkan dan merapikan tempat tidur
         Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal
P : Melatih kemampuan
kegiatan harian membersihkan dan
merapikan ruangan
Rencana Tindak Lanjut : setiap hari.
Sp 3
a.       Melatih kemampuan yang dipilih
(Merapikan tempat tidur dan membersihkan
lingkungan)
b.      Klien mampu mengambil air minum.
Sp 4 (Mengevaluasi kemampuan yang
dimiliki)

Kamis, 1.   Data : S :  Klien senang


15-12- Klien merasa hidupnya
2016 tidak berarti lagi di
O : Klien dapat melaksanakan dengan baik
Pukul keluarga dan
11.30 lingkungan semenjak
A : Harga Diri Rendah (+)
WIB klien             dirawat di
rumah sakit, Klien
P : Anjurkan klien agar kegiatan ini dapat
terlihat sedih karena dimasukkan dalam jadwal keseharian 2x1
berada di RSJ merasa hari
terasing dari keluarga
dan terpisah dengan
keluarga

2.   Diagnosa
Keperawatan:
“ Harga Diri Rendah “

3.   Tindakan
Keperawatan:
Sp 3:
         Melatih
kemampuan klien (Sp
2)
b.        Anjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Sp 4 :
a.       Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian
b.      Menganjurkan klien
untuk melakukan
kembali bagaimana
merapikan tempat tidur
dan membersihkan
lingkungan
c.       Klien mampu
mengambil air minum.
d.      Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Jumat, 1. Data : S : Klien senang


16-12- Klien mengatakan
2016 sering menunduk, O :  Klien tampak merasa malu-malu
Pukul kurangnya interaksi melakukan hal yang diajarkan
11.30 sosial,susah bergaul
WIB dengan orang lain, A : Isolasi Sosial (+)
klien tampak P : Mengidentifikasi penyebab Isolasi sosial
menyendiri

2.Diagnosa
Keperawatan:
“Isolasi Sosial :
Menarik Diri”
c.       Tindakan
Keperawatan :
Sp 1 :
1.   Mengidentifikasi
penyebab,
menanyakan Siapa
yang tidak dekat
dengan paien
2.   Menanyakan
keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain serta
Mendiskusikan
kerugian bila pasien
hanya mengurung diri
dan tidak bergaul
dengan orang lain.
3.   Menjelaskan
pengaruh isolasi sosial
terhadap kesehatan
fisik pasien.

Rencana Tindak
Lanjut :
Sp 2 (Melatih
berhubungan sosial
secara bertahap)

Sabtu, 1.      Data :


17-12- Klien mengatakan S : Klien kelihatan senang saat berinteraksi
2016 sering menunduk,
Pukul kurangnya interaksi O :  Klien melakukan hal yang diajarkan
11.30 sosial,susah bergaul
WIB dengan orang lain. A : Isolasi Sosial (+)
klien tampak
menyendiri P : Latihan kemampuan yang dimiliki 2x
sehari
2.      Diagnosa
Keperawatan:
“Isolasi Sosial :
Menarik Diri”

3.      Tindakan
Keperawatan:
SP 2 :
1.      Mengevaluasi
kegiatan yang lalu (SP
1).
2.      Melatih berhubungan
sosial dengan bertahap
kepada perawat
3.      Memasukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.

Rencana Tindak
Lanjut :
SP 3 (Melatih
berhubungan sosial
secara bertahap)

Senin, 1.      Data :


19-12- Klien mengatakan
2016 sering menunduk,
Pukul kurangnya interaksi
11.30 social,susah bergaul
WIB dengan orang lain
Klien tampak
menyendiri.

2.      Diagnosa
Keperawatan:
“Isolasi Sosial :
Menarik Diri”

3.      Implementasi:
SP 3 :
1.      Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 2).
2.      Latih cara
berkenalan dengan 2
orang atau lebih
3.      Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien

Daftar pustaka

http://edidarmapurba.blogspot.com/2017/09/asuhan-keperawatan-pada-ny-dengan-harga.html

Anda mungkin juga menyukai