Anda di halaman 1dari 24

KOMPILASI MAKALAH PENGEMBANGAN EVALUASI PAI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH

PENGEMBANGAN EVALUASI PAI

Dosen Pengampu :

Dr. M.Azhar Alwahid, S.Ag, M.Pd.

Disusun Oleh :

Jihad Maulana Yusuf : 181105010259

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurah
limpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rangkuman
ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan
jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia. Rangkuman ini di susun guna
memenuhi tugas mata kuliah pengembangan evaluasi pai. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.
Rangkuman ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun,
kami menyadiri bahwa dalam penyusunan rangkuman ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan.Terimakasih kepada Bapak Dr. M.Azhar Alwahid, S.Ag, M.Pd yang telah
memberikan Ilmunya kepada kami. Maka dari itu kami sebagai penyusun rangkuman ini mohon kritik,
saran dan pesan dari semua yang membaca rangkuman ini terutama Dosen Mata Kuliah Pengembangan
Evaluasi PAI yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bogor, 4 Februari 2021

ii
Daftar isi

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi dan Kedudukan Evaluasi dalam Pendidikan Islam.......................1

B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam...............................................................3

C. Jenis Syarat-Syarat Evaluasi Pendidikan Islam...............................................................4

D. Taksonomi Pendidikan.......................................................................................................6

E. Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran.............................................................................7

F. Penilaian Kelas....................................................................................................................8

G. Penilaian Kelas Langkah-langkah Penyusunan dan pelaksanaan Evaluasi


Pendidikan Islam 9
H. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Tes Objektif............................................................10

I. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Tes Subjektif............................................................11

J. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Tes Praktek..............................................................13

K. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Non Tes (Penilaian Sikap).....................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi dan Kedudukan Evaluasi dalam Pendidikan Islam

1. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi dari bahasa inggris yaitu evaluation yang diartikan sebagai penaksiran atau
penilaian.1 Edwind Wand dan Gerald W. Brown dalam Wayan Nurkancana dan Sumartana
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada
sesuatu.2 Dari pengertian diatas secara singkat kita dapat mendefinisikan evaluasi sebagai suatu kegiatan
atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu dan nilainya. Lembaga
administrasi negara dalam Anas Sudjiono mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai
berikut: (1) evaluasi pendidikan adalah proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan,
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; (2) evaluasi pendidikan adalah usaha memperoleh
informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.3

Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai
dari sesuatu yang sedang dinilai, dilakukan pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian,
dan pengujian inilah yang dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah tes. 4 Suharsimi Arikunto
menganalogikan penilaian dengan dua buah pensil yang satu panjang dan yang satu pendek, jika kita di
suruh memilih antara pensil yang panjang dan pendek tentunya kita akan memilih pensil yang panjang
kecuali jika ada alasan yang sangat khusus kita memilih pensil yang pendek. Kemudian dalam
mendefinisikan pengukuran Suharsimi Arikunto menganalogikan dengan memilih buah jeruk di tukang
buah sebelum menentukan jeruk yang akan dibelinya, seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang
yang lebih baik menurut ukurannya. Maka si pembeli akan memilih jeruk yang besar, kuning, dan
kulitnya halus. Untuk menentukan pilihan jeruk yang baik, semua itu dipertimbangkan berdasarkan
pengalaman sebelumnya, jenis jeruk yang demikian itu rasanya akan manis. Sedangkan jeruk yang masih
kecil, hijau dan kulitnya agak kasar biasanya masam rasanya. Dari contoh diatas dapat di simpulkan
bahwa sebelum menentuka pilihan kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih.

Kemudian Suharsimi Arikunto menyimpulkan istilah mengukur, menilai dan


mengevaluasi sebagai berikut: (1) mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran
maka pengukuran ini bersifat kuantitatif; (2) menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian ini bersifat kualitatif; (3) sedangkan mengadakan
evaluasi adalah kegiatan yang meliputi keduanya yaitu mengukur dan menilai.
2. Kedudukan Evaluasi dalam Pendidikan Islam

Evaluasi pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena hasil dari kegiatan
evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan belajar. Ajaran Islam

1
Lihat https://Id.m.wikipedia.org/pengertian evaluasi, diakses 14 Oktober 2020.
2
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha nasional, 1986), hlm.1.
3
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 1998), hlm.2.
4
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 4-5

1
yang juga menaruh perhatian yang besar tethadap evaluasi. 5 Allah swt berfirman dakam Alqur’an
yang memberitahukan kepada kita, bahwa evaluasi terhadap manusia didik merupakan suatu tugas
penting dalam rangkaian proses pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidik. Hal ini sesuai dengan
firman Allah swt, QS. Albaqarah ayat 31-32 sebagai berikut:

31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana[35]."

Dari ayat di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah SWT bertindak sebagai guru yang
mengajarkan Nabi Adam tentang benda-benda, kemudian Allah SWT meminta para malaikat untuk
menyebutkan benda-benda tersebut akan tetapi para Malaikat tidak bisa menyebutkan nama benda-benda
tersebut. Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi adam untuk mendemontrasikan nam-nama yang
telah di sebutkan Allah itu dihadapan Para Malaikat.ayat tersebut mengisyaratkan tentang evaluasi, bahwa
materi evaluasi atau yang diujikan harus sesuai dengan apa yang telah diajarkan.

