DI SUSUN OLEH :
VABIO O.TENGOR
711341119040
DIII-GIZI (TINGKAT 2 / SEMESTER 3)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memang kaya akan sumber hayati, salah satunya adalah negara kita gudang sumber
penghasil protein hewani khususnya ikan. Negara kita juga kaya akan keaneka ragaman
perikanan baik ikan laut ataupun ikan tawar. Ikan memang mengandung komposisi gizi yang
ideal. Ikan mengandung 18 persen protein terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak
rusak pada waktu pemasakan. Kandungan lemaknya 1-20 persen lemak yang mudah dicerna
serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah
asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol
darah.
Sektor perikanan sebagai salah satu pendukung sektor ekonomi memiliki peran dalam
pembangunan ekonomi nasional, yaitu memberikan nilai tambah dan mempunyai nilai strategis,
serta dapat memberikan manfaat finansial maupun ekonomi, khususnya dalam penyediaan bahan
pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Sejauh ini, pembangunan
perikanan yang dilakukan telah menunjukkan hasil yang nyata dan positif terhadap
pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor
perikanan terhadap PDB Nasional yang terus meningkat. Kontribusi sektor perikanan dan
kelautan terhadap PDB Nasional mencapai sekitar 12,4%. Bahkan industri perikanan menyerap
lebih dari 16 juta tenaga kerja secara langsung. (Dahuri, 2004). Salah satu metode pengawetan
ikan adalah dengan metode pengasapan selain disimpan dalam suhu rendah, diasinkan atau
dipresto. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu
singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya
harus ditutup rapat. Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan
mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya
mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna oleh konsumen
(Adawyah, 2007). Dengan demikian prinsip pembuatan olahan ikan asap merupakan salah satu
cara untuk memperpanjang daya simpan dan menambah nilai jual dari poduk tersebut. Sehingga
hal ini sangat penting diketahui bagi kita terutama seorang praktikan jurusan perikanan sebagai
seorang akademisi dan merupakan ranah bidang ilmu pengetahuan kita.
B. Rumusan Masalah
1) prinsip pengasapan.
2) cara pengasapan
3) manfaat pengasapan
4) kelemahan dan kelebihan
C. Tujuan
1) untuk mengetahui apa itu ikan asap,
2) cara melakukan pengasapan ,
3) manfaat pengasapan.
4) kelemahan dan kelebihan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Pengasapan
Proses pengasapan ikan merupakan gabungan aktifitas penggaraman, penggeringan dan
pengasapan. Adapun tujuan utama proses penggaraman dan penggeringan adalah membunuh
bakteri dan membantu mempermudah melekatnya partikel-partikel asap waktu proses
pengasapan berlangsung.
Dalam proses pengasapan,unsur yang paling berperan adalah asap yang dihasilkan dari
pembakaran kayu. Pada pengasapan menghasilkan efek pengawetan yang berasal dari beberapa
senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, khususnya senyawa-senyawa :
-Aldehide ( formaldehide dan acetaldehyde)
-Asam-asam organic (asam semut dan asam cuka)
B. Bahan Baku
a. Ikan
Ikan yang akan diolah harus dalam keadaan segar dan tidak mengalami cacat fisik. Berbagai
jenis ikan diolah menjadi produk asap misalnya tongkol, cucut, tenggiri, belanak, bandeng, cumi-
cumi, dll
b. Bahan Bakar / Kayu
Untuk menghasilkan ikan asap yang bermutu tinggi sebaiknya digunakan jenis kayu yang
mampu menghasilkan asap dengan kandungan unsure phenol dan asam organik tinggi, karena
kedua unsur lebih banyak melekat pada tubuh ikan dan dapat menghasilkan rasa, aroma maupun
warna daging ikan asap yang khas. Sebaiknya digunakan jenis kayu yang keras atau tempurung
kelapa sebagai bahan bakar.
C. Metode Pengasapan
Pengasapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengasapan dingin dan pengasapan panas :
a. Pengasapan dingin (cold smoking)
Proses pengasapan dengan cara meletakkan ikan yang akan diasap agak jauh dari sumber asap
(tempat pembakaran kayu), dengan suhu sekitar 40 – 500C dengan lama proses pengasapan
beberapa hari sampai dua minggu.
E. Pengawetan Ikan
Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara pengasapan
sedangkan di negara-negara tropik jumlahnya mencapai 30%. Seperti halnya dengan metode-
metode pengawetan tradisional,asal mula penemuan pengawetan ikan dengan cara pengasapan
mungkin secara kebetulan aja di mana sewaktu ikan dikeringkan di atas nyala api yang berasap
ternyata selain menjadi lebih awet ikan juga mempunyai rasa dan aroma yang sedap
Ikan asap merupakan produk akhir yang siap untuk dimakan artinya tanpa diolah lagi sudah
dapat disantap. Di beberapa negara Eropa, ikan asap merupakan makanan yang biasa disantap
pada waktu sarapan pagi. Dibandingkan dengan cara pengawetan ikan dengan cara penggaraman
atau pengasinan, pengawetan ikan dengan cara pengasapan di Indonesia kurang begitu luas
dipraktikkan, hal ini mungkin disebabkan pemasarannya yang agak sulit, karena konsumen ikan
asap masih sangat terbatas
Kesimpulan
Ikan yang diawetkan dengan pengasapn hanya mempunyai daya awet yang relative
singkat,tergantung kepada kesegaran ikan yang dipakai,lama pengasapan, banyaknya asap yang
terserap, serta kadar garam dan kadar air pada produk akhir.Untuk memperpanjang daya awet
dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikannya dengan cara-cara pengawetan lainnya,
misalnya menggunakan zat-zat pengawet ( preservative), penggalengan atau penyimpanan pada
suhu renda. Menurut hasil percobaan yang dilakukan di Lembaga Penelitian Teknologi
Perikanan, ikan bandeng yang diasap dengan cara kombinasi pengasapan panas dan dinginbila
disimpan pada suhu kamar hanya tahan sampai 7 hari, sedangkan bila disimpan pada suhu
rendah (+30C) dapat tahan lebih dari 150 hari. Kadar garam dan kadar air bandeng asap tersebut
masing-masing 4% – 57%.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, M.S. 2004. Teknik Penggaraman dan Pengeringan. Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Pemasaran Dalam Negeri. 2012.
Warta Pasar Ikan dan Kemandirian Pangan. Dirjen PPHP Effendi, M.I. 1979.
Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Tama. Yogyakarta. Ishikawa K.1988.
Teknik Penuntun Pengendalian Mutu (Terjemahan). Di dalam Muhandri T dan D. Kasarisma.
Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor. IPB Press. Moeljanto R. 1992.
Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Tri Margono, Detty
Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam
Pembangunan PDII-LIPI bekerja sama dengan Swiss Development Cooperation, 1993
Teknologi desa. Jakarta : Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kerja, 1983. Seri
Pengolahan Pangan. Hal. 14-16