Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN

STRATEGI PEMEBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

Dosen pembimbing:

Dr. Mus Mulyadi S.Ag.

Kelas 3 E

Disusun Oleh :

Artantia Puji Utami (1911210131)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI BENGKULU

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Strategi Pembelajaran Coopertive Learning. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Bengkulu, Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian SPCL Secara Istilah dan Bahasa............................................................6


B. Unsur-unsurnya.......................................................................................................7
C. Karakteristik SPCL..................................................................................................8
D. Tujuan SPCL...........................................................................................................8
E. Kelemahan dan kelebihan SPCL.............................................................................11
F. Teknik pelaksanaan SPCL.......................................................................................13
G. Aspek-aspek SPCL..................................................................................................14
H. Tipe-tipe SPCL........................................................................................................15
I. Langkah-langkah SPCL...........................................................................................16
J. Manfaat dari SPCL..................................................................................................18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan dari proses pembelajaran yang diharapkan saat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan siswa yang ditunjukkan melalui
bentuk perilaku belajar siswa yang baik dan positif. Untuk membentuk perilaku belajar siswa
yang diinginkan tersebut, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya: guru, siswa
dan model pembelajaran.

Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan, maka penggunaan model


pembelajaran menentukan keberhasilan pembelajaran termasuk untuk pengembangannya.
Penerapan model pembelajaran merupakan rangkaian prosedur yang sistematis terhadap
pelaksanaan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan upaya dalam
pembentukan perilaku belajar siswa adalah melalui penerapan model Cooperative Learning
(CL). Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) sebagai bentuk strategi dalam
mengajar yang digunakan oleh guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari suatu
bahan ajar atau materi. Oleh karena itu, belajar menggunakan model Cooperative Learning
(CL) ini juga dinamakan belajar teman sebaya.

Model Cooperative Learning (CL) dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan


penting pembelajaran, yaitu pembentukan perilaku belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Bahwa model Cooperative Learning
(CL) dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang sifatnya kompleks, membantu
mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan antara manusia.
Perilaku belajar siswa dalam penerapan model Cooperative Learning (CL) merupakan suatu
sikap yang muncul dari dalam diri siswa dalam menanggapi dan merespon setiap kegiatan
pembelajaran yang terjadi, menunjukkan sikap kerjasama, bersemangat, berempati, peduli,
dan bertanggungjawab atas kesempatan belajar yang diberikan padanya. Wujud perilaku
belajar yang baik bagi siswa berhubungan pula dengan beberapa hal, yaitu: perilaku belajar
dalam membaca buku, mengunjungi perpustakaan, menghargai perbedaan, sopan santun,

4
mengulangi pelajaran dan perilaku baik lainnya yang didasari semangat kebersamaan saat
pembelajaran berlangsung maupun setelah pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian SPCL secara istilah dan bahasa?
2. apa saja unsur-unsurnya?
3. seperti apa karakteristik SPCL?
4. apa tujuan SPCL?
5. apa saja kelemahan dan kelebihan SPCL?
6. bagaimana teknik pelaksanaan SPCL?
7. apa saja aspek-aspek SPCL?
8. bagaimana tipe-tipe SPCL?
9. apa saja langkah-langkah SPCL?
10. apa manfaat dari SPCL?
C. Tujuan
1. menjelaskan pengertian SPCL secara istilah dan bahasa?
2. mengetahui unsur-unsurnya?
3. mengethui karakteristik SPCL?
4. mengetahui tujuan SPCL?
5. menegtahui kelemahan dan kelebihan SPCL?
6. mengethui teknik pelaksanaan SPCL?
7. mengetahui aspek-aspek SPCL?
8. mengethui tipe-tipe SPCL?
9. mengetahui langkah-langkah SPCL?
10. mengetahui manfaat dari SPCL?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SPCL

Istilah Cooperative Learning (CL) atau pembelajaran gotong royong. Cooperative


Learning dalam penelitian ini disingkat dengan CL terdiri dari dua kata yaitu Cooperative
dan Learning. Cooperative atau kerjasama ialah cara individu mengadakan relasi dan
bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Learning
adalah suatu proses melalui pengalaman yang menyebabkan perubahan permanen dalam
pengetahuan dan perilaku. Learning juga dapat diartikan sebagai kegiatan memperoleh
pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengelola bahan ajar atau materi.