3. Manfaat evaluasi pendidikan bagi guru siswa dan sekolah

Menurut Anas sudjiono secara didaktik evaluasi memiliki lima macam funsi yaitu: (1)
memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya; (2)
memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik
ditengah-tengah kelompoknya; (3) memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik; (4) memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar
bagi peserta didik yang memang memerlukannya; (5) memberikan petunjuk tentang sudah sejauh
manakan program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai. Kemudian selanjutnya dijelaskan
bahwa secara administratif evaluasi pendidikan memiliki tiga macam fungsi yaitu: (1) memberikan
laporan; (2) memberikan bahan-bahan keteranga atau data; dan (3) memberikan gambaran. 6

Lain halnya dengan Suharsimi Arikunto yang menjelaskan bahwa penilaian memiliki
beberapa makna yaitu: makna bagi siswa, makna bagi guru, dan makna bagi sekolah. 7 Makna bagi siswa
adalah siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil menguikuti pelajaran yang diberikan oleh oleh
guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan penilai ada dua kemungkinan memuaskan atau tidak
memuaskan. Kemudian makna penilai bagi guru adalah mencakup beberap hal: (1) dengan penilaian yang
diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya
karena sudah berhasil menguasai bahan; (2) guru akan mengetahui apakan materi yang diajarkan sudah
tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan
perubahan; (3) guru akan mengetahui apakan metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Sedangkan
makna penilaian bagi sekolah adalah sebagai berikut: (1) apabila guru-guru telah melakukan penilaian
sehingga diketahui hasil belajar siswa-siswanya dan kondidi yang diciptakan sekolah sudajh sesuai
dengan harapan atau belum, maka hasil belajar meruipakan cermin kualitas suatu sekolah; (2) informasi
dari guru tentang tepat tidakanya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan
bagiperencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang; (3) informasi penilaian yang diperoleh dari

5
Hasmiati, Kedudukan Evaluasi dalam Pendidikan Islam, Jurnal Al-Qalam Volume 8, No. 1, 2016 ISSN (print) : 1858-
4152 ISSN (online) : xxxx xxxx Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/al -qalam
6
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 12-14.
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 6-7.

2
tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk melihat apakah sekolah sudah
memenuhi standar atau belum.

B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam

1. Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam

Anas Sudjiono membagi fungsi evaluasi menjadi dua bagian yaitu fungsi evaluasi secara umum dan
secara khusus. Secara umum evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga
macam fungsi pokok, yaitu: (1) mengukur kemajuan; (2) menunjang penyusunan rencana; (3)
memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam
dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi, yaitu: (1) segi psikologi, evaluasi pendidikan secara
psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan
status dirinya masing-masing ditengah-tengah kelompok kelasnya; (2) segi didaktik; secara didaktik
evaluasi pendidikan (khususnya evaluasi hasil belajar) akan dapat memberikan dorongan kepada mereka
untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan dan mempertahankan prestasinya; (3) segi administratif,
evaluasi pendidikan secara administratif akan dapat memberikan laporan, memberikan bahan-bahan
keterangan (data), dan memberikan gambaran. 8

2. Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam


Tujuan dalam sebuah kegiatan sangat penting untuk menentukan arah mau kemana tujuan kita
atau organisasi diarahkan. Anas Sudjiono membagi tujuan evaluasi pendidikan menjadi dua bagian yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan yaitu: (1) untuk
menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf
kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelam meeka mengikuti proses pembelajaran; (2) untuk
mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yangbtelah dipergunakan dalam proses
pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Kemudian secara khusus tujuan evaluasi dalam bidang
pendidikan adalah: (1) untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan;
(2) untuk mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta
didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga guru dapat menemukan jalan keluar dan cara-cara
untuk memperbaikinya. Kemudian Suharsimi Arikunto menjelaskan tentang tujuan dari evaluasi yaitu:
(1) untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu; (2) untuk memilih siswa yang dapat naik
ke kelas atau tinggal kelas; (3) untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa; untuk memilih
siswa yang sudah berhak meninggalkan sekoah, dan sebaginya. 9

C. Jenis Syarat-Syarat Evaluasi Pendidikan Islam

1. Jenis Evaluasi Pendidikan Islam

Menurut Wayan Nurkancana dan Sumartana evaluasi disekolah meliputi: evaluasi hasil belajar,
intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian. Selanjutnya secara khusus
evaluasi hasil belajar disebut dengan tes hasil belajar yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dan
pembagian jenis-jenis tes ini dapat ditinjar dari beberapa sudut pandang. 10 Berdasarkan atas jumlah
peserta didik yang mengikuti tes maka tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: (1) tes
individual; (2) tes kelompok. Apabila di tinjau dari segi penyusunannya, tes hasil belajar dapat dibedakan
atas tiga jenis yaitu: (1) tes buatan guru yang disusun sendiri; (2) tes buatan orang lain yang yang tidak di
standarisasikan; (3) tes standar atau tes yang telah distandarisasi. Apabila ditinjau dari dari segi bentuk
jawaban atau bentuk respon hasil tes belajar dapat dibedakan menjadi: (1) tes tindakan yaitu apabila
8
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 7-14.
9
Lihat, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm.10.
10
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 25-27.

3
jawaban atau respon yang diberikan oleh anak itu berbentuk tingkah laku; (2) tes verbal yaitu apabila
respon atau jawaban yang di berikan oleh anak berbentuk bahasa baik lisan maupun tulisan. Bila ditinjau
dari bentuk pertanyaan yang diberikan untui menilai hasil belajar siswa di sekolah maka dapat di bedakan
menjadi dua jenis tes yaitu: (1) tes objektif; (2) tes essay.

Selanjutnya Anas Sudjiono menggolongkan tes menjadi beberapa jenis tergantung dari segi mana
atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan. 11 Penggolongan tes berdasarkan fungsinya
sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi enam golongan yaitu:
(1) tes seleksi yaitu tes yang di kenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk. ; (2) tes awal sering
dikenal dengan istilah pre-test yaitu tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada
peserta didik; (3) tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test yaitu tes akhir yang dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dikuasai
oleh peserta didik; (4) tes diagnostik yaitu tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis
kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu yaitu dengan cara
memberikan pertanyaan secara lisa, tertulis, perbuatan atau kombinasi ketiganya terhadap materi yang
sulit dipahami, bila hasilnya rendah maka perlu bimbingan khusus sejenis remidial teaching ; (5) tes
formatif yaitu tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh manakan peserta didik
sudah terbentuk sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan biasanya tes ini dilaksanakan
ditengah-tengan program pengajaran yaitu setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir,
biasanya tes ini dikenal dengan istilah ulangan harian ; (6) tes sumatif yaitu tes hasil belajar yang
dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan tujuan tes sumatif ini
adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikut
proses pembelajaran dalam waktu tertentu. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis dapat dibedakan
menjadi lima golongan, yaitu: (1) tes intelegensi (intelegency test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang; (2) tes kamampuan (aptitude test) yaitu tes yang
dilaksanakan deangan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh
testee; (3) tes sikap (attitude test), yakni salah satu jenis test yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu atau objek-objek tertentu; (4) tes kepribadian (personality test)
yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak
sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi, kesenangan dan lain-
lain; (5) tes hasil belajar (achievement test) yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat
pencapaian atau prestasi belajar. Jika dilihat dari banyaknya yang mengikuti test maka dapat digolongkan
menjadi test individual dan test kelompok. Jika dilihat dari segi waktu yang di sediakan dapat di
golongkan menjadi dua bagian yaitu power test yaitu waktunya tidak di batasi dan speed test yaitu dimana
waktu yang disediakan di batasi. Jiak di tilik dari bentuk responnnya dapat di golongkan menjadi dua
bagian yaitun test verbal dan test nonverbal. Jika di tinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawaban maka tes dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu test tertulis dan tes lisan.

Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain membagi evaluasi menjadi tiga jenis tes yaitu: (1) tes
formatif yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
bertujuan untuki memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil
tes ini dimanfatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu; (2)
tes subsumatif, yaitu sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat
belajar siswa. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajardan
diperhitungkan dalam menentukan nilai raport; (3) tes sumatif yaitu tes yang diadakan untuk mengukur

11
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 68-75.

4
daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu
atau dua tahun pelajaran. 12

2. Syarat-Syarat Evaluasi Pendidikan Islam

Menurut Suharsimi Arikunto persyaratan suatu evaluasi atau tes harus berdasarkan pada dua
hal yaitu: (1) hal yang berkaitan dengan mutu tes, sebuah tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi
syarat memiliki validitas (artinya tes ini baik karena memiliki validitas yang tinggi), reliabilitas (dapat
dipercaya karena ajeg atau hasilnya tetap walaupun di teskan berkali-kali), obyektifitas (tidak ada unsur
pribadi yang mempengaruhinya), praktikabilitas (prktis untuk pengadministrasiannya), dan ekonomis; (2)
hal yang menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan tes. Berdasarkan penelitian Gilbert Sak
dalam Suharsimi tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan yaitu: (1) ada kalanya tes (secara
psikologi terpaksa) menyinggung pribadi seseorang walaupun tidak disengaja, misalnya jika hasil tes
dalam kompetisi hasilnya kurang memuaskan bagi pihak tertentu maka mereka secara psikologi akan
mengalami kekecewaan dan mudah merasa tersinggung pribadinya; (2) tes menimbulkan kecemasan
sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni; (3) tes mengkatagorikan siswa secara tetap, misalnya
siswa yang dalam katagori pandai sedang atau kurang, sangat sukar bagi tester untuk mengubah predikat
tersebut jika memang tidak sangat menyolok hasil dari tes berikutnya; (4) tes tidak mendukung
kcemerlangan dan daya kreasi siswa misalnya ketika kita membuat tes yang kompleks maka siswa yang
kurang pandai kadang-kadang hanya melihat pada kalimat secara selintas dan jika jawabannya benar
sangat menguntungkan, tapi bagi siswa yang pandai karena terlalu berhati-hati mempertimbangkan
susunan kalimat, dapat terjebak pada suatu tes dan mereka akan kehabisan waktu; (5) tes hanya mengukur
aspek tingkah laku yang sangat terbatas, maka dari itu beberapa instrumen lain seperti tingkah laku dapat
diketahui melalui pengamalan secara cermat dan pengukurannya melalui instrume yang buka tes.

D. Taksonomi Pendidikan

1. Pengertian Taksonomi Pendidikan

Taksonomi (dari bahasa yunani τάξις taxis yang berarti "pengelompokan" dan νόμος nomos yang
berarti "aturan") adalah ilmu pengelompokan suatu hal berdasarkan hal tertentu. Awalnya, taksonomi
hanya mengacu pada kategorisasi makhluk hidup. Namun, dalam pengertian yang lebih luas dan lebih
umum, taksonomi juga bisa merujuk pada kategorisasi benda atau konsep, serta prinsip-prinsip yang
mendasari kategorisasi tersebut.
Revisi taksonomi Bloom meliputi perubahan nama dalam taksonomi dari kata benda menjadi kata
kerja, urutan taksonomi yang melingkupi perubahan tata letak evaluasi,
perubahan sintesa menjadi mencipta.13 Menurut Gagne mengemukakan ada lima pendekatan yang
diistilahkan dengan proses atau jalur belajar yaitu: 1. informasi verbal, 2. kemahiran intlektual, 3.
pengaturan kegiatan kognitif, 4. keterampilan motorik dan 5. sikap. Sedang merumuskan tujuan
pembelajaran Gagne tetap berpedoman dengan taksonomi Bloom dan kawan-kawan dengan 3 ranah
perwujudan pembelajaran menurut Gagne bisa dilihat pada tebel berikut: 14
Kognitif Afektif Psikomotorik

Bloom Gagn Bloom Gagn Bloom Gagne


12
Sayaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 106.
13
Darmawan, I. P., & Sujoko, E. (2013). Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S.Bloom.  Satya
Widya,  29 (1),30-39 https://doi.org/https://doi.org/10.24246/j.sw.2013.v29.i1.p30-39
14
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/madrasah/article/viewFile/3301/5117. Diakses tangal 12 November
2020.

5
e e
Pengetahua Inform Penerimaan Sikap Persepsi Keteramp
n asi ilan
Partisifasi Persiapan
Verbal motorik
Penilaian dan Gerakan
penemuan sikap terbimbing

Organisasi Gerakan yang


terbiasa
Pembentukan pola
sikap Gerakan yang
komplek

Penyesuaian

Kreativitas

E. Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kompetensi berati 1. kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan sesuatu); 2 Ling kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak
atau batiniah.15 Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, yang secara konsisten dan terus menerus yang
memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai dasar dalam melakukan sesuatu. 16 Gordon dalam Ramayulis menjelaskan beberapa aspek atau ranah
yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut: (1) pengetahuan yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif; (2) pemahaman yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu; (3)
kemampuan atau skill yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan
yang dibebankan kepadanya; (4) nilai adalah suatu standar perilaku yang telah diyakinidan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.17

Selanjutnya Ramayulis menjelaskan bahwa didalam kurikulum 2013 terdapat tiga kompetensi
yaitu: Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi dasar (KD).

