Anda di halaman 1dari 3

Hipokalsemia

Didefinisikan sebagai hipokalsemia bila total konsentrasi serum kalsium <2.0 mmol/L
pada term infant, dan <1,7 mmol/L pada preterm infant. Pada bayi baru lahir serum ionized
kalsium adalah 1-1,5 mmol/L

Penyebab hipokalsemia;
1. Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes
2. Asfiksia
3. Sepsi
4. Di George’s synfrome/22q deletion syndrome
5. Penggunaan diuretik, terutama frusemide
6. Hipomagnesemia
7. Maternal hipoparatiroid
8. Premature
9. Defisiensi vitamin D

Manifestasi Klinis
Mayoritas hipokalsemia tidak memiliki gejala. Gejalanya bila terjadi adalah jitterness
(gemetar/tremor) dan kejang. Pada EKG, pemanjangan interval Q-T lebih dari 0,4 detik mungkin
terjadi.

Manajemen
Neonatus dengan hipokalsemia ringan dini yang tidak memiliki gejala tidak memerlukan
perawatan. Infants yang mendapatkan cairan melalui intravena perlu diberikan kalsium glukonat
sebagai maintenance. Brown et al telah menunjukan bahwa upaya normalisasi serum kalsium
secara agresif pada preterm infant yang sakit tidaklah efektif dan bahkan membahayakan. Jadi,
setidaknya, pemeliharan serum kalsium di level 2.0 mmol/L pada minggu pertama kehidupan
sudah cukup (adekuat).
Hipokalsemia yang bergejala harus diberikan perawatan dengan pemberian infus lambat
kalsium glukonat intravena (5ml 10% kalsium glukonat setara dengan 1.1 mmol setara dengan
45mg elemental kalsium). Pemberian infus kalsium harus dilakukan dengan sangat hati-hati
dikarenakan ekstravasasi dapat menyebabkan luka bakar berat pada jaringan kulit sekitarnya dan
juga pada jaringan subkutan. Perawatan emergensi pada hipokalsemia hanya dibutuhkan jika
infant memiliki gejala. Gejalanya termasuk jitteriness, kejang, letargis, poor feeding (tidak mau
makan/minum), dan vomitus (bolus perlahan 1-2ml 10% kalsium glukonat iv (0,45mmol = 18
mg elemental kalsium)). Gejala jarang terjadi saat serum kalsium diatas 1.8mmol/L, dan gejala
sering terjadi saat serum kalsium <1.5 mmol/L. Pemberian supplement kalsium secara oral dalam
bentuk Calcium Sandoz menyediakan 2.7 mmol atau setara dengan 110mg elemental calcium,
dosis 2.5ml (50mg)/kgBB/hari dapat diberikan pada bayi saat makan, bila bayi tersebut
mengalami hipokalsemia yang tidak bergejala. Pada hipokalsemia yang bergejala namun tidak
respon terhadap pengobatan dapat disebabkan oleh hypomagnesemia. Hal ini dapat diobati
dengan pemberian 50% magnesium sulfat, baik secar iv maupun im.
Manajemen Pre-operatif

