Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM DESTRUCTIVE TEST

UJI IMPAK

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Tegar Nur Faturahman
NPM : 3331180041
Kelompok : 5 (Lima)
Rekan : 1. Fransiskus Manurung
2. Thariq Al Aziz Pratama
Tanggal Praktikum : 24 Juli 2020
Tanggal Pengumpulan Lap. : 31 Juli 2020
Asisten : Ninda Yuliayahya

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON–BANTEN
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk
Tanda Tangan Tanggal Revisi Tanda Tangan
Laporan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT UNTIRTA


Cilegon, Juli 2020

(Ninda Yuliayahya)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1


1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 2
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Uji Impak ..................................................................... 3


2.2 Perhitungan Harga Impak .............................................................. 4
2.3 Metode Charpy .............................................................................. 4
2.4 Metode Izod ................................................................................... 6
2.5 Perpatahan Impak .......................................................................... 7
2.6 Jenis – jenis Patahan ...................................................................... 8
2.7 Macam – macam Bentuk Takik ................................................... 10

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan .............................................................. 12


3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 13
3.2.1. Alat yang Digunakan ........................................................... 13
3.2.2. Bahan yang Digunakan ....................................................... 13
3.3 Prosedur Percobaan...................................................................... 14

iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan......................................................... .................. 15


4.2 Pembahasan ................................................................................. 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 20


5.2 Saran.. .......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN ................................................... 22

LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS......... 24

LAMPIRAN C. BLANKO PERCOBAAN ....................................................... 32

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Peletakan Specimen Berdasarkan Metode Charpy ...............................5

Gambar 2.2 Peletakan Specimen Berdasarkan Metode Izod ....................................6

Gambar 2.3 Specimen Patah Getas...........................................................................9

Gambar 2.4 Specimen Patah Ulet ...........................................................................10

Gambar 2.5 Macam – macam Bentuk Takik .........................................................11

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Uji Impak ...................................................13

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Harga Impak Terhadap Temperature ................... 17

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Persen Bentuk Patahan Terhadap Temperature ... 17

Gambar B.1.1 Takikan Segitiga (V) ..................................................................... 25

Gambar B.1.2 Takikan U/Takik Setengah Lingkaran ........................................... 26

Gambar B.1.3 Takik Takikan Lubang Kunci (Key Hole) ..................................... 26

Gambar B.2.1 Kurva DBTT .................................................................................. 30

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A. Contoh Perhitungan ......................................................................... 22

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus .......................................... 24

B.1 Jawaban Pertanyaan.................................................................... 25


B.2 Tugas Khusus ............................................................................. 29

Lampiran C. Blanko Percobaan ............................................................................ 32

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Destructive testing adalah pengujian dengan cara merusak pada material

yang diuji cobakan dengan cara merusaknya. Tujuan dari destructive testing

adalah untuk memahami ketahanan suatu material dengan cara merusak agar

dapat mengetahui apakah material tersebut kuat, sehingga menciptakan material

yang berkualitas nantinya. Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan

pembebanan yang cepat (rapid loading). Pada masa ini pengujian impak sudah

lebih diperhatikan, karena material yang digunakan sebagian besar adalah material

logam (besi). Kekuatan tarik bahan memiliki standarisasi, sedangkan kekuatan

impak harus terlebih dahulu diuji untuk mengetahui besar kekuatan impaknya.

Sehingga material yang diproduksi disamping memiliki kekuatan tarik yang baik,

juga memiliki kekuatan impak yang baik pula. Material jenis ini akan memiliki

ketangguhan pada saat mekanik yang dimiliki oleh suatu material tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan dari uji impak ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh

temperature terhadap harga impak (HI) serta jenis patahan dan sifat pepatahan

berdasarkan persen patahan.