2. Standar Kompetensi lulusan


Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kulaifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan

15
https://kbbi.web.id/kompetensi. Diakses tanggal 19 November 2020.
16
E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2003), hlm. 38.
17
Ramayulis, Metodologi Pendidikan agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), hlm.37.

6
utama dalam pengembangan delapan standar yaitu: (1) standar kompetensi lulusan (2) standar isi; (3)
standar proses; (4) standar penilaian pendidikan; (5) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (6)
standar sarana dan parasarana; (7) standar pengelolaan; (8) standar pembiayaan. Kompetensi inti adalah
operasional dari SKL. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
hard skills dan soft skills. Hard skills adalah skills yang dapat menghasilkan sesuatu yang sifatnya visible
dan mendikte (secara langsung tampak) serta dapat dinilai dengan technical test atau pratical test
sedangkan soft skills adalah perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja manusia.18

3. Kompetensi Inti
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
kompetensi dasar. Kompetensi inti di rancang dalam empat kelompok yang saloing terkait yaitu yang
bertkenaan dengan sikap kegamaan (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan penerapan
pengetahuan (KI 4). Keempat kelompok menjadi acuan dan kom petensi dasar dan harus dikembangkan
dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetnsi yang berkenaan dengan sikap keagaman
dan sosial dikembangkan dikembangkan secar tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta
didik belajar tentang pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4).

4. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi daras adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik,
kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan
dari berbagai disiplin ilmu atau nondisiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi teori belajar.

5. Tujuan Pembelajaran

Tujuan merupakan suatu yang sangat esensial sebab besar maknanya baik dalam rang ka
perencanaan maupun dalam rangka penilaian. Dalam perencanan, tujuan memberikan petunjuk untuk
memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih
alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajara, untuk mengukur prestasi belajar siswa, menilai mutu
dan efisiensi pengajaran oleh sebab itu tujuan perlu dirumuskan secxara jelas tepat dan tidak boleh
meragukan.19 Tujuan pengajaran adalah deskripsi mengenai tingkah lakuyang diharapkan tercapai okeh
siswa setelah berlangsung pengajaran. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan
hasil pengajaran. Antara tujuan pengajaran dan tujuan belajar ada perbedaan, tetapi memiliki hubungan
yang sangat erat antara satu dengan lainnya. Tujuan nasional biasa di sebut tujuan umum yaitu tujuan
yang materinya perli diisi dari studi empiris tentang harapan-harapan masyarakat mengenai kemampuan
pengetahuan dan suikap yang harus di miliki oleh para lulusan. Tyujuan institusional adalah tujuan dari
masing-masing institusi atau lembaga misalnya sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Tujuan kurikuler adalah tujuan dari masing-masing bidang studi. 20

F. Penilaian Kelas

1. Pengertian Penilaian Kelas


18
Lihat, kurikulum 2013, BPSDM DIKBUD dan PMP Kemdikbud, hlm. 2.
19
Oemar Hamalik, Perencanan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hlm.
108.
20
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997), hlm. 128-130.

7
Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar siswa dalam tingkat kelas yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehinga menjadui informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. 21
Sedangkan Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh
tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.22 Berdasarkan pengertian di atas penilaian kelas adalah serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa
yang dilakukan di dalam kelas.

2. Jenis-jenis Penilaian kelas dan teknik Penilaian

Menurut Ramayulis penilain dalam kelas dapat di beakan menjadi tiga ranah pendidikan yaitu
penilaian untuk ranah kognitif, penilaian untuk ranah afektif dan penilaian untuk ranah psikomotorik. 23
Kemudian Oemar Hamalik membagi penilaian menjadi tiga bagian yaitu: (1) evaluasi sumatif yakniuntuk
menentukan angka kemajuan hasil belajar siswa; (2) evaluasi penempatan yaitu meneptakan siswa dalam
situasi belajar mengajar yang serasi; (3) evaluasi diagnostik untuk membantu para siswa mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi; (4) penilaian formatif yang berfungsi untuk memperbaiki
proses belajar mengajar.24

3. Teknik Penilaian untuk ranah Kognitif

Penilaian untuk ranah kognitif dibedakan menjadi dua jenis tes yaitu tes lisan dan tes tulisan
uraian (essay). Tes lisan merupakan jenis tes yang dilakukan secara lisan artinya murid mendapat
pertanyaan langsung secara lisan yang harus dijawab secara lisan juga. Tes lisan dapat dilakukan dengan
jumlah peserta satu orang atau lebih dari satu orang dengan pertanyaan yang diajukan secara bergantian.
Tes tertulis adalah tes yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri beberapa kalimat. 25

Cara memeberikan skor tes lisan, bahwa skor maksimum yang di berikan kepada testee adalah
sama dengan tes tertulis yaitu “10” atau “100” jika jawaban murid benar semuanya. Pada skor tes lisan
yang sukar dihindari adalah subjektifitas penguji, namun demikian seorang guru harus berusaha seobjektif
mungkin. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan skor agar kita terhindar dari
subjektifitas yaitu: kelengkapan jawaban siswa, kelancaran mengemukakan jawaban dan buah pikiran dan
kemampuan mempertahankan pendapat.26

Dalam penggunaan test essay harus berpedoman pada taksonomi Bloom . yaitu pengetahuan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Aflikasi adalah kemampuan mengaflikasikan (mengingat)
materi atau inormasi yang telah dipelajari ke dalam suatu keadaan baru dan konkrit dengan hanya
mendapat sedikit pengarahan. Contoh: coba jelaskan langkah-langkah untuk menjalankan..?, apakah
contoh dari?, yang mana yang paling menyerupai, mungkinkah ini terjadi dalam…, mengapa atau
mengapa tidak/, bagaimana anda mengatur ide-ide ini. Analisis adalah kemampuan menganalisis)
menguraikan memecahkan) suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil
sehingga mudah dipahami. Contoh: buatlah bagan tentang hubungan sebab dan akibat dari..., apa

21
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), hlm. 206.
22
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 214.

23
Ramayulis, , Metodologi Pendidikan Agama Islam, hlm. 210.
24
Oemar Hamalik, Perencanan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2002), hlm.
212.
25
Ramayulis, , Metodologi Pendidikan Agama Islam, hlm. 210-212.
26
Ramayulis, , Metodologi Pendidikan Agama Islam, hlm. 211.

