DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
Andi Tenri Ulandari Citra 2117025
Maslinda Goleng Sina 2117001
Stefani Kasim 2117010
Dhea Ananda 2117004
Nuraya 2117037
Noviana Ina Kii 2117021
Fransiska Lamur 2118045
Anderia Pinias Bulu 2117005
Yermias Bali Bulu 2117006
Supriadi Sarafu 2117027
2. Tujuan Penulisan
Didalam penulisan makalah ini bertujuan mengetahui konsep dasar
medis. konsep keperawatan, manajemen gawat darurat serta peran dan
fungsi perawat pada pasien NAPZA
3. Rumusan Masalah
a) Jelaskan konsep dasar medis dari NAPZA?
b) Jelaskan konsep keperawatan pada NAPZA?
c) Jelaskan manajemen gawat darurat pada pasien NAPZA?
d) Jelaskan peran dan fungsi perawat untuk pasien NAPZA?
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Medis
a. Definisi
Kedaruratan Psikiatrik adalah Keadaan gangguan dalam proses fikir,
alam perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan
segera. Kasus kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah
percobaan bunuh diri, penyalahguanaan napza dan keadaan gaduh
gelisah. Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi
percobaan bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi
akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah
laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya
yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum.
Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi ini.
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan ( Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika).
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika.
Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat /
bahan adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam
tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
b. Etiologi
Penyebab penyalahgunaan NAPZA sngat kompleks akibat interaksi
berbagai faktor, yaitu :
1) Faktor Individual
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai pada saat remaja,
sebab masa remaja merupakan masa transisi dimana seseorang
mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan, baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun
lingkungan sosial atau masyarakat.
3) Lingkungan Keluarga
Terdiri dari berbagai kondisi seperti komunikasi antar anggota
keluarga yang kurang baik, hubungan antar anggota keluarga yang
kurang harmonis, kurangnya sosok di keluarga yang menjadi teladan
dalam hidupnya, kurangnya kehidupan beragama, kegiatan masing-
masing anggota keluarga yang terlampau sibuk dan kurangnya
perhatian antar sesama anggota keluarga.
4) Lingkungan Pergaulan : Berteman dengan penyalahguna atau adanya
tekanan atau ancaman dari orang lain.
5) Lingkungan Masyarakat / Sosial : lemahnya penegak hukum, situasi
politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
6) Lingkungan Sekitar
Faktor lingkungan sekitar yaitu keluarga / sekolah / tempat kerja
yang kurang disiplin, tempat tinggal / sekolah / tempat kerja yang
terletak dekat dengan tempat hiburan, keluarga / sekolah / tempat
kerja yang kurang memberi kesempatan pada masing-masing individu
untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya
anggota keluarga / teman sekolah / teman sebaya / teman kerjanya
yang juga pengguna NAPZA.
c. Manifestasi Klinis
1) Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung dari jenis zat yang digunakan,
tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Pada saat menggunakan NAPZA ; jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga.
b) Bila kelebihan dosis (overdosis) : napas sesak, denyut jantung dan
nadi lambat, kulit teraba dingin, napas lambat atau berhenti,
meninggal.
c) Bila sedang ketagihan (putus zat / sakau) : mata dan hidung berair,
menguap terus menerus, diare, rasa sakit di seluruh tubuh, takut air
sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
d) Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak peduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan keropos,
terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada
para pengguna jarum suntik).
2) Perubahan Sikap Dan Perilaku
a) Prestasi sekolah ataupun kerja menurun, sering tidak mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan, membolos, pemalas, kurang
bertanggung jawab.
b) Pola tidur berubah, begadang, sulit bangun di pagi hari, mengantuk
di siang hari.
c) Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa
memberi tahu terlebih dahulu.
d) Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar
bertemu dengan anggota keluarga lain di rumah.
e) Sering mendapat telepon dan didatangi oleh orang yang tidak
dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang.
f) Sering berbohong dan meminta banyak uang dengan berbagai
alasan yang tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual
barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, terlibat
tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
g) Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar,
sikap bermusuhan, tertutup dan penuh rahasia.
e. Jenis-Jenis Napza
1) Heroin
Heroin berupa serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid yang
dapat menekan rasa nyeri dan memiliki sifat depresan (menekan)
sistem saraf pusat.
2) Kokain : Kokain diolah dari pohon Coca yang mempunyai sifat
halusinogenik.
3) IIKOw : Putauw merupakan salah satu golongan heroin yang
berbentuk bubuk.