Menurut Slavin, model Cooperative Learning (CL), merupakan model pembelajaran


dimana siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. 1 Model
Cooperative Learning (CL) mengacu pada model pembelajaran dimana siswa bekerja
bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Model Cooperative Learning
(CL) sebagai bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok
kecil secara kolaboratif yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
dan keanggotaannya bersifat heterogen.2 Setiap anggota kelompok bukan hanya belajar
materi yang diajarkan, akan tetapi juga membantu anggota lain untuk belajar. Model
Cooperative Learning (CL) menganut prinsip saling ketergantungan positif (Posititive
Interdependence), tanggungjawab perseorangan (Individual Accaontability), tatap muka
(Face to face Interaction), keterampilan sosial (Social Skill) dan proses kelompok (Group
Processing).

Pembelajaran model Cooperative Learning (CL), dimana siswa dilatih untuk bekerja
sama dengan temannya secara sinergis, integral dan kombinatif. Selain itu, siswa juga diajak
untuk menghindari sifat egois, individualis, serta kompetisi yang tidak sehat sedini mungkin
agar masing-masing siswa tidak memetingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya

1
Slavin R.E, Research on Cooperative Learning and: What We Know, What We Need to Know,Contemporary
Educational Psychology (terjemah Nurlita Yusron) (Bandung: Nusa Media Bandung, 2008), h. 39.
2
Rusman, “ Model- Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru”, (Jakarta: Rajawali Press,
2011), h. 202

6
Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang dilaksanakan saat ini menggunakan beberapa model atau tipe yang
disesuaikan dengan materi yang akan diberikan, maka guru-guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) perlu melihat salah satu tujuan proses pembelajaran yakni meningkatkan pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan siswa yang ditunjukkan melalui bentuk perilaku belajar siswa
yang baik dan positif. Untuk membentuk perilaku belajar siswa yang diinginkan perlu
memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain: guru, siswa dan model
pembelajaran.

B. Unsur-Unsur Cooperative Learning

Menurut Johnson dan johnson (1994) dan sutton (1992), terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, yaitu

1. Saling ketergantungan positif antara siswa.dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa
mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama
lain.seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga
sukses.siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkatkan.Belajar kooperatif akan meningkatkan
interaksi antara siswa.Hal ini,terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain
untuk sukses sebagai anggota kelompok.Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif
adalah dalam hal tukar – menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3. Tanggung jawab individual.Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat
berupa tanggung jawab siswa dalam hal:
a. membantu siswa yang membutuhkan bantuan
b. siswa tidak hanya sekedar “membonceng”pada hasil kerja teman jawab siswa dan
teman sekelompoknya
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.Dalam belajar kooperatif,selain dituntut
untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.Bagaimana siswa bersikap sebagai
anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan
khusus.

7
5. Proses kelompok.Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok.
Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.3
C. Karakteristik model Cooperative Learning (CL)

Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) berbeda dengan strategi


pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses yang menekankan pada
proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaranmodel
Cooperative Learning (CL) tidak hanya pada penguasaan materi pembelajaran (Akademik),
akan tetapi dilihat pada prosesnya, apakah terdapat unsur kerja sama kelompok pada materi
pembelajaran, adanya pembelajaran tim atau kerjasama kelompok, kemauan untuk bekerja
sama dan keterampilan bekerja sama.

Hal inilah menjadi karakteristik dari pembelajaran model Cooperative Learning (CL).
Keberhasilan pembelajaran model Cooperative Learning (CL) ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Setiap anggota kelompok bukan saja diatur tugas dan tanggungjawab
masingmasing, akan tetapi ditanamkan perlunya saling membantu dalam kelompok.4

Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) memiliki empat fungsi pokok, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, organisasi dan kontrol (evaluasi). Fungsi- fungsi tersebut
dilakukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

D. Tujuan Cooperative learning

Menurut Slavin tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di


mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Sedangkan menurut Ibrahim model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu:

3
Trianto,M.Pd, Mendesan model Pembelajaran Inovatif‐progresif (jakarta : kencana, 2009),hal 61
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses, (Jakarta: Kencana Predana Media
Group,2012), h. 246.

8
1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, dan memperbaiki


prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja


sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab
saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.5

Ada perbedaan pokok antara kelompok belajar cooperative learning (CL) dengan
kelompok belajar konvensional :

1. CL, adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotif. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional
guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan
diri pada kelompok.
2. CL, adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional
5
Novi Emildadiany, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw (http: www.yahoo.com, diakses 18 Februari 2009 ).

