Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis
yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina atau
(fotoresptor). Terdapat dua tipe sel fotoreseptor pada retina, yaitu sel batang dan
sel kerucut.1,2,3,4
Retina berbatasan dengan koroid dengan sel epitel pigmen retina. Epitel
pigmen retina terdiri dari satu lapis sel yang terfiksasi pada membrana Bruch
membrana basalis epitel pigmen retina. Ruang potensial antara neuroretina dan
epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embrionik. Kedua jaringan
ini melekat longgar pada mata yang matur sehingga mudah terpisah dan
membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina.1,2,3
Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel
kerucut dan sel batang retina dengan dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan
ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya
antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural
dengan koroid atau epitel pigmen, sehingga merupakan titik lemah yang potensial
untuk lepas secara embriologis. Terdapat tiga jenis utama ablasio retina
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel epitel pigmen
darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi
sedini mungkin dapat mencegah komplikasi yang sering terjadi yakni penurunan
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan
yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina
membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora
serrata dengan tepi yang tidak rata. Permukaan luar retina sensoris bertumpuk
membran Bruch, koroid, dan sklera. Permukaan dalam retina berhadapan dengan
vitreus.8
Gambar 1 : Anatomi Mata
Retina berasal dari bagian dalam cawan optic yang timbul dari bagian cefal
tabung neural embrio. Bagian luar cawan ini akan menjadi satu lapisan epitel
pigmen. Sel bakal retina tersebut terus berkembang dari satu jenis sel embrional
dinamakan sebagai daerah macula lutea. Pada sentral macula lutea, yaitu
daerah fovea sentralis yang tidak tercampuri sel-sel batang. Besar macula
lutea 1-2 mm, daerah ini daya penglihatannya paling tajam terutama di fovea
Pada nasal dari macula lutea terdapat papilla nervi opticum yaitu
tempat dimana nervus II menembus sclera. Papil ini hanya terdiri dari serabut
saraf, tidak mengandung sel batang atau sel kerucut sama sekali. Oleh karena
itu, tidak dapat melihat sama sekali dan disebut titik buta (skotoma fisiologis,
blind spot). Bentuk papil lonjong, berbatas tegas, pinggirnya lebih tinggi dari
retina sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat
besarnya 1/3 diameter papil yang disebut ekskavasasi fisiologis. Dari tempat
ini keluarlah arteri dan vena retina sentral yang kemudian bercabang-cabang
Persepsi detail dan warna pada cahaya yang cukup terang. Pada cahaya yang
remang-remang sel kerucut ini kurang berfungsi. Didalam sel kerucut terdapat
3 macam pigmen yang masing-masing peka terhadap sinar merah, hijau, biru.
yaitu untuk melihat cahaya dengan intensitas rendah tidak dapat melihat
2. Sel-sel bipolar
Yaitu penghubung dari sel sel reseptor dengan sel ganglion. Bentuknya
ada yang khusus menyambungkan satu sel reseptor kerucut dengan sel
ganglion dan ada pula bercabang banyak yang menghubungkan beberapa sel
batang ke satu sel ganglion.10
3. Sel ganglion
Sel ganglion menyampaikan impuls ke arah otak. Aksonnya panjang
meliputi lapisan permukaan retina, yang terus berkumpul di saraf optic dan
dengan sel sel saraf yang melanjutkan impuls visual kekorteks ke daerah
adalah bagian yang dibentuknya. Sel muller berfungsi sebagai depot glikogen
sambungan (sinaps) sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.
5. Lapisan nukleus dalam, merupakan lapisan aselular yang merupakan
sel batang
8. Lapisan membrane limitan eksterna, merupakan membrane ilusi
9. Lapisan segmen luar dari sel reseptor
10. Epitel pigmen
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri
retina sentral masuk retina melalui papil syaraf optik yang akan memberikan
nutrisi pada retina dalam. Dari ekskavasasi fisiologis papilla nervi optisi
temporal dan ke nasal, juga ke atas dan ke bawah. Arteri ini merupakan arteri
anastomose antara pembuluh darah arteri siliaris dan arteri retina sentral yang
Pembuluh darah arteri diameter lebih kecil dengan perbandingan a:v = 2:3.
