Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Perempuan

Dosen Pengampu :
Dita Eka Mardiani, SST, M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Amalia (P20624118003)
2. Nadya Khoirunnisa (P20624118016)
3. Nidia Nurul Amalia (P20624118017)
4. Nurul Anisa (P20624118019)

PRODI DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul
Konsep Dasar Pemberdayaan Perempuandengan tepat waktu. Dengan selesainya
makalah ini, diharapkan dapat membantu dalam memberikan pemahaman tentang
apa saja yang menjadi konsep dasar dalam pemberdayaan perempuan.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah ini, secara khusus kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Dita Eka Mardiani, SST, M.Keb selaku dosen pengampu
mata kuliah Pemberdayaan Perempuan.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kesalahan
dan kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi jendela informasi referensi
bagi semua pembacanya.

Tasikmalaya, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN MATERI
2.1 Kerangka Tingkatan Pemberdayaan Perempuan........................................3
2.2 Strategi Pemberdayaan Perempuan.............................................................6
BAB III SIMPULAN
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberdayaan perempuan merupakan usaha sistematisdan terencana untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Dalam pasal 1 butir 6 PP No.54 Tahun 2004 tentang pemberdayaan
Perempuan. Dilihat dari sisi optimalisasi peran yang bias dilakukan, perempuan
memiliki potensi yang besar dalam berbagai bidang baik bidang social, ekonomi,
politik, pendidikan dan bidang- bidang lain.
Peran yang dilakukan tentunya tidak mengesampingkanperan utama
perempuan dalam mengelola keluarganya. Perempuan yang diharapkan,
merupakan perempuan yang memiliki keahlian dibidangnya, ada yang memiliki
keahlian dalam bidang pengolahan pangan pengembangan produk perikanan,
pertanian, peternakan.
Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi,
keluarga, masyarakat, pemerintahan, Negara dan tata dunia dalam kerangka
proses aktualisasi kemanusiaann yang adil dan beradab, yang terwujud di
berbagai kehidupan, politik, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya.
Pemberdayaan itu sendiri mengandung tiga kekuatan di dalam dirinya, yakni
kekuatan untuk berbuat, kekuatan untuk membangun kerjasama dan kekuatan
dalam diri pribadi manusia.
Sebagai diketahui strategi dan upaya pemberdayaan perempuan pada
khususnya dan pada umumnya adalah salah satu topik yang paling mendapat
perhatian berbagai kalangan akhir-akhir ini. Haryono Suyono mengatakan bahwa
pemberdayaan perempuan sering pula disebut sebagai peningkatan kualitas hidup
personal perempuan dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan,
social, komunikasi, dan lain sebagainya.

1
Sejalan dengan itu, langkah strategis yang perlu dilancarkan dalam kerja
pemberdayaan perempuan adalah memberikan dukungan yang menjadikan
setiap perempuan sebagai focus perhatian dan arena pengabdian. Khusus pada
kaum ibu, yang mendesak untuk segera dilakukan adalah meningkatkan
kemampuan mereka secara bertahap dan berkesinambungan agar bias mengelola
dan bergelut dengan kesempatan yang terbuka di dalam lingkungannya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk kerangka tingkatan Pemberdayaan Perempuan?


2. Bagaimana strategi Pemberdayaan Perempuan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahuikerangka tingkatanPemberdayaan Perempuan


2. Untuk mengetahui strategiPemberdayaan Perempuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Tingkatan Pemberdayaan Perempuan 


