Makalah Teknologi Informasi
Makalah Teknologi Informasi
Menangkap (Capture)
Menangkap disini dapat diartikan sebagai menginput. Misalnya, menerima inputan dari
mic, keyboard, scanner, dan lain sebagainya. Fitur Capturing mungkin juga sudah tidak
asing ketika Anda memakainya untuk menyimpan informasi tertentu.
Pengolahan atau pemrosesan data dapat berupa konversi (pengubahan data ke bentuk lain),
analisis (analisis kondisi), perhitungan (kalkulasi), sintesis (penggabungan) segala bentuk
data dan informasi. Dengan Adanya Fungsi ini pasti akan lebih memudahkan User
Fungsi generating adalah dimana teknologi berperan sebagai alat untuk mengorganisasikan
suatu informasi ke dalam sebuah bentuk yang lebih terarah dan mudah dipahami. Contoh
sederhananya adalah grafik dan table.
Fungsi teknologi informasi ini merekam atau menyimpan data dan informasi dalam suatu
media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya. Misalnya saja disimpan ke harddisk,
tape, disket, CD (compact disc) dan sebagainya.
Fungsi teknologi informasi ini menelusuri, mendapatkan kembali informasi atau menyalin
data dan informasi yang sudah tersimpan, misalnya mencari supplier yang sudah lunas dan
sebagainya. Adakalanya data yang tersimpan sulit untuk ditemukan karena terlalu penuh
dengan adanya fungsi ini dapat memudahkan user serta menghemat waktu juga.
Fungsi teknologi informasi ini mengirim data dan informasi dari suatu lokasi lain melalui
jaringan komputer. Misalnya saja mengirimkan data penjualan dari user A ke user lainnya.
Sehingga kita tidak perlu menyalin satu persatu cukup dengan saling sharing saja.
Manfaat Teknologi Informasi
Manfaat teknologi informasi dalam aktivitas sehari-hari sangat penting. Manfaat ini bisa
digunakan sebagai penunjang kehidupan yang lebih baik dikarenakan ada teknologi
informasi yang bisa membantu aktivitas menjadi lebih efektif dan efisien. Manfaat ini
dapat digolongkan berdasarkan kebutuhannya seperti :
Untuk Pendidikan
Teknologi informasi dapat membantu membuat rancangan desain sebuah produk yang
akan dikeluarkan pada industri serta bisa mengontrol mesin produksi dengan ketepatan
yang baik. Apalagi seperti yang kita ketahui industri membutuhkan hal yang cepat untuk
produksi dalam jumlah besar.
Dengan teknologi informasi bisa membantu dalam transaksi, menyimpan berkas dengan
lebih aman dan sistem perbankan yang lebih maju. Serta akses nya dapat dikontrol
dengan mudah cukup dengan teknologi saja.
Untuk Militer
Dengan teknologi informasi yang maju, bisa dimanfaatkan untuk navigasi pada kapal
selam, mengendalikan pesawat luar angkasa dengan kemudi atau tanpa kemudi. Dengan
adanya teknologi Militer juga dapat membuat suatu akses ketika berada dikeadaan
genting.
Teknologi informasi bisa digunakan dalam mempelajari struktur tanah, angin dan juga
cuaca. Dan bisa membantu dalam menghitung. Saat ini akses ilmu pengetahuan pun
bertebaran dimana-mana dan dapat di akses dengan mudah cukup dengan jaringan
internet. Begitupun dalam bidang Teknik dan proyek-proyek tertentu.
Untuk Kedokteran
Bisa dimanfaatkan dalam mendiagnosa suatu penyakit dan mengambil gambar semua
organ tubuh dengan komputer. Bahkan teknologi merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dengan bidang kedokteran saat ini seperti: scan, Radiologi, maupun Usg.
Untuk Pemerintahan
Teknologi informasi dapat diaplikasikan dalam mengolah suatu data dan informasi yang
ditujukan kepada masyarakat. Bisa meningkatkan hubungan antara pemerintah dan
masyarakatnya. Sehingga apa yang terjadi di suatu daerah tertentu dapat diketahui dengan
cepat menggunakan teknologi.
Teknologi komputer bisa digunakan untuk membuat animasi, periklanan, desain grafis
dan juga audiovisual supaya menjadi lebih baik dan menarik. Bahkan Kini banyak
programer-programer tertentu sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan baginya.
Teknologi bisa membuat mudah aparat dalam menyelesaikan permasalahan, bisa dengan
mudah terdeteksinya pelanggaran demi pelanggaran lalu lintas dan sidik jari. Bahakn
untuk kejahatan sekelas cyberCrime sekalipun dapat dengan mudah dilacak lewat
teknologi.