2

1.3 Batasan Masalah

Pengujian ini memeiliki batasan masalah terdiri atas dua variabel, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam percobaan ini adalah

temperature, sedangkan variabel terikatnya adalah mengamati harga impak (HI)

dan jenis patahannya.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penulisan laporan ini

terdiri atas bab I Pendahuluan, pada bab I ini terdiri dari beberapa sub bab yang

terdiri dari latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah dan sistematika

penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, berisikan tentang pengertian uji impak,

perhitungan harga impak, metode charpy, metode izod, perpatahan impak, jenis –

jenis patahan, dan macam – macam bentuk takik. Bab III Metode Percobaan,

berisikan tentang diagram alir percobaan, alat dan bahan, dan prosedur percobaan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan, pada bab IV berisikan tentang hasil percobaan dan

pembahasan dari praktikum uji tarik. Bab V Kesimpulan dan Saran, menjelaskan

mengenai kesimpulan dari hasil tujuan penelitian serta saran dari penulis. Daftar

Pustaka menjelaskan referensi – referensi yang digunakan dalam pembuatan

laporan percobaan ini. Lampiran menjelaskan tentang contoh perhitungan,

jawaban pertanyaan pada modul dan tugas khusus, dan blanko percobaan.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Uji Impak

Uji impak merupakan pengujian dengan menggunakan pembebanan yang

cepat (rapid loading). Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur

ketahanan bahan terhadap kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan

pengujian tarik, dimana pembebanan dilakukan pada pengujian tarik secara perlahan

– lahan, sedangkan pembebanan pengujian impak secara cepat. Prinsip pengujian

impak ini adalah menghitung energy yang diberikan oleh beban dan menghitung

energy yang diserap oleh specimen. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk

mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan

tranportasi atau konstruksi, dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan –

lahan, melainkan secara tiba – tiba atau secara cepat, contoh deformasi pada bemper

mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan. Dasar pengujian impak adalah

penyerapan energy potensial beban yang berayun dari suatau ketiggian dan

menumbuk benda yang diuji tersebut sampai mengalami deformasi (patahan).


4

2.2 Perhitungan Harga Impak

Perhitungan harga impak (HI) merupakan sebagai perbandingan antara energy

yang digunakan untuk mematahkan specimen (E) dengan luas penampang sisa setelah

diberi takikan (A).

HI = ……………………………………………..……… (1)

Keterangan:

HI : Harga impak

E : Energy diperlukan untuk mematahkan benda uji (Joule)

A : Luas penampang dibawah takik (mm2)

2.3 Metode Charpy

Pengujian impak metode charpy merupakan standar pengujian laju regangan

tinggi yang menentukan jumlah energy yang diserap oleh bahan selama terjadi

patahan. Energy yang diserap adalah ukuran ketangguhan bahan tertentu dan

bertindak sebagai alat untuk belajar bergantung pada suhu transisi ulet getas. Metode

ini banyak digunakan pada industri dengan keselamatan yang kritis, karena mudah

untuk dipersiapkan dan dilakukan. Kemudian hasil pengujian dapat diperoleh dengan

cepat dan murah. Metode charpy merupakan pengujian tumbuk dengan meletakkan

posisi specimen uji pada tumpuan dengan posisi horizontal/mendatar, dan arah

pembebanannya berlawanan dengan arah takikan. Benda uji charpy mempunyai luas

penampang lintang bujung sangkar (10x10 mm) dan mengandung takik V- 45o,
5

dengan jari – jari dasar 0,25 mm, dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada

tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak

dengan ayunan bandul. Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan

yang tinggi.

Gambar 2.1 Peletakan Specimen Berdasarkan Metode Charpy

Metode charpy memiliki beberapa keunggulan seperti:

1) Lebih mudah dipahami dan dilakukan.

2) Harga alat lebih murah.

3) Waktu pengujian lebih singkat.

Dan metode charpy memiliki beberapa kekurangan seperti:

1) Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal.

2) Specimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam.

3) Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil.


6

2.4 Metode Izod

Metode izod digunakan di Inggris, namun saat ini jarang digunakan. Benda uji

izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V di

dekat ujung yang dijepit. Posisi peletakan bahan uji metode izod dengan posisi

vertikal, dan arah pembebanannya searah dengan takikan. Perbedaan antar metode

charpy dengan metode izod dapat diketahui dari peletakkan bahan uji dan beban arah

impaknya.