8
komponen bagian dari, jika suatui kondisi terjadi..apa langkah yang harus dilakukan, apa kesimpulan lain
dari kondisi yang terjadi. Evaluasi yaitu kemampuan mengevaluasi (menentukan nilai) suatu materi
pernyataan, laporan cerita atau lainnya untuk tujuan tertentu. Penilaian dilakukan pada suatu kriteria yang
bakudan jelas contoh: pendapat siswa mengenai.., buatlah perkiraan mengenai kemungkinan peluang
untuk berhasil/ gagal dalam…, beri nilai atau ranking dari, menurut siswa seharusnya hasil nilainya
adalah, solusi pa yang anda suka dan mengapa. Mencipta adalah kemampuan menciptakan suatu
berdasarkan materi yang telah dipelajari baik dalam bentuk benda atau materi maupn dalam bentuk
gerakan dan sebagainya.

4. Teknik Penilaian untuk Ranah Psikomotorik

Tes untuk ranah psikomotorik (kinerja) ialah tes yang digunakan untuk menilai berbagai macam
perintah yang harus dilaksanakan peserta didik yang berbentuk perbuatan penampilan dan kinerja.

H. Penilaian Kelas Langkah-langkah Penyusunan dan pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Islam

Setelah guru mengetahui tujuan tes, selanjutnya langkah yang harus dijalankan adalah
menyusun tes, menurut Suharsimi Arikunto urutan langkah dalam penyusunan tes adalah sebagai berikut:
(1) menentukan tujuan mengadakan tes; (2) mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan di teskan;
(3) merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan; (3) menderetkan semua TIK dalam
tabel persiapan yang memuat aspek tingkah laku yang terkandung dalam TIK; (4) menyusun tabel
spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal
tersebut; (5) menuliskan butir-butir soal, berdasarkan pada TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan
aspek tingkah laku yang dicakup.27 Kemudian Ansa Sudijono mengemukakan langkah-langkah pokok
dalam evaluasi hasil belajar yaitu: (1) menyusun rencana evaluasi, dengan cara merumuskan tujuan
dilaksanakannya evaluasi, menetapkan aspek-aspek yang akan di evaluasi, memilih dan menentukan
teknik yang akan dipergunakan dalam evaluasi misal dengan teknik tes atau nontest (angket), menyusun
alat-alat pengukur yang akan digunakan, menentuka tolak kur, norma, atau kriteria sebagai pedoman tes,
menentuka frekuensi dari kegiatan evaluasi, kapan dan berapa kali tes diadakan dst; (2) menghimpun data
yaitu dengan melaksanakan pengukuran misal dengan teknik tes; (3) melakukan verifikasi data dengan
meyaring hasil test sebelum diolah; (4) mengolah dan menganalisis data misal dengan teknik statistik atau
non statistik; (5) memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan; (6) tindak lanjut hasil evaluasi. 28

Selanjutnya soal anlisis adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis untuk
menguraikan sesuatu persoalan untuk diketahui bagian-bagiannya. Dalam membuat soal analisis guru
harus membuat soal karangnnya sendiri bukan berasal dari buku paket atau catatan pelajaran. Kata-kata
yang digunakan: merinci, menyusun diagram, membedakan, mengilustrasikan, menyimpulkan, memilih,
memisahkan, membagi dst.

Selanjutanya cara membuat soal evaluasi, soal evaluasi adalah soal yang berhubungan dengan
menilai, mengambil kesimpulan, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan,

27
Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997), hlm.
153-154.
28
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 61-62.

9
membedakan, menerangkan, memutuska dan menafsirkan. Selanjutnya cara membuat tes mencipta, soal
mencipta juga harus dimulai dari suatu kasua. Berdasarkan atas penelaahan kasus tersebut siswa diminta
untuk mengadakan mencipta: mengabstraksi, mengatur, meganimasi, mengumpulkan, mengkatagorikan,
mengkode, mengkombinasikan, menyusun, mengarang, membangun, mengulangi, menghubungkan,
menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte, meningkatkan,
memperjelas, memfasiltasi dst.

I. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Tes Objektif

1. Pengertian Tes Objektif

Tes Objektif biasa di sebut juga dengan tes piliha ganda, jenis tes ini paling banyak digunakan
karena ukurannya jelas dan cara menilainya sangat mudah. Tes pilihan ganda juga dikenal dengan istilah
tes jawaban pendek (short answer test), tes ya-tidak ((yes-no test) dan tes model baru (new type test). Tes
pilihan ganda adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items)yang dapat
dijawab oleh testee dengan jalan memilh salah satu atau lebih dantara beberapa kemungkinan jawaban
yang telah dipasangkan pada masing-masing items atau dengan jalan menuliskan jawaban berupa kata-
kata atau sibol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yeng telah disediakan. 29 Pengertian tes pilihan
ganda (Multiple Choise Test) yaitu bentuk tes dengan memilih jawaban benar dari beberapa jawaban yang
telah ada, biassnya terdiri dari tiga sampai lima pilihan jawaban yang tersedia. 30 Pada jenis tes ini ada dua
bagian pokok yaitu: (1) bagian pertanyaan atau pernyataan yang belum lengkap terdiri dari satu kalimat
tanya atau pernyataan; (2) bagian jawaban atau penyempurnaan, terdiri dari tiga sampai lima kalimat
jawaban atau penyempurnaan. Selanjutnya Ramayulis menjelaskan tentang pedoman dalam menyusus tes
pilihan ganda yaitu: (1) Statement harus jelas dalam merumuskan suatu indikator tentukanlah sebelumnya
bahwa hanya ada satu jawaban yang paling tepat; (2) baik statement maupun option sedapat mungkin
jangan merupakan suatu kalimat yang terlalu panjang; (3) hindarkanlah option yang tidak ada sangkut
pautnya satu sama lain. Dengan kata lain; option (pilihan jawaban harus homogen; (4) Statement (pokok
soal) jangan mengandung pernyataan yang bersifat ganda; (5) bahasa yang digunakan harus sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia; (6) harus dijelaskan pedoman pengisiannya.