Agar kita dapat melakukan analisis dan pemahaman yang tepat mengenai
pemberdayaan, harus dipahami dulu kerangka konseptual mengenai lingkup
dan tingkatan pemberdayaan. Dari kajian-kajian empiris pelaksanaan
pemberdayaan di masyarakat, Alshop dan Heinshon (2005) menggambarkan 3
hal dalam lingkup pemberdayaan, yaitu pemberdayaan politik, pemberdayaan
ekonomi dan pemberdayaan sosial, sedangkan Ndraha (dalam Sumaryadi,
2005) menyebutkan satu lingkup lainnya pemberdayaan lingkungan.
Pemberdayaan politik lebih mengarah kepada upaya menyadarkan
masyarakat untuk berpar- tisipasi dalam politik dan meningkatkan posisi tawar
masyarakat terhadap pemerintah atau pihak-pihak lainnya,dalam aspek-aspek
penegakan keadilan, kepemimpinan politik, dan pelayanan publik.
Pemberdayaan ekonomi adalah pendekatan yang diutamakan kepada
masyarakat kelas bawah untuk mampu beraktifitas dalam bidang ekonomi dan
berpenghasilan yang lebih baik, sehingga mampu menanggung ekses
pertumbuhan yang terjadi. Pemberdayaan sosial lebih merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan menyadarkan posisi dan
peran seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial dalam
komunitasnya. Sementara permberdayaan lingkungan adalah upaya yang untuk
menjaga kelestarian lingkungan dan menjalin hubungan baik dalam interaksi
manusia dengan lingkungannya.
Tingkatan pemberdayaan adalah semacam batasan luasan wilayah dalam
proses pemberdayaan. Alshop dan Heinshon (2005) serta Fujikake (2008)
menjabarkan tingkatan pemberdayaan menjadi tiga tingkatan yaitu local level,
intermediary level, dan macro level. Maksud dari tingkatan micro atau lokal
yaitu dalam batasan wilayah lingkungan sekitar masyarakat tersebut atau pada

3
tataran desa atau sekitar tempat tinggal. Tingkatan meso atau intermediary
meliputi wilayah kota, jaringan atau hubungan antar organisasi dan pihak
eksternal lain. Tingkatan macro adalah tingkatan yang lebih luas dari
tingkatan-tingkatan sebelumnya, yaitu setingkat pengambilan keputusan dalam
lingkup nasional.
Pemberdayaan perempuan merupakan usaha sistematisdan terencana
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Dalam pasal 1 butir 6 PP No.54 Tahun 2004 tentang
pemberdayaan Perempuan. Dilihat dari sisi optimalisasi peran yang bias
dilakukan, perempuan memiliki potensi yang besar dalam berbagai bidang baik
bidang social, ekonomi, politik, pendidikan dan bidang- bidang lain.
Proses pemberdayaan ini dimulai dari proses pemenuhan kebutuhan
dasar, perluasan akses, munculnya kesadaran kritis, sehingga perempuan
kemudian terlibat dalam pergerakan/aksi, dan memiliki kontrol atas sumber
daya dan pengambilan keputusan. Berikut beberapa tingkatan pemberdayaan
perempuan yang dapat diterapkan dalam pembangunan sosial di Indonesia.
Menurut Sara Longwe (Pemberdayaan perempuan yang dilakukan pada
komunitas masyarakat harus mencakup kelima level di bawah ini:
1) Kesejahteraan/ pemenuhan kebutuhan dasar (Welfare);
2) Keterbukaan akses, antara lain: pendidikan, keterampilan, informasi, dan
kredit (Access);
3) Kesadaran kritis (Conscientisation);
4) Pergerakan (Mobilization) atau partisipasi dalam pengambilan keputusan,
baik di tingkat rumah tangga, kehidupan bermasyarakat, dan area publik/
politik; dan
5) Kontrol terhadap sumber daya, implementasi dalam pengambilan
keputusan, dan termasuk keterwakilan dalam lembaga pengambilan
keputusan (Control).

