Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT

PADA FASE AWAL TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI POLI TB RS AWAL


BROS BEKASI 2018

RESTU AMALIA1, USWATUL KHASANAH 2


1)
Mahasiswa Program Studi Keperawatan FIK UMJ
2)
Dosen Pembimbing Program Studi Keperawatan FIK UMJ

ABSTRAK
Tuberkulosis paru (Mycrobakterium Tuberkulosis) penyakit infeksi yang disebabkan oleh
kuman. Penyakit ini bisa disembuhkan dengan minum obat yang tepat dan benar penyakit
tuberkulosis paru merupakan penyakit dengan penyembuhannya membutuhkan waktu tidak
sebentar, pada fase awal bisa menjalani pengobatan selama 2 bulan. Lama pengobatan
membuat penderita merasa bosan dan jenuh serta efek samping obat yang membuat penderita
merasa ingin cepat-cepat mengakhiri pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan motivasi intrinsik penderita tuberkulosis paru dengan kepatuhan pengobatan pada
fase awal. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini melibatkan 125 responden yang sedang melakukan rawat jalan
di poli TB RS Awal Bros Bekasi. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi pada data demografi dan data setiap variabel, dan analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antar variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji chi
square (x2). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,002 yang artinya ada hubungan
antara motivasi intrinsik dengan kepatuhan pengobatan pada fase awal di poli TB RS Awal
Bros Bekasi.
Kata kunci : Tuberkulosis Paru, Motivasi Intrinsik, Kepatuhan Pengobatan
Daftar Pustaka : 22 (2008 - 2016)

ABSTRACT
Pulmonary tuberculosis (Mycrobakterium Tuberkulosis) infectious disease caused by germs.
This disease can be cured by taking the right medicine and correct pulmonary tuberculosis is a
disease with healing takes a while, in the initial phase can undergo treatment for 2 months.
Duration of treatment makes sufferers feel bored and saturated and the side effects of drugs
that make sufferers feel like to quickly end treatment. The purpose of this study was to
determine the relationship of intrinsic motivation of pulmonary tuberculosis patients with
treatment compliance in the initial phase. The research design used was descriptive analytic
with cross sectional approach. This study involved 125 respondents who were outpatient at the
TB Awal Bros Hospital Bekasi.Univariate analysis was performed to determine the frequency
distribution of demographic data and data for each variable, and bivariate analysis was
performed to determine the relationship between independent and dependent variables using
the chi square (x2) test. The results of the statistical test obtained a value of p value of 0.002
which means that there is a relationship between intrinsic motivation and treatment
compliance in the initial phase at the TB Awal Bros Hospital Bekasi.

Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Intrinsic Motivation, Treatment Compliance.


Bibliography: 22 (2008 - 2016)