Namun, dari kelebihan teknologi informasi dan telekomunikasi terdapat kekurangan yang
tanpa disadari menimbulkan efek-efek yang besar terhadap penggunanya.
Kekurangan: Dengan transaksi melalui TIK, tidak dapat dipungkiri akan terjadi hal-hal
yang melanggar aturan seperti transaksi obat terlarang (Narkoba), transaksi perdagangan
manusia.
Dalam masyarakat seringkali ada pihak yang menyamakan antara cybercrime dengan
computer crime dan internet crime. Ketiga istilah tersebut sama-sama berbasis komputer,
tetapi berbeda modus dan ruang lingkupnya. Computer crime adalah cybercrime dalam
pengertian sempit, yaitu aktivitas manusia yang menjadikan komputer sebagai sasaran
kejahatan. Internet crime adalah kejahatan yang terjadi di dalam atau dengan sarana
internet. Sedangkan cybercrime itu mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu
computer crime, internet crime, termasuk aktivitas yang menggunakan komputer sebagai
sarana untuk melakukan kejahatan. Dengan demikian, setiap computer crime dan internet
crime dalam pengertian sempit adalah cybercrime. Karena itu, cybercrime dalam arti luas
sering disebut kejahatan yang berhubungan dengan komputer (computer-related crime).
Apapun nama, bentuk, dan modusnya, cybercrime perlu diatur dengan peraturan
perundang-undangan (cyberlaw) agar dalam masyarakat tercipta kepastian hukum,
ketertiban, dan keadilan. Karakteristik kejahatan siber yang sarat dengan penggunaan
komputer dan internet serta lintas negara tersebut, membutuhkan penanganan yang tidak
selalu dapat dilakukan berdasarkan cara atau metode yang konvensional. Dalam berbagai
kasus, penyelesaian tindak kejahatan siber tersebut memerlukan kerjasama dari berbagai
pihak, termasuk aparat penegak hukum dari negara lain. Kerjasama tersebut dapat
terlaksana secara efektif apabila didukung oleh instrumen hukum, baik itu regional
maupun internasional, yang selaras dengan hukum nasional masing-masing pihak. Untuk
itu, maka diciptakan sebuah peraturan perundang-undangan yang ditujukan untuk
mengatur seluruh aktivitas/tindak kejahatan dalam cyberspace tersebut. Convention on
Cybercrime adalah instrumen hukum regional yang secara tidak langsung telah diterima
sebagai pedoman yang dipakai secara internasional. Perserikatan Bangsa-bangsa juga
telah sejak lama membahas tentang penanganan tindak kejahatan siber dan juga
memberikan pedoman-pedoman bagi negara-negara anggota. Demikian juga organisasi
kawasan regional Perserikatan Bangsa-bangsa Asia Tenggara. Selanjutnya, pembahasan
secara rinci mengenai pengaturan cybercrimes dan cyberlaw di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang
selanjutnya disebut sebagai UU ITE. UU ITE tersebut merupakan undang-undang yang
secara khusus mengatur mengenai tindak pidana siber, baik itu hukum pidana maupun
hukum acara pidana. Pengaturan hukum dalam UU ITE tersebut mengadopsi ketentuan
dalam Convention on Cybercrime.
Penerapan hukum harus didasarkan pada asas-asas umum pemberlakuan hukum untu
melindungi hak asasi manusia dan kewenangan negara dalam menciptakan keadilan.
Kadangkala ada kesulitan dalam menerapkan ketentuan hukum konvensional dalam
perkara yang berbasis komputer, terutama yang berkaitan dengan penentuan dimana
tempat terjadinya tindak kejahatan (pidana – locus delicti) dan kapan terjadinya tindak
kejahatan (pidana – tempus delicti) tersebut. Namun, ternyata yurisdiksi cybercrime law
pada dasarnya juga sama, hanya berbeda dalam teknis penyelidikan, penyidikan, dan
pemeriksaannya. Asas-asas hukum tersebut adalah asas legalitas, asas teritorialitas, asas
nasionalitas aktif, asas nasionalitas pasif, dan asas universalitas. Merebaknya kasus
cybercrime di Indonesia ikut memacu pengundangan UU ITE yang materinya sudah
diharmonisasikan dengan Convention on Cybercrime. Namun ternyata, kehadiran UU
ITE juga belum mengatur semua tindak kejahatan (pidana) di bidang teknologi informasi
di Indonesia. Karena itu, sangat dibutuhkan UU khusus yang mengatur cybercrime secara
menyeluruh sebagai pelengkap UU ITE. Banyak persamaan pengaturan cybercrime
dalam UU ITE dengan Convention on Cybercrime, yaitu akses tidak sah (illegal access),
penyadapan atau intersepsi tidak sah (intercepting), gangguan terhadap data komputer
(data interference), gangguan terhadap sistem komputer (sistem interference),
penyalahgunaan perangkat lunak komputer (misuse of device), pemalsuan melalui
komputer (computer-related forgery), pornografi melalui komputer (pornography),
kejahatan “konvensional/tradisional” yang menggunakan komputer. Berdasarkan kajian
historis, Convention on Cybercrime tersebut sudah disepakati oleh mayoritas negara dan
organisasi internasional untuk dijadikan acuan aturan minimum (minimum rule)
pengaturan cybercrime dalam hukum pidana di negara masing-masing. Namun, dalam
rangka menjalankan kedaulatan pada setiap negara, legislator tetap mendapatkan
kebebasan untuk mengembangkan pengaturan tentang bentuk-bentuk tindak kejahatan
dan ancaman pidananya secara detail.