4) Ganja
Ganja berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbiol yang berasal dari
daun Cannabis yang dikeringkan. Ganja dikonsumsi dengan cara
dihisap seperti rokok tetapi ganja dihisap melalui hidung.
5) Shabu-shabu
Shabu-shabu merupakan kristal yang berisi methamphetamine,
yang dikonsumsi dengan menggunakan alat khusus yang disebut
dengan Bong yang kemudian dibakar.
6) Ekstasi
Ekstasi merupakan suatu zat dengan komponen kimiawi
methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul,
yang mampu meningkatkan ketahanan seseorang yang biasa
disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas hiburan di malam
hari.
7) Diazepam, Nipam, Megadon
Merupakan jenis obat-obatan yang jika dikonsumsi secara
berlebihan dapat menimbulkan efek halusinogenik.
8) Alkohol
Alkohol merupakan minuman yang berisi produk fermentasi yang
menghasilkan etanol dengan kadar diatas 40% yang mampu
menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Penggunaan alkohol
dalam dosis tinggi dapat memicu sirosis hepatik, hepatitis alkoholik
maupun gangguan sistem persarafan.
DIAGNOSA INTERVENSI
N
KEPERAWATAN
O
PRIORITAS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah di lakukan tindakan 1.Latihan batuk efekif 1.Latihan batuk efektif
efektik behubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 -indentifikasi kemampuan 1. untuk mengetahui
adanya sumbatan. Ditandai jam diharapkan : batuk keefektifan pola napas
dengan : - Sesak nafasnya -pantau adanya retensi sputum 2. membantu jalan napas
DS : Dispnea berkurang. -pantau tanda dan gejala 3. untk mngetahui
DO :Batuk tidak -Saturasi O2 dalam batas infeksi saluran nafas adanya bakteri
efektif,sputum normal -pantau input dan output cairan pneumonia, jamur atau
berlebihan,bunyi napas -menunjukan jalan napas tuberkulosis dalam
ronkhi kering. yang paten. 2.Manajemen jalan nafas sputum
-monitor pola nafas 4. untuk memperlancar
-berikan oksigen proses pernapasan
-monitoring sputum 5. memperlancar
-pemberian nebulizer pernapasan karna
-berikan air hangat partikel-partikel pencetus
-posisikan semi fowler sesak dan page 6, 43
-terapi obat. lendir dalam bronkioli
pernapasan menjadi
3.Pantau repirasi lancar
-pantau 6. membantu
frekuensi,irama,kedalaman,da mengurangi sesak napas
n upaya nafas 7. Untuk mngetahui Efek
-pantau kemampuan batuk perubahan a/
efektif penyembuhan terhdap
-pantau adanya produksi suatu penyakit a/ keluhan
sputum yg d rasakan seseorg.
-pantau adanya sumbatan
jalan nafas 2.Manajemen jalan
-auskultasi bunyi nafas nafas
-pantau saturasi oksigen 1.untuk mngntahui
-pantau nilai AGD frekuensi takipnea dan
-monitor hasil temuan x-ray bradipnea
toraks 2.Mengeluarkan semua
udara dari dlm paru dan
saluran npas sehingga
menurunkan frekuensi
sesak napas
3. sbgai bagian dari
mekanisme pembersian
normal pada produksi
sputum
4.untuk mengeluarkan
sekret
5.Untk mngetahui adanya
bunyi tambahn pada
paru²
6.untuk mngukur
presestasi oksigen yg d
ikat hemoglobin aliran
darah
7.untuk mengukur kadar
oksigen ,karbondioksida
dan tingkat asam
basa(PH)didlm aliran
darah
8.untuk mngetahui ada
kelainan pada paru.
3.Pantau respirasi
1. untuk mengetahui
keefektifan pola napas
2. membantu jalan napas
3. untk mngetahui
adanya bakteri
pneumonia, jamur atau
tuberkulosis dalam
sputum
4. untuk memperlancar
proses pernapasan
5. memperlancar
pernapasan karna
partikel-partikel pencetus
sesak dan page 6, 43
lendir dalam bronkioli
pernapasan menjadi
lancar
6. membantu
mengurangi sesak napas
7. Untuk mngetahui Efek
perubahan a/
penyembuhan terhdap
suatu penyakit a/ keluhan
yg d rasakan seseorg.
