Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini Indonesia sedang mengalami transisi epidemiologi dalam

hal masalah kesehatan dimana kondi si penyakit menular yang belum

dapat diatas seluruhnya. Permasalahan penyakit menular diantaranya yang

paling sering terjadi adalah diare. Penyakit diare masih menjadi salah satu

masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan

penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai

negara termasuk Indonesia. Diperkirakan 1,3 miliar serangan diare dan 3,2

juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak

mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih

kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun

(Widoyono, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) diare saat ini masih

menjadi penyebab utama ketiga kematian balita setelah pneumonia. Dari

tahun ke tahun menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas

dan morbiditas pada balita. Diare berkontribusi sekitar 18% dari seluruh

kematian balita di dunia atau setara dengan lebih dari 5 ribu balita

meninggal perhari (WHO, 2015). Setiap sekitar 2 milyar kasus diare di

dunia dan 1,9 juta anak usia di bawah 5 tahun meninggal karena diare dari

setengah kematian pada balita yang diakibatkan oleh diare terjadi di negara

1
2

berkembang seperti India, Nigeria, Afghanistan, Pakistan, dan Ethiopia

(UNICEF, 2012).

Dikutip dari Profil Kesehatan Indonesia (2015) penyakit diare

merupakan penyakit endemis di Indonesia. Diare juga merupakan penyakit

potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan

kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11

provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan

kematian 30 orang (CFR 2,47%). Salah satu dari provinsi yang menjadi

lokasi terjadinya KLB adalah Provinsi Kalimantan Selatan (Profil

Kesehatan Indonesia, 2015).

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yaitu penyakit

potensial kejadian luar biasa yang sering terjadi dengan Case Fatality Rate

yang cukup tinggi dan hal ini menjadi masalah di Indonesia. Menurut Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa penyakit diare

merupakan penyebab utama kematian pada balita. Pada tahun 2015 tejadi

18 kali kejadian luar biasa diare yang tersebar di 11 provinsi, 18

kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30

orang (CFR 2,4%). Angka kematian (CFR) saat kejadian luar biasa diare

di harapkan <1%, namun dilihat rekapitulasi kejadian luar biasa diare dari

tahun 2008 sampai dengan 2015, terlihat bahwa CFR kejadian luar biasa

masih cukup tinggi (>1%). Dengan demikian secara nasional, CFR

kejadian luar biasa diare tidak mencapai target program (Kemenkes RI,

2015).
3

Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan

BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai

dengan darah. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan, angka

prevalensi nasional untuk diare adalah sebesar 3,5%. Beberapa provinsi

dilaporkan memiliki prevalensi diare di atas prevalensi nasional dengan

prevalensi tertinggi di Papua sebesar 14,7% dan Nusa Tenggara Timur

dengan prevalensi 10,9% dan terendah adalah Bangka Belitung dengan

prevalensi 3,4%. Angka prevalensi diare di provinsi Riau berada di atas

prevalensi nasional yakni 5,4% dan berdasarkan urutan angka prevalensi

tertinggi hingga terendah, Riau menempati urutan ke- 18 dari 33 provinsi

yang ada di Indonesia (Riskesdas, 2013).

Cakupan Penemuan Kasus Diare pada tahun 2017 di Provinsi Riau

sebesar 94%. Ada 6 kabupaten/kota (66.67%) yang cakupannya melebihi

cakupan provinsi. Cakupan tertinggi pada kota Dumai sebesar 100 %

diikuti oleh Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten

Bengkalis, Kabupaten Siak, Kepulauan Meranti. Sedangkan untuk cakupan

penemuan dan penanganan diare yang terendah adalah Kota Pekanbaru

(39%), diikuti oleh Kabupaten Kuantan Singingi sebesar 79% (Dinas

Kesehatan Provinsi Riau, 2018).

Tabel 1.1 : Distrubusi Frekuensi Angka Kejadian Diare di Ruang Perawatan


Anak RSUD Bangkinang Tahun 2017-2018

No Tahun Kejadian Diare


1 Tahun 2017 208
2 Tahun 2018 225
3 Bulan Juni Tahun 2019 144
Sumber : Rekam Medik RSUD Bangkinang
4

Angka kejadian penderita diare di Ruang Perawatan Anak Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang masih tinggi. Hal ini dibuktikan

pada tahun 2018 jumlah pasien diare 225 penderita, dan jumlah pasien

diare sampai dengan Juni 2019 yaitu 144 penderita (Rekam Medik RSUD

Bangkinang).

