Unsur penunjang keselamatan kerja, yakni ada unsur keamanan dan kesehatan
kerja, kesadaran keamanan dan kesehatan kerja, cermat dalam bekerja dan
melakukan prosedur kerja.
Prosedur bekerja dengan aman dan teratur pada umunya sudah dibuat
berbentuk tata teratur ketentuan keperilakuan ( code of conduct) pada tiap-tiap
perusahaan.
Semua bentuk tingkah laku dan peristiwa yang mencurigakan mesti dilaporkan
baik dengan cara tercatat ataupun lisan kepada pihak yang berwenang di
perusahaan untuk di tindaklanjuti kepada pihak berwajib.
b. Pengusaha adalah :
d. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya, baik darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air, maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
Pihak pengusha atau perusahaan melakukan prosedur bekerja dengan aman dan
tertib dengan cara :
a) Menetapkan standar K3;
c) Menetapkan peraturan-peraturan;
b. Faktor lingkungan fisik tenaga kerja, seperti mesin, gedung, ruang, peralatan;
CONTOH KASUS
Kasus :
Bau gas tercium di sebuah supermarket di Jakarta, yang menyebabkan
karyawan pinggsan.
Cara Penyelesaian:
Bagian keamanan seharusnya selalu mengecek secara rutin semua ventilasi dan
mengantisipasi adanya kebocoran gas.
Kasus: :
Seorang ilmuwan, ahli biologi, dan peneliti mengadakan ekspedisi penjelajahan
ke dalam laut untuk menyelidiki perihal ikan paus dan ikan hiu. Ternyata tanpa
diduga dia diserang oleh ikan hiu sehingga kehilangan tangannya sampai putus.
Cara Penyelesaian :
Keadaan di dalam air/laut memang sangat tidak terduga dan ganas. Jangan
karena merasa ahli dan berpengalaman, mengabaikan faktor keselamatan. Oleh
karena itu, peneliti harus menggunakn sarana pengaman yang lengkap dan
pengawalan.
Kasus: :
Helicopter superpuma yang sedang diperbaiki di lapangan terbang Pondok
Cabe, Banten mengalami kecelakaan. Padahal pesawat itu hanya terbang di
atas permukaan tanah sekitar satu meter lalu jatuh. Baling-balingnya menimpa
dan menewaskan dua orang teknisinya dan pilotnya luka.
Cara Penyelesaian :
Kecelakaan sering terjadi secara tidak terduga. Para teknisi seharusnya tidak
berada di dekat pesawat terbang untuk mengantisipasi jika ada kecelakaan.
Selain itu, semua peralatan pengaman harus dipersiapkan.
b) Corrosive (Korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi corrosive adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat
diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5),
ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.
Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia.
Contoh : klor, belerang dioksida.
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.
c) Toxic (Beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya toxic dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi irritant atau kode Xi adalah tidak
korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput
lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41
Kode Xn (Harmful)
Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,
Contoh : peridin
Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera
berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
Kode Xi (irritant)
Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan.
Contoh : ammonia dan benzyl klorida.
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.
e. Kontraktor :
Kriteria pemilihan kontraktor.
Komunikasi persyaratan kepada kontraktor.
Evaluasi dan penilaian kinerja K3 berkala.
Prinsip Dasar
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut
diantaranya:
1) Pastikan anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau
kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita
menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau
masih dalam bahaya.
2) Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien.
Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumber daya yang ada baik
alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila anda bekerja dalam
tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
4) Pendarahan.
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam
waktu 3 sampai 5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang
bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi
dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut
menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian
pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.
1) Response (Respon)
Pastikan Kondisi Kesadaran Korban. Periksa kesadaran korban dengan cara
memanggil namanya jika anda kenal, atau bersuara yang agak keras di dekat
telinga korban, jika tidak ada respon juga, tepuk pundak korban perlahan namun
tegas, berikan rangsangan nyeri (misalnya mencubit bagian telinga korban). Jika
korban masih tidak ada respon, segara panggil bantuan medis, dan lakukan
tahap selanjutnya, karena anda masih mempunyai waktu untuk menunggu
bantuan medis datang.
Penanganan:
Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock;
mengganti elektrolit yang lemah;
Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada;
Memberantas penyebabnya;
Rutinlah minum jangan tunggu haus.
3) Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala:
Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas;
Terdengar suara nafas tambahan;
Otot Bantu nafas terlihat menonjol (di leher);
Irama nafas tidak teratur;
Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
Kesadaran menurun (gelisah/meracau).
Penanganan:
Tenangkan korban;
Bawa ketempat yang luas dan sejuk;
Posisikan ½ duduk;
Atur nafas;
Beri oksigen (bantu) bila diperlukan.
Penanganan:
Istirahatkan korban;
Beri minuman hangat;
beri obat bila perlu;
Tangani sesuai penyebab.
Penanganan:
Tenangkan korban;
Istirahatkan;
Posisi ½ duduk;
Buka jalan pernafasan dan atur nafas;
Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan;
Jangan beri makan/minum terlebih dahulu;
Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya).
8) Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu
ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala:
Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri;
Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh
darah;
Kadang disertai pusing
Penanganan:
Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman;
Tenangkan korban;
Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung;
Diminta bernafas lewat mulut;
Bersihkan hidung luar dari darah;
Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan
Pertama.
Potensi bahaya (hazard) adalah setiap kondisi, situasi kerja, bahan atau proses
yang berpotensi menyebabkan kerugian materi/ peralatan, kecelakaan ataupun
penyakit terhadap manusia, termasuk bayi yang ada dalam kandungannya, dan
sebagainya.
Kita kenal apa yang disebut hirarki pengontrolan potensi bahaya (yang juga
sebagai Filosofi Keselamatan Kerja)
Elimination (Meniadakan) prioritas utama;
Substitution (Mengurangi tingkat bahaya);
Administrative control (membuat daftar in/out );
Equipment enginnering controls (baricade, signs, etc.).