1
PENDAHULUAN pada pasien Tuberkuosis Paru dapat teratur
Tuberkulosis (TB) masih merupakan secara total, apabila pasien itu sendiri mau
masalah kesehatan masyarakat di dunia patuh dengan aturan-aturan tentang
maupun Di Indonesia. Menurut World pengobatan Tuberkulosis Paru. Sangatlah
Health Organization (WHO). Tuberkulosis penting bagi penderita untuk tidak putus
Paru merupakan masalah utama kesehatan, berobat dan jika penderita menghentikan
baik dari sisi angka kematian (mortalitas), pengobatan, kuman Tuberkulisis Paru akan
angka kejadian penyakit (morbilitas), serta mulai berkembang biak lagi yang berarti
diagnosis dan terapinya. Berdasarkan penderita mengulangi pengobatan intensif
kumannya, penyakit Tuberkulosis Paru selama 2 bulan pertama (WHO, 2013).
dapat disembuhkan dengan Minum obat
yang tepat dan benar (Nurul Intan, 2016). Berdasarkan data WHO jumlah kasus TB
pada 2015 mencapai 10,4 juta jiwa
Pengobatan Tuberkulosis paru dapat meningkat dari sebelumnya hanya 9,6 juta,
diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif adapun temuan TB terbesar adalah India 2,8
2 bulan pengobatan dan tahap lanjutan 4-6 kasus, Indonesia sebanyak 1,02 juta kasus
bulan berikutnya. Pengobatan yang teratur dan Tingkok sebanyak 918 ribu kasus
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi
Kematian akibat tuberkulosis diperkirakan bakteri menahun yang disebabkan
sebanyak 1,4 juta kematian ditambah 0,4 mycobacterium tuberkulosis, penyebaran
juta kematian akibat tuberkulosis pada orang bakteri mycobacterium tuberkulosis terjadi
dengan HIV. Tuberkulosis masih menjadi 10 melalui percikan air liur (droplet) yang
penyebab kematian tertinggi di dunia pada dilakukan penderita kepada orang lain
tahun 2015 (WHO, Global Tuberculosis dengan berinteraksi seperti berbicara,
Report, 2016). WHO menargetkan untuk tertawa, batuk, bersin maupun bernyanyi.
menurunkan kematian akibat tuberkulosis Hal ini menyebabkan lawan bicara beresiko
sebesar 90% dan menurunkan insidens untuk terinfeksi Tuberkulosis (TB) akibat
sebesar 80% pada tahun 2030 dibandingkan terhirupnya bakteri mycobacterium
dengan tahun 2015 (Report WHO 2015). tuberculosis (smeltzer & Bare, 2005).
Sebesar 60% kasus baru terjadi di 6 negara Penularan dapat terjadi pada ruangan yang
yaitu India, Indonesia, China, Nigeria, gelap, lembab, dan kurang bercahaya
Pakistan dan Afrika Selatan. Kematian matahari. Bakteri yang sudah terhirup akan
akibat tuberkulosis diperkirakan sebanyak menetap dan berkembang biak di alveoli
1,4 juta kematian ditambah 0,4 juta (Price & Wilson, 2016). Penjelasan tersebut
kematian akibat tuberkulosis pada orang dapat ditarik kesimpulan bahwa tuberkulosis
dengan HIV. Tuberkulosis masih menjadi 10 merupakan penyakit melalui udara baik
penyebab kematian tertinggi di dunia pada didalam ruangan yang gelap dan lembab
tahun 2015 (WHO, Global Tuberculosis maupun diluar ruangan.
Report, 2016).

2
Rikesdas 2013, Robert Koch berhasill Indonesia diperkirakan sebanyak 61.000
mengidentifikasi bakteri mycobacterium kematian tiap tahunnya (Riskesdas 2013).
tuberkulosis bakteri ini sangat cepat dan Jawa Barat menempati angka tertinggi ke
mudah, sehingga tahun 2014 dilaporkan tiga di Indonesia (Riskesdas 2013). Tahun
sebanyak 9,4 juta jiwa terinfeksi TB 2013 kasus TB Jawa Barat sekitar 33.010
diantaranya 5.4 juta laki-laki, 3.2 juta orang, sedangkan 2014 kasus TB sekitar
perempuan dan 1 juta anak-anak (0 -14 30.869 orang (Depkes Jabar, 2016). Hasil ini
tahun). Penyakit ini berdampak pada sudah cukup baik, tetapi angka tersebut
kematian hingga mencapai 1.5 jiwa yang masih dalam angka yang tinggi jika
terbagi menjadi dua, yaitu 1.1 juta tanpa dibandingkan dengan wilayah Indonesia
HIV dan 0.4 juta dengan HIV, Tahun 2015 lainnya.
diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru
tuberkulosis atau 142 kasus/100.000 Profil kesehatan jawa barat menunjukkan
populasi, dengan 480.000 kasus putus obat angka kesuksesan pengobatan dalam
di Indonesia (WHO, 2015). Tahun 2015 penanganan TB paru pada tahun 2013
diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru sebesar 88,3%, meningkat pada tahun 2014
tuberkulosis atau 142 kasus/100.000 sebesar 91,39%, dan meningkat kembali
populasi, dengan 480.000 kasus putus obat. pada tahun 2016 sebesar 91,72% (Depkes,
Indonesia merupakan negara dengan jumlah 2014 dan 2015). Hasil kesuksesan
kasus baru terbanyak kedua di dunia setelah pengobatan tahun 2011 hingga 2014
India dan banyak di temukan pada jenis mengalami fluktualisasi (naik-turun), tetapi
kelamin laki-laki dengan usia produktif ini masih pada target yang ditetapkan WHO
(Report WHO, 2015). yaitu 85%. Target yang dihasilkan cukup
baik, tetapi kasus ini masih terjadi dengan
Jumlah kasus TB di Indonesia tahun 2017 angka kasus TB baru tiap tahunnya. Hal ini
meningkat dibanding tahun 2016 diperoleh masih menjadi masalah kesehatan
351.893 kasus sedangkan pada tahun 2017 masyarakat dan tantangan bagi pelayanan
diperoleh 1.020 kasus TB, sedangkan yang kesehatan baik secara Global, Nasional
ditemukan pada tahun 2015 sebanyak maupun Regional. Salah satu wilayah
330.729 kasus (Depkes RI 2017). Jumlah regional Jawa Barat adalah kota Bekasi.
kasus tertinggi terdapat pada provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus Wilayah ini pada tahun 2014 dengan jumlah
tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar kasus TB 1.359 jiwa ( profil kesehatan
44% dari jumlah seluruh kasus baru di bekasi, 2014). Hasil medical record di RS
Indonesia (Riskesdas 2013). Penyakit TB Awal Bros Bekasi tercatat pada tahun 2016
paru merupakan penyebab kematian nomor terdapat 2.578 kunjungan pasien TB Paru di
tiga setelah penyakit jantung dan saluran Poli TB RS Awal Bros Bekasi dan tahun
pernafasan pada semua kelompok usia serta 2017 3.732 kunjungan, dalam setahun RS
nomor satu untuk golongan penyakit infeksi. Awal Bros Bekasi mengalami peningkatan
Korban meninggal akibat TB paru di sekitar ± 10% , sedangkan selama 3 bulan