4
Ada Lima tingkatan pemerataan di dalam kerangka pemberdayaan
perempuan. Yang pertama adalah pemerataan tingkat kesejahteraan. Kalua
pada awal, kelompok ini ingin diberdayakan tetapi tidak punya asset terhadap
ekonomi, tidak punya peluang pada upaya meningkatkan kemampuannya di
dalam perekonomian, tidak sejahtera, maka tentu tidak mungkin kita bias
mengangkat mereka dari penderitaannya.
Kedua, pemerataan akses, yaitu meningkatkan kemampuan mereka masuk
ke sector-sektor untuk mendapatkan informasi, mendapatkan kesempatan
bekerja, mendapatkan kesempatan bekerja, mendapatkan kesempatan
pendidikan yang baik yang sama kedudukannya dengan kaum laki-laki. Kalua
akses itu sudah diperoleh, maka langkah yang berikutnya adalah bagaimana
meningkatkan penyadaran.
Ketiga, pemerataan kesadaran, kalua kesadaran itu muncul, maka
diharapkan mereka itu bias memperbaiki sendiri apa yang menjadi kebutuhan-
kebutuhan dari jender perempuan ini. Setelah penyadaran diperoleh, maka
tingkat yang berikutnya adalah peningkatan atau pemerataan partisipasi aktif.
Keempat, pemerataan partisipasi. Perempuan tidak lagi dianggap sebagai
sasaran atau objek dari pembangunan, tetapi ikut ikut serta melakukan
perencanaan, ikut serta melaksanakan dan ikut serta mengevaluasi program-
program yang ditimpakan padanya.
Kelima, pemerataan penguasaan, dimana partisipasi perempuan pada
tingkat keputusan ini tentunya akan memberikan dampak pada pemberdayaan
dan apabila partisipasi ini digunakan maka akses mereka terhadap sumber-
sumber ekonomi akan menjadi lebih baik serta menjamin pemerataan terhadap
akses sumber dan pembagian manfaat. Control atau penguasaan perempuan
terhadap pengambilan keputusan ini seringkali mengalami hambatan bukan
karena masalah-masalah yang berkaitan dengan ketidakmampuan perempuan
itu mengambil keputusan, tetapi hegemoni budaya seringkali menempatkan
perempuan bukan sebagai pengambil keputusan. Ini dibuktikan pada AKI

5
(Angka Kematian Ibu) Indonesia yang paling tinggi di antara negara-negara
ASEAN. Tingginya angka kematian ibu ini bukan disebabkan oleh kurangnya
kesadaran mereka tentang perlunya memeriksakan diri dan sebagainya, tetapi
oleh masalah control atau masalah pengambilan keputusan.

2.2 Strategi Pemberdayaan Perempuan


Dalam kamus bahasa indonesia kontemporer kata strategi berarti;
rencana cermat tentang suatu kegiatan guna meraih suatu target atau sasaran. 1
Menurut Edi Suharto, strategi adalah usaha-usaha menyeluruh yang dirancang
untuk menjamin agar perubahan-perubahan yang diusulkan dapat diterima
oleh partisipan atau berbagai kalangan yang akan terlibat dan dilibatkan dalam
peroses perubahan.2
Untuk mewujudkan "masyarakat yang berdaya" terutama perempuan,
diperlukan strategi - strategi yang tepat dalam melaksanakan hal tersebut,
misalnya memperkuat daya saing, melindungi masyarakat serta  melindungi
masyarakat agar tidak menjadi bertambah lemah. Strategi pemberdayaan
masyarakat lainnya dapat berupa program - program pembangunan seperti
program pembagunan desa.
Adapun peran strategis yang dapat dijalankan oleh kaum perempuan meliputi:
1. Peran untuk ambil bagian dalam merancang suatu model baru
pembangunan, yang digerakkan oleh suatu tata kelola pemerintahan yang
baik dan adil gender. Kaum perempuan dapat mendorong berkembangnya
pandangan baru dan ukuran-ukuran baru, sehingga kiprah kaum
perempuan tetap dilihat dalam kacamata perempuan dan bukan kacamata
yang bias gender.
2. Peran untuk ambil bagian dalam proses politik, khususnya proses
pengambilan keputusan politik yang dapat berimplikasi pada kehidupan

6
publik. Dalam hal ini, kaum perempuan sudah saatnya membangun
keberanian untuk memasuki ranah politik, baik menjadi penggerak partai
politik, masuk ke parlemen, atau berjuang melalui posisi kepala daerah.
3. Peran untuk ambil bagian dalam proses sosial-ekonomi dan produksi,
serta proses kemasyarakatan yang luas. Kaum perempuan dapat menjadi
penggerak kebangkitan perekonomian nasional yang lebih berkarakter,
yakni perekonomian yang berbasis produksi, bukan konsumsi.
Kaum perempuan sudah saatnya memanfaatkan ruang yang telah
terbuka dengan sebaik-baiknya. Beberapa kebijakan yang mulai
memperlihatkan suatu kesadaran tentang kesetaraan dan keadilan gender,
tentu perlu diperluas dan pada gilirannya arah dan seluruh gerak negara,
berorientasi pada usaha membangun tata kehidupan yang setara dan
berkeadilan. Kita percaya bahwa hal ini sangat mungkin diwujudkan,
sepanjang kita setia pada cita-cita proklamasi kemerdekaan dan ideologi
bangsa, yakni Pancasila. Dengan berjalan di atas garis ideologi dan cita-cita
proklamasi, kita percaya bahwa tata hidup yang setara dan berkeadilan, akan
dapat diraih dengan gemilang.
Pemberdayaan perempuan merupakan cara strategis untuk
meningkatkan potensi perempuan dan meningkatkan peran perempuan baik di
domain publik maupun domestik. Menurut Zakiyah (2010), pemberdayaan
perempuan dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
a. Membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumah
tangga. Pada zaman dahulu, muncul anggapan yang kuat dalam
masyarakat bahwa kaum perempuan adalah konco wingking (teman di
belakang) bagi suami serta anggapan warga nunut neraka katut (ke surga
ikut, ke neraka terbawa). Kata nunut dan katut dalam bahasa Jawa
berkonotasi pasif dan tidak memiliki inisiatif, sehingga nasibnya sangat
tergantung kepada suami.

