Anda di halaman 1dari 38

TUGAS KEPERAWATAN GAWATDARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI


“NAPZA”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
Andi Tenri Ulandari Citra 2117025
Maslinda Goleng Sina 2117001
Stefani Kasim 2117010
Dhea Ananda 2117004
Nuraya 2117037
Noviana Ina Kii 2117021
Fransiska Lamur 2118045
Anderia Pinias Bulu 2117005
Yermias Bali Bulu 2117006
Supriadi Sarafu 2117027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyalahgunaan NAPZA di Indonesi semakin memperihatinkan,
dimana Indonesia bukan hanya sebagai market terbesar bagi para
pengedar obat-obatan terlarang tetapi sekaligus sebagai salah satu tempat
yang memproduksi. Salah satu dampak dari penyalahgunaan NAPZA
tersebut adalah timbulnya berbagai masalah kesehatan yang berujung
pada kematian.Sebagai salah satu ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan, perawat memiliki peran yang sangat besar untuk meminimalkan
timbulnya kematian yang berhubungan dengan kegawatdaruratan akibat
penyalahgunaan NAPZA.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar
golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih
bermanfaat bagi pengobatan,pelayanan kesehatan dan pengembangan
ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan addication
(ketagihan dan ketergantungan) tanpa adanya pembatasan, pengendalian
dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang, dan
juga jika disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau
standar pengobatan akan berakibat sangat merugikan bagi individu
maupun masyarakat luas khususnya generasi muda.
Kegawatdaruratan NAPZA merupakan keadaan dimana individu
mengalami ancaman kehidupan sebagai dampak dari penggunaan NAPZA
baik disengaja maupun tidak. Dimana penyalahgunaan NAPZA, akan tetapi
juga mencakup berbagai masalah kesehatan lainnya yang timbul sebagai
dampak jangka panjang dari penyalahgunaan NAPZA.

2. Tujuan Penulisan
Didalam penulisan makalah ini bertujuan mengetahui konsep dasar
medis. konsep keperawatan, manajemen gawat darurat serta peran dan
fungsi perawat pada pasien NAPZA

3. Rumusan Masalah
a) Jelaskan konsep dasar medis dari NAPZA?
b) Jelaskan konsep keperawatan pada NAPZA?
c) Jelaskan manajemen gawat darurat pada pasien NAPZA?
d) Jelaskan peran dan fungsi perawat untuk pasien NAPZA?
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Medis
a. Definisi
Kedaruratan Psikiatrik adalah Keadaan gangguan dalam proses fikir,
alam perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan
segera. Kasus kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah
percobaan bunuh diri, penyalahguanaan napza dan keadaan gaduh
gelisah. Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi
percobaan bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi
akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah
laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya
yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum.
Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi ini.
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan ( Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika).
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika.
Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat /
bahan adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam
tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.

b. Etiologi
Penyebab penyalahgunaan NAPZA sngat kompleks akibat interaksi
berbagai faktor, yaitu :
1) Faktor Individual
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai pada saat remaja,
sebab masa remaja merupakan masa transisi dimana seseorang
mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan, baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun
lingkungan sosial atau masyarakat.
3) Lingkungan Keluarga
Terdiri dari berbagai kondisi seperti komunikasi antar anggota
keluarga yang kurang baik, hubungan antar anggota keluarga yang
kurang harmonis, kurangnya sosok di keluarga yang menjadi teladan
dalam hidupnya, kurangnya kehidupan beragama, kegiatan masing-
masing anggota keluarga yang terlampau sibuk dan kurangnya
perhatian antar sesama anggota keluarga.
4) Lingkungan Pergaulan : Berteman dengan penyalahguna atau adanya
tekanan atau ancaman dari orang lain.
5) Lingkungan Masyarakat / Sosial : lemahnya penegak hukum, situasi
politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
6) Lingkungan Sekitar
Faktor lingkungan sekitar yaitu keluarga / sekolah / tempat kerja
yang kurang disiplin, tempat tinggal / sekolah / tempat kerja yang
terletak dekat dengan tempat hiburan, keluarga / sekolah / tempat
kerja yang kurang memberi kesempatan pada masing-masing individu
untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya
anggota keluarga / teman sekolah / teman sebaya / teman kerjanya
yang juga pengguna NAPZA.