3
terakhir di tahun 2018 sebanyak 557
kunjungan. Data tersebut terlihat adanya Hasil medical record Poli TB RS Awal Bros
peningkatan jumlah pasien dalam 1 tahun Bekasi pada bulan Maret 2018 data
dengan presentase 50%. Kenaikan data penderita TB Paru dewasa yang berhenti
pasien tersebut menunjukkan adanya pemicu menjalankan pengobatan TB paru di Poli TB
peran penting terhadap kepatuhan dalam RS Awal Bros Bekasi sebanyak 36 penderita
menjalani pengobatan TB Paru. Pengobatan (karyawan RS). Keterkaitan motivasi
tuberkulosis diberikan dalam dua tahap dengan penyakit tuberkulosis yang
selama 6-8 bulan, yaitu tahap intensif dan dimaksud adalah motivasi intrinsik.
tahap lanjutan. Tahap intensif penderita Motivasi intristik meliputi dorongan dan niat
minum obat setiap hari selama 2 bulan, penderita untuk patuh atau taat pada
sedangkan pada tahap lanjutan penderita instruksi dan aturan minum obat yang
hanya minum obat tiga kali dalam satu meliputi dosis, cara, waktu minum obat dan
minggu selama 4-6 bulan, obat anti periode, Hal ini dijelaskan dalam penelitian
tuberkulosis diberikan dalam bentuk yang dilakukan oleh Muhardiani dan
kombinasi dari beberapa jenis obat dalam Mardjan Abrori tahun 2015, dalam jurnalnya
jumlah yang cukup dan dosis tepat, obat yang berjudul “hubungan antara dukungan
ditelan sebagai dosis tunggal (Depkes RI keluarga, motivasi dan stigma lingkungan
2014). dengan proses kepatuhan berobat terhadap
penderita TB paru di wilayah kerja
Kegagalan proses pengobatan akibat puskesmas gang sehat” Fakultas Ilmu
ketidaktaatan penderita pada instruksi dan Kesehatan UMP. Menurutnya responden
aturan minum obat yang meliputi dosis, berdasarkan motivasi diwilayah kerja
cara, dan waktu minum obat dan periode, puskesmas gang sehat terbanyak adalah
akan menyebabkan terjadinya kekambuhan kurang baik sebesar 43 (55,1%), sedangkan
dan mengakibatkan terjadinya kekebalan pada penelitian Rieseva Fitria dan Christin
terhadap semua obat (multiple drugs Anelina Febrianti tahun 2016, dalam
resistance, MDR). Alasan utama gagalnya jurnalnya yang berjudul “hubungan
pengobatan adalah pasien tidak mau minum dukungan keluarga dengan kepatuhan
obatnya secara teratur, karena merasa bosan minum obat pada pasien tuberkulosis paru di
harus meminum banyak obatnya selama wilayah kerja puskesmas Gading Rejo”
beberapa bulan dengan waktu yang telah Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
ditentukan, penderita cenderung Universitas malahayati. Menunjukkan
menghentikan pengobatannya sendiri kepatuhan penderita TB Paru dalam
(Depkes RI, 2014). Perilaku penderita untuk menjalankan pengobatan responden patuh
menjalani pengobatan secara teratur minum obat OAT sebanyak 64 responden
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu (75,3%). Sedangkan pada penelitian Herda
faktor tersebut motivasi. Terwujudnya Ariyani tahun 2016 dengan judul “
sebuah perilaku menjadi suatu tindakan hubungan tingkat pengetahuan dengan
maka diperlukan sebuah motivasi. kepatuhan pada pengobatan penderita TB

