Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
c. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)
Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna,
2011) mengatakan bahwa Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua
anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai
tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian
dari pihak pimpinan. Tercapainya tujuan bukan hanya tergantung kepada planning dan
organizing yang baik, melainkan juga tergantung pada penggerakan dan pengawasan.
Perencanaan dan pengorganisasian hanyalah merupakan landasan yang kuat untuk adanya
penggerakan yang terarah kepada Sasaran yang dituju. Penggerakan tanpa planning tidak
akan berjalan efektif karena dalam perencanaan itulah ditentukan tujuan, budget, standard,
metode kerja, prosedur dan program. (Sukarna, 2011).
Faktor-faktor yang dierlukan untuk penggerakan yaitu:
1. Leadership (Kepemimpinan)
2. Attitude and morale (Sikap dan moril).
3. Communication (Tatahubungan)
4. Incentive (Perangsang)
5. Supervision (Supervisi)
6. Discipline (Disiplin).
d. Controlling (Pengawasan)
Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam
manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan kerja teratur
tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating baik, tetapi apabila
pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak
akan terçapai. Dengan demikian control mempunyai fungsi untuk mengawasi segala
kegaiatan agara tertuju kepada sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Terry (Sukarna, 2011) mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut, yaitu:
1. Determining the standard or basis for control (menentukan standard atau dasar bagi
pengawasan)
2. Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)
3. Comparing performance with the standard and ascerting the difference, " any
(bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada perbedaan)
Faktor Internal
Komunikator
Faktor Eksternal
Tertulis
Verbal Pesan
Tertulis
Faktor Internal
Komunikan
Faktor Eksternal
b. Kategori Konflik
Di dalam organisasi, konflik dipandang secara vertikal dan horizontal (Marquis dan
Huston, 1998).Konflik vertikal terjadi antara atasan dan bawahan. Konflik horizontal
terjadi antara staf dengan posisi dan kedudukan yang sama, misalnya konflik yang meliputi
wewenang, keahlian, dan praktik. Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik
intrapersonal, interpersonal, dan antar kelompok.
1. Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri.Keadaan ini merupakan masalah internal
untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi.Hal ini sering
dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran.Misalnya, manajer mungkin
merasa mempunyai konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi
keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada pasien.
2. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai, tujuan, dan
keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan
berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan, Manajer
seringmengalami konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
3. Konflik Antarkelompok (Intergroup)
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen, atau
organisasi.Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan
dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan prasarana.
c. Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan.
1. Konflik laten
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi.
Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat.Kondisi
tersebut memicu pada ketidakstabilan organisasi dan kualitas produksi, meskipun
konflik yang ada kadang tidak nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
2. Konflik yang dirasakan (felt conflict) Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu
yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini
disebut juga sebagai konflik affectiveness. Hal ini penting bagi seseorang untuk
menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu
masalah/ancaman terhadap keberadaannya.
3. Konflik yang tampak/sengaja dimunculkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat, atau mencari penyelesaian
konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan kompetisi, kekuatan,
dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik.Sementara itu, penyelesaian konflik
dalam suatu organisasi memerlukan upaya dan strategi sehingga dapat mencapai
tujuan organisasi.
4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua
orang yang terlibat di dalamnya dengan prinsip win-win solution.
5. Konflik aftermath
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya
konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar dan bisa menjadi
penyebab dari konflik yang utama bila tidak segera di atasi atau dikurangi.
d. penyelesaian konflik
Konflik Laten
Penyelesaian/manajemen konflik
Konflik aftermath
2.9.1 Definisi
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara
efisien dan efektif sesuai dengan standart profesi, standart pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan
teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan
kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Standart Nasional
∑ BOR 75-80%
∑ ALOS 1 - 10 hari
∑ TOI (Turn Over Interval) 1 - 3 hari
∑ BTO (Bed Turn Over) 5 - 45 hari
∑ NDR (Net Deal Rate) <2,5%
∑ GDR (Gross Death Rate) <3%
∑ ADR (Anesthesia Death Rate) 1,15000
∑ PODR (Post-Operative Deart Rate) <1%
∑ POIR (Post-Operative Infection Rate) <1%
∑ NTRR (Normal Tissue Removal Rate) <10%
∑ MDR (Material Death Rate) <0,25%
∑ IDR (Infant Death Rate) <2%
Faktor Internal
Komunikator
Faktor Eksternal
Tertulis
Verbal Pesan