c. Manifestasi Klinis
1) Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung dari jenis zat yang digunakan,
tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Pada saat menggunakan NAPZA ; jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga.
b) Bila kelebihan dosis (overdosis) : napas sesak, denyut jantung dan
nadi lambat, kulit teraba dingin, napas lambat atau berhenti,
meninggal.
c) Bila sedang ketagihan (putus zat / sakau) : mata dan hidung berair,
menguap terus menerus, diare, rasa sakit di seluruh tubuh, takut air
sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
d) Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak peduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan keropos,
terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada
para pengguna jarum suntik).
2) Perubahan Sikap Dan Perilaku
a) Prestasi sekolah ataupun kerja menurun, sering tidak mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan, membolos, pemalas, kurang
bertanggung jawab.
b) Pola tidur berubah, begadang, sulit bangun di pagi hari, mengantuk
di siang hari.
c) Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa
memberi tahu terlebih dahulu.
d) Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar
bertemu dengan anggota keluarga lain di rumah.
e) Sering mendapat telepon dan didatangi oleh orang yang tidak
dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang.
f) Sering berbohong dan meminta banyak uang dengan berbagai
alasan yang tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual
barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, terlibat
tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
g) Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar,
sikap bermusuhan, tertutup dan penuh rahasia.

d. Rentang Respon Penyalahgunaan NAPZA


Rentang respon gangguan penyalahgunaan NAPZA berfluktuasi dari
kondisi yang ringan sampai dengan yang berat. Indikator rentang respon
ini berdasarkan perilaku yang ditampakkan oleh pengguna
penyalahgunaan NAPZA, sebagai berikut :
1) Respon adaptif
2) Respon maladaptif
3) Eksperimental, rekreasional, situasional, penyalahgunaan dan
ketergantungan
a) Eksperimental : kondisi pengguna taraf awal yang disebabkan rasa
ingin tahu dari pengguna, dimana hal ini timbul karena adanya
keinginan untuk mencari pengalaman yang baru dan biasa juga
dikenal dengan taraf coba-coba.
b) Rekreasional : penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul
dengan yang lain untuk bersosialisasi. Penggunaan ini mempunyai
tujuan rekreasi bersama dengan pengguna zat adiktif lainnya.
c) Situasional : penggunaan zat adiktif mempunyai tujuan secara
individual yang sudah menjadi kebutuhan bagi dirinya sendiri.
Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri
atau mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Misalnya,
individu menggunakan zattersebut pada saat sedang ada konflik,
sedang dalam keadaan stres dan frustasi.
d) Penyalahgunaan : penggunaan zat yang sudah cukup patologis
dan sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan
serta sudah terjadi penyimpangan perilaku yang menganggu fungsi
dan peran di lingkungan sosial seperti dalam pendidikan dan
pekerjaan.
e) Ketergantungan : penggunaan zat yang sudah berat dan telah
terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik
ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus obat.
Toleransi merupakan suatu kondisi dari individu yang mengalami
peningkatan dosis (jumlah zat) untuk dapat mencapai tujuan yang
biasa diinginkannya. Sedangkan sindroma putus zat merupakan
suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif
secara rutin, pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang
digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan
kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.
Respon adaptif Respon maladaptive

Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan


Eksperimental Rekreasional

Gambar Rentang Respon Penyalahgunaan NAPZA


( Prabowo, E. 2014)

e. Jenis-Jenis Napza
1) Heroin
Heroin berupa serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid yang
dapat menekan rasa nyeri dan memiliki sifat depresan (menekan)
sistem saraf pusat.
2) Kokain : Kokain diolah dari pohon Coca yang mempunyai sifat
halusinogenik.
3) IIKOw : Putauw merupakan salah satu golongan heroin yang
berbentuk bubuk.
4) Ganja
Ganja berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbiol yang berasal dari
daun Cannabis yang dikeringkan. Ganja dikonsumsi dengan cara
dihisap seperti rokok tetapi ganja dihisap melalui hidung.
5) Shabu-shabu
Shabu-shabu merupakan kristal yang berisi methamphetamine,
yang dikonsumsi dengan menggunakan alat khusus yang disebut
dengan Bong yang kemudian dibakar.
6) Ekstasi
Ekstasi merupakan suatu zat dengan komponen kimiawi
methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul,
yang mampu meningkatkan ketahanan seseorang yang biasa
disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas hiburan di malam
hari.
7) Diazepam, Nipam, Megadon
Merupakan jenis obat-obatan yang jika dikonsumsi secara
berlebihan dapat menimbulkan efek halusinogenik.
8) Alkohol
Alkohol merupakan minuman yang berisi produk fermentasi yang
menghasilkan etanol dengan kadar diatas 40% yang mampu
menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Penggunaan alkohol
dalam dosis tinggi dapat memicu sirosis hepatik, hepatitis alkoholik
maupun gangguan sistem persarafan.