9
akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng”
keberhasilan “pemborong”.
3. CL, kelompok belajar heterogen, baik dalam kamampuan akademik. Jenis kelamin, ras,
etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan dan siapa
yang memberikan bantuan. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional kelompok
belajar biasanya homogen.
4. CL, pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan
pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Sedangkan, dalam pembelajaran
konvensional pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
5. CL, keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola
konflik secara langsung diajarkan. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional
keterampilan sering tidak langsung diajarkan.
6. CL, pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan
melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional pemantauan melalui
observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung.
7. CL, guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok
belajar. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
8. CL, penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan interpersonal
(hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Sedangkan, dalam pembelajaran
konvensional penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.6

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan


kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-komsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.7

6
Trianto, Mendisain Model pembelajaran Inovatif-progresif (Jakarta:kencana, 2009), hal. 58-59
7
Ibid.hal 60

10
Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih
keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, serta keterampilan-keterampilan tanya
jawab.8

E. Kelebihan dan Kelemahan model Cooperative Learning (CL)

Kelebihan model Cooperative Learning (CL) diantaranya:

1. Model Cooperative Learning (CL) siswa tidak menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menumbuhkan kepercayaan, kemampuan berpikir, menemukan informasi dari
berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.
2. Model Cooperative Learning (CL) dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta mampu menerima perbedaan.
3. Model Cooperative Learning (CL) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
bertanggungjawab dalam belajar.
4. Model Cooperative Learning (CL) dapat meningkatkan prestasi akademik, kemampuan
sosial, mengembangkan rasa percaya diri, hubungan interpersonal, keterampilan
mengatur waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
5. Model Cooperative Learning (CL) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggungjawab dalam belajar.
6. Model Cooperative Learning (CL) dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
menguji ide dan pehamannya sendiri, serta menerima umpan balik. Siswa dapat
memecahkan masalah karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab bersama
kelompok.
7. Model Cooperative Learning (CL) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8. Model Cooperative Learning (CL) dalam penerapannya dimana interaksi yang terjadi
dengan munculnya kecenderungan baru dan telah berubah serta memberikan rangsangan
pada situasi yang dihadapi siswa untuk berpikir dan bersikap.9

8
Ibid.hal 60
9
Fishman, 2017.com, makalah-psikologi-belajar-manifestasi-perilaku belajar.php, (online),http://www.Kosmaext,
2017.com. di akses 11 Mei 2018.

11
Kelemahan model Cooperative Learning (CL) diantaranya: Bagi siswa yang
dianggap memiliki kelebihan, merasa terhambat oleh siswa yang kurang memiliki
kemampuan. Akibatnya, dapat mengganggu iklim kerja sama kelompok:

1. Sesuai dengan ciri utama dari model Cooperative Learning (CL) dimana siswa saling
membelajarkan. Karena itu, jika tanpa adanya peer teaching yang efektif, dibanding
pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar apa yang seharusnya dipelajari
tidak pernah dicapai oleh siswa.
2. Penilaian yang diberikan dalam model Cooperative Learning (CL) didasarkan pada hasil
kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa perilaku belajar yang
diharapkan adalah perilaku belajar setiap siswa.
3. Keberhasilan model Cooperative Learning (CL) dalam mengembangkan kesadaran
dalam kelompok memerlukan waktu yang cukup panjang, oleh sebab itu perlu
diterapkan berulang kali.
4. Meskipun kemampun bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting bagi
siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada
kemampuan individual. Idealnya melalui model Cooperative Learning (CL) selain siswa
belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar membangun kepercayaan diri.10

Bahwa meskipun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat


penting bagi siswa, akan tetapi banyak pula aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan pada kemampuan individual. Idealnya melalui penerapan model Cooperative
Learning (CL) selain siswa belajar bekerja sama juga harus membangun kepercayaan diri.

F. Teknik- Teknik Cooperative Learning

Teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif diantaranya:

1. Mencari pasangan. Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match)


dikembangkan oleh Larna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
10
Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2011), h. 102.

12
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
2. Bertukar pasangan. Teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.
3. Berpikir-berpasangan-berempat. Teknik belajar mengajar ini dikembangkan oleh Frank
Lyman dan Spencer Kagam sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperatif. Teknik
ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan
orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
4. Berkirim salam dan soal. Teknik belajar mengajar ini member kesempatan kepada siswa
untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri
sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang
dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Kegiatan ini cocok untuk persiapan menjelang tes
dan ujian.
5. Kepala bernomor. Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1992). Teknik ini Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat selain itu, dapat
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
6. Kepala bernomor struktural. Teknik belajar mengajar ini sebagai modifikasi dari Kepala
Bernomor. Dengan teknik ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya
dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya, sehingga memudahkan
untuk mengerjakan tugas.
7. Dua Tinggal Dua Tamu. Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Tamu juga
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan teknik
Kepala Benomor. Teknik ini member kesempatan kepada kelompok untuk membagikan
hasil dan informasi dengan kelompok lain.11
G. Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif

Miftahul (2011) memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Tujuan

11
Anita Lie,op,cit.hal.55‐61

13
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering kali yang
beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta untuk1) mempelajari materi
tertentu dan 2) saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi
tersebut.

