I. PENDAHULUAN
Pit T2 adalah salah satu pit aktif di blok B West Tambang Sambarata. Saat ini pengelolaan air
di Blok B West dilakukan di WMP 26 dan WMP 27. Pembukaan area penambangan yang
semakin meluas ke sisi utara dan peluasan area waste dump memerlukan penambahan WMP
untuk meng-cover pengelolaan air yang tidak ter-cover pada 2 WMP yang telah ada
sebelumnya. Untuk itu shortterm engineer SMO meminta G&H Department untuk
melakukan kajian terhadap desain rencana WMP TRH tersebut.
Rencana WMP TRH berada di sisi barat laut WMP 26. WMP berada di area lembah datar
dengan beberapa morfologi tinggian di sekitarnya. Kolam sediment pond berada di genangan
original yang berada di barat IPD T1. Genangan luas ini dimanfaatkan sebagai sediment pond
yang mampu menyediakan waktu tinggal air lebih lama.
Kondisi morfologi catchment area berupa areal perbukitan dengan vegetasi lebat dan areal
disposal. Kemiringan tebing berkisar antara 25-60 derajat, koefisien limpasan diasumsi 0,65-
0,80 dan luasan catchment area 1,47 km2 yang harus masuk pengolahan (treatment). Kondisi
morfologi daerah kajian dapat dilihat pada Figure 1 .
Air yang di treatment di WMP ini berasal dari IPD Gabungan dan IPD T1. Material penyusun
batuan dan material blasted material sebagai material waste dump mengandung clay mineral
yang merata, diantaranya montmorillonite dan kaolin dengan persentase masing-masing
mencapai 15 %. Material ini jika mengalami kontak dengan air akan melarutkan clay mineral
yang ada dan terjadi pengembangan mencapai 30%. Pelarutan dan pengembangan ini
meningkatkan nilai TSS air.
Batuan penyusun base WMP berupa mudstone, namun demikian sebagian besar kolam
merupakan cut di area soil, sehingga diharapkan tidak ada penambahan TSS yang kontak
dengan base WMP. Pengupasan yang mencapai batuan dasar harus dilakukan pelapisan soil
kembali untuk menghindari penambahan TSS yang berlebih di lokasi penaatan.
Struktur geologi utama di Blok B West adalah ketidakselarasan yang memanjang utara
selatan di sisi barat WMP ini. Ketidakselarasan ini ditunjukkan keberadaaan morfologi
pegunungan terjal memanjang dan juga sebagai batas formasi batuan. Area ketidakselarasan
ini diikuti munculnya banyak kekar yang membentuk longsoran baji. Longsoran baji banyak
ditemui di Pit T1 dan Pit T2 yang telah dibuka sebelumnya.
02/BC-G&H/SMO/III-13/TM/GH Page 3
III. HASIL ANALISA
Analisa hidrologi dilakukan untuk memberi gambaran konsep surface water management di
lokasi rencana WMP-TRH 02 dan mengetahui kapasitas maupun dimensi dari bangunan-
bangunan air dan saluran air, seperti : sediment pond, treatment pond dan saluran. Analisa
menggunakan pendekatan sebagai berikut :
Adapun parameter hidrologi dan hidrolika yang dipergunakan untuk analisis adalah sebagai
berikut :
Skema “surface water management” lokasi WMP-TRH disajikan pada Gambar dibawah ini:
02/BC-G&H/SMO/III-13/TM/GH Page 4
Berdasarkan skema di atas, konsep penanganan dan pengolahan air tambang untuk WMP-
TRH terbagi atas 3 stage (tahap).
1. Stage I
Pada Stage-1, pekerjaan pembuatan WMP-TRH dan pelengkapnya diperlukan suatu
sistem pengelakan air, yaitu melakukan pemompaan air terganggu pada rencana sediment
pond (outletnya ditutup) dan membuat saluran pengelak air untuk menangkap catchment
original-1 di downstream rencana sediment pond.
Selanjutnya diperlukan menambah 1 line gorong-gorong km.12 bila kondisi kemiringan
dasar pipa eksisting ≤ 2%, namun bila beda tinggi yang tertanam saat ini ≥ 2% maka 1 line
gorong-gorong bisa dipertahankan.
