Dosen pembimbing:
Anggriana TW, M.Kep
Disusun oleh:
Fery Fatur Rahman Saleh
302019097
A. Konsep Dasar
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak
menyenagkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut
dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas
terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Judha, 2012).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara
aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan.
Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6
bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba atau lambat dari
intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang menetap melampaui proses penyakit akut atau
melebihi waktu penyembuhan normal, yang biasanya berlangsung 3 hingga 6
bulan. Nyeri kronis dapat berasal dari di mana faktor psikologis lingkungan dan
sosial nyeri nosiseptif, neuropatik, maupun campurannya, memainkan peran
utama. Pasien dengan nyeri kronis sering kali memilliki respons stres
neuroendokrin yang kurang atau tidak ada, tetapi memiliki gangguan tidur dan
emosional (suasana hati) yang menonjol. Nyeri neuropatik secara klasik bersifat
serangan (paroxysmal) dan tertusuk tajam (lacinating) atau seperti terbakar. Ciri
khas dari nyeri neuropatik adalah jika ditemukannya dua macam gejala secara
bersamaan, yakni gejala hipolgesia (sensasi yang berkurang) dan hiperalgesia
(sensasi yang bertambah). Jika dikuti dengan hilangnya input sensorik (misalnya,
pada amputasl) ke dalam system saraf pusat, maka disebut nyeri deaferensasi. Jika
sistem simpatis memainkan peran utama, disebut sebagai symphatically
maintained pain.
Nyeri kronis dapat dijumpai pada gangguan muskuloskeletal kronis, gangguan
viseral kronis, lesi saraf perifer, akar saraf, atau ganglion akar dorsalis (termasuk
neuropatik diabetik, kausalgia, nyeri phantom, dan nyeri pasca-herpes), lesi pada
sistem saraf pusat (stroke, cedera pada medulla spinalis, dan multipel sklerosis),
dan nyeri kanker. Nyeri pada gangguan muskuloskeletal (misalnya, rheumatoid
arthritis dan osteoarthritis) secara primer bersifat nosiseptif, sedangkan nyeri yang
terkait dengan gangguan saraf perifer atau sentral bersifat neuropatik. Nyeri yang
terkait dengan beberapa gangguan, misalnya, kanker dan sakit punggung kronis
(terutama setelah pembedahan), merupakan campuran antara nosiseptif dan
neuropatik. [ CITATION Tan19 \l 2057 ]
5. Manajemen Nyeri
a. Farmakologi
Manajemen farmakologi yang dilakukan adalah pemberian analgesik atau obat
penghilang rasa sakit.
Penatalaksanaan farmakalogi adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi
nyeri. Obat-obatan yang diberikan dapat digolongkan kedalam:
1).Analgesik opioid (narkotik)
Analgesik opioid terdiri dari turunan opium, seperti morfin dan kodein. Opioid
meredakan nyeri dan memberi rasa euforia lebih besar dengan mengikat reseptor
opiat dan mengaktivasi endogen (muncul dari penyebab di dalam tubuh) penekan
nyeri dalam susunan saraf pusat. Perubahan alam perasaan dan sikap serta
perasaan sejahtera membuat individu lebih nyaman meskipun nyeri tetap
dirasakan (Kozier, et al., 2010).
Opioid adalah obat yang aman dan efektif. Obat-obatan ini bekerja dengan cara
meningkatkan sensitivitas dan durasi yang lebih lama dalam menurunkan nyeri
yang dialami seseorang (Closs, 1994 dalam Brigss, 2002).
2).Obat-obatan anti-inflamasi nonopioid/nonsteroid (non steroid antiinflamation
drugs/NSAID)
Non opioid mencakup asetaminofen dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
seperti ibuprofen. NSAID memiliki efek anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik,
sementara asetaminofen hanya memiliki efek analgesik dan antipiretik. Obat-
obatan ini meredakan nyeri dengan bekerja pada ujung saraf tepi di tempat cedera
dan menurunkan tingkat mediator inflamasi serta mengganggu produksi
prostaglandin di tempat cedera (Kozier, et al., 2010).
3). Analgesik penyerta
Analgesik penyerta adalah sebuah obat yang bukan dibuat untuk penggunaan
analgesik tetapi terbukti mengurangi nyeri kronik dan kadang kala nyeri akut,
selain kerja utamanya. Misalnya, sedatif ringan atau penenang dapat membantu
mengurangi ansietas, stres dan ketegangan sehingga pasien dapat tidur dengan
baik di malam hari. Antidepresan digunakan untuk mengatasi gangguan depresi
atau gangguan alam perasaan yang mendasari tetapi dapat juga meningkatkan
strategi nyeri yang lain. Antikonvulsan, biasanya diresepkan untuk mengatasi
kejang, dapat berguna dalam mengendalikan neuropati yang menyakitkan.
2) Karakteristik nyeri
Adapun karakteristik nyeri menggunakan metode P, Q, R, S, T diantaranya adalah
sebagai berikut.
(a) Faktor Pencetus (P: Provoking Incident)
Pengkajian untuk mengindentifikasi faktor yang menjadi predisposisi nyeri.
Bagaimana peristiwa sehingga terjadi nyeri?
Faktor apa saja yang bisa menurunkan nyeri?
(b) Kualitas (Q: Quality of Pain)
Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa nyeri dirasakan secara subyektif.
Karena sebagian besar deskripsi sifat dari nyeri sulit ditafsirkan.
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien?
Bagaimana sifat nyeri yang digambarkan pasien?
(c) Lokasi (R: Region)
Pengkajian untuk mengindentifikasi letak nyeri secara tepat, adanya radiasi dan
penyebabnya.
Dimana (dan tunjukan dengan satu jari) rasa nyeri paling hebat mulai dirasakan?
Apakah rasa nyeri menyebar pada area sekitar nyeri?
(d) Keparahan (S: Scale of Pain)
Pengkajian untuk menentukan seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Pengkajian ini dapat dilakukan berdasarkan skal nyeri dan pasien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit memengaruhi kemampuan fungsinya. Berat ringannya
suatu keluhan nyeri bersifat subyektif.
Seberapa berat keluhan yang dirasakan.
Dengan menggunakan rentang 0-9.
Keterangan:
0 = Tidak ada nyeri
1-2-3 = Nyeri ringan
4-5 = Nyeri sedang
6-7 = Nyeri hebat
8-9 = Nyeri sangat
10 = Nyeri paling hebat
(e) Waktu (T: Time)
Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
Kapan nyeri muncul?
Tanyakan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga?
Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus-menerus atau hilang timbul.
Tanyakan kapan terakhir kali pasien merasa nyaman atau merasa sangat sehat.
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
DX KEPERAWATAN
1 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
perawatan selama (I.08238)
2x24 jam Tingkat Observasi:
Nyeri menurun, 1. Identifikasi lokasi,
dengan KRITERIA karakteristik, durasi, frekuensi,
HASIL: kualitas, intensitas nyeri
Keluhan nyeri 5 2. Identifikasi skala nyeri
Pola nafas 5 3. Identifikasi faktor yang