Adapun Menurut Partodiharjo (2008), NAPZA terbagi menjadi tiga


jenis dan terbagi menjadi beberapa kelopok :
1) Golongan Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi
(ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleren
(penyesuaian dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi.
Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika
tidak dapat lepas dari “cengkraman”nya. Berdasarkan Undang-
Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke dalam 3
kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
a) Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw,
kokain, ganja.
b) Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan .Contoh
kodein.
c) Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).
2) Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
a) Psikotropika Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).
b) Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau
ritalin).
c) Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam).
d) Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
3) Zat adiktif lainnya
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a) Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan
sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :
 Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)
 Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman
anggur).
 Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,
Manson House, Johny Walker, Kamput.)
b) Inhalansia
Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang
sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku,
Bensin.
c) Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

f. Dampak Penyalahgunaan NAPZA


Menurut Alatas (2010), penyalahgunaan NAPZA akan berdampak
sebagai berikut :
1) Terhadap kondisi fisik
a) Akibat zat itu sendiri
Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya
intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis
berlebih yang memang diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya
bila pemakaiannya terputus akan terjadi kondisi putus zat.
 Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah
terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
 Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat
hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunannya berat
badan.
 Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi misalnya gangguan
lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot
jantung dan saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan
gangguan seksual.
b) Akibat bahan campuran/pelarut: bahaya yang mungkin
tmbul antara lain infeksi, emboli.
 Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril. Akan terjadi infeksi,
berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
 Akibat pertolongan yang keliru misalnya dalam keadaan tidak
sadar diberi minum.
 Akibat tidak langsung misalnya terjadi stroke pada pemakaian
alkohol atau malnutrisi karena gangguan absorbsi pada
pemakaian alkohol.
 Akibat cara hidup pasien: terjadi kurang gizi, penyakit kulit,
kerusakan gigi dan penyakit kelamin.
2) Terhadap kehidupan mental emosional
Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan
kehidupan mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan
perilaku tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama
menimbulkan sindrom amotivasional. Putus obat golongan amfetamin
dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.
3) Terhadap kehidupan social
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan
mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau
sekolah. Pada umumnya prestasi akan menurun, lalu
dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan untuk
menyalahgunakan obat. Dalam posisi demikian hubungan anggota
keluarga dan kawan dekat pada umumnya terganggu. Pemakaian
yang lama akan menimbulkan toleransi, kebutuhan akan zat
bertambah. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak
kriminal, keretakan rumah tangga sampai perceraian. Semua
pelanggaran baik norma sosial maupun hukumnya terjadi karena
kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada keadaan intoksikasi
yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif.
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dalam proses keperawatan.
Data yang valid dan tepat akan menentukan langkah-langkah berikutnya.
Kesalahan dalam pengumpulan data akan berdampak pada penentuan
rencana keperawatan yang salah. Untuk memperoleh data yang lengkap
diperlikan keahlian wawancara dan pemeriksaan fisik khusus karena
umumnya klien cenderung manipulatif.
1) Anamesa/wawancara
Pada saat melakukan anamnesa, yang perlu dilakukan adalah
mengkaji keluhan utama saat ini, riwayat pemakaian zat, jenis zat,
cara pakai zat dan dosis setiap kali pakai, frekuensi pemakaian zat
(jam/hari/minggu/bulan/dan kapan terakhir pemakaian zat tersebut
digunakan. Hal ini penting untuk menentukan anti dotum dan
menentukan waktu timbul dan berakhirnya withdrawal atau ketagihan
dari masing-masing zat. Informasi dapat dikumpulkan dari anggota
keeluarga, teman, atau petugas tentang obat yang digunakan.
Tanyakan dan simpan sisa obat muntahan (jika ada) untuk
pemeriksaan toksikologi. Tanyakan juga riwayat alergi obat, riwayat
shock anafilaktik dan riwayat penyakit yang pernah sedang diderita.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kaji jalan napas
Periksa adanya sumbatan seperti lidah, sekret, benda asing, dan
darah. Bebaskan dengan teknik chin lift atau jaw trust. Bila
diperlukan pasang orofaringeal atau nosofaringeal.
b. Kaji pernapasan
Periksa adanya bunyi napas, irama pengembangan paru dan
pola napas. Atasi bila kurang baik, karena pada beberapa kasus
seperi pada opioida, sedatif hipnotik, dan multi drug abuse
seringkali ditemukan depresi pernapasan sampai dengan henti
napas.
c. Kaji sirkulasi
Periksa sirkulasi dengan memeriksa kulit, akral dan nadi. Atasi
segera jika kulit pucat dan andi cepat atau kecil, karena ada
kemungkinan terjadi syok.
d) Kaji tingkat kesadaran
Periksa status neurologis dengan GCS (Glasgow Coma Scale).
Respon yang dinilai adalah respon membuka mata, respon motorik
dan respon verbal. Untuk lebih jelas, perhatikan table di bawah ini,
Daerah
yang Respon Nilai
diperiksa
Mata Membuka mata denga spontan 4
Membuka mata denga instruksi 3
Membuak mata dengan rangsangan 2
Tidak ada respon 1
Verbal Orientasi orang, tempat dan waktu 5
Berbicara tapi tidak sepenuhnya dapat dimengerti 4
Bersuara tapi tidak dapat dimengerti 3
Bersuara tetapi tidak dikenal kata-katanya 2
Tidak ada respon 1
Motorik Mengikuti perintah dengan mudah 6
Mengenal lokasi nyeri tetapi tidak dapat mengikuti 5
perintah
Menari dari rangsangan dengan tangan 4
difleksikan 3
Fleksi abnormal 2
Ekstensi abnormal ( deserebrasi) 1
Tidak ada respon
e) Kaji intoksikasi
Intoksikasi perlu dikaji untuk mengetahui adanya obat atau zat
makanan, kimia, gas karena sering ditemui kasus di IGD seringkali
klien datang dengan masalah depresi berat yang mencoba bunuh
diri dengan bahan-bahan tersebut.
f) Kaji nyeri
Kaji skala nyeri, intensitas dan lokasi dimana hal tersebut sering
timbul pada klien dengan pemakaian zat jenis heroin, morfin, atau
opiat.
g) Kaji integumen
Kaji adanya neadle track atau bekas suntikan, lihat kondisi baru
atau atau sudah lama serta letak bekas suntikan tersebut.
h) Turgor kulit
Kaji adanya dehidrasi, mukosa mulut, muntah, dan adanya
pendarahan. Atasi bila ada gangguan keseimbangan volume
cairan.
i) Kaji muskoloskeletal
Kaji adanya perubahan sensorik-motorik, adanya kerusakan
jaringan serta perubahan bentuk ektremitas.
j) Kaji psikososial
Kaji adanya kecemasan, perilaku kekerasan yang dapat
mencederai diri dan orang lain.
b. Diagnose
Masalah keperawatan yang sering ditemukan pada kegawatdaruratan
NAPZA diantaranya:
a. Bersihan jalan napas tidak efektik behubungan dengan adanya
sumbatan
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi susunan syaraf
pusat.
c. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake dan output tidak seimbang.
d. Resiko injuri berhubungan dengan kejang, agitasi
e. Perilku kekerasan.
c. Intervensi

