Aktivitas fisik dapat di definisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2002). Aktivitas fisik di bagi menjadi dua yaitu aktivitas fisik internal dan aktivitas fisik ekternal. Aktivitas fisik internal adalah suatu aktivitas fisik dimana proses bekerjanya organ-organ dalam tubuh sewaktu istirahat, sedangkan aktivitas fisik secara ekternal adalah aktivitas fisik yang dilakukan oleh pergarakan anggota tubuh yang dilakukan selama 24 jam serta banyak mengeluarkan energi (Fatonah,1996). Aktivitas fisik adalah pergarakan anggota tubuh yang menyababkan pengeluaran energi secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat (Hudha, 2006). 2. Beban Aktivitas Fisik Berdasarkan Kebutuhan Kalori a. Pengertian Kalori Kalori merupakan satuan energi yang yang diperoleh dari adanya usaha atau aktivitas dengan proses oksidasi didalam sel manusia (PERKENI, 2002). Kalori adalah hasil dari pembakaran zat-zat nutrisi oleh sel didalam tubuh manusia dengan bantuan oksigen dan juga diperoleh sisa pembakaran atau oksidasi berupa air dan karbondioksida. Bahan atau sumber kalori terdiri dari glukosa, yang diperoleh dari pemecahan makanan, glikogen adalah glukosa didalam hati, dan trigleserida atau penimbunan glukosa dalam bentuk lemak yang merupakan penimbunan glukosa yang tidak terpakai akibat tidak adanya keseimbangan antara asupan nutrisi dengan proses metabolisme sel yang dipengaruhi oleh aktivitas (Asdie, 1996). b. Katagori Aktivitas fisik Salah satu kebutuhan umum dalam aktivitas fisik adalah oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat yang berguna untuk menghasilkan energi. Mentri tenaga kerja Indonesia melalui Kep. No 51 tahun 1999, menetapkan beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai barikut : 1) Beban kerja ringan : 100-200 kilo kalori / jam 2) Beban kerja sedang : 200-350 kilo kalori / jam 3) Beban kerja berat : 350-500 kilo kalori / jam 3. Kebutuhan Kalori Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seseorang dalam melakukan aktivitas fisik di bagi menjadi tiga hal : a. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal. Keterangan kebutuhan kalori untuk metabolisme seorang laki-laki dewasa adalah 23,87 kilo kalori per 24 jam per BB, sedangkan untuk wanita dewasa adalah memiliki kebutuhan kalori 23,39 kilo kalori per 24 jam per BB. b. Kebutuhan kalori untuk kerja. Kebutuhan kalori untuk kerja sangat ditentukan oleh berat ringannya pekerjaan atau jenis aktivitas kerja yang dilakukan. c. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain diluar jam kerja. Rata-rata kebutuhan kalori diluar jam kerja adalah 573 kilo kalori. Untuk lakilaki dewasa sekitar (425-477 kilo kalori) per hari untuk wanita dewasa jadi kebutuhan peningkatan kalori seseorang berbanding terbalik dengan berat badan (Asmadi, 2002). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik 1) Aspek Bologis. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan aktivitas seseorang, dikarenakan seorang yang telah lanjut usia mengalami kelemahan musculoscelektal dan penurunan fungsi otot, karna sel-sel otot mengalami kematian. 2) Kesehatan Fisik. Toleransi gerak dan aktivitas dipengaruhi atau diakibatkan oleh adanya kerusakan penyakit yang merusak system saraf. System musculoskelektal dan vestibular apparatus, dan penyakit yang berupa kerusakan system syaraf seperti, parkinson, Sklerosa, tomor system saraf pusat (Kozeir, Erb, Berman, 2000). 3) Kesehatan Mental. Mental seperti depresi kronis, akan menjadikan seseorang memacu aktivitas, orang yang depresi dapat kurang melakukan aktivitas dan kekurangan energi untuk melakukan aktivitas yang biasa. 4) Nutrisi. Baik kelebihan atau kekurangan nutrisi akan mengakibatkan mempengaruhi aktivitas, seorang yang intake nutrisinya kurang maka aktivitasnya tidak maksimal, hal tersebut dikarenakan nutrisi didalam tubuh merupakan bahan untuk memperoleh energi (Owen, 1985). 