4
paru di puskesmas pekauman kota (Usia, Jenis Kelamin, Pendidikkan,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan” Fakultas Pekerjaan) Pada Pasien Dewasa
Muhammadiyah Banjarmasin, bahwa dari Tuberkulosis Paru Fase Awal di Poli TB
40 responden yang menjadi sampel, RS Awal Bros Bekasi.
sebanyak 3 responden (7,5%) tidak patuh
Variabel Frekuensi Presentas
selama menjalani pengobatan TB paru.
(n = 125) i
(100%)
Upaya mengurangi angka kejadian TB dapat Umur :
diterapkan dengan penderita patuh terhadap 1. < 40 39 31,2
pengobatan yang didukung dengan motivasi 2. 40-60 62 49,6
diri penderita. Oleh karena itu penelitian ini 3. >60 24 19,2
bertujuan untuk mengetahui adakah
Jenis Kelamin:
hubungannya motivasi diri pasien terhadap
1. Laki – 73 58,4
kepatuhan berobat penderita TB Paru. laki 52 41,6
Penelitian ini yang berjudul hubungan 2. Perempu
motivasi intrinsik penderita TB Paru an
terhadap kepatuhan pengobatan pada fase
awal TB paru di poli TB RS Awal Bros
Bekasi.
Pendidikan :
METODOLOGI PENELITIAN 1. SD 5 4,0
2. SMP 11 8,8
Desain penelitian yang digunakan adalah 3. SMA 44 35,2
deskriptif analitik dengan pendekatan cross 4. Perguruan 65 52,0
sectional. Variabel yang diamati yaitu Tinggi
motivasi intrinsik pasien TB paru terhadap
Pekerjaan:
kepatuhan pengobatan TB paru dewasa fase 1. PNS/ABRI/ 11 8,8
awal di Poli TB RS Awal Bros Bekasi. POLRI 54 43,2
Penelitian ini bertujuan untuk 2. Karyawan 14 11,2
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu Swasta 24 17,6
peristiwa yang dilakukan secara sistematik 3. Buruh 30 19,2
juga mencari hubungan variabel independen 4. Tidak
Bekerja
dan dependen.
5. Lain-lain

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


ANALISIS UNIVARIAT Umur
Berdasarkan tabel 5.1 menurut usia didapat
Table 5.1 diantara kelompok usia < 40 tahun sebanyak
39 orang (31,2%), kelompok responden usia
Distribusi Frekuensi Karakteristik
40 – 60 tahun sebanyak 62 orang (49,6), dan
Responden Berdasarkan Data Demografi
responden usia > 60 tahun sebanyak 24

5
orang (19,2). Hal ini menunjukkan bahwa Tabel 5.2
kelompok usia responden yang terbanyak Distribusi Frekuensi Responden
adalah usia 40 – 60 tahun. Berdasarkan Variabel Independen
motivasi intrinsik dan variabel dependen
Jenis Kelamin kepatuhan pengobatan
Berdasarkan tabel 5.1 jenis kelamin yaitu
laki – laki sebanyak 73 orang (58,4), dan
kelompok responden menurut jenis kelamin
perempuan sebanyak 52 orang (41,6). Hal
ini menunjukkan bahwa kelompok jenis
kelamin responden yang terbanyak adalah
laki-laki.