DIAGNOSA INTERVENSI
N
KEPERAWATAN
O
PRIORITAS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah di lakukan tindakan 1.Latihan batuk efekif 1.Latihan batuk efektif
efektik behubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 -indentifikasi kemampuan 1. untuk mengetahui
adanya sumbatan. Ditandai jam diharapkan : batuk keefektifan pola napas
dengan : - Sesak nafasnya -pantau adanya retensi sputum 2. membantu jalan napas
DS : Dispnea berkurang. -pantau tanda dan gejala 3. untk mngetahui
DO :Batuk tidak -Saturasi O2 dalam batas infeksi saluran nafas adanya bakteri
efektif,sputum normal -pantau input dan output cairan pneumonia, jamur atau
berlebihan,bunyi napas -menunjukan jalan napas tuberkulosis dalam
ronkhi kering. yang paten. 2.Manajemen jalan nafas sputum
-monitor pola nafas 4. untuk memperlancar
-berikan oksigen proses pernapasan
-monitoring sputum 5. memperlancar
-pemberian nebulizer pernapasan karna
-berikan air hangat partikel-partikel pencetus
-posisikan semi fowler sesak dan page 6, 43
-terapi obat. lendir dalam bronkioli
pernapasan menjadi
3.Pantau repirasi lancar
-pantau 6. membantu
frekuensi,irama,kedalaman,da mengurangi sesak napas
n upaya nafas 7. Untuk mngetahui Efek
-pantau kemampuan batuk perubahan a/
efektif penyembuhan terhdap
-pantau adanya produksi suatu penyakit a/ keluhan
sputum yg d rasakan seseorg.
-pantau adanya sumbatan
jalan nafas 2.Manajemen jalan
-auskultasi bunyi nafas nafas
-pantau saturasi oksigen 1.untuk mngntahui
-pantau nilai AGD frekuensi takipnea dan
-monitor hasil temuan x-ray bradipnea
toraks 2.Mengeluarkan semua
udara dari dlm paru dan
saluran npas sehingga
menurunkan frekuensi
sesak napas
3. sbgai bagian dari
mekanisme pembersian
normal pada produksi
sputum
4.untuk mengeluarkan
sekret
5.Untk mngetahui adanya
bunyi tambahn pada
paru²
6.untuk mngukur
presestasi oksigen yg d
ikat hemoglobin aliran
darah
7.untuk mengukur kadar
oksigen ,karbondioksida
dan tingkat asam
basa(PH)didlm aliran
darah
8.untuk mngetahui ada
kelainan pada paru.

3.Pantau respirasi
1. untuk mengetahui
keefektifan pola napas
2. membantu jalan napas
3. untk mngetahui
adanya bakteri
pneumonia, jamur atau
tuberkulosis dalam
sputum
4. untuk memperlancar
proses pernapasan
5. memperlancar
pernapasan karna
partikel-partikel pencetus
sesak dan page 6, 43
lendir dalam bronkioli
pernapasan menjadi
lancar
6. membantu
mengurangi sesak napas
7. Untuk mngetahui Efek
perubahan a/
penyembuhan terhdap
suatu penyakit a/ keluhan
yg d rasakan seseorg.