Masalah cairan dan elektrolit pre-operatif pada neonates

Heird dan Winters telah meringkas respon metabolism neonates normal pada minggu-
minggu awal kehidupan. Sebelum operasi, abnormal infant yang membutuhkan Tindakan
pembedahan, terutama pada bagian gi tract, mungkin terdapat berbagai kelainan elektrolit. Bila
ada keterlambatan mengenali obrstuksi gastrointestinal, dan bayi tersebut mengalami muntah
selama beberapa waktu, maka dia akan mengalami dehidrasi.
Obstruksi saluran cerna atas, contohnya pyloric stenosis, mengakibatkan hilangnya asam
klorida dari perut, dan Sebagian kecil natrium dan kalium. Selanjutnya ginjal menahan ion
hydrogen dan mengeluarkan natrium serta kalium. Bikarbonat juga dieksreksikan oleh ginjal
bersamaan dengan natrium dan kalium, menyebabkan ph urin menjadi alkali.
Konsentrasi natrium dan kalium menipis. Saat kehilangan natrium dan kalium terus
berlanjut, dan cadangan di tubuh berkurang, ginjal menghentikan ekskresi ion-ion ini dengan
bikarbonat. Selanjutnya ginjal menahan ion natrium dan kalium, namun kehilangan ion hydrogen
yang menyebabkan terjadinya alkalosis metabolism hipokloremic berat. Koreksi harus dilakukan
menggunakan cairan adekuat yang mengandung natrium klirida, dan kalium klorida, dikarenakan
cadang ion tersebut dalam tubuh telah berkurang. Infant dengan obstruksi saluran cerna bawah,
sepereti Hirschsprung’s disease atau obstruksi saluran cerna lainnya, dapat mengumpulkan
sejumlah besar cairan dan elektrolit pada bagian usus yang mengalami dilatasi, hal ini
mengakibatkan terjadinya dehidrasi intravascular dengan hyponatremia, hipokalemia, dan
asidosis metabolic.
Neonatus dengan necrotizing enterocolitis, peritonitis, atau syok sepsis dapat mengalami
kehilangan cairan menuju “ruang ketiga” peritoneum, cairan pluera, atau jaringan intersisial
mengakibatkan terjadinya hipoproteinemia dan ditandai dengan adanya edema intersisial. Selain
itu, banyak dari infants tersebut yang terpasang ventilasi, sedasi, dan lumpuh. Keadaan imobilitas
akan memperparah penumpukan cairan intersisial di perifer. Sehingga dapat terjadi dehidrasi
intravaskuler, hipoproteinemia, dan hyponatremia. Sebelum operasi, hidrasi bayi harus dinilai
berdasarkan berat badan, nadi, tekanan darah, pengisian kapiler waktu, urea darah, elektrolit,
keluaran urin, berat jenis, dan kandungan elektrolit.

Intraoperative
Perhatian yang cermat terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit selama operasi
sangatlah penting. Termasuk tekanan darah, nadi dan temperature. Selama prosedur mayor, jalur
intravascular memungkinkan pemantauan tekanan darah dan tekanan vena sentral. Urin output
juga harus di ukur dan oksigenisasi dan ventilasi dengan menggunakan gas darah dan alat pulse
oxymetri.
Kehilangan cairan dan panas dari permukaan peritoneal yang terbuka harus
diperhitungkan, dan diminimalisir dengan cara menjaga ruangan operasi cukup hangat.
Kehilangan darah akut harus segera di gantikan.

Manajemen Postoperatif
Pasien yang tertangani secara adekuat sebelum dan selama operasi mungkin terhidrasi
dengan baik, segera, setalah operasi. Gagal ginjal transient disertai oliguria dapat muncul pada
infant yang mengalami hipotensi dan dapat ditangani dengan membatasi cairan serta koreksi
kelainan elektrolit. Sering terjadi sekresi hormone diuretic yang tidak tepat yang disebabkan oleh
rasa sakit dan/atau ventilasi, mengakibatkan terjadinya retensi cairan dan hyponatremia. Oleh
karena itu, perlu kehati-hatian untuk menghindari hidrasi yang berlebihan , yang akan
mendorong keduanya. Asidosis respitarori harus dikoreksi dengan ventilasi yang sesuai. Asidosis
metabolic dapat terjadi pasca operasi pada infant yang mengalami hipotensi persisten atau
hypoxia, atau infant yang mengalami nekrosis jaringan (necrotizing enterocolitis berat). Hal ini
harus diatasi dengan mengkoreksi penyebab yang mendasarinya dan dengan pemberian natrium
bikarbonat. Kehilangan cairan akibat nasogastric suctioning atau drainase harus digantikan
secara berkala menggunakan normal saline yang ditambahkan kalium rumatan; jika kehilangan
berasal dari small intestine, direkomendasikan untuk menambahkan bikarbonat dosis rendah.
Dimana terjadi kehilangan cairan dalam jumlah banyak akibat aspirasi, penghitungan kandungan
elektrolit yang terdapat pada cairan tersebut dapat membantu dalam merencanakan pergantian.
Eksresi nitrogen dapat terjadi pada neonates setelah menjalankan operasi. Sehingga, perlu
perhatian dini untuk memulai pemberian nutrisi parenteral pada infant yang dipuasakan.

Anda mungkin juga menyukai