4. Nilai Energi Aktivitas Fisik Nilai energi atau kalori yang dikeluarkan dipengaruhi oleh dari asupan makanan dan aktivitas seseseorang. Seorang yang memiliki aktivitas yang berat maka membutuhkan kalori yang cukup besar jumlahnya dibandingkan seseorang yang memiliki aktivitas yang ringan maka asupan makanan seseorang harus seimbang dengan tingkat aktivitas yang dikerjakan karena didalam aktivitas akan meningkatkan proses metabolisme. Pasien DM perlu mengetahui indeks glukosa sehinga dapat menyeimbangkan antara pola makan, glukosa darah dan kalori yang akan dikeluarkan didalam aktivitas fisik (Waspadji, 2002). Pasien diabetes mellitus yang ingin melakukan aktivitas seperti olah raga yang banyak gerakan seperti berlari atau sepak bola maka kalori yang akan digunakan 20 per menit, jika lama aktivitas berlari dalam sepak bola 30 menit, maka kalori yang dipakai adalah 20x 30 = 600 kalori. Tambahkan kalori sebanyak 600 kalori tersebut yaitu untuk mencegah terjadinya reaksi insulin selama melakukan olah raga. Disamping itu harus disiapkan paket pencegah reaksi insulin, yaitu dengan menyuntikan glukagon. Jika hipoglikemia muncul maka perlu dilakukan cara seperti di atas, dalam waktu 20-30 detik tanda-tanda hipoglikemia akan menghilang (Asdie, 1996). 5. Efek aktivitas fisik terhadap penderita DM Hipoglikemia pengidap DM kususnya DM tipe I perlu diwaspadai bagi pengidap DM yang memiliki aktivitas fisik yang berat, untuk itu cara pembarian makanan ekstra ini dibuat sedemikian rupa sehingga penyerapan makanan ekstra kira-kira bertepatan dengan puncak terjadinya hipoglikemi. Efek baik aktivitas untuk meningkatkan metabolisme didalam tubuh, semisal aktivitas fisik olah raga bagi penderita DM dapat meningkatkan perbaikan ikatan insulin dengan reseptornya dan perbaikan pada sensitifitas insulin hampir selalu proposional dengan kesegaran jasmani yang dapat diukur dengan VO2 maksimum. Aktivitas fisik juga mempengaruhi agregasi trombosit pada pengidap DM jika melakukan aktivitas fisik olah raga dengan tepat, sehingga dapat mencegah penyakit trombosis pada DM, terutama yang berkaitan dengan kebutaan. Penderita diabetes mellitus lansia sangatlah diperlukan latian aktivitas fisik untuk memperbaiki peredaran darah di kaki (Asdie, 1996). Olahraga membantu penderita DM mengontrol berat badan yang merupakan indikator penunjuk penderita DM. penderita diabetes memiliki terlalu banyak glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin, hormon yang membantu sel menyerap glukosa. Olahraga dapat membantu melarutkan pembekuan darah lebih mudah. Tingginya tingkat insulin dalam darah memungkinkan terjadi pembekuan darah lebih mudah karena itu mengapa diabetes erat kaitannya dengan penyakit Kardiovaskuler (Infokes, 2004). Kurang berolahraga merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya DM. Menurut Haznam (1991) olahraga dianjurkan karena bertambahnya kegiatan fisik menambah reseptor insulin dalam sel target. Dengan demikian insulin dalam tubuh bekerja lebih efektif. Latihan olahraga merupakan modifikasi kedua pada pengobatan hiperglikemia pada DM. Glukosa dapat masuk kedalam sel-sel otot yang aktif tanpa bantuan insulin, dan kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air, sehingga olahraga mempunyai aksi hipoglikemik. Olahraga juga mampu untuk menurunkan resistensi insulin dan menurunkan berat badan pada diabetik dengan obesitas (kegemukan). Olahraga tidak begitu besar mempengaruhi kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe I, karena produksi insulin yang terganggu atau tidak ada. Tetapi keuntungan yang lainnya adalah mengurangi risiko penyakit jantung, gangguan pembuluh darah perifer. Sedangkan pada penderita DM tipe II, latihan jasmani berperan utama dalam pengaturan glukosa darah. Pada saat berolahraga, permeabilitas membran meningkat pada otot yang berkontraksi, sehingga resistensi insulin berkurang (Tilarso, 1999). 6. Pedoman untuk Olahraga Diabetes Latihan fisik sehari-hari dan latihan fisik secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam perawatan diabetes mellitus tipe II (Yuli, 2010). Mansjoer et al (1999) menganjurkan bahwa latihan secara teratur 3-4 kali setiap minggu selama kurang lebih setengah jam sifatnya CRIPE (Continous, Ritmikal, Interval, Progresive, Edurance Training). Latihan kontinyu diberikan secara berkesinambungan, dilakukan terus menerus tanpa berhenti, contoh bila dipilih jogging selama 30 menit, maka selama 30 menit pengidap melakukan jogging tanpa istirahat. Latihan ritmis, olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contoh