Istilah hukum di bidang teknologi informasi merupakan istilah yuridis, artinya istilah
tersebut sudah tertuang dalam peraturan perundang-undangan, yaitu dalam Pasal 43 ayat
(1) dan (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, yang kemudian disebut dengan UU ITE. Dalam ketentuan tersebut diatur
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan penyidikan di bidang Teknologi Informasi.
Berdasarkan UU ITE, Pasal 1 angka 3, pengertian Teknologi Informasi adalah suatu
teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan,
menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. Dalam konteks hukum di bidang
teknologi informasi, pengertian teknologi informasi mengarah pada pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi berbasis komputer. Ruang lingkup teknologi
informasi tidak hanya sebatas pada teknologi komputer (yang terdiri atas piranti keras dan
lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan
mencakup juga teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Teknologi informasi
ini merupakan teknologi yang menggabungkan komputer dengan jaringan komunikasi
berkecepatan tinggi yang mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi dalam bentuk data,
audio, dan visual. Teknologi informasi tersebut merupakan konvergensi antara teknologi
komputer dan teknologi telekomunikasi. Sedangkan pengertian komputer berdasarkan
Pasal 1 angka 14 UU ITE adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik,
atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan. Pengertian
komputer dalam konteks ini termasuk jaringan komputer sebagai basis jaringan sistem
elektronik. Sistem elektronik juga digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem
informasi yang merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan
telekomunikasi dan media elektronik, yang berfungsi merancang, memproses,
menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarkan informasi elektronik.
Dengan demikian, pengertian hukum pidana di bidang teknologi informasi adalah
ketentuan-ketentuan pidana yang dapat diterapkan pada aktivitas manusia berbasis
komputer dan dalam jaringan komputer di dunia maya (virtual) dalam hal
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis,
dan/atau menyebarkan informasi dalam bentuk data, suara, dan gambar. Dalam konteks
hukum pidana di bidang teknologi informasi, ruang lingkup hukum pidana di bidang
teknologi informasi mencakup pengertian hukum pidana dalam arti luas, yaitu:
2. Hukum pidana formil (terdiri atas ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana -KUHAP, dan ketentuan hukum acara pidana yang ada di luar
KUHAP, misalnya UU ITE, UU Pornografi, UU Komunikasi, dan UU Hak
Cipta); dan
3. Hukum panitensier (terdiri atas ketentuan pelaksanaan pidana, baik yang ada
dalam Buku I KUHP maupun ketentuan lain yang tersebar di luar Buku I KUHP,
misalnya dalam UU RI No. 20 Tahun 1946 tentang Hukuman Tutupan, UU No.
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, dan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya.
MOTIF CYBERCRIME
Motif pelaku kejahatan di dunia maya (cybercrime) pada umumnya dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu :
1. Motif intelektual, yaitu kejahatan yang dilakukan hanya untuk kepuasan pribadi dan
menunjukkan bahwa dirinya telah mampu untuk merekayasa dan
mengimplementasikan bidang teknologi informasi. Kejahatan dengan motif ini pada
umumnya dilakukan oleh seseorang secara individual.
2. Motif ekonomi, politik, dan kriminal, yaitu kejahatan yang dilakukan untuk
keuntungan pribadi atau golongan tertentu yang berdampak pada kerugian secara
ekonomi dan politik pada pihak lain. Karena memiliki tujuan yang dapat berdampak
besar, kejahatan dengan motif ini pada umumnya dilakukan oleh sebuah korporasi
Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan.