2. Level kooperatif

Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan bahwa semua
siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah
(dengan cara memastikan bahwa semua siswa di sekolah benar-benar mengalami
kemajuan secara akademik).

3. Pola interaksi

Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain. Siswa


mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara
menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masingmasing, saling
mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang
membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok
kooperatif.

4. Evaluasi

Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya biasanya terletak


pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap siswa, bisa pula difokuskan pada setiap
kelompok, semua siswa, ataupun sekolah.

Koes (Isjoni, 2009: 20) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada
hubungan antara motivasi, hubungan inter personal, strategi pencapaian khusus, suatu
ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan.
Nurhadi (Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memuat elemen-
elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif,
interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar
pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan. Keempat elemen tersebut tidak bisa

14
dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari
pembelajaran koperatif sendiri.

Effandi Zakaria (Isjoni, 2009: 21) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif


dirancang bagi tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran
melanjutkan perbincangan dengan teman-teman dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa
bertukar pendapat, memberi tanya jawab serta mewujudkan serta membina proses
penyelesaian kepada suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif yang dijalankan
mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif dapat memberikan hasil
yang positif kepada siswa.

H. Tipe-tipe SPCL

tipe Cooperative Learning (CL) adalah:

1. Learning Together (Belajar Kelompok)

Belajar kelompok atau biasa juga disebut belajar (learning together) merupakan
kumpulan beberapa orang dengan variasi kemampuan yang berbeda (abilities group) yang
saling belajar, saling berbagi pendapat dan saling membantu dengan kewajiban setiap
anggota harus benar-benar memahami jawaban atau penyelesaian tugas yang diberikan
kepada kelompok tersebut.

Pada tipe ini pertanyaan atau permintaan bantuan kepada guru dilakukan hanya jika
mereka sudah benar-benar kehabisan akal. Terpenting pada model Cooperative Learning
(CL) ini adalah adanya saling ketergantungan dalam arti positif, adanya interaksi tatap muka
diantara anggota, keterlibatan anggota sangatlah diperhitungkan dan selain itu menggunakan
keterampilan pribadi untuk mengembangkan keterampilan kelompok.

2. Group Discussion (Diskusi Kelompok)

Merupakan satu tipe dari model Cooperative Learning (CL) yang tertua dan sering
digunakan. Diskusi merupakan kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan

15
tujuan mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau
untuk merampungkan keputusan bersama. Model atau tipe ini dilakukan dalam mempelajari
bahan ajar atau materi dengan jalan kerja sama atau musyawarah.

3. Jigsaw

Model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aranson, kemudian diadaptasi oleh Slavin.
Teknik ini serupa dengan pertukaran kelompok, bedanya setiap siswa mengajarkan sesuatu.
Hal ini merupakan alternatif yang cukup menarik jika terdapat materi yang dapat
disegmentasikan. Setiap siswa mempelajari setiap bagian yang bila digabungkan akan
membentuk pengetahuan yang terpadu. Pembelajaran model Cooperative Learning (CL) tipe
Jigsaw cocok diterapkan pada semua tingkatan kelas. Pada teknik ini, guru memperhatikan
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkannya agar bahan
pelajaran menjadi bermakna dan siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan.12

Pada prinsipnya model atau tipe dalam penerapan model Cooperative Learning (CL)
tidak terbatas pada beberapa tipe saja, akan tetapi cukup beragam. Penggunaan model, tipe
dalam pelaksanaan pembelajaran tergantung pada guru yang bersangkutan tipe mana yang
dianggap mudah, cocok dan tepat disesuaikan dengan materi atau bahan ajar yang akan
dilaksanakan.

I. Langkah-Langkah pembelajaran model Cooperative Learning (CL)

Beberapa langkah-langkah utama dalam pembelajaran model Cooperative Learning


(CL), yaitu:

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan


memberikan motivasi,
2. Menyajikan informasi: Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi melalui bacaan kepada siswa,

Melvin L. Silbermen,” Active Learning” 101 Strategi Pembelajaran Aktif ,(Jogjakarta: Pustaka Insan
12

Madani,2007), h. 168.