1. Koriokapilaris yang mendarahi 1/3 luar retina termasuk lapisan flexiform luar
dan lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina.
2. Arteri retina sentral yang mendarahi 2/3 sebelah dalam retina.
mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah
retina. Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen
retina.10
Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan mata yang paling kompleks. Mata berfungsi sebagai
suatu alat optik, suatu reseptor yang kompleks, dan suatu transduser yang
cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan
sel batang lebih tinggi di perifer. Di foveola, terdapat hubungan hampir 1:1
antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat-serat saraf yang keluar,
yang sama. Fovea berperan pada resolusi spasial (ketajaman penglihatan) dan
(skotopik).12
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang
ganda pada fotoreseptor segmen luar. Pigmen ini tersusun atas dua komponen,
sebuah protein opsin dan sebuah kromofor. Opsin dalam rhodopsin adalah
gelombang sekitar 500 nm, yang merupakan daerah biru-hijau spektrum cahaya.
Fotopigmen sel kerucut terdiri atas 11-cis-retinal yang terikat pada protein opsin
selain scotopsin.13
retina bergeser dari puncak dominasi rhodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan
muncul sensasi warna. Suatu objek akan berwarna apabila objek tersebut secara
(mesopik) oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan malam hari (skotopik)
dalam proses penglihatan. Epitel ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen
membentuk sawar selektif antara koroid dan retina. Mmbran basalis sel-sel epitel
pigmen retina membentuk lapisan dalam membran Bruch, yang juga tersusun
Ablasio berasal dari bahasa latin ablation yang berarti pembuangan atau
terlepasnya salah satu bagian badan. Ablasio retina merupakan suatu kelainan
pada mata yang disebabkan terpisahnya lapisan Neurosensorik retina dari lapisan
epitel pigmen Retina hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi cairan subretina
retina.1,8
Secara umum, terdapat tiga jenis ablasio retina yaitu :8,13
1. Ablasio retina regmatogenosa
Kata regmatogenosa berasal dari bahasa Yunani ”rhegma” yang berarti
robek atau terputus. Pada tipe ini, terjadi robekan pada retina sehingga cairan
yang masuk ke belakang antara sel pigmen dengan sel fotoreseptor. Terjadi
pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) seperti yang masuk
melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga
yang bervariasi dan korpus vitreus cair melalui defek retina sensorik ke dalam
retina perifer dasar), dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio
sampai 70 tahun dan lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, hal ini
keadaan tertentu ablasio retina sering menyerang kedua mata terutama pada mata
afakia. 5,6
Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering
terjadi. Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina
regmatogenosa. Selain itu ablasio ini bisa terjadi pada kedua mata pada 10%
pasien. Kejadian ablasio retina sedikit meningkat pada usia pertengahan (usia
2030 tahun) akibat trauma.3 Beberapa populasi memiliki bakat dan peluang besar
mengalami ablasio retina, misalnya mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,
Etiologi
Etiologi yang terkait dengan ablasio retina adalah miopia , katarak removal,
dan trauma. Sekitar 40 - 50 % dari semua pasien dengan ablasio retina memiliki
miopia. Ablasio retina yang berhubungan dengan miopia cenderung terjadi pada
tua. Pasien dengan miopia tinggi ( > 6 D ), lebih sering terjadi pada laki-laki
Ablasio retina terjadi kira-kira 5-16 per 1000 kasus diikuti oleh penyebab operasi
katarak, dan ini terdiri dari sekitar 30 - 40 % dari semua ablasio retina yang
dilaporkan. Faktor-faktor resiko yang terkait dengan ablasio retina dalam katarak
removal yang tidak disengajakan (accidental) adalah posterior kapsul pecah pada saat
operasi, usia muda, panjang aksial meningkat, ruang bilik mata depan yang dalam,
dan jenis kelamin laki-laki. Kira-kira 10 - 20% dari ablasio retina dikaitkan dengan
Ablasio retina yang diakibatkan oleh trauma lebih sering terjadi pada orang
yang lebih muda. Meskipun tidak ada penelitian telah memperkirakan kejadian
ablasio retina dalam olahraga, olahraga tertentu (misalnya, tinju dan bungee
sebelumnya, trauma dan uveitis adalah faktor resiko utama untuk ablasio retina.