2. Macam-macam Tes Objektif

Menurut Anas Sudijono tes objektif dapat digolongkan menjadi lima golongan yaitu: 31

1) Tes objektif bentuk benar salah


2) Tes objektif Bentuk Matching
3) Tes Objektif Bentuk Fill In
4) Tes Objektif bentuk Completion
5) Tes Objektif bentuk Multiple Choise

J. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Tes Subjektif

1. Pengertian Tes Subjektif

29
Anas Sidijono, Pengantar Evaluasi pendidikian Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 106.
30
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm. 216.

31
Anas Sidijono, Pengantar Evaluasi pendidikian Islam, hlm. 107.

10
Tes subjektif biasa di sebut tes essay atau tes uraian, pengertian tes essay adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. 32 Tes essay
ialah tes yang di susun sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri beberapa kalimat. 33 Ciri-ciri
pertanyaan tes subjektif ini biasanya didahului dengan kalimat pertanyaan: uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Tes subjektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar
yang memiliki karakteristik berikut ini yaitu: (1) tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang
dikehendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang; (2) bentuk-
bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar,
penafsiran, membandingkan membedakan dan sebagainya; (3) jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu
berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir; (4) pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu
diawali dengan kata-kata: jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa, bagaimana, atau kata-kata lain yang
serupa dengan itu.34

2. Macam-macam Tes Subjektif

Tes Subjektif atau tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) tes uraian bentuk
bebas atau terbuka, pada tes uraian ini jawaban yang dikehendaki muncul dari testee sepenuhnya
diserahkan kepada testee itu sendiri. Artinya testee mempunyai kebebasab seluas-luasnya dalam
menjawab pertanyaan (2) tes uraian bentuk terbatas, pada jenis tes ini jawaban yang dikehendaki muncul
dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah terarah (dibatasi).

3. Cara Menyusun Tes Subjektif

Beberapa petunjuk operasional dalam menyusun butir-butir soal uraian sebagai berikut: (1) dalam
menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar-butir-butir soal tersebut dapat mencakup
ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah diperintahkan kepada testee untuk
mempelajarinya; (2) untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee seperti mencontek atau
bertanya pada teman, hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan
kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk dipelajarinya: (3)
sesaat setelah butir-butir soal tes utaian dibuat hendaknya segera disusun dan dirimuskan secara tegas,
bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai jawaban yang
betul (4) dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan
atau perintah jangan dibuat seragam, melainkan dibuat bervariasi.. Tujuannya adalah untuk menghindari
rasa jenuh bagi testee dalam mengerjakan soal; (5) kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas padat
dan jelas sehingga cepat dipahami oleh testee dan tidak menimbulkan keraguan atau kebingungan bagi
testee dalam memberikan jawabannya; (6) hal penting yang yidak boileh dilupakan oleh tester adalah
pada saat menyususn butir-butir soal tes uraian hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara
mengerjakan atau menjawab butir-butir soal tersebut. 35

4. Cara Memberi Skor Tes subjektif

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk memberi skor terhadap tes uraian yaitu: (1) metode
analisa (analytical method) yaitu suati cara menilai dengan menyiapkan sebuah model jawaban dimana

32
Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997), hlm.
163.
33
Ramayulis, Metodologoi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Ilmu, 2014) hlm.212.
34
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 100.
35
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 104-106.

11
jawaban tersebut dianalisa menjadi beberapa step atau element disediakan skor tertentu. Setelah satu
model tersusun, jawaban masing-masing testee dibandingkan dengan model jawaban tersebut dan
diberikan skor sesuia dengan tingkat kebenaranya; (2) metode sorter (sorting method), metode mensortir
di pergunakan untuk memberi jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi menjadi element-elemen, jawaban
testee dibaca secara keseluruhan. Setelah suatu jawaban tersebut diletakan pada sebuah tumpukan, yang
diklasifikasikan menjadi tumpukan-tumpukan ; baik sekali, baik, sedang, kuirang, kurang sekali..

Selanjutnya ada beberapa yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan reliabilitas (tingkat
konsistensi) tes subjektif yaitu: (1) sebelum memberi skor siapkan terlebih dahulu model jawaban,
tentukan jumlah skor tiap-tiap item soal. Kalau menggunakan metode analisa tentukan berapa skor yang
akan diberikan untuk tiap element jawaban dan jika menggunakan metode sortir tentukan berapa skor
yang akan diberikan tiap-tipa klasifikasi; (2) setiap jawaban hendaknya diperiksa tanpa melihat
identitasnya terlebih dahulu untuk menghindari objektivitas penilaian; (3) periksalah jawaban testee
secara item demi item misalnya apabila suatu tes terdiri dari lima item, periksalah item pertama saja dulu
untuk semua testee, setelah item pertama selesai baru lanjutkan dengan item kedua dan seterusnya.

5. Kelebihan dan Kelemahan Tes Subjektif

Kelebihan tes subjektif adalah: (1) mudah disiapkan dan disusun; (2) tidak memberi banyak
kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan; (3) mendorong siswa untuk berani mengemukakan
pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus; (4) memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri; (5) dapat diketahui sejauh mana siswa
mendalami sesuatu masalah yang di teskan. Sedangkan kelemahan dari tes subjektif yaitu: (1) kadar
validitas dan reliabilitasnya rendah karena sulit diketahui sgi mana pengetahuannya yang telah dikuasai;
(2) kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yanga akan dites karena
soalnya hanya beberapa saja; (3) cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif; (4)
pemeriksaanya jauh lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai;
(5) waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. 36

J. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Tes Praktek

1. Pengertian Tes Praktek

Tes praktek biasa disebut juga dengan tes psikomotorik, tes kinerja atau tes perbuatan. Tes
psikomotorik adaah tes yang dipergunakan untuk menilai berbagai macam perintah yang harus
dilasanakan peserta didik yang berbentuk perbuatan, penampilan atau kinerja. 37 Tes perbuatan adalah tes
yang digunakan untuk mengukur tarap kompetensi yang bersifat keterampilan dimana penilaiannya
dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh testee setelah
melaksanakan tugas tersebut.38 Selanjutnya dijelaskan untuk mengukur keterampilan sebaiknya tes ini
dilaksanakan secara individual untuk mengukur kemampuan keterampilannya sesuai tujuan yang ingin
dicapai.

