Dosen pembimbing:
Kelas 3 E
Disusun Oleh :
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Strategi Pembelajaran Coopertive Learning. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari proses pembelajaran yang diharapkan saat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan siswa yang ditunjukkan melalui
bentuk perilaku belajar siswa yang baik dan positif. Untuk membentuk perilaku belajar siswa
yang diinginkan tersebut, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya: guru, siswa
dan model pembelajaran.
4
mengulangi pelajaran dan perilaku baik lainnya yang didasari semangat kebersamaan saat
pembelajaran berlangsung maupun setelah pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian SPCL secara istilah dan bahasa?
2. apa saja unsur-unsurnya?
3. seperti apa karakteristik SPCL?
4. apa tujuan SPCL?
5. apa saja kelemahan dan kelebihan SPCL?
6. bagaimana teknik pelaksanaan SPCL?
7. apa saja aspek-aspek SPCL?
8. bagaimana tipe-tipe SPCL?
9. apa saja langkah-langkah SPCL?
10. apa manfaat dari SPCL?
C. Tujuan
1. menjelaskan pengertian SPCL secara istilah dan bahasa?
2. mengetahui unsur-unsurnya?
3. mengethui karakteristik SPCL?
4. mengetahui tujuan SPCL?
5. menegtahui kelemahan dan kelebihan SPCL?
6. mengethui teknik pelaksanaan SPCL?
7. mengetahui aspek-aspek SPCL?
8. mengethui tipe-tipe SPCL?
9. mengetahui langkah-langkah SPCL?
10. mengetahui manfaat dari SPCL?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian SPCL
Pembelajaran model Cooperative Learning (CL), dimana siswa dilatih untuk bekerja
sama dengan temannya secara sinergis, integral dan kombinatif. Selain itu, siswa juga diajak
untuk menghindari sifat egois, individualis, serta kompetisi yang tidak sehat sedini mungkin
agar masing-masing siswa tidak memetingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya
1
Slavin R.E, Research on Cooperative Learning and: What We Know, What We Need to Know,Contemporary
Educational Psychology (terjemah Nurlita Yusron) (Bandung: Nusa Media Bandung, 2008), h. 39.
2
Rusman, “ Model- Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru”, (Jakarta: Rajawali Press,
2011), h. 202
6
Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang dilaksanakan saat ini menggunakan beberapa model atau tipe yang
disesuaikan dengan materi yang akan diberikan, maka guru-guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) perlu melihat salah satu tujuan proses pembelajaran yakni meningkatkan pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan siswa yang ditunjukkan melalui bentuk perilaku belajar siswa
yang baik dan positif. Untuk membentuk perilaku belajar siswa yang diinginkan perlu
memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain: guru, siswa dan model
pembelajaran.
Menurut Johnson dan johnson (1994) dan sutton (1992), terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, yaitu
1. Saling ketergantungan positif antara siswa.dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa
mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama
lain.seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga
sukses.siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkatkan.Belajar kooperatif akan meningkatkan
interaksi antara siswa.Hal ini,terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain
untuk sukses sebagai anggota kelompok.Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif
adalah dalam hal tukar – menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3. Tanggung jawab individual.Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat
berupa tanggung jawab siswa dalam hal:
a. membantu siswa yang membutuhkan bantuan
b. siswa tidak hanya sekedar “membonceng”pada hasil kerja teman jawab siswa dan
teman sekelompoknya
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.Dalam belajar kooperatif,selain dituntut
untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.Bagaimana siswa bersikap sebagai
anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan
khusus.
7
5. Proses kelompok.Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok.
Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.3
C. Karakteristik model Cooperative Learning (CL)
Hal inilah menjadi karakteristik dari pembelajaran model Cooperative Learning (CL).
Keberhasilan pembelajaran model Cooperative Learning (CL) ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Setiap anggota kelompok bukan saja diatur tugas dan tanggungjawab
masingmasing, akan tetapi ditanamkan perlunya saling membantu dalam kelompok.4
Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) memiliki empat fungsi pokok, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, organisasi dan kontrol (evaluasi). Fungsi- fungsi tersebut
dilakukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
3
Trianto,M.Pd, Mendesan model Pembelajaran Inovatif‐progresif (jakarta : kencana, 2009),hal 61
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses, (Jakarta: Kencana Predana Media
Group,2012), h. 246.
8
1. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk saling menghargai satu sama lain.
Ada perbedaan pokok antara kelompok belajar cooperative learning (CL) dengan
kelompok belajar konvensional :
1. CL, adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotif. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional
guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan
diri pada kelompok.
2. CL, adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional
5
Novi Emildadiany, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw (http: www.yahoo.com, diakses 18 Februari 2009 ).
9
akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng”
keberhasilan “pemborong”.