Miopia yang tinggi, trauma, kelainan struktural dan operasi sebelumnya adalah
temporal daripada nasal.(2) Holes, disebabkan oleh atrofi kronik dari lapisan
berbentuk L atau J, (3) operculated tears, seluruh flap robek dari retina, (4)
post oral, berlokasi di antara batas posterior dari vitreous base dan equator,
fovea.17
Patogenesis
Ablasio jenis ini terjadi akibat adanya rhegma atau robekan pada lapisan
retina sensorik (full thickness) sehingga cairan vitreus masuk ke dalam ruang
subretina. Pada tipe ini, gaya yang mencetuskan lepasnya perlekatan retina
onkotik, dan transpor aktif. Hal yang mempertahankan perlekatan retina yaitu (1)
Tekanan intraokular memiliki tekanan hidrostatik yang lebih tinggi pada vitreus
dibandingkan koroid. (2) Koroid memiliki tekanan onkotik yang lebih tinggi
Pompa pada sel epitel pigmen retina secara aktif mentranspor larutan dari ruang
subretina ke koroid. Robekan retina terjadi sebagai akibat dari interaksi traksi
dinamik, terjadi likuefaksi dari badan vitreus yang akan berkembang menjadi
lubang pada korteks vitreus posterior yang tipis pada fovea. Cairan synchytic
permukaan vitreus posterior dari lapisan sensori retina. Badan vitreus akan
menjadi kolaps ke inferior dan ruang retrohialoid terisi oleh cairan synchitic.
Proses ini dinamakan acute rhegmatogenous PVD with collapse (acute PVD).
Selain itu juga dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi akut PVD (posterior
1. Degenerasi lattice
Biasa ditemukan pada pasien dengan sindrom Marfan, sindrom Stickler, sindrom
2. Degenerasi snailtrack
Degenerasi ini berbentuk snowflakes atau white frost like appearance.
3. Degenerasi retinoschisis
Pada degenerasi ini terjadi pemisahan antara lapisan sensori retina menjadi 2
lapisan, yaitu lapisan koroidal dan lapisan vitreus. Kejadian ini banyak
dengan miopia tinggi dengan usia berkisar 50 tahun, baik laki-laki ataupun
1. Flashes (photopsia)
sepanjang waktu, tetapi paling jelas saat suasana gelap. Gejala ini cenderung
terlihat pada lapangan pandang perifer. Gejala ini harus dibedakan dengan
yang biasanya muncul pada migrain, yang biasanya muncul sebelum nyeri
kepala. Kilatan cahaya pada migrain biasanya berupa garis zig-zag, pada
tengah lapangan pandang dan menghilang dalam waktu 10 menit. Pada pasien
tipe lain fotopsia, yakni kilatan cahaya cenderung muncul hanya saat leher
2. Floaters
yang sering terjadi, tetapi gejala ini bisa menjadi kurang jelas pada pasien
gangguan cemas. Tetapi jika titik hitamnya bertambah besar dan muncul
tibatiba, maka ini menjadi tanda signifikan suatu keadaan patologis. Untuk
beberapa alasan, pasien sering menggambarkan gejala ini seperti berudu atau
bahkan sarang laba-laba. Ini mungkin karena adanya kombinasi gejala ini dan
kilatan cahaya. Kilatan cahaya dan floaters muncul karena vitreus telah
muncul, maka mata harus diperiksa secara detail dan lengkap hingga
mendadak.18
3. Black curtain,
yang lama-lama hingga ke sentral. Keluhan ini dapat saja tidak muncul di pagi
hari karena cairan subretina diabsorbsi secara spontan pada saat malam hari.