2. Cara Menyusun Tes Praktek

36
Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 164.
37
KBK Penilaan Berbasis kelas Fiqh Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Departemen Agama Dirjen Bimbingan Islam,
2002), hlm.327,
38
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 156.

12
Dalam melaksanakan tes praktek ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: (1) tester harus
mengamati secara teliti cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelesaikan tugas yang ditentukan; (2)
agar dapat dicapai kadar objektivitas setinggi mungkin, hendaknya tester jangan berbicara atau berbuat
sesuatu yang dapat mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan tugas tersebut (3) dalam mengamati
testee yang sedang melaksanakan tugas itu, hendaknya tester telah menyiapkan instrumen berupa lembar
penilaian yang didalamnya telah ditentukan hal-hal apa sajakah yang harus diamati dan diberikan
penilaian.39 Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar berupa keterampilan,
namun demikian biasanya pengukurannya disatukan dengan ranah kognitif sekaligus misalnya
keterampilan dalam menggunakan thermometer diukur mulai dari pengetahuan mereka tentang alat
tersebut, pemahaman tentang pengunaan alat, kemudian cara penggunaannya dalam bentuk keterampilan.

Instrmen yang digunakan untuk mengukur keteramilan biasanya berupa matriks ke bawah yang
menyatakan aspek ata bagian keterampilan yang akan di ukur, dan sebelah kanan menunjukan skor yang
di capai. Contoh:

Skor
No Keterampilan
1 2 3 4 5

1 Terampil
menyiapkan alat

2 Tekun dalam
bekerja

3 Menggunakan
waktu secara
efektif

3 Mampu bekerja
sama

3 Memperhatikan
keselamatan keja

3 Memperhatikan
kebersihan

3 Hasil masakannya
enak

Keterangan: (1). Kurang sekali (2). Kurang (3). Sedang (4). Baik (5). Baik sekali

3. Cara Memberi Skor Tes Praktek

39
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 157

13
Cara memberi skor test adalah dengan cara menjumahkan keseluruhan skor yang diperoleh di
bagi jumlah item nomor soal. Selain itu untuk menilai test kinerja dipergunakan daftar check-list contoh:

Contoh 1

Penilaian
No Rukun Shalat
Benar Salah

1 Lafaz niat

Cara berdiri

Takbiratul Ihram

Membaca surat Al-fatihah

Ruku beserta tumaninah

Sujud beserta tumaninah

Duduk antara dua sujud beserta


tumaninah

Duduk akhir

Membaca tasyahud akhir

Membaca shalawat

Mengucapkan salam

Menertibkan rukun shalat

2 Jumlah

3 Skor

Contoh 2

14
Skala Sikap
No Asek yang di nilai
1 2 3 4

Ekspresi Fisik

Cara berdiri dan memandang penonton

Mimik

Pantomim

Ekspresi Suara

Kata-kaa yang jelas dan fasih

Irama dan tinggi rendahnya suara

Volume suara

Ekspresi Verbal

Ketepatan dalam memilih kata

Kelengkapan kalimat yang diucapkan

Kebenaran kalimat yang diucapkan

Menyimpulkan pokok-pokok pikiran

Jumlah

Total general skor

Keterangan: (1). Kurang sekali (2). Kurang (3). Sedang (4). Baik (5). Baik sekali

K. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam Non Tes (Penilaian Sikap)

1. Pengertian Penilaian sikap

Pengukuran sikap atau ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif karena perubahan
tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu, perubahan sikap seseorang memerlukan waktu
yang relatif lama. Tujuan penilaian ranah afekif adalah: (1) untk mendapatkan umpan balik baik bagi guru
maupun siswa sebagai dasa ntuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program
perbaikan bagi anak didiknya; (2) untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang
dicapai dan diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada
orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik; (3) untuk menempatkan anak didik dalam situasi
belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik; (4) untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik. 40
40
Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) hlm. 180-
181.

15
2. Pelaksanan Penilaian Ranah Afektif

Penilaian ranah afektif dapat dilaksanakan dalam bebeapa situasi yatu: (1) pada saat proses
belajar berlangsung, yang menilai adalah guru dan output-nya berbenuk laporan perkembangan siswa; (2)
di luar proses belajar di dalam sekolah yang menilai adalah guru dan laporannya berbentuk buku poin,
buku pintar, dan lain-lain; (3) diluar sekolah atau di rumah, pemberi nilai adalah orang tua, laporannya
berbentuk buku penghubung atau penyambung; (4) penilaian afektif pada saat proses belajar adalah
bagaimana sikap, respons, dan minat siswa terhadap proses belajar. Indikator penilaia afektif ini
jumlahnya dapat bermacam-macam, namun minimal harus mematuhi syarat berikut: a. sikap sisa terhada
dirinya sendiri; b. sikap siswa dalam hubungannya dengan guru selama proses belajar c. sikap siswa
dalam hubungannya dengan lingkungannya selama proses belajar; respon siswa terhadap materi
pelajaran; d. respon siswa terhadap materi pembelajaran; e. penilaian afektif diluar proses belajar yaitu
penilaian terhadap sikap dan interna perilaku siswa dipandang dari sikap internal internal dan
hubungannya dengan lingkungan sekolah yang lain; f. penilaian efektif di rumah yaitu dengan bantuan
orang tua untuk mengisi buku penyambung yang memuat kebiasaan-kebiasaan baik siswa d rumah
misalnya: kebiasaan shalat berjamaah, shalat malam, membaca al-Qur’an, membantu orang tua, puasa
sunat dan sebagainya.41

3. Cara Menilai Sikap

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur sikap diantaranya: kuisioner,
intervieu dan observasi. Teknik yang relevan dengan penilaian afektif adalah:

(1) observasi perilaku, observasi adalah suatu penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kejadian perbuatan yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Cara melakukan observasi perilaku dapat
menggunakan buku cacatan khusus tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kegiatan peserta
didik di sekolah (Critical Incidentisin Record).42

(2). Laporan pribadi, melalui teknik ini peserta didik di minta ulasannya tentang pandangannya terhadap
masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya siswa diminta pandangannya tentang “
Tawuran pelajar” dan usulan yang dibuat oleh peserta didik dapat dibaca dan dipahami tentang
kecenderungan sikap yang di milikinya.