Berikut skema usulan saluran pengelak dan pemompaan :
(i) Hasil analisis hidrologi untuk desain gorong-gorong km.12 (jalan TRH) adalah sbb :
Deskripsi Alternatif-1 Alternatif-2
Tipe Pipa Bulat Pipa Bulat
Diameter 0.9 0.9
Jumlah line 1 line 2 line
Slope dasar 2% 2% ≥ slope ≥ 0.5%
(ii) Kebutuhan pompa pada Sediment Pond untuk dewatering adalah sebagai berikut :
Curah Hujan : Rerata
Durasi : 3 jam
Jumlah pompa : 1 unit
Kapasitas pompa : 120 lt/dt (MF-290)
Operasi pompa : 22 jam
(iii) Hasil analisis hidrologi untuk dimensi saluran pengelak adalah sebagai berikut :
Saluran pengelak : CA original 2
Tipe : Saluran Tanah
Lebar (B) : 1.5 m
02/BC-G&H/SMO/III-13/TM/GH Page 5
Kedalaman (H) : 1.3 m
Kemiringan sisi saluran (m) : 1.5 (1V : 1.5H)
Kemiringan dasar saluran (I): 0.002
2. Stage II
Pada stage-2 ini, pekerjaan pembentukan dan perapihan tanggulan pada sediment pond
dengan volume kapasitas hasil rekomendasi. Pada outlet sediment pond dilengkapi dengan
2 line culvert diameter 0.9 m yang dipasang sejajar horisontal, kemiringan dasar pipa 1%
dan memiliki minimal beda tinggi dengan dasar saluran treatment 0.5 meter. Elevasi dasar
gorong-gorong +18.00.
(i) Hasil analisis hidrologi untuk desain sediment pond WMP-TRH adalah sebagai
berikut:
Catchment area : 1,47 km2
Intensitas curah hujan : 17,35 mm/jam (kala ulang 10 thn)
Koefisien run off : 0,65 & 0,80
Debit run off : 5,24 m3/det
Dimensi pond :
Volume : 85.000 m3
Elevasi bottom culvert : +18.00
(ii) Hasil analisis hidrologi untuk desain culvert adalah sebagai berikut :
Tipe : Pipa Bulat
Diameter : 0,9 m
Jumlah line : 2 line
Slope dasar : 1%
Dimensi culvert disajikan dalam bentuk tipikal pada gambar berikut :
0.9 m
3. Stage III
Pada stage-3 ini, pekerjaan pembentukan treatment pond, saluran treatment dan Settling
pond beserta bangunan pelengkapnya berdasarkan skema yang disampaikan oleh pihak
Enviro Departement.
02/BC-G&H/SMO/III-13/TM/GH Page 6
Settling Settling Treatment
Pond-2 Pond-1 Pond
Gorong-gorong
Saluran 2 line D=0.9m
Treatment Slope 1%
02/BC-G&H/SMO/III-13/TM/GH Page 7
Adapun parameter material yang dipergunakan untuk analisis adalah sebagai berikut :
Konstruksi WMP ideal dilakukan dengan proses cut/penggalian pada material bukan soft
soil/rawa. Sebaiknya WMP dipilih pada lokasi datar dengan area yang luas. Area yang datar
berfungsi untuk mengurangi kecepatan aliran sehingga sedimentasi lebih optimal.
Section A-A’, B-B’,C-C’ dan D-D’ aman dari segi geoteknik. Nilai keamanan dipengaruhi
oleh seluruh proses konstruksi dengan penggalian. Penggalian ini menjamin kestabilan lereng
dibanding dengan penimbunan. Phreatic line juga menunjukkan tidak ada pemotongan
lereng. Pada area yang merupakan timbunan, harus dilakukan pemadatan tiap layer dengan
tebal tiap layer maksimal 50 cm dan dilakukan penggetaran compactor dengan minimal
lintasan bolak-balik sebanyak 8 kali.
IV. REKOMENDASI
Dari hasil analisis hidrologi dan geoteknik di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
02/BC-G&H/SMO/III-13/TM/GH Page 8
Sesuai rekomendasi dari pihak Enviro menggunakan waktu pengendapan 72 jam
maka volume minimal treatment pond sebesar 48.600 m3.
Demikian kajian ini disampaikan untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi
aktivitas di lapangan. Untuk diskusi lebih lanjut dapat menghubungi geotechnic dan
hidrology engineer yang bersangkutan.
02/BC-G&H/SMO/III-13/TM/GH Page 9