Pendidikan
Berdasarkan table 5.1 pendidikan yaitu SD
sebanyak 5 orang (4,0%), kelompok
responden pendidikan SMP sebanyak 11
orang (8,8%), kelompok responden
pendidikan SMA sebanyak 44 orang (35,2), Motivasi Intrinsik
dan kelompok pendididkan perguruan tinggi
sebanyak 65 (52,0). Hal ini menunjukkan Berdasarkan karakteristik responden pada
bahwa kelompok pendidikkan responden tabel 5.2 menurut motivasi intrinsik yaitu
yang terbanyak adalah perguruan tinggi. yang motivasi tidak baik sebanyak 41 orang
(32,8%) dan yang motivasi baik sebanyak
Pekerjaan 84 orang (67,2%). Hal ini menunjukkan
Berdasarkan table 5.1 pekerjaan yaitu bahwa responden terbanyak adalah motivasi
PNS/ABRI/POLRI sebanyak 11 orang tidak baik.
(8,8%), kelompok pekerjaan karyawan Kepatuhan Minum Obat
swasta sebanyak 54 orang (43,2%),
kelompok pekerjaan buruh sebanyak 14 Berdasarkan karakteristik responden pada
orang (11,2%), kelompok pekerjaan tidak table 5.2 menurut kepatuhan minum obat
bekerja sebanyak 22 orang (17,6%), yaitu yang tidak patuh minum obat sebanyak
kelompok pekerjaan lain-lain sebanyak 24 22 orang (17,6%), dan yang patuh minum
orang (19,2%). Hal ini menunjukkan bahwa obat sebanyak 103 orang (82,4%). Hal ini
kelompok pekerjaan responden yang menunjukkan bahwa responden terbanyak
terbanyak adalah karyawan swasta. adalah patuh dalam minum obat.

6
ANALISIS BIVARIAT KESIMPULAN & SARAN
Tabel 5.3 1. Karakteristik responden pasiem TB Paru
Hasil analisis bivariat motivasi intrinsik Dewasa Fase Awal di Poli TB RS Awal
dengan kepatuhan Minum Obat pada
Bros Bekasi yaitu pada distribusi usia
fase awal pasien tuberkulosis dewasa di
Poli TB RS Awal Bros Bekasi pasien TB paru terbanyak adalah pada
usia 40 – 60 tahun sebanyak 62
responden (49,6%).
2. Karakteristik responden pasiem TB Paru
Dewasa Fase Awal di Poli TB RS Awal
Bros Bekasi yaitu pada distribusi
responden menurut kelompok jenis
kelamin pasiem TB paru yang terbanyak
adalah jenis kelamin laki – laki sebanyak
Hasil analisis hubungan antara motivasi 73 responden (58,4%).
intrinsik dengan kepatuhan minum obat
3. Karakteristik responden pasiem TB Paru
pada pasien fase awal di RS Awal Bros
Bekasi diperoleh bahwa, responden Dewasa Fase Awal di Poli TB RS Awal
Tuberkulosis dengan motivasi intrinsik baik Bros Bekasi yaitu pada distribusi
lebih banyak memiliki kepatuhan minum
responden menurut kelompok pendidikan
obat pengobatan patuh yaitu sebanyak 76
orang (90,5%), sedangkan yang motivasi pasien TB paru yang terbanyak adalah
tidak baik dengan kepatuhan minum obat perguruan tinggi sebanyak 65 responden
patuh sebanyak 27 orang (65,9%). Hasil uji (52,0).
statistik diperoleh nilai p = 0,002 yang
berarti nilai p < 0,05 maka dapat 4. Karakteristik responden pasiem TB Paru
disimpulkan bahwa adanya hubungan antara Dewasa Fase Awal di Poli TB RS Awal
motivasi intrinsik dengan kepatuhan minum Bros Bekasi yaitu pada distribusi
obat pada pasien tuberkulosis fase awal di responden menurut kelompok pekerjaan
Poli TB RS Awal Bros Bekasi. Dari hasil pasien TB paru terbanyak adalah
analisis didapatkan nilai OR = 4,926 dapat karyawan swasta sebanyak 54 responden
disimpulkan responden yang memiliki (43,2%),
motivasi intrinsik baik berpeluang 4 kali 5. Karakteristik responden pasiem TB Paru
lebih besar kepatuhan dalam meminum obat Dewasa Fase Awal di Poli TB RS Awal
dibandingkan dengan responden yang Bros Bekasi yaitu pada distribusi
motivasi buruk. responden menurut kelompok motivasi
intrinsik terbanyak adalah motivasi baik
sebanyak 84 responden (67,2%), pada