2 Pola napas tidak efektif Setelah di lakukan tindakan 1.Pantauan respirasi 1.Pantau respirasi
berhubungan dengan keperawatan selama 24 jam -Monitor pola napas 1. untuk mengetahui
depresi susunan syaraf diharapkan : -Monitor saturasi oksigen keefektifan pola napas
pusat. Ditandai dengan : -- Sesak nafasnya -Monitor 2. membantu jalan napas
DS :Ortopnea berkurang. frekuensi,irama,kedalaman 3. untk mngetahui
DO :Pernapasan pursed- -Saturasi O2 dalam batas dan upaya napas adanya bakteri
lip,pernapasan cuping normal -Monitor adanya sumbatan pneumonia, jamur atau
hidung,diameter thoraks -menunjukan jalan napas jalan napas tuberkulosis dalam
anterior-posterior yang paten. -auskultasi bunyi nafas sputum
meningkat,kapasital vital -pantau saturasi oksigen 4. untuk memperlancar
menurun,tekanan inspirasi -monitor hasil temuan x-ray proses pernapasan
menurun,ekskursi dada toraks. 5. memperlancar
berubah. pernapasan karna
2.Terapi Oksigen partikel-partikel pencetus
-Monitor kecepatan aliran sesak dan page 6, 43
oksigen lendir dalam bronkioli
-Monitor posisi alat terapi pernapasan menjadi
oksigen lancar
-Monitor tanda-tanda 6. membantu
hipoventilasi mengurangi sesak napas
-Pertahankan kepatenan jalan 7. Untuk mngetahui Efek
napas perubahan a/
-Monitor tanda-tanda penyembuhan terhdap
hipoventilasi suatu penyakit a/ keluhan
-Monitor posisi alat terapi yg d rasakan seseorg.
oksigen
-Monitor tingkat kecemasan 2. Terapi oksigen
akibat terapi oksigen 1.untuk mengatur
pernapasan
2. memperlancar
pernapasan karna
partikel-partikel pencetus
sesak dan page 6, 43
lendir dalam bronkioli
pernapasan menjadi
lancar
3. membantu
mengurangi sesak napas
4. Untuk mngetahui Efek
perubahan a/
penyembuhan terhdap
suatu penyakit a/ keluhan
yg d rasakan seseorg.
3 Volume cairan kurang dari Setelah di lakukan tindakan 1.Pemantauan cairan 1.pemantauan cairan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 24 jam -Monitor frekuensi dan -untuk mengetaui tingkat
berhubungan dengan intake diharapkan : kekuatan nadi kesadaran
dan output tidak seimbang. Kebutuhan cairan pasien -monitor frekuensi nafas - untuk mengatur
Ditandai dengan : tercukupi secara intake dan -monitor berat badan pernapasan
DS :merasa lemah autput. -monitor jumlah,waktu dan -untuk mengetahui cairan
DO :Frekuensi nadi berat jenis urine yang dikeluarkan
meningkat,nadi teraba Monitor posisi alat terapi -untuk membantu
lemah,TD oksigen pemberian obat
menurun,Tekanan nadi -Monitor tingkat kecemasan - membantu mengurangi
menyempit,Turgor kulit akibat terapi oksigen sesak napas
menurun,Membran mukosa -Untuk mngetahui Efek
kering,volumen urin perubahan a/
menurun,hematokrit penyembuhan terhdap
meningkat. suatu penyakit a/ keluhan
yg d rasakan seseorg.
3. Manajemen Gawatdarurat
Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaaan dimana seseorang
mengalami ancaman kehidupan dan apabila tidak dilakukan
pertolongan/tindakan dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan cacat
atau meninggal. Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yang
mengancam kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/obat yang
berlebihan (intoksikasi/over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan,
apabila tidak dilakukan penanganan dengan segera. Pada dasarnya
didalam melakukan penanganan kasus kegawatdaruratan NAPZA tidak
jauh beda dengan kasus-kasus kegawatdaruratan yang lain, dimana dalam
melakukan penanganan adalah dengan tahapan triage atau pemilihan
berdasarkan prisnsip ABC.
Berhubungan dengan intoksikasi dapat mengancam nyawa, maka
walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan maka setiap kasus intoksikasi
harus diperlakukan seperti pada keadaan kegawatan yang mengancam
nyawa.Penilaian terhadap tanda vital seperti tanda jalan napas, pernapasan
sirkulasi dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat dan
seksama sehingga tindakan resusitasi tidak terlambat dimulai. Berikut ini
adalah urutan resusitasi seperti yang umumnya dilakukan :
1) Resusitasi
a. A = Airway Support
Factor utama yang membuat klien tidak sadar adalah adanya
sumbatan di jalan napas klien, seperti lidah, makanan ataupun benda
asing lainnya. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan
napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi tidak sadar itulah lidah
klien akan kehilangan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga
mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trachea sebagai jalan
napas.Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban
harus terbuka.