Gambar 2.2 Peletakan Specimen Berdasarkan Metode Izod

Metode Izod memiliki beberapa kelebihan seperti:

1) Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam dan specimen

tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.

2) Dapat menggunakan specimen dengan ukuran yang lebih besar.

Metode Izod memiliki beberapa kekurangan seperti :

1) Biaya pengujian yang lebih mahal.


7

2) Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil

yang diperoleh kurang baik.

3) Hasil perpatahannya kurang baik.

4) Memerlukan mesin uji berkapasitas 10.000 ton.

2.5 Perpatahan Impak

Secara umum berdasarkan analisis perpatahan, perpatahan impak dibagi

menjadi 3,yaitu:

1) Perpatahan berserat (fibrous fracture), merupakan perpatahan yang

melibatkan mekanisme pergeseran bidang – bidang kristal di dalam bahan

(logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat

yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dengan tampilan buram.

2) Perpatahan granular, merupakan perpatahan yang dihasilkan oleh

mekanisme pembelahan pada butir – butir dari bahan (logam) yang rapuh

(brittle). Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu

memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).

3) Perpatahan campuran (berserat dan granular), merupakan kombinasi dua

jenis perpatahan di atas yaitu perpatahan berserat dan granular.


8

2.6 Jenis – jenis Patahan

Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi dua golongan umum

yaitu:

1) Patahan Getas (Brittle Fracture)

Merupakan fenomena patah pada material yang diawali terjadinya retakan

secara cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis terlebih

dahulu dan dalam waktu yang singkat. Dalam kehidupan nyata, peristiwa

patah getas dinilai lebih berbahaya daripada patah ulet, karena terjadi

tanpa disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi pada material

berstruktur martensit, atau material yang memiliki komposisi karbon yang

sangat tinggi sehingga sangat kuat namun rapuh. Ciri-ciri patahan getas

yaitu sebagai berikut :

 Permukaannya terlihat berbentuk granular, berkilat dan memantulkan

cahaya.

 Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu

sehingga tidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah.

 Tempo terjadinya patah lebih cepat

 Bidang patahan relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.


9

Gambar 2.3 Specimen Patah Getas. (Okasatria, 2008)

2) Patahan Ulet (Ductile Fracture)

Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang

diberikan pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retak

akan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi disertai

adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan, sehingga

permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna

kelabu. Selain itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan

yang dihasilkan, jadi bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya patah

ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang merupakan baja dengan

kandungan karbon rendah. Ciri-ciri patahan ulet yaitu sebagai berikut:

 Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial

 Tempo terjadinya patah lebih lama.

 Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban.

 Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrous),

berserat, menyerap cahaya, pempilannya buram.


10

Gambar 2.4 Specimen Patah Ulet. (Okasatria, 2008)

2.7 Macam – macam Bentuk Takik

Takikan dibagi menjadi beberapa macam antara lain sebagai berikut :

a. Takikan Segitiga

Memiliki energy impak yang paling kecil, sehingga paling mudah patah.

Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada

satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.

b. Takikan Segi Empat

Memiliki energy yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan

terdistribusi pada dua titik pada sudutnya.

c. Takikan Setengah Lingkaran

Memiliki energy impak yang terbesar karena distribusi tegangan tersebar

pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.


11

d. Takikan Lubang Kunci (Key Hole)

Takik lubang kunci (Key Hole) yaitu takik yang pada tengahnya terdapat

lubang seperti halnya lubang kunci dimana memiliki celah mendatar yang

garisnya segaris dengan garis sumbu lubang.