2 Pola napas tidak efektif Setelah di lakukan tindakan 1.Pantauan respirasi 1.Pantau respirasi
berhubungan dengan keperawatan selama 24 jam -Monitor pola napas 1. untuk mengetahui
depresi susunan syaraf diharapkan : -Monitor saturasi oksigen keefektifan pola napas
pusat. Ditandai dengan : -- Sesak nafasnya -Monitor 2. membantu jalan napas
DS :Ortopnea berkurang. frekuensi,irama,kedalaman 3. untk mngetahui
DO :Pernapasan pursed- -Saturasi O2 dalam batas dan upaya napas adanya bakteri
lip,pernapasan cuping normal -Monitor adanya sumbatan pneumonia, jamur atau
hidung,diameter thoraks -menunjukan jalan napas jalan napas tuberkulosis dalam
anterior-posterior yang paten. -auskultasi bunyi nafas sputum
meningkat,kapasital vital -pantau saturasi oksigen 4. untuk memperlancar
menurun,tekanan inspirasi -monitor hasil temuan x-ray proses pernapasan
menurun,ekskursi dada toraks. 5. memperlancar
berubah. pernapasan karna
2.Terapi Oksigen partikel-partikel pencetus
-Monitor kecepatan aliran sesak dan page 6, 43
oksigen lendir dalam bronkioli
-Monitor posisi alat terapi pernapasan menjadi
oksigen lancar
-Monitor tanda-tanda 6. membantu
hipoventilasi mengurangi sesak napas
-Pertahankan kepatenan jalan 7. Untuk mngetahui Efek
napas perubahan a/
-Monitor tanda-tanda penyembuhan terhdap
hipoventilasi suatu penyakit a/ keluhan
-Monitor posisi alat terapi yg d rasakan seseorg.
oksigen
-Monitor tingkat kecemasan 2. Terapi oksigen
akibat terapi oksigen 1.untuk mengatur
pernapasan
2. memperlancar
pernapasan karna
partikel-partikel pencetus
sesak dan page 6, 43
lendir dalam bronkioli
pernapasan menjadi
lancar
3. membantu
mengurangi sesak napas
4. Untuk mngetahui Efek
perubahan a/
penyembuhan terhdap
suatu penyakit a/ keluhan
yg d rasakan seseorg.
3 Volume cairan kurang dari Setelah di lakukan tindakan 1.Pemantauan cairan 1.pemantauan cairan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 24 jam -Monitor frekuensi dan -untuk mengetaui tingkat
berhubungan dengan intake diharapkan : kekuatan nadi kesadaran
dan output tidak seimbang. Kebutuhan cairan pasien -monitor frekuensi nafas - untuk mengatur
Ditandai dengan : tercukupi secara intake dan -monitor berat badan pernapasan
DS :merasa lemah autput. -monitor jumlah,waktu dan -untuk mengetahui cairan
DO :Frekuensi nadi berat jenis urine yang dikeluarkan
meningkat,nadi teraba Monitor posisi alat terapi -untuk membantu
lemah,TD oksigen pemberian obat
menurun,Tekanan nadi -Monitor tingkat kecemasan - membantu mengurangi
menyempit,Turgor kulit akibat terapi oksigen sesak napas
menurun,Membran mukosa -Untuk mngetahui Efek
kering,volumen urin perubahan a/
menurun,hematokrit penyembuhan terhdap
meningkat. suatu penyakit a/ keluhan
yg d rasakan seseorg.
3. Manajemen Gawatdarurat
Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaaan dimana seseorang
mengalami ancaman kehidupan dan apabila tidak dilakukan
pertolongan/tindakan dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan cacat
atau meninggal. Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yang
mengancam kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/obat yang
berlebihan (intoksikasi/over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan,
apabila tidak dilakukan penanganan dengan segera. Pada dasarnya
didalam melakukan penanganan kasus kegawatdaruratan NAPZA tidak
jauh beda dengan kasus-kasus kegawatdaruratan yang lain, dimana dalam
melakukan penanganan adalah dengan tahapan triage atau pemilihan
berdasarkan prisnsip ABC.
Berhubungan dengan intoksikasi dapat mengancam nyawa, maka
walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan maka setiap kasus intoksikasi
harus diperlakukan seperti pada keadaan kegawatan yang mengancam
nyawa.Penilaian terhadap tanda vital seperti tanda jalan napas, pernapasan
sirkulasi dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat dan
seksama sehingga tindakan resusitasi tidak terlambat dimulai. Berikut ini
adalah urutan resusitasi seperti yang umumnya dilakukan :
1) Resusitasi
a. A = Airway Support
Factor utama yang membuat klien tidak sadar adalah adanya