latihan ritmis adalah jalan kaki, joging berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf, tenis, atau badminton tidak memenuhi syarat karena banyak berhentinya. Latihan interval dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan, berenang cepat 2 kali panjang kolam diselingi 1 kali renang lambat, dan sebagainya. Dengan kegiatan yang bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama sekali. Latihan progresif harus dilakukan secara berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat, secara bertahap. Jadi beban olahraga dinaikan sedikit sesuai pencapaian latihan sebelumnya. Latihan daya tahan memperbaiki sistim kardiovaskular. Oleh karena itu sebelum mengikuti program latihan olahraga, tahap pengidap harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskular. Kapasitas kerja dapat dievaluasi untuk menentukan tingkat latihan yang dapat dilakukan dengan aman. Penderita DM harus dievaluasi terhadap adanya retinopati, neuropati, dan hipertensi karena jenis latihan tertentu harus dihindari pada keadaankeadaan ini. Manfaat olahraga bagi penderita DM adalah mengurangi risiko penyakit jantung, mengurangi berat badan bagi yang berat badannya berlebih, menstabilkan KDG, memperkuat rasa kebersamaan (bila dilakukan pada kelompok), memperbaiki profil lemak (Arief, 2008). 7. Tahap-tahap latihan fisik bagi penderita Diabetes Pertama yaitu peregangan (stretching), latihan ini bertujuan untuk mencegah cedera otot dan dilakukan selama 5 menit.Pemanasan (warming up), sebaiknya dilakukan dalam gerakan lambat selama 5 sampai 10 menit sehingga kecepatan jantung meningkat cesara bertahap.Latihan inti dengan kecepatan penuh (full speed), dilakukan dengan kecepatan irama lebih cepat selama 20-30 menit.Pendinginan (cooling down), dilakukan dengan tempo lambat selama 5-10 menit. Semua otot-otot diregangkan untuk mencegah nyeri atau cedera. Nafas secara normal, makan dan minum cukup, menghapus pemborosan badan, gerak dan keseimbangan tubuh, tidur dan beristirahat, memilih baju dan pakaian yang pantas dan bukan pakaian, memelihara temperature badan, membersihkan badan dengan baik, menghindari bahaya-bahaya di lingkungan, komunikasi, pemujaan menurut iman seseorang, bekerja, bermain, dan belajar merupakan 14 komponen dasar ilmu keperawatan (Henderson, 1966, 1991). Dari 14 komponen tersebut, yang diterapkan dalam penelitian kali ini adalah gerak dan keseimbangan tubuh, tidur dan istirahat. Gerak dan kesembangan tubuh, dengan melakukan aktivitas fisik seharihari mampu mengontrol kadar gula darah agar menjadi seimbang. Dengan melakukan gerak dan menjaga keseimbangan tubuh maka penderita diabetes juga mampu untuk mengontrol berat badannya. Tidur dan istirahat, orang yang mengalami gangguan tidur biasanya akan merusak kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula dalam darah. Kurang tidur juga dapat menyebabkan kegemukan (Irawan, 2010). 8. Hal yang diperhatikan dalam melakukan aktivitas fisik bagi penderita DM Penderita dm dalam melakukan aktivitas fisik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Jangan melakukan aktivitas fisik yang berat jika kadar glukosanya rendah semisal sebelum makan b) Memakai alas kaki yang pas dan benar, karena dapat menghindari luka pada kaki c) Pengidap DM harus selalu membawa permen jika melekukan aktivitas fisik yang berat untuk mengindari terjadinaya hipoglikemi (Waspadji, 2002). Adapun strategi untuk menghindarin terjadinya hipoglikmi antara lain dapat dilakukan dengan berbagai cara. Penderita dapat mempelajari respon glukosa darah sendiri terhadap berbagai tingkatan aktivitas, selama dan segara setelah pengukuran dengan mengukur kadar gula darah. Penderita sebaiknya melakukan aktivitas 1-3 jam setelah makan sehingga dapat terjadi keseimbangan antara glukosa darah dan kebutuhan kalori, Penderita harus mengetahui efek kerja puncak insulin karena aktivitas dapat mempercepat kerja insuluin, makanan tambahan perlu disiapkan terutama jika penderita mengalami tanda-tanda hipoglikemia (PERKENI, 2002).
Hipotesis Deskriptive Hipotesis Deskripsif Dapat Diartkan Sebagai Dugaan Atau Jawaban Sementara Terhadap Masalah Deskriptif Yang Berhubungan Dengan Variabel Tunggal