Contoh kejahatan ini adalah carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain
untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media
internet untuk menyebarkan material bajakan.
Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam “wilayah abu-abu”, cukup sulit
menentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan , mengingat motif
kegiatannya terkadang bukan untuk berbuat kejahatan.
Salah satu contohnya adalah probing atau postcanning. Ini adalah sebutan untuk semacam
tindakan pengintain terhadap sistem orang lain dengan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem informasi yang di
gunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun yang tertutup, dan sebagainya.
Jenis kegiatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang
memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh
kejahatan ini antara lain:
a. Pornografi
b. Cyberstalking
c. Cyber-Tresspass
Kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang lain seperti misalnya Web
Hacking, breaking ke PC, Probing, Port Scanning dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, kejahatan siber yang bermotif finansial banyak
menargetkan pada aplikasi e-commerce, investasi, dan sistem pemrosesan data keuangan online.
Ancaman kejahatan siber sektor finansial menjadi paling berbahaya karena dampaknya langsung
mengakibatkan kerugian finansial bagi para korban.
Oleh karena penting setiap pengguna internet dan smartphone mengetahui cara menjaga
keamanan akun dan perangkat smartphone. Berikut 4 cara mencegah kejahatan siber dengan
keamanan digital pribadi:
Keamanan Email
Sekarang ini, email menjadi hal yang wajib dimiliki setiap pengguna smartphone. Tidak hanya
untuk keperluan mengirim dan menerima pesan tetapi juga berguna sebagai penghubung dengan
berbagai aplikasi, termasuk aplikasi e-commerce, investasi dan perbankan. Jadi, jangan heran
kalau email kerap menjadi sasaran utama para hacker dan tindakan Cybercrime.
Lakukan pengecekan virus yang ada di komputer dan smartphone kamu secara rutin
Waspada dengan dengan social engineering yang dilakukan melalui email
Lindungi kata sandi
Selalu lakukan update OS dan aplikasi
Hindari menggunakan software/aplikasi bajakan
Orang-orang semakin gemar menggunakan media sosial sebagai media komunikasi dan
berekspresi. Namun tanpa disadari kamu telah membagikan informasi tentang teman, keluarga,
dan kontak kamu yang bisa dilihat siapa saja. Informasi ini dapat digunakan oleh pihak tak
bertanggung jawab sebagai bagian dari upaya rekayasa sosial.
Beberapa cara untuk membantu kamu menjaga keamanan informasi dan akun media sosial:
Batasi informasi pribadi yang kamu publikasikan di sosial media, seperti nama anak,
nama sekolah, nama hewan peliharaan, dan lain-lain. Karena informasi pada profil utama
kamu dapat menjadi jawaban untuk memeriksa pertanyaan yang digunakan untuk
otentikasi.
Laporkan aktivitas mencurigakan atau spam ke situs media sosial yang digunakan untuk
mengontak kamu. Spam dapat muncul dalam bentuk posting, pesan, email, atau
permintaan pertemanan.
Ganti kata sandi kamu dan laporkan aktivitas mencurigakan jika kamu merasa seseorang
telah mengakses akun kamu.
Jika kamu yakin sedang menjadi target di platform media sosial apa pun, segera laporkan
media sosial tersebut. Facebook, LinkedIn, Twitter, Snapchat dan Instagram memberikan
instruksi spesifik tentang cara melakukannya.
Sim Swap Fraud merupakan tindakan menduplikasi SIM Card seseorang ke SIM Card baru,
untuk memperoleh data-data penting korban, terutama data perbankan.
Waspada apabila ada telepon atau SMS permintaan untuk mematikan ponsel sementara,
mengetikkan suatu kode khusus di ponsel kamu, atau menanyakan data-data pribadi
kamu.
Segera hubungi operator seluler kamu apabila layanan komunikasi ponsel tiba-tiba tidak
berfungsi, seperti tidak dapat melakukan dan menerima panggilan atau SMS.
Jangan mempublikasikan nomor ponsel kamu di media sosial. Gunakan nomor yang
berbeda untuk aktivitas perbankan.
Lindungi data-data pribadi perbankan kamu, seperti User ID, kata sandi, PIN, OTP, dan
informasi lainnya.
Keamanan Smartphone
Kecanggihan smartphone telah membuat hidup jauh lebih mudah dan praktis. Karena kamu
dapat melakukan transaksi perbankan cukup dengan aplikasi mobile banking. Namun
smartphone juga dapat melacak identitas kamu, lokasi di mana kamu berada, dan informasi
tentang teman, keluarga, dan kontak kamu. Ini dapat membuat kamu dan perangkat kamu
menjadi target utama peretas.