sumbatan di jalan napas klien, seperti lidah, makanan ataupun benda
asing lainnya. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan
napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi tidak sadar itulah lidah
klien akan kehilangan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga
mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trachea sebagai jalan
napas.Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban
harus terbuka.
Tekhnik yang dapat dilakukan penolong adalah cross-finger (silang
jari), yaitu memasukkan jari telunjuk dan jempol menyentuh gigi atau
rahang klien. Kemudian tanpa menggerakkan pergelangan tangan,
silangkan kedua jari tersebut dengan gerakan saling mendorong
sehingga rahang atas dan rahang bawah terbuka.periksa adanya benda
yang menyumbat atau berpotensi menyumbat. Jika terdapat sumbatan,
bersihkan dengan teknik finger-sweep (sapuan jari) dengan
menggunakan jari telunjuk yang terbungkus kassa (jika ada). Ada dua
maneuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head
tilt / chin lift dan jaw trust.
1) Head tilt atau chin lift
Teknik ini hanya dapat digunakan pada klien pengguna NAPZA
tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk
melakukan teknik ini adalah :
 Letakkan tangan pada dahi klien (gunakan tangan yang paling
dekat denga dahi korban).
 Pelan-pelan tengadahkan kepala kliendengan mendorong dahi
kearah belakang.
 Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang
dari dagu korban.
 Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan
sampai mulut klien tertutup.
 Pertahankan posisi ini.
2) Jaw trust
Teknik ini dapat digunakan selain teknik diatas. Walaupun teknik ini
menguras tenaga, namaun merupakan yang paling sesuai untuk klien
pengguna NAPZA dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap
untuk melakukan teknik ini adalah :
 Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua
sisi kepala korban. Letakkan tangan dikedua sisikepalakorban.
 Cengkeram rahang bawah korbsn pada kedua sisinya. Jika korban
anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkanpada sudut
rahang.
 Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah
korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.
 Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik
bibir bagian bawah denagn kedua ibu jari.
b. B = Breathing Support
Bernafas adalah usaha seseorang yang dilakukan secara
otomatis.Untuk menilai secara normal dapat dilihat dari pengembangn
dada dan berapa kali seseorang bernafas dalam satu menit.
Frekuensi/ jumlah pernafasan normal adalah 12-20x / menit pada klien
deawasa. Pernafasan dikatakan tidak normal jika terdapat keadaan
terdapat tanda-tanda sesak nafas seperti peningkata frekuensi napas
dalam satu menit, adanya napas cupinghidung (cuping hidung ikut
bergerak saat bernafas), adanya penggunaan otot-otot bantu
pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut), warna kebiruan pada
sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan, tidak ada gerakan dada, tidak
ada suara napas, tidak dirasakan hembusannapas dan klien dalam
keadaan tidak sadar dan tidak bernapas.
Breathing support atau ksiganisasidarurat adalah penilain status
pernapasan klien untuk mengetahui apakah klien masih dapat
bernapas secara spontan atau tidak. Prinsip dari melakukan tindakan
ini adalah dengan cara melihat, mendengar dan merasakan (Look,
Listen and Feel = LLF). Lihat, ada tidaknya pergerakan dada sesuai
dengan pernapasan. Dengar, ada tidaknya suara napas (sesuai
irama) dari mulut dan hidung klien.Rasakan, dengan pipi penolong
ada tidaknya hembusan napas (sesuai irama) dari mulut dan hidung
korban. Lakukan LLF dengan waktu tidak lebih dari 10 detik. Jika
terlihat pergerakan dada, terdengar suara napas dan terasa
hembusan napas klien, maka berarti klientidak menglami henti
napas.masalah yang ada hanyalah penurunan kesadaran.dalam
kondisi ini, tindakan terbaik yang dilakukan perawat adalah
mempertahankan jalan napas tetap terbuka agan ogsigenisasi klien
tetap terjaga dan memberikan posisi mantap.
Jika korban tidak bernapas, berikan 2 kali bantuan pernapasan