Selain itu untuk mengukur sikap juga bisa menggunakan skala antara lain:

(1) Skala Liker, skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang
menunjukan tingkatan. Misalnya SS= Sangat Setuju, S=Setuju, R= Ragu-ragu, TS= Tidak Setuju, STS=
Sangat Tidak Setuju

(2) Skala pilihan ganda, skala ini bentuknya seperti soal bentuk piihan ganda yaitu suatu
pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat contoh: Dalam suatu upacara bendera…. a.
setiap peserta harus dengan khidmat mengikuti jalannya upacara tanpa kecuali; b. peserta diperbolehkan
berbicara asal dalam batas-batas tertentu dan tidak mengganggu jalannya upacara; c. dalam keadaan
terpaksa peserta boleh berbicara tetapi hanya berbisik; d. peserta boleh (merdeka) berbicara asal tertib

(3) Skala Turstone, yaitu skala yang mirip dengan skala likert karena merupakan suatu instrumen
yang jawabanannya menunjukan tingkatan contoh: 1-4=veri favourable 5-9= neutral, 10-11= very
unfovourable atau A-D=veri favourable E-I= neutral, J-K= very unfovourable. Pernyataan yang diajukan

41
Ramayulis, Metodologoi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Ilmu, 2014) hlm.220-222.
42
Standar Penilaian di kelas, (Jakarta: Depag RI Dirjen Bimbaga Islam, Dir Mapenda, 2003), hlm. 76.

16
kepada resonden disarankan kira-kira 10 butir, tetapi tidak kurang dari 5 butir; keterangan: favourable
adalah pernyataan yang bersifat positif atau mendukung sedangkan unfovourable adalah pernyataan
negatif atau tidak mendukung.

(4) Skala Guttman, skala ini berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus
dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-peryanta tersebut menunjukan tingkatan yang berurutan sehingga
bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor1. Selanjutnya jika responden setuju
dengan peryataan nonor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.

(5) Semantik differential, skala ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi dimensi yang
diukur yaitu: baik-tidak baik, kuat-lemah, cepat-lambat, aktif –pasif, atau berguna tidak berguna. Contoh:
Baik 1234567 tidak baik, berguna 1234567 tidak berguna, aktif 1234567 Pasif. Cara ini dapat digunakan
untuk mengeahui minat atau pendapat siswa mengenai sesuatu kegiatan atau topik dari suatu mata
pelajaran

(6) pengukuran minat, dengan bebagain ilihan kata berikut: senang, sampai dengan tidak senang
dapat ditentukan sendiri seberapa suka.

N Piliha sikap
Pernyataan
o SS S N TS STS

1. Semua agama benar, karena semua agama adalah


jalan menuju Tuhan

2. Iman itu bermanfat sekali ntuk menentramkan jiwa

3. Suara azan subuh yang menggema di suatu masjid


mengganggu orang tidur

4. Setiap betemu denga sesama muslim sebaiknya


mengucapka salam

17
DAFTAR PUSTAKA

Lihat https://Id.m.wikipedia.org/pengertian evaluasi, diakses 14 Oktober 2020.

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha nasional, 1986), hlm.1

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 1998), hlm.2.

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 4-5

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 3

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 1-2.

Hasmiati, Kedudukan Evaluasi dalam Pendidikan Islam, Jurnal Al-Qalam Volume 8, No. 1, 2016 ISSN
(print) : 1858-4152 ISSN (online) : xxxx xxxx Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/al
-qalam

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 12-14.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 6-7

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 7-14

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha nasional, 1986), hlm.3-6.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 9-11.

18
Lihat, Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi pendidikan, hlm. 16-17.

Lihat, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm.10

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013; Memahami Berbagai
Aspek dalam kurikulum 2013, (Jakarta: Kata Pena, 2014), hlm. 60

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), hlm. 208-210.

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 25-27.

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm. 68-75.
Sayaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010), hlm. 106.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Bumi Aksara, 1987)
hlm. 54.

https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi. Diakses 12 November 2020

Fauzi, A. (2017) Daya Serap Siswa Terhadap Pembelajaran Taksonomi Pendidikan Agama
Islam, Jurnal Pusaka, 4(2), pp. 50-67. Available at:
http://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/jurnal_pusaka/article/view/daya-serap-siswa-
pembelajaran-taksonomi-pai (Accessed: 12November2020).More Citation Formats 

Darmawan, I. P., & Sujoko, E. (2013). Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S.Bloom. 

Satya Widya. 29 (1),30-39 https://doi.org/https://doi.org/10.24246/j.sw.2013.v29.i1.p30-39


http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/madrasah/article/viewFile/3301/5117. Diakses tangal
12 November 2020.

E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,


(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 38.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), hlm.37.

Oemar Hamalik, Perencanan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005), hlm. 108.

Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 21.

19
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997), hlm.
128-130.

E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,


(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 38.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), hlm.37.

E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,


(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 38.

Oemar Hamalik, Perencanan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005), hlm. 108.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010), hlm. 214.

Oemar Hamalik, Perencanan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2002), hlm. 212.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1988), hlm.
29.

Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya, Usaha Nasional,
1986), 116.

Ramayulis, , Metodologi Pendidikan Agama Islam, hlm. 210-212.

Ramayulis, , Metodologi Pendidikan Agama Islam, hlm. 211.

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),
hlm. 58-59.

Anas Sidijono, Pengantar Evaluasi pendidikian Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


1996), hlm. 106.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm. 216.

20
Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1997), hlm. 163.

Ramayulis, Metodologoi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Ilmu, 2014) hlm.212.

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm. 100.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 100-101

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),
hlm. 68-69.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 104-106.

KBK Penilaan Berbasis kelas Fiqh Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Departemen Agama Dirjen
Bimbingan Islam, 2002), hlm.327,

Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1997), hlm. 185.

Ramayulis, Metodologoi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Ilmu, 2014) hlm.218-219.

Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi


Aksara, 1997) hlm. 180-181.

Ramayulis, Metodologoi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Ilmu, 2014) hlm.220-222.

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),
hlm. 275.

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, hlm. 276

Standar Penilaian di kelas, (Jakarta: Depag RI Dirjen Bimbaga Islam, Dir Mapenda, 2003), hlm.
76.

Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 182-185.

21

Anda mungkin juga menyukai