Gambar 2.5 Macam – Macam Bentuk Takik


12

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

Berikut ini pada gambar 3.1 merupakan diagram alir dari praktikum

percobaan uji impak

Benda uji dengan ukuran standar disiapkan

Ukur kedalaman takik dan luas penampang benda uji

Atur bandul pada posisi skala 300 joule

Letakkan benda uji pada mesin uji impak charpy

Lepaskan bandul dan catat energy yang diserap untuk


mematahkan benda uji

Lakukan percobaan pada kondisi temperatur yang berbeda sesuai


yang ditentukan oleh asisten

Hitung harga impak (HI) yang didapatkan pada setiap benda uji

Amati dan ukur bentuk patahan yang terjadi


13

Tentukan % (persen) patahan yang didapatkan pada setiap benda


uji

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Uji Impak

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat yang Digunakan

Berikut ini merupakan alat – alat yang digunakan oleh penulis saat

praktikum percobaan uji tarik:

1. Mesin uji impak charpy

2. Oven

3. Bejana

4. Jangka sorong

5. Thermometer

3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan

Berikut ini merupakan bahan – bahan yang digunakan oleh penulis

saat praktikum percobaan uji tarik:

1. Benda uji
14

2. Es

3.3 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan dari percobaan uji tarik sebagai berikut:

1. Benda uji dengan ukuran standar disiapkan,

2. Ukur kedalaman takik dan luas penampang benda uji,

3. Atur bandul pada posisi skala 300 joule

4. Letakkan benda uji pada mesin uji impak charpy,

5. Lepaskan bandul dan catat energy yang diserap untuk mematahkan

benda uji,

6. Lakukan percobaan pada kondisi temperature yang berbeda sesuai yang

ditentukan oleh asisten,

7. Hitung harga impak (HI) yang didapatkan pada setiap benda uji,

8. Amati dan ukur bentuk patahan yang terjadi,

9. Tentukan % (persen) patahan yang didapatkan pada setiap benda uji.


15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada pengujian impak, maka

diperoleh data hasil percobaan seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pengujian Impak

No Bahan Luas Suhu (oC) Energi (J) Harga Bentuk

Penampang Impak Patahan

(mm2) (J/mm2) (%)

1 BSN 375 80 30 88 1,1 31

2 BSN 375 80 8 86 1,075 30

3 BSN 375 80 100 100 1,25 47

4.2 Pembahasan

Uji impak merupakan pengujian dengan menggunakan pembebanan yang

cepat (rapid loading). Pengujian kali ini menggunakan metode charpy. Pengujian

impak metode charpy merupakan standar pengujian laju regangan tinggi yang

menentukan jumlah energy yang diserap oleh bahan selama terjadi patahan.
16

Specimen/benda uji yang digunakan adalah baja BSN 375. Baja BSN 375

memiliki luas penampang yang sama pada specimen 1, specimen 2, dan specimen

3 yaitu sebesar 80 mm2. Pada proses uji impak kali ini, temperature yang

didapatkan berbeda-beda. Temperature yang digunakan pada specimen akan

mempengaruhi ketangguhan specimen dan berdampak pada nilai harga impak

(HI). Dikarenakan semakin rendah temperature, maka material yang digunakan

akan semakin getas sehingga ketangguhan dan nilai harga impak (HI) pun akan

semakin rendah.

Prosedur pengujian impak yang harus dilakukan yaitu, terlebih dahulu

menyiapkan benda uji sesuai dengan ukuran standar, benda uji yang dipakai

adalah baja BSN 375. Setelah itu benda uji diukur kedalaman takiknya dan luas

penampangnya. Jika sudah, atur bandul pada posisi skala 300 Joule. Setelah itu

letakkan benda uji pada mesin uji impak charpy. Jika sudah, lepaskan bandul lalu

mencatat energy yang diserap untuk mematahkan benda uji. Pada saat pengujian,

gunakan temperature yang berbeda, agar kita mengetahui ketangguhan suatu

benda uji. Tangguhnya suatu benda uji dilihat dari besarnya harga impak dan %

(persen) patahan yang didapatkan. Pada tabel 4.1 diatas, nilai energy yang diserap

merupakan hasil yang dapat dilihat dari skala yang terdapat pada mesin uji impak

charpy. Harga impak (HI) merupakan hasil dari perbandingan antara energy yang

diserap dengan luas penampang benda uji.