dengan volume yang cukup untuk dapat mengembangkan dada.
Lamanya memberikan bantuan pernapasan sampai dada
mengembang adalah 1 detik. Demikian halnya berlaku jika bantuan
pernapasan diberikan melalui mulut ke mulut dan mulut ke sungkup
muka. Hindari pemberian pernapasan yang terlalu banyak dan terlalu
kuat karena akan menyebabkan kembung (distensi abdomen) dan
dapat menimbulan komplikasi pada paru-paru. Bantuan pernapasan
dari mulut ke mulut bertujuan memberikan ventilasi oksigen kepada
klien. Untuk memberikan bantuan tersebut, buka jalan napas klien,
tutup cuping hidung klien dan mulut penolong mencakup seluruh mulut
klien.Berikan 1 kali pernapasan dalam waktu 1 detik. lalu penolong
bernapas biasa dan berikan pernapasan 1 kali lagi.
Perhatikan adakah pengenbangan dada klien. Jika tidak terjadi
pengembangan dada, maka cara penolong tidaak tepat dalam
membuka jalan napas. Cara yang samaa dilakukan jika alat pelindung
terdiri dari 2 tipe, yaitu pelindung wajah dan sungkup wajah.Pelindung
wajah berbentuk lembaran yang terbuat dari plastic bening atau silicon
yang dapat mengurangi kontak antara klien dengan
penolong.Sedangkan jika memakai sungkup wajah, maka biasanya
terdapat lubang khusus untuk memasukkan oksigen.Ketika oksigen
telah tersedia, maka berikan aliran oksigen sebanyak 10-12 liter/menit.
c. C = Circulation Support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan
kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti
jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan
mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal
dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support). Jika tindakan ini
dilakukan dengan cara yang salah maka akan menimbulkan penyulit-
penyulit seperti patah tulang iga, atau tulang dada, perdarahan rongga
dada dan injuri organ abdomen. Sebelum melakukan RJP pada klien
perawat harus memastikan bahwa klien dalam keadaan tidak sadar,
tidak bernapas dan arteri karotis tidak teraba. Cara melakukan
pemeriksaan arteri karotis adalah dengan cara meletakkan dua jari
diatas laring (jakun). Lalu geser jari penolong ke arah samping dan
hentikan disela-sela antara laring dan otot leher. Setelah itu barulah
penolong merasakan denyut nadi. Perabaan dilakukan tidak boleh
lebih dari 10 detik.
Melakukan resusitasi yang benar adalah dengan cara meletakkan
kedua tangan ditulang dada bagian sepertiga bawah dengan jari
mengarah ke kiri dengan posisi lengan tegak lurus dengan sendi siku
tetap dalam eksteni (kepala tengkorak). Untuk memberikan kompresi
dada yang efektif. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100x/menit
dengan kedalaman kompresi 4-5 cm. Kompresi dada harus dilakukan
selam nadi tidak teraba dan hindari penghentian kompresi yang terlalu
sering. Rasio kompresi ventilasi yang direkomendasian adalah 30:20.
Rasio ini dibuat untuk menigkatkan jumlah kompresi dada,
mengurangi kejadian hiperventilasi, dan mengurangi pemberhentian
kompresi untuk melakukan ventilasi.
2) Penilaian Klinik
Penatalaksanaan intoksikasi harus segera dilakukan tanpa menunggu
hasil pemeriksaan toksikologi. Beberapa keadaan klinik perlu mendapat
perhatian karena dapat mengancam nyawa seperti koma, kejang, henti
jantung, henti nafas, dan syok.
3) Anamnesis
Pada keadaan emergensi, maka anamnesis kasus intoksikasi
ditujukan pada tingkat kedaruratan klien. Yang paling penting dalam
anamnesis adalah mendapatkan informasi yang penting seperti :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang obat yang digunakan,
termasuk obat yang sering dipakai, baik kepada klien (jika
memungkinkan), anggota keluarga, teman, atau petugas kesehatan
yang biasa mendampingi (jika ada) tentang obat yang biasa
digunakan.
b. Tanyakan riwayat alergi atau riwayat syok anafilaktik.
4) Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda/kelainan akibat
intosikasi, yaitu pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, nadi, denyut
jatung, ukuran pupil, keringat, dan lain-lain. Pemeriksaan penunjang
diperlukan berdasarkan skala prioritas dan pada keadaan yang
memerlukan observasi maka pemeriksaan fisik harus dilakukan
berulang.