3. CL, kelompok belajar heterogen, baik dalam kamampuan akademik. Jenis kelamin, ras,
etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan dan siapa
yang memberikan bantuan. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional kelompok
belajar biasanya homogen.
4. CL, pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan
pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Sedangkan, dalam pembelajaran
konvensional pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
5. CL, keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola
konflik secara langsung diajarkan. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional
keterampilan sering tidak langsung diajarkan.
6. CL, pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan
melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional pemantauan melalui
observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung.
7. CL, guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok
belajar. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
8. CL, penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan interpersonal
(hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Sedangkan, dalam pembelajaran
konvensional penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.6
6
Trianto, Mendisain Model pembelajaran Inovatif-progresif (Jakarta:kencana, 2009), hal. 58-59
7
Ibid.hal 60
10
Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih
keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, serta keterampilan-keterampilan tanya
jawab.8
1. Model Cooperative Learning (CL) siswa tidak menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menumbuhkan kepercayaan, kemampuan berpikir, menemukan informasi dari
berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.
2. Model Cooperative Learning (CL) dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta mampu menerima perbedaan.
3. Model Cooperative Learning (CL) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
bertanggungjawab dalam belajar.
4. Model Cooperative Learning (CL) dapat meningkatkan prestasi akademik, kemampuan
sosial, mengembangkan rasa percaya diri, hubungan interpersonal, keterampilan
mengatur waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
5. Model Cooperative Learning (CL) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggungjawab dalam belajar.
6. Model Cooperative Learning (CL) dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
menguji ide dan pehamannya sendiri, serta menerima umpan balik. Siswa dapat
memecahkan masalah karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab bersama
kelompok.
7. Model Cooperative Learning (CL) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8. Model Cooperative Learning (CL) dalam penerapannya dimana interaksi yang terjadi
dengan munculnya kecenderungan baru dan telah berubah serta memberikan rangsangan
pada situasi yang dihadapi siswa untuk berpikir dan bersikap.9
8
Ibid.hal 60
9
Fishman, 2017.com, makalah-psikologi-belajar-manifestasi-perilaku belajar.php, (online),http://www.Kosmaext,
2017.com. di akses 11 Mei 2018.
11
Kelemahan model Cooperative Learning (CL) diantaranya: Bagi siswa yang
dianggap memiliki kelebihan, merasa terhambat oleh siswa yang kurang memiliki
kemampuan. Akibatnya, dapat mengganggu iklim kerja sama kelompok:
1. Sesuai dengan ciri utama dari model Cooperative Learning (CL) dimana siswa saling
membelajarkan. Karena itu, jika tanpa adanya peer teaching yang efektif, dibanding
pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar apa yang seharusnya dipelajari
tidak pernah dicapai oleh siswa.
2. Penilaian yang diberikan dalam model Cooperative Learning (CL) didasarkan pada hasil
kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa perilaku belajar yang
diharapkan adalah perilaku belajar setiap siswa.
3. Keberhasilan model Cooperative Learning (CL) dalam mengembangkan kesadaran
dalam kelompok memerlukan waktu yang cukup panjang, oleh sebab itu perlu
diterapkan berulang kali.
4. Meskipun kemampun bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting bagi
siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada
kemampuan individual. Idealnya melalui model Cooperative Learning (CL) selain siswa
belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar membangun kepercayaan diri.10
12
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
2. Bertukar pasangan. Teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.
3. Berpikir-berpasangan-berempat. Teknik belajar mengajar ini dikembangkan oleh Frank
Lyman dan Spencer Kagam sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperatif. Teknik
ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan
orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
4. Berkirim salam dan soal. Teknik belajar mengajar ini member kesempatan kepada siswa
untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri
sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang
dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Kegiatan ini cocok untuk persiapan menjelang tes
dan ujian.
5. Kepala bernomor. Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1992). Teknik ini Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat selain itu, dapat
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
6. Kepala bernomor struktural. Teknik belajar mengajar ini sebagai modifikasi dari Kepala
Bernomor. Dengan teknik ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya
dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya, sehingga memudahkan
untuk mengerjakan tugas.
7. Dua Tinggal Dua Tamu. Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Tamu juga
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan teknik
Kepala Benomor. Teknik ini member kesempatan kepada kelompok untuk membagikan
hasil dan informasi dengan kelompok lain.11
G. Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif
1. Tujuan
11
Anita Lie,op,cit.hal.55‐61
13
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering kali yang
beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta untuk1) mempelajari materi
tertentu dan 2) saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi
tersebut.
2. Level kooperatif
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan bahwa semua
siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah
(dengan cara memastikan bahwa semua siswa di sekolah benar-benar mengalami
kemajuan secara akademik).
