Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sebelum masa kemerdekaan dunia arsitektur di Indonesia didominasi oleh karya arsitek
Belanda. Masa kolonial tersebut telah mengisi gambaran baru pada peta arsitektur Indonesia.
Kesan tradisional dan vernakuler serta ragam etnik di Negeri ini diusik oleh kehadiran
pendatang yang membawa arsitektur arsitektur di Indonesia
Bentuk arsitektur di Indonesia “asli” kemudian dimulai dari sebuah institusi arsitektur
di era setelah kemerdekaan. Selama periode tersebut sampai sekarang arsitektur berkembang
melalui proses akademik dan praktek arsitektur pada sebuah arsitektur kontemporer Indonesia.
Ciri khas proyek arsitektur Sukarno adalah kemajuan, modernitas, dan monumentalitas
yang sebagian besar menggunakan langgam “International Style”. Seorang arsitek yang
memiliki hubungan dekat dengan Presiden Sukarno pada masa itu adalah Friedrich Silaban. Ia
terlibat hampir semua proyek besari pada masa itu. Desainnya didasari oleh prinsip fungsional,
kenyamanan, efisiensi, dan kesederhanaan. Pendapatnya bahwa arsitek harus memperhatikan
kebutuhan fungsional suatu bangunan dan factor iklim tropis seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, dan radiasi matahari. Desainnya terekspresikan dalam solusi arsitektur seperti
ventilasi silang, teritisan atap lebar, dan selasar-selasar.
Secara garis besarnya Arsitektur Nusantara seharusnya memiliki karya yang seragam
dengan ciri-ciri yang cukup jelas mewakili citra per wilayah Indonesia. Karena negara kita
adalah negara kepulauan dan setiap pulau memiliki kebudayaan sebagai ciri dari kesukuan
mereka. Maka hal tersebut sebaiknya kita hargai dan dapat dijadikan sebagai sumber
pengetahuan dan dasar perencanaan pembangunan dalam ilmu arsitektur, secara turun tenurun
arsitektur Indonesia. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi bentuk/wujud bangunan
arsitektur yaitu: 1. Agama, 2. Budaya dan Adat istiadat atau Tradisi sehari-hari, 3. Filosofi dan
cara pandang hidup dari tiap suku 4. Iklim. Dari sisi Agama, masuknya agama hindu dan budha
banyak meninggalkan bangunan maupun budaya yang sangat mempengaruhi bentuk arsitektur
bangunan, seperti artifak benda bersejarah dan lingkungan serta Budaya adat istiadat.
Perubahan cara pandang dalam bentuk bangunan arsitektur tersebut karena banyaknya
pendatang yang masuk ke Indonesia sehingga sangat mempengaruhi bentuk arsitektur yang ada
di Nusantara seperti: 1. Masuknya agama hindhu dan budha, 2. Islam ke Indonesia banyak
memberikan dampak pada bentuk arsitrektur bangunan 3.Bangunan peninggalan bangsa-
bangsa lain Portugis, Spanjol, Jepang dan Belanda.
berikut merupakan nama nama tokoh yang melakukan pembangunan dengan gaya arsitektur
Indonesia ;
1. Bung Karno
Dalam tiap rancangannya, Liem Bwan Tjie selalu menempatkan faktor iklim
tropis sebagai salah satu pertimbangan penting. Hujan dan sinar matahari langsung
tak pernah dibiarkannya membuat penghuni bangunan merasa tidak nyaman. Ruang
di dalam pun harus nyaman dan cukup terang, misalnya dengan membuat jendela-
jendela lebar yang dapat mengendalikan aliran udara.
1. Desain bangunan “total work of art”, misal fasade menyatu dengan desain interiornya
2. Penyelesaian material kontras (kasar x halus, massif x void)
3. Curtain wall, struktur utama bangunan dan struktur fasade terpisah, dinding berfungsi
sebagai selubung seperti tirai
4. Penyelesaian sudut bangunan dengan dicoak atau dilengkungkan
5. Entrance ditandai
6. Shading sebagai ekspresi tropis
Dan msih banyak orang orang yang ikut serta dalam membangun dengan menggunakan gaya
gaya arsitektur Indonesia
Konperensi arsitek pertama akhirnya terwujud di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September
1959. Ada 21 orang arsitek berpartisipasi, yaitu 3 senior F.Silaban, Mohammad Soesilo dan
Liem Bwan Tjie, serta 18 arsitek muda ITB dari angkatan 1958 dan 1959. Konperensi hari
pertama dilakukan di rumah keluarga Liem Bwan Tjie di Jalan Wastukencana, Bandung.
Pertemuan hari kedua kemudian dipindahkan ke sebuah restoran di sebelah utara Bandung
bernama Dago Teahouse.
Pada akhir konperensi diresmikan berdirinya IAI dan sebuah draft anggaran dasar organisasi
yang juga merumuskan tujuan ideal pembentukannya, diwujudkan dalam dokumen pendirian
bertajuk Menuju Profesi Arsitektur Indonesia yang Sehat. Intinya adalah tujuan untuk
memperbaiki nilai-nilai arsitektur, kerjasama dengan berbagai pihak temasuk masyarakat
pengguna arsitek, serta meningkatkan hak dan tanggungjawab arsitek.
Dengan adanya factor factor pendorong pembangunan yang ada di Indonesia, sebagai generasi
muda khususnya bagi orang orang pendesaint bangunanan nantinya mampu mempertahankan
gaya dari arsitektur Indonesia ini, selain mempertahankan diharapkan mampu mengembangkan
gaya tersebut yang nantinya akan membuat nama Indonesia ini semakin dikeal baik dalam
negeri maupun luar negeri.