Tekhnik yang dapat dilakukan penolong adalah cross-finger (silang
jari), yaitu memasukkan jari telunjuk dan jempol menyentuh gigi atau
rahang klien. Kemudian tanpa menggerakkan pergelangan tangan,
silangkan kedua jari tersebut dengan gerakan saling mendorong
sehingga rahang atas dan rahang bawah terbuka.periksa adanya benda
yang menyumbat atau berpotensi menyumbat. Jika terdapat sumbatan,
bersihkan dengan teknik finger-sweep (sapuan jari) dengan
menggunakan jari telunjuk yang terbungkus kassa (jika ada). Ada dua
maneuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head
tilt / chin lift dan jaw trust.
1) Head tilt atau chin lift
Teknik ini hanya dapat digunakan pada klien pengguna NAPZA
tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk
melakukan teknik ini adalah :
Letakkan tangan pada dahi klien (gunakan tangan yang paling
dekat denga dahi korban).
Pelan-pelan tengadahkan kepala kliendengan mendorong dahi
kearah belakang.
Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang
dari dagu korban.
Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan
sampai mulut klien tertutup.
Pertahankan posisi ini.
2) Jaw trust
Teknik ini dapat digunakan selain teknik diatas. Walaupun teknik ini
menguras tenaga, namaun merupakan yang paling sesuai untuk klien
pengguna NAPZA dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap
untuk melakukan teknik ini adalah :
Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua
sisi kepala korban. Letakkan tangan dikedua sisikepalakorban.
Cengkeram rahang bawah korbsn pada kedua sisinya. Jika korban
anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkanpada sudut
rahang.
Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah
korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.
Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik
bibir bagian bawah denagn kedua ibu jari.
b. B = Breathing Support
Bernafas adalah usaha seseorang yang dilakukan secara
otomatis.Untuk menilai secara normal dapat dilihat dari pengembangn
dada dan berapa kali seseorang bernafas dalam satu menit.
Frekuensi/ jumlah pernafasan normal adalah 12-20x / menit pada klien
deawasa. Pernafasan dikatakan tidak normal jika terdapat keadaan
terdapat tanda-tanda sesak nafas seperti peningkata frekuensi napas
dalam satu menit, adanya napas cupinghidung (cuping hidung ikut
bergerak saat bernafas), adanya penggunaan otot-otot bantu
pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut), warna kebiruan pada
sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan, tidak ada gerakan dada, tidak
ada suara napas, tidak dirasakan hembusannapas dan klien dalam
keadaan tidak sadar dan tidak bernapas.
Breathing support atau ksiganisasidarurat adalah penilain status
pernapasan klien untuk mengetahui apakah klien masih dapat
bernapas secara spontan atau tidak. Prinsip dari melakukan tindakan
ini adalah dengan cara melihat, mendengar dan merasakan (Look,
Listen and Feel = LLF). Lihat, ada tidaknya pergerakan dada sesuai
dengan pernapasan. Dengar, ada tidaknya suara napas (sesuai
irama) dari mulut dan hidung klien.Rasakan, dengan pipi penolong
ada tidaknya hembusan napas (sesuai irama) dari mulut dan hidung
korban. Lakukan LLF dengan waktu tidak lebih dari 10 detik. Jika
terlihat pergerakan dada, terdengar suara napas dan terasa
hembusan napas klien, maka berarti klientidak menglami henti
napas.masalah yang ada hanyalah penurunan kesadaran.dalam
kondisi ini, tindakan terbaik yang dilakukan perawat adalah
mempertahankan jalan napas tetap terbuka agan ogsigenisasi klien
tetap terjaga dan memberikan posisi mantap.
Jika korban tidak bernapas, berikan 2 kali bantuan pernapasan
dengan volume yang cukup untuk dapat mengembangkan dada.
Lamanya memberikan bantuan pernapasan sampai dada
mengembang adalah 1 detik. Demikian halnya berlaku jika bantuan
pernapasan diberikan melalui mulut ke mulut dan mulut ke sungkup
muka. Hindari pemberian pernapasan yang terlalu banyak dan terlalu
kuat karena akan menyebabkan kembung (distensi abdomen) dan
dapat menimbulan komplikasi pada paru-paru. Bantuan pernapasan
dari mulut ke mulut bertujuan memberikan ventilasi oksigen kepada
klien. Untuk memberikan bantuan tersebut, buka jalan napas klien,
tutup cuping hidung klien dan mulut penolong mencakup seluruh mulut
klien.Berikan 1 kali pernapasan dalam waktu 1 detik. lalu penolong
bernapas biasa dan berikan pernapasan 1 kali lagi.