16
3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kerja sama: Guru menjelaskan kepada siswa
tentang bagaimana siswa membentuk kelompok belajar dan memberi bantuan kepada
setiap kelompok agar melakukan kerja sama yang efektif,
4. Membimbing kelompok kerja dan belajar: Guru membimbing setiap kelompok dalam
kerja sama kelompok,
5. Evaluasi: Guru mengevaluasi hasil pembelajaran kelompok atau setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,
6. Memberikan penghargaan: Guru mencari cara menghargai atau mengapresiasi hasil kerja
kelompok baik secara individu maupun kelompok.13

Mengetahui dan memahami langkah-langkah pembelajaran model Cooperative


Learning (CL) memudahkan penerapan model Cooperative Learning (CL) sehingga
diharapkan dapat merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana
belajar pada kelompok-kelompok kecil dari beberapa orang siswa. Melalui penerapan model
Cooperative Learning (CL) akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi
kesejawatan. Inti model Cooperative Learning (CL) adalah konsep synergy, yakni energi atau
tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan
masyarakat.14

Alasan penting mengapa penerapan model Cooperative Learning (CL) perlu


diterapkan di sekolah dan madrasah, karena sejalan dengan proses yang terjadi diera
globalisasi terjadi pula transformasi sosial, ekonomi dan demografis yang menghendaki
sekolah dan madrasah menyiapkan peserta didik atau siswa dengan keterampilan hidup
bermasyarakat sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan yang begitu cepat
berubah.

J. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

13
Anita Lie, Mempraktekkan: Cooperative Learning (CL) di Ruang Ruang Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2006), h. 31.
14
Yurnetti, 2008, “ Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif”, Jurnal Himpunan Fisika Indonesia,
(online), Vol.B5 (5):h.1.http://hfi.fisika.net/kooperatif/pdf, di akses, 10 Mei 2018.

17
Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif.
Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif
juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.

1. siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil
pembelajaran yang lebih tinggi;
2. siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri
yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
3. dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temantemannya, dan di
antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif)
untuk proses belajar mereka nanti;
4. pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya
yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda beda.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode cooperative learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah


cara menyajikan pembelajaran dengan belajar bersama berbentuk kelompok kecil yang
terstruktur di dalamnya peserta didik melakukan aktivitas belajar saling membantu guna
meningkatkan kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotorik dalam memahami materi
pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif untuk mencapai tujuan yang sama sesuai
dengan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan definisi terdapat beberapa
variabel yang menuntut untuk dijelaskan. Hal ini diperlukan untuk lebih memberikan
pemahaman pada calon guru PAI dan juga para guru PAI yang tersebar di seluruh Indonesia
mengenai aspek-aspek penting dalam metode cooperative learning tersebut. Untuk itu hal-hal
penting yang perlu untuk dijelaskan adalah; Pertama, cara menyajikan pembelajaran.

Cara menyajikan ini merupakan langkahlangkah penting yang dipergunakan guru PAI
untuk mensukseskan dirinya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal yang
disajikan oleh guru PAI adalah tentu materi pendidikan agama Islam. Kedua, belajar
bersama. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik dalam belajar dengan mengerjakan
sesuatu bersamasama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Cooperatif
menyangkut mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain
sebagai satu tim.

B. Saran

Demikianlah makalah ini saya buat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memabangun bagi
para pembacanya sebagai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi
acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca
dan terkhusus buat saya. Aamiin

19
DAFTAR PUSTAKA

Fisman.2017.com,makalah-psikologi-belajar-manifestasi-perilaku-belajar.php,
(online),http:www.Kosmaext,2017.com. diakses tanggal 11 Mei 2018.

Lie, Anita. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning Di


RuangRuang Kelas. Jakarta: Gramedia. 2005.

Silbermen, L. Melvin, “Active Learning” 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Jogjakarta:


Pustaka Insan Madani. 2007.

Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012.

Supriyono, Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2011.

R.E, Slavin. Research on Cooperative Learning and: What we need to know


Contemporary Educational Psychology. (Terjemah Yusron Nurlita), Bandung: Nusa Media.
2008.

Rusman, “Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru”.


Jakarta: Rajawali Press. 2011.

Yurnetti, “Pembelajaran Kooperatif sebagai Model Alternatif”, Jurnal Himpunan Fisika


Indonesia, (online), Vol. B5 (5):h.1.http://hfi.fisika.net/kooperatif/pdf, diakses 10 Mei 2018.

20

Anda mungkin juga menyukai