fovea.18
terjadi bebrapa bulan sebelum gejala muncul atau bertepatan dengan timbulnya
benda asing intraokuler atau prosedur lain yang melibatkan retina. Tanyakan juga
mengenai kondisi pasien sebelumnya, seperti pernah atau tidak menderita uveitis,
Tatalaksana
neurosensorik retina yang terlepas dengan RPE dan eliminasi kekuatan traksi.
Berbagai metode operasi yang akan dilakukan bergantung dari lokasi robekan, usia
scleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon
padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah
perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit
mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi
penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan
b Pneumatic retinopexi
pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada
menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan
menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui
robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal
biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan
Bila retina tidak dapat direkatkan kembali, maka mata akan terus menurun
Bila ablasinya sudah berlangsung lama, maka pada retina timbul gangguan
atrofi dari retina, karena batang dan kerucut mendapat makanan dari kapiler
Prognosis22
berkurang atau hilang. Bila retina berhasil direkatkan kembali, mata akan
dicegah. Tetapi seberapa jauh penglihatan dapat dipulihkan dalam jangka enam
bulan sesudah tindakan operasi tergantung pada sejumlah faktor. Pada umumnya
fungsi penglihatan akan lebih sedikit pulih bila ablasio retina telah terjadi cukup
Kesimpulan
Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena
terpisahnya lapisan Neuroretina dari lapisan Epitel Pigmen retina akibat adanya
cairan di dalam rongga subretina atau akibat adanya suatu tarikan pada retina
oleh jaringan ikat atau membran vitreoretina. Ablasio retina merupakan suatu
Kata regmatogenosa berasal dari bahasa Yunani ”rhegma” yang berarti robek
atau terputus. Pada tipe ini, terjadi robekan pada retina sehingga cairan yang
masuk ke belakang antara sel pigmen dengan sel fotoreseptor. Etiologi yang
terkait dengan ablasio retina tipe ini adalah miopia , katarak removal, dan trauma.
Ablasio retina yang berhubungan dengan miopia cenderung terjadi pada pasien
Pasien dengan miopia tinggi ( > 6 D ), lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan, memiliki resiko seumur hidup 5 % dari ablasio retina. Ablasio retina
terjadi kira-kira 5-16 per 1000 kasus diikuti oleh penyebab operasi katarak, dan
ini terdiri dari sekitar 30 - 40 % dari semua ablasio retina yang dilaporkan.
Faktor-faktor resiko yang terkait dengan ablasio retina dalam katarak removal
yang tidak disengajakan (accidental) adalah posterior kapsul pecah pada saat
operasi, usia muda, panjang aksial meningkat, ruang bilik mata depan yang
dalam, dan jenis kelamin laki-laki. Kira-kira 10 - 20% dari ablasio retina
Penatalaksanaan ablasio retina saat ini hanya dapat dilakukan dengan operasi,
dengan teknik scleral buckling atau pneumatic retinopexy. Pada kedua teknik ini
dilakukan cryotherapy atau laser terlebih dahulu untuk membentuk adhesi antara
Sklera buckling yang mendekatkan sklera pada retina yang robek, menjadikan
reposisi retina lebih dekat ke epitel pigmen retina dengan mengurangi tarikan
vitreus pada retina yang robek, pneumatic retinopexi yang digunakan digunakan
pada ablasio retina tertentu yang disebabkan robekan pada 2/3 superior yang
tampak pada fundus dimana prosedur ini memakai gelembung gas yang
disuntikkan dalam ruang intravitreal untuk menekan retina yang robek sampai