4. Peran Dan Fungsi Perawat


a. Peran Perawat
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri
dari :
1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2) Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & kelg dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan &
melindungi hak-hak pasien meliputi :
 Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
 Hak atas informasi tentang penyakitnya
 Hak atas privacy
 Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
 Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3) Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
4) Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5) Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.
6) Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
7) Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan
b. Fungsi Perawat
1) Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi KDM.
2) Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan
tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis
kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
3) Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini
dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim
dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan
tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yang mengancam
kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/obat yang berlebihan
(intoksikasi/over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan, apabila
tidak dilakukan penanganan dengan segera. Masalah keperawatan yang
sering ditemukan pada kegawatdaruratan NAPZA diantaranya:
a. Bersihan jalan napas tidak efektik behubungan dengan adanya
sumbatan
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi susunan
syaraf pusat.
c. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake dan output tidak seimbang.
d. Resiko injuri berhubungan dengan kejang, agitasi
e. Perilku kekerasan.

2. Saran
a) Bagi Perawat : Untuk memberikan Asuhan keperawatan yang optimal
bagi klien kegawatdaruratan NAPZA.
b) Bagi Klien : Untuk tidak melakukan kesalahan yang kedua kali dalam
penyalahgunaan NAPZA.
Daftar Pustaka
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi
2. Surabaya: Airlangga University Press.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Cokingting, P.S., Darst,E, dan Dancy, B, 1992, Mental Health and Psichiatric
Nursing, Philadelpia, J.B.,Lippincott Company, Chapter 8
Shults. Y.M. 1968,Manual of Psichiatric Nursing Care Plans, Boston,
Little.Brown and Company, Chapter 20,21,22.
Stuart, G.W.,dan Sundeen, S.J., 1991, Pocket Guide to Psichyatric Nursing,
(2nd,ed), St. Louis Mosby Year Book, Chapter 17.

Anda mungkin juga menyukai