3. Pola interaksi
4. Evaluasi
Koes (Isjoni, 2009: 20) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada
hubungan antara motivasi, hubungan inter personal, strategi pencapaian khusus, suatu
ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan.
Nurhadi (Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memuat elemen-
elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif,
interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar
pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan. Keempat elemen tersebut tidak bisa
14
dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari
pembelajaran koperatif sendiri.
H. Tipe-tipe SPCL
Belajar kelompok atau biasa juga disebut belajar (learning together) merupakan
kumpulan beberapa orang dengan variasi kemampuan yang berbeda (abilities group) yang
saling belajar, saling berbagi pendapat dan saling membantu dengan kewajiban setiap
anggota harus benar-benar memahami jawaban atau penyelesaian tugas yang diberikan
kepada kelompok tersebut.
Pada tipe ini pertanyaan atau permintaan bantuan kepada guru dilakukan hanya jika
mereka sudah benar-benar kehabisan akal. Terpenting pada model Cooperative Learning
(CL) ini adalah adanya saling ketergantungan dalam arti positif, adanya interaksi tatap muka
diantara anggota, keterlibatan anggota sangatlah diperhitungkan dan selain itu menggunakan
keterampilan pribadi untuk mengembangkan keterampilan kelompok.
Merupakan satu tipe dari model Cooperative Learning (CL) yang tertua dan sering
digunakan. Diskusi merupakan kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan
15
tujuan mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau
untuk merampungkan keputusan bersama. Model atau tipe ini dilakukan dalam mempelajari
bahan ajar atau materi dengan jalan kerja sama atau musyawarah.
3. Jigsaw
Model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aranson, kemudian diadaptasi oleh Slavin.
Teknik ini serupa dengan pertukaran kelompok, bedanya setiap siswa mengajarkan sesuatu.
Hal ini merupakan alternatif yang cukup menarik jika terdapat materi yang dapat
disegmentasikan. Setiap siswa mempelajari setiap bagian yang bila digabungkan akan
membentuk pengetahuan yang terpadu. Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) tipe
Jigsaw cocok diterapkan pada semua tingkatan kelas. Pada teknik ini, guru memperhatikan
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkannya agar bahan
pelajaran menjadi bermakna dan siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan.12
Pada prinsipnya model atau tipe dalam penerapan model Cooperative Learning (CL)
tidak terbatas pada beberapa tipe saja, akan tetapi cukup beragam. Penggunaan model, tipe
dalam pelaksanaan pembelajaran tergantung pada guru yang bersangkutan tipe mana yang
dianggap mudah, cocok dan tepat disesuaikan dengan materi atau bahan ajar yang akan
dilaksanakan.
Melvin L. Silbermen,” Active Learning” 101 Strategi Pembelajaran Aktif ,(Jogjakarta: Pustaka Insan
12
Madani,2007), h. 168.
16
3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kerja sama: Guru menjelaskan kepada siswa
tentang bagaimana siswa membentuk kelompok belajar dan memberi bantuan kepada
setiap kelompok agar melakukan kerja sama yang efektif,
4. Membimbing kelompok kerja dan belajar: Guru membimbing setiap kelompok dalam
kerja sama kelompok,
5. Evaluasi: Guru mengevaluasi hasil pembelajaran kelompok atau setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,
6. Memberikan penghargaan: Guru mencari cara menghargai atau mengapresiasi hasil kerja
kelompok baik secara individu maupun kelompok.13
13
Anita Lie, Mempraktekkan: Cooperative Learning (CL) di Ruang Ruang Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2006), h. 31.
14
Yurnetti, 2008, “ Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif”, Jurnal Himpunan Fisika Indonesia,
(online), Vol.B5 (5):h.1.http://hfi.fisika.net/kooperatif/pdf, di akses, 10 Mei 2018.
17
Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif.
Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif
juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
1. siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil
pembelajaran yang lebih tinggi;
2. siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri
yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
3. dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temantemannya, dan di
antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif)
untuk proses belajar mereka nanti;
4. pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya
yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda beda.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara menyajikan ini merupakan langkahlangkah penting yang dipergunakan guru PAI
untuk mensukseskan dirinya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal yang
disajikan oleh guru PAI adalah tentu materi pendidikan agama Islam. Kedua, belajar
bersama. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik dalam belajar dengan mengerjakan
sesuatu bersamasama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Cooperatif
menyangkut mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain
sebagai satu tim.
B. Saran
Demikianlah makalah ini saya buat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memabangun bagi
para pembacanya sebagai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi
acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca
dan terkhusus buat saya. Aamiin
19
DAFTAR PUSTAKA
Fisman.2017.com,makalah-psikologi-belajar-manifestasi-perilaku-belajar.php,
(online),http:www.Kosmaext,2017.com. diakses tanggal 11 Mei 2018.
Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012.
20