Diare merupakan perubahan pada konsistensi feses serta frekuensi

yang meningkat saat buang air besar. Seseorang yang dikatakan

mengalami diare apabila feses yang di keluarkan lebih banyak berair dari

biasanya, atau jika buang air besar dalam sehari bisa tiga kali atau lebih,

dan atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24

jam dan penyakit diare inimerupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi

pada saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme

seperti bakteri, virus dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya

menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman

yang telah tercemar oleh organisme tersebut, dengan demikian perlu

dilakukan pencegahan terhadap penyakit diare (Kemenkes RI,2016).

Adapun dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit diare yaitu:

kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam

basa (metabolik asidosis), hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan

sirkulasi. Penatalaksanaan cepat dan tepat penyakit diare dapat dilakukan

untuk mengurangi dampak seperti menurunkan angka kematian diare yaitu

dengan melalui cara lima langkah tuntaskan diare (Lintas Diare) antar lain

dengan memberikan oralit dengan sesuai dosis tertentu, memberikan obat


5

zinc,memberikan ASI/Makanan, memberikan antibiotika hanya atas

indikasi, dan memberikan nasehat tentang cara memberikan cairan dan

obat ketika di rumah untuk penanganan awal diare dan memberitahu

ibukapan harus membawa balita ke tenaga kesehatan. H al ini di

lakukan untuk mengurangi dampak diare dan mengurangi tingginya angka

kejadian diare pada balita (Kemenkes RI,2011).

Tingginya angka kejadian diare pada anak, tidak terlepas dari peran

orang tua salah satunya adalah peran ibu. Menurut Setiadi (2008) peran ibu

adalah sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial.

Peran dalam hal masalah kesehatan adalah bagaimana ibu dapat mencegah

dan menangani anak yang terkena penyakit diare. Kejadian diare masih

banyak terjadi karena tingkat pengetahuan ibu yang masih kurang sejalan

dengan hasil penelitian.

Salah satu resiko dalam timbulnya diare yaitu kurangnya pengetahuan

orang tua dalam hal hygiene yang kurang baik, perorangan maupun

lingkungan, pola pemberian makan, sosio ekonomi dan sosio budaya.

Dalam permasalahan ini untuk mengurangi penyakit diare yang

berkelanjutan, yaitu dengan cara dilakukan pemberian edukasi yang

berupa pendidikan kesehatan. Keberhasilan dalam pencegahan diare pada

anak tidak lepas dari pengetahuan orang tua tentang pencegahan diare pada

anak. Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang diare dapat

melakukan penanganan diare pada anak dari pada orang tua yang tidak
6

memiliki pengetahuan tentang diare (Kusmawati, 2012). Peningkatan

pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan

perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan

peningkatan pengetahuan maka terjadi perubahan perilaku dengan

sendirinya (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan yang rendah akan

menyebabkan ibu balita tidak dapat melakukan upaya pencegahan maupun

perawatan pada anak diare (Wawan, 2010).

Hasil penelitian Suma (2013), menunjukkan dari 104 sampel distribusi

frekuensi responden yang termasuk tingkat pengetahuan ibu kurang yaitu

sebanyak 29 responden dengan kejadian diare dan yang termasuk dalam

tingkat pengetahuan ibu baik yaitu sebanyak 75 responden dengan

kejadian diare.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan melalui

wawancara pada 10 orang ibu yang menangani balitanya yang diare di

rumah sebelum di bawa ke rumah sakit di antaranya ada 7 orang ibu

membuat oralit untuk diberikan kepada balitanya dan 3 orang ibu hanya

memberikan ASI tanpa melakukan penanganan apapun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan maka

peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Kejadian Diare


7

Pada Balita Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang

Tahun 2020?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare

Dengan Penanganan Kejadian Diare Pada Balita Sebelum Dibawa Ke

Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

ibu tentang diare pada balita sebelum dibawa ke Rumah Sakit Umum

Daerah Bangkinang Tahun 2020.

b. Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi penanganan kejadian

diare pada balita sebelum dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah

Bangkinang Tahun 2020.

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare

dengan penanganan kejadian diare pada balita sebelum dibawa ke

Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang Tahun 2020.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dan perilaku mengenai kejadian diare pada balita di

Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang Tahun 2020.

2. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi

bagi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pendidikan kesehatan

mengenai faktor penyebab terjadinya diare dan pencegahan serta

penanganan kejadian diare pada balita di Rumah Sakit Umum Daerah

Bangkinang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk mengembangkan

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kejadian diare pada

balita.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dijadikan sebagai masukan bagi peneliti dan keluarga

tentang kejadian diare pada balita serta mengetahui cara

penanganannya.

Anda mungkin juga menyukai