7
b. Memberi beragam ketrampilan bagi kaum perempuan. Strategi ini
bertujuan agar kaum perempuan juga dapat produktif dan tidak
menggantungkan nasibnya terhadap kaum laki-laki. Berbagai
ketrampilan bisa diajarkan, misalnya; ketrampilan menjahit, menyulam
serta berwirausaha dengan membuat kain batik dan berbagai jenis
makanan.
c. Memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap kaum perempuan
untuk bisa mengikuti atau menempuh pendidikan seluas mungkin. Hal ini
diperlukan mengingat masih menguatnya paradigma masyarakat bahwa
setinggi-tinggi pendidikan perempuan toh nantinya akan kembali ke
dapur. Inilah yang mengakibatkan masih rendahnya (sebagian besar)
pendidikan bagi perempuan.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi
pribadi, keluarga, masyarakat, pemerintahan, Negara dan tata dunia dalam
kerangka proses aktualisasi kemanusiaann yang adil dan beradab, yang
terwujud di berbagai kehidupan, politik, hukum, pendidikan, dan lain
sebagainya. Pemberdayaan itu sendiri mengandung tiga kekuatan di dalam
dirinya, yakni kekuatan untuk berbuat, kekuatan untuk membangun kerjasama
dan kekuatan dalam diri pribadi manusia.
Tingkatan pemberdayaan adalah semacam batasan luasan wilayah
dalam proses pemberdayaan. Alshop dan Heinshon (2005) serta Fujikake
(2008) menjabarkan tingkatan pemberdayaan menjadi tiga tingkatan yaitu
local level, intermediary level, dan macro level. Sedangkan, menurut Sara
Longwe (Pemberdayaan perempuan yang dilakukan pada komunitas
masyarakat harus mencakup kelima level yaitu welfare, access,
Conscientisation, mobilization dan control.
Strategi dan upaya pemberdayaan perempuan pada khususnya dan
pada umumnya adalah salah satu topik yang paling mendapat perhatian
berbagai kalangan akhir-akhir ini. Haryono Suyono mengatakan bahwa
pemberdayaan perempuan sering pula disebut sebagai peningkatan kualitas
hidup personal perempuan dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi,
pendidikan, social, komunikasi, dan lain sebagainya.

3.2 Saran

Teruslah berkarya, mengembangkan potensi diri dalam pemberdayaan


perempuan, perempuan adalah makhluk yang kuat bukan mahluk terendah,
dan berhak mencapai impian setingg-tingginya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Pinky, Saptandri. (1999). Lima Tingkat Pemberdayaan Perempuan.


Masyarakat Kebudayaan dan Politik, 2, 35-36.
Riadi, Muchlisin. 2019. Pemberdayaan Perempuan (Tujuan, Strategi, Program
dan Indikator). https://www.kajianpustaka.com/2019/11/pemberdayaan-perempuan-
tujuan-strategi-program-dan-indikator.html (diakses tanggal 29 Agustus 2020)
Putri, D. 2013. Strategi Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan
Sosial.http://www.academia.edu/download/34352395/Strategi_pemberdayaan_Perem
puan.rtf (diakses tanggal 29 Agustus 2020)
Dwiyanto, Bambang Sugeng., Jemadi. 2013. Pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan kapasitas dalam penanggulangan kemiskinan melalui PNPM mandiri
perkotaan. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/maksipreneur/article/view/87/83
(diakses tanggal 29 Agustus 2020)

10

Anda mungkin juga menyukai