Perhatikan adakah pengenbangan dada klien. Jika tidak terjadi
pengembangan dada, maka cara penolong tidaak tepat dalam
membuka jalan napas. Cara yang samaa dilakukan jika alat pelindung
terdiri dari 2 tipe, yaitu pelindung wajah dan sungkup wajah.Pelindung
wajah berbentuk lembaran yang terbuat dari plastic bening atau silicon
yang dapat mengurangi kontak antara klien dengan
penolong.Sedangkan jika memakai sungkup wajah, maka biasanya
terdapat lubang khusus untuk memasukkan oksigen.Ketika oksigen
telah tersedia, maka berikan aliran oksigen sebanyak 10-12 liter/menit.
c. C = Circulation Support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan
kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti
jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan
mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal
dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support). Jika tindakan ini
dilakukan dengan cara yang salah maka akan menimbulkan penyulit-
penyulit seperti patah tulang iga, atau tulang dada, perdarahan rongga
dada dan injuri organ abdomen. Sebelum melakukan RJP pada klien
perawat harus memastikan bahwa klien dalam keadaan tidak sadar,
tidak bernapas dan arteri karotis tidak teraba. Cara melakukan
pemeriksaan arteri karotis adalah dengan cara meletakkan dua jari
diatas laring (jakun). Lalu geser jari penolong ke arah samping dan
hentikan disela-sela antara laring dan otot leher. Setelah itu barulah
penolong merasakan denyut nadi. Perabaan dilakukan tidak boleh
lebih dari 10 detik.
Melakukan resusitasi yang benar adalah dengan cara meletakkan
kedua tangan ditulang dada bagian sepertiga bawah dengan jari
mengarah ke kiri dengan posisi lengan tegak lurus dengan sendi siku
tetap dalam eksteni (kepala tengkorak). Untuk memberikan kompresi
dada yang efektif. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100x/menit
dengan kedalaman kompresi 4-5 cm. Kompresi dada harus dilakukan
selam nadi tidak teraba dan hindari penghentian kompresi yang terlalu
sering. Rasio kompresi ventilasi yang direkomendasian adalah 30:20.
Rasio ini dibuat untuk menigkatkan jumlah kompresi dada,
mengurangi kejadian hiperventilasi, dan mengurangi pemberhentian
kompresi untuk melakukan ventilasi.
2) Penilaian Klinik
Penatalaksanaan intoksikasi harus segera dilakukan tanpa menunggu
hasil pemeriksaan toksikologi. Beberapa keadaan klinik perlu mendapat
perhatian karena dapat mengancam nyawa seperti koma, kejang, henti
jantung, henti nafas, dan syok.
3) Anamnesis
Pada keadaan emergensi, maka anamnesis kasus intoksikasi
ditujukan pada tingkat kedaruratan klien. Yang paling penting dalam
anamnesis adalah mendapatkan informasi yang penting seperti :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang obat yang digunakan,
termasuk obat yang sering dipakai, baik kepada klien (jika
memungkinkan), anggota keluarga, teman, atau petugas kesehatan
yang biasa mendampingi (jika ada) tentang obat yang biasa
digunakan.
b. Tanyakan riwayat alergi atau riwayat syok anafilaktik.
4) Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda/kelainan akibat
intosikasi, yaitu pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, nadi, denyut
jatung, ukuran pupil, keringat, dan lain-lain. Pemeriksaan penunjang
diperlukan berdasarkan skala prioritas dan pada keadaan yang
memerlukan observasi maka pemeriksaan fisik harus dilakukan
berulang.
2. Saran
a) Bagi Perawat : Untuk memberikan Asuhan keperawatan yang optimal
bagi klien kegawatdaruratan NAPZA.
b) Bagi Klien : Untuk tidak melakukan kesalahan yang kedua kali dalam
penyalahgunaan NAPZA.
Daftar Pustaka
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi
2. Surabaya: Airlangga University Press.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Cokingting, P.S., Darst,E, dan Dancy, B, 1992, Mental Health and Psichiatric
Nursing, Philadelpia, J.B.,Lippincott Company, Chapter 8
Shults. Y.M. 1968,Manual of Psichiatric Nursing Care Plans, Boston,
Little.Brown and Company, Chapter 20,21,22.
Stuart, G.W.,dan Sundeen, S.J., 1991, Pocket Guide to Psichyatric Nursing,
(2nd,ed), St. Louis Mosby Year Book, Chapter 17.