17

Harga impak (J/mm2)


1
1
1
1
1
1 Harga Impak
1
1
1
1
1 Temperatur(oC)
0 50 100 150

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Harga Impak Terhadap Temperature

Dari hasil uji impak, specimen 1 pada temperature 30oC hasil energy yang

diserap sebesar 88 J, maka didapatkan harga impaknya (HI) 1,1 J/mm2. Kemudian

specimen 2 temperature 8oC hasil energy yang diserap 86 J, maka didapatkan harga

impaknya (HI) 1,075 J/mm2 , dan specimen 3 temperature 100oC hasil energy yang

diserap sebesar 100 J, maka didapatkan harga impaknya (HI) 1,25 J/mm2.

50 Persen Patahan
45 (%)
40
35
30
25 persen
20 patahan
15
10
5
0 Temperatur (oC)
0 50 100 150

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Persen Bentuk Patahan Terhadap Temperature


18

Dari hasil uji impak, specimen 1 pada temperature 30oC, didapatkan bentuk

% (persen) patahan sebesar 31%. Kemudian specimen 2 temperature 8oC, didapatkan

bentuk % (persen) patahan sebesar 30%, dan temperature 100oC, didapatkan bentuk

% (persen) patahan sebesar 47% . Dari percobaan uji impak ini, bedasarkan teori

semakin tinggi temperature benda uji maka akan semakin tinggi energy yang diserap

oleh benda uji untuk mematahkan benda uji tersebut juga sebaliknya, jika semakin

rendah temperature benda uji, maka akan semakin rendah energy yang diserap oleh

benda uji untuk mematahkannya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi

temperature benda uji, maka patahan yang akan terjadi adalah patah ulet (ductile)

sehingga benda uji akan semakin sulit untuk dipatahkan. Sebalikya semakin rendah

temperature benda uji, maka patahan yang akan terjadi adalah patah getas / rapuh

(brittle), sehingga benda uji akan mudah untuk dipatahkan.

Pada specimen 1 menghasilkan bentuk patahan sebesar 31% Lalu pada

specimen 2 menghasilkan bentuk patahan sebesar 30% serta pada specimen 3 yang

terakhir menghasilkan bentuk patahan sebesar 47%. Hal ini berbeda dengan teori,

karena seharusnya semakin tinggi suhu, persen patahan akan semakin kecil. Data

pada specimen 3 menunjukan memiliki suhu tertinggi yaitu 100 oC, tetapi persen

patahannya terbesar, yaitu 47%. Keuntungan utama dari uji impak charpy ini adalah

mudah dilakukan, waktu pengujian lebih singkat, dan murah. Pengujian pun dapat

dilakukan pada suhu di bawah suhu ruang, dan bentuk benda uji yang digunakan

sesuai untuk mengukur ketangguhan takikan pada bahan berkekuatan rendah seperti

baja konstruksi. Kekurangan dari uji impak charpy ini yaitu pengujian hanya dapat
19

dilakukan pada specimen yang kecil, hasil uji ini kurang mungkin dimanfaatkan

dalam perancangan.
22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian impak, dapat ditarik kesimpulan mengenai

praktikum yang telah dilakukan sebagai berikut:

1. Specimen 1 merupakan material baja BSN 375 dengan luas penampang

(A) 80mm2 , temperature 30oC, menyerap energy sebesar 88 J, dan

mendapatkan harga impak (HI) sebesar 1,1 J/mm 2. Persentase bentuk

patahannya senilai 31%.

2. Specimen 2 merupakan material baja BSN 375 dengan luas penampang

(A) 80mm2 , temperature 8oC, menyerap energy sebesar 86 J, dan

mendapatkan harga impak (HI) sebesar 1,075 J/mm 2. Persentase bentuk

patahannya senilai 30%.

3. Specimen 3 merupakan material baja BSN 375 dengan luas penampang

(A) 80mm2 , temperature 100oC, menyerap energy sebesar 100 J, dan

mendapatkan harga impak (HI) sebesar 1,25 J/mm2. Persentase bentuk

patahannya senilai 47%.

4. Dari percobaan uji impak ini, bedasarkan teori semakin tinggi temperature

benda uji maka akan semakin tinggi energy yang diserap oleh benda uji.

Sebaliknya, jika semakin rendah temperature benda uji, maka akan

semakin rendah energy yang diserap oleh benda uji. Hal ini disebabkan
22

karena semakin tinggi temperature benda uji, maka harga impak (HI) akan

semakin tinggi dan % (persen) patahannya akan lebih rendah, maka yang

akan terjadi adalah patah ulet (ductile) sehingga benda uji akan semakin

sulit untuk dipatahkan. Sebalikya karena semakin rendah temperature

benda uji, maka harga impak (HI) akan semakin rendah dan % (persen)

patahannya akan lebih tinggi, maka patahan yang akan terjadi adalah patah

getas / rapuh (brittle), sehingga benda uji akan mudah untuk dipatahkan.

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum pengujian merusak modul uji impak yang

lebih baik lagi, berikut saran dari penulis:

1. Asisten sudah baik dalam memberikan penjelasan, tetapi akan lebih baik

jika asisten menjelaskan lebih detail lagi, seperti cara mencari % (persen)

bentuk patahan dan penjelasan jika hasil data yang di dapatkan berbeda

atau tidak sesuai dengan teori.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Asisten Laboratorium Metallurgi dkk. 2020. Modul Praktikum Destructive Test.

Cilegon: FT UNTIRTA

[2] Dieter, E. George, 1993. Metalurgi Mekanik, PT. Gelora Aksara Pratama,

Jakarta.

[3] https://www.alatuji.com, 28 Juli 2020

[4] Handoyo, Yopi. https://media.neliti.com/, 28 Juli 2020

[5] https://testindo.com/article/269/, 29 Juli 2020

[6] https://materialteknikafcoo19/, 29 Juli 2020


23

LAMPIRAN A

CONTOH PERHITUNGAN
23

Lampiran A. Contoh Perhitungan

1. Perhitungan mencari harga impak (HI) dengan menggunakan data pada tabel

4.1.

a. Contoh Benda uji 1

E = 88 J

A = 80 mm2

b. Contoh Benda uji 2

E = 86 J

A = 80 mm2

c. Contoh Benda Uji 3

E = 100 J

A = 80 mm2

Keterangan:

A = luas penampang; HI = harga impak; E = energi yang diserap


LAMPIRAN B

JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS


25

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus

B.1 Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan perbedaan antara ketangguhan, kekuatan, dan kekerasan!

Jawab:

Ketangguhan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap

energi hingga material benda tersebut mengalami patah, sedangkan

kekuatan adalah besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau

kemampuan suatu material menerima suatu beban hingga benda

mengalami patah, dan kekerasan adalah kemampuan suatu material

menahan deformasi plastis lokal yang terjadi akibat penetrasi pada

permukaan.

2. Jelaskan dan gambarkan macam – macam takik specimen uji impak

menurut standar ASTM!

Jawab:

1) Takikan segitiga (V)

Takikan segitiga memiliki energy impak yang paling kecil, sehingga

paling mudah patah. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan

hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.

Gambar B.1.1 Takikan Segitiga (V)


26

2) Takikan U / Takik setengah lingkaran

Memiliki energy impak yang terbesar karena distribusi tegangan

tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.

Gambar B.1.2 Takikan U / Takik Setengah Lingkaran

3) Takikan lubang kunci (Key Hole)

Takik lubang kunci (Key Hole) yaitu takik yang pada tengahnya

terdapat lubang seperti halnya lubang kunci dimana memiliki celah

mendatar yang garis nya segaris dengan garis sumbu lubang.

Gambar B.1.3 Takikan Lubang Kunci (Key Hole)

3. Jelaskan mengapa uji impak menjadi penting untuk dilakukan

dalam uji teknik?

Jawab:

Pengujian impak sangat penting untuk dilakukan, karena pengujian

ini untuk mengetahui salah satu sifat mekanis suatu material yaitu

ketangguhan material logam atau paduan yang lainnya. Tujuan dari

pengujian ini kita dapat memprediksi akibat atau apa yang sebenarnya
27

dialami suatu material apabila mendapatkan gaya kejut yang tidak

diharapkan.

4. Sebutkan dan jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi harga

impak?

Jawab:

1) Temperature

Temperature dapat mempengaruhi harga impak, karena jika

temperatur rendah dalam artian (dibawah temperature transisi), maka akan

menyebabkan patah getas. Sedangkan jika temperature tinggi dalam artian

(diatas temperature transisi) maka akan menyebabkan patah ulet.

2) Laju regangan atau laju pembebanan

Apabila laju pembebanan/regangan semakin tinggi, maka energy

yang diserap akan semakin kecil sehingga mengakibatkan terjadinya patah

getas.

3) Kadar karbon

Apabila semakin kecil kadar karbon yang terdapat pada suatu

bahan, maka energy impak yang dibutuhkan untuk mematahkan semakin

besar, karena ikatan molekul bahan tinggi.

4) Tegangan triaksial

Tegangan triaksial adalah tegangan tiga arah yang hanya dapat

terjadi di takikan. Tegangan triaksial pada spesimen akan berpusat pada


28

takikan, sehingga bentuk dari takikan akan mempengaruhi nilai harga

impak (HI) yang nanti didapat.

5. Sebutkan dan jelaskan jenis – jenis perpatahan impak!

Jawab:

Secara umum berdasarkan analisis perpatahan, perpatahan impak

dibagi menjadi 3,yaitu:

1) Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme

pergeseran bidang – bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet

(ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk

dimpel yang menyerap cahaya dengan tampilan buram.

2) Perpatahan granular, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan

pada butir – butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai

dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya

pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).

3) Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi

dua jenis perpatahan berserat dan granular.

6. Sebutkan dan jelaskan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari –

hari maupun peristiwa penting yang berkaitan dengan fenomena

perpatahan getas!
29

Jawab:

Contoh peristiwa terjadinya patah getas adalah misalnya pada

minuman kemasan es kiko, jika ditaruh pada suhu ruang, es kiko sulit

untuk dipatahkan atau cenderung ulet (Ductile). Sedangkan jika minuman

kemasan tersebut dibekukan dengan suhu rendah, minuman kemasan

tersebut dapat mudah untuh dipatahkan atau cenderung getas (brittle).

7. Apa yang dimaksud dengan temperature transisi uji impak?

Jelaskan hubungannya dengan perubahan sifat logam (ulet dan getas)!

Jawab:

Temperature transisi adalah temperature yang menunjukan transisi

perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperature yang

berbeda-beda. Pada pengujian temperature yang berbeda-beda maka akan

terlihat bahwa pada temperature yang tinggi, materialnya akan bersifat

ulet (ductile), sedangkan pada temperature yang rendah materialnya kana

bersifat getas atau rapuh (brittle).

B.2 Tugas Khusus

1. Sebutkan 5 perusahaan yang memanfaatkan uji impak?

Jawab:

1) PT. KRAKATAU STEEL

2) PT. KRAKATAU POSCO

3) PT. NIPPON STEEL


30

4) PT. LATINUSA

5) PT. TIMAH INDUSTRI

2. Jelaskan dan gambarkan diagram DBTT dan FATT?

Jawab:

Kurva DBTT yaitu kurva yang menunjukkan transisi perubahan

sifat material dari ductile menuju brittle terhadap pengaruh temperature

Gambar B.2.1 Kurva DBTT

Jenis temperature transisi yang ada pada kurva DBTT terdapat 3

jenis, yaitu:

1) Fracture Transition Plastic (FTP)

FTP adalah temperature dimana bentuk patahan yang terjadi adalah

patahan ulet (ductile).

2) Nil Ductility Temperature (NDT)

NDT adalah temperature dimana bentuk patahan yang terjadi adalah

patahan getas (brittle).


31

3) Fracture Appearance Transition Temperature (FATT)

FATT adalah temperature dimana bentuk patahan yang terjadi adalah

campuran dari patah ulet (ductile) dan getas atau rapuh (brittle).
LAMPIRAN C

BLANKO PERCOBAAN

Anda mungkin juga menyukai