7
distribusi responden menurut kelompok Budi Agus, S. Tuntun, M. (2016). Faktor-
kepatuhan minum obat terbanyak adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian
kepatuhan minum obat patuh sebanyak Tuberkulosis Paru BTA positif pada pasien
103 responden (82,4%). rawat jalan di UPT puskesmas Wonosobo
6. Terdapat hubungan antara motivasi kabupaten tanggamus. Jurnal analisa
intrinsik dengan kepatuhan minum obat kesehatan, vol 5(2) Analisa Kesehatan
di RS Awal Bros Bekasi dengan hasil uji Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
statistic diperoleh nilai p value = 0,002 (p
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan
< alpha 5%).
medical bedah. Edisi 8 volume 1.
Jakarta:EGC
Rumah Sakit
Diharapkan RS dapat memberikan tempat Chandra Putra, R. (2016). Peranan
konseling selain pasien yang berobat di RS kesadaran diri dan motivasi dalam
tersebut demi meningkatkan memotivasi pengaruh ego depletion terhadap kontrol
pasien Tuberkulosis agar dapat patuh dalam diri. Fakultas Psikologi UI. skripsi
menjalani pengobatan untuk mencegah
terjadinya penularan kepada orang lain. Depkes. (2013). Laporan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas Indonesia tahun
Keluarga 2013.Jakarta: Depkes RI

Diharapkan keluarga terus memberikan Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman


support anggota keluarga yang menderita Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis.Cetakan 8. Jakarta: Depkes RI
tuberkulosis agar anggota keluarga yang
terkena tuberkulosis tersebut dapat terus Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman
patuh dalam menjalankan pengobatannya. Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis.Edisi 2. Jakarta.Depkes RI.
Institusi Pendidikan
Departemen Kesehatan. (2014). Pedoman
Diharapkan institusi pendidikan dapat
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
menjadikan sumber data atau bahan
Jakarta: Kemenkes RI
penelitian berikutnya dengan mendorong
yang berkepentingan untuk melakukan Fitria, R. Anelia Christin, F. (2016).
penelitian lebih lanjut. Hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat pada pasien
DAFTAR PUSTAKA tuberkulosis paru diwilayah kerja
puskesmas Gading Rejo. Jurnal dunia
American Lung Association. (2016). kesmas vol 5(1) Fakultas Ilmu Kesehatan
Tuberkulosis. Retrieved from: Masyarakat Universitas Malahayati
http://www.lung.org/lung-health-and-
diseases/lung-disease-lookup/tuberkulosis/ Hadi, H. Pranarka, Kris. (2011). Buku ajar
Boedhi-Darmojo geriatri ilmu kesehatan

8
usia lanjut ed 4. Jakarta:Balai penerbit Sutini, E. (2014). Hubungan dukungan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia keluarga terhadap kepatuhan minum obat
pada klien tuberkulosis di puskesmas
Herda, A. (2016). Hubungan tingkat pancoran mas. FIK UI. Skripsi
pengetahuan dengan kepatuhan pada
pengobatan penderita tuberkulosis paru di Syarifah, A. (2014). Hubungan peran
puskesmas Pekauman kota Banjarmasin keluarga sebagai pengawas minum obat
Kalimantan selatan. Jurnal pharmascience terhadap kepatuhan berobat pasien TB paru
vol 3(2) Universitas Muhammadiyah BTA + pada fase awal pengobatan di
Banjarmain politeknik paru RSUD Pasar Rebo.FIK
UMJ. Skripsi
Kimberly A, J. Bilotta. Dwi, W. (2014).
Kapita selekta penyakit dengan implikasi World Health Organization. (2015). Global
keperawatan ed 2.Jakarta:EGC Tuberkulosis Report 2015. Access
www.who.int/tb/data
Lailatul, M. &Umdatus, S. (2014). Motivasi
dan dukungan sosial keluarga World Health Organization. (2015).
mempengaruhi kepatuhan berobat pada Tuberkulosis. Website WHO. Retrieved
pasien TB Paru di Poli Paru BP4 from
Pamekasan. Jurnal ilmiah kesehatan, vol http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/
7(2) Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
UNUSA World Health Organization. (2015). Health
statistics and information systems. Retrieved
Nugroho Wahjudi. (2012). Keperawatan from:
gerontik & geriatrik ed 3. Jakarta:EGC http://www.who.int/healthinfo/survey/agein
gdefnolder/en/
Nugroho Wahjudi. (2012). Keperawatan
gerontik & geriatrik ed 2. Jakarta:EGC

Permanda, K.(2013). Hubungan motivasi


dengan kepatuhan pasien berbekam di pusat
pengobatan Homeopati Al Jawad
Pekanbaru. DIII
KeperawatanUniversitasAbdurrab

Susilawati. (2014). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan tindakan pencegahan
penularan TB oleh pasien TB Paru kepada
anggota keluarga di ruang mawar RSUD
Tarakan Jakarta. Universitas Muhamadiyah
Jakarta. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai