Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 Vol. 2, No.

2, Oktober 2017: 113 - 127

JEJAK KUASA ATAS TATA RUANG


(Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi


Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
E-mail: habibisubandi@ub.ac.id ; juwita_hayyu@ub.ac.id

ABSTRAK
Problem revitalisasi hutan kota dan upaya penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) oleh Pemerintah di
wilayah perkotaan pada dasarnya merupakan satu kajian baru di bidang politik lingkungan di Indonesia.
Penelitian ini secara khusus mengkaji kebijakan revitalisasi Hutan Kota Malabar di Kota Malang dengan
pisau analisis anthroposentrisme dan ekosentrisme. Secara keseluruhan penelitian ini adalah penelitian studi
kasus, dengan metode pengumpulan datafocus group discussion (FGD) dan dokumentasi yang dipakai untuk
melacak jejak kuasa dalam kebijakan lingkungan di wilayah-wilayah perkotaan. Berdasarkan analisis fakta
di lapangan ditemukan adanyatrade-off kepentingan dalam skema kebijakan revitalisasi hutan kota Malabar
tahun 2015. Secara politis, penggunaan dana Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) dengan skema
build-transfer-operate (BTO) dalam revitalisasi hutan menunjukkan terjadinya penetrasi modal di balik
inisiatif penyediaan RTH yang melibatkan pihak swasta di Kota Malang. Di satu sisi, kebijakan ini dapat
mempermudah pemerintah dalam pembangunan RTH, namun di sisi lain kebijakan ini menunjukkan bahwa
pemerintah hanya berfungsi sebagai operator RTH.

Kata kunci: ruang terbuka hijau (rth), tanggung jawab sosial lingkungan (tjsl), build-transfer-operate (bto),
anthroposentrisme, ecosentrisme

TRACES OF POWER OVER SPATIAL PLANNING
(A Study to the Revitalization Policy of Malabar Forest in Malang)

ABSTRACT
The problems of revitalization and government efforts to provide Green Open Space for the public have become
increasingly important in the study of environmental politics in Indonesia. This article focuses on revitalization
policy of Malabar Forest, a City Forest in Malang City, East Java. It aims at analyzing government initiative
to provide green open space for the public from the perspectives of anthropocentrism and ecosentrism in
environmental politics. Generally, sudy case method is applied during research. Besides, this article uses
focus group discussion and documentation method to trace power relation in the environmental policy.
Empirical analyses have shown that there has been a trade off of motives between actors that were involved
in the revitalization policy. In terms of political analysis, the local government initiatives to use CSR funding
from private company have shown how capital accumulation predominates environmental awareness. On
the one hand, the government can maximize their efforts to provide green open space to the public through
the involvement of private sectors. But on the other hand, at the level of implementation, this policy uses the
scheme of Build-Transfer-Operate which could disadvantage the government budget in the future.

Key words: green open space, corporate social responsibility (csr), build-transfer-operate (bto), antropocentrism,
ecosentrism.

PENDAHULUAN Dalam aktivitas sosial dan politik di


wilayah perkotaan, Pemerintah bukanlah satu-
Kota dan masyarakat perkotaan selalu satunya aktor determinan dalam menstimulasi
menjadi topik kajian menarik mengingat perkembangan wilayah kota. Keterlibatan
statusnya yang cenderung menjadi pusat kegiatan aktor lain dari kalangan sektor swasta dan
politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, hingga civil society juga perlu diperhatikan dalam
transformasi ilmu pengetahuan. Dengan status menganalisis dinamika politik dan kebijakan
tersebut, tak heran apabila perkembangan di sebuah kota.
kota selalu memiliki pengaruh yang luas bagi Dalam konteks pemenuhan kebutuhan
perkembangan wilayah sekitarnya. ekonomi masyarakat kota, proses ini pasti
114 Jejak Kuasa atas Tata Ruang (Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

berjalan beriringan dengan motif bisnis dari tentang Penataan Ruang, yang beberapa isinya
para pemilik modal, terutama ketika investasi menjelaskan tentang konsepsi dan luasan RTH
dari sektor swasta nasional dan asing turut (Pasal 28A, Pasal 29A, Pasal 29B, Pasal 29C,
memainkan peranan penting dalam menstimulasi Pasal 30, dan Pasal 31). Namun hingga kini
pembangunan wilayah perkotaan. Padahal UU tersebut tidak dijalankan dengan baik di
kebijakan penataan kota tidak cukup hanya level pemangku kepentingan baik di tingkat
dilihat dari perspektif pemenuhan kebutuhan nasional maupun lokal. Misalnya terkait luasan
ekonomi semata, kebutuhan lain seperti hiburan, RTH, menurut undang-undang diwajibkan
kesehatan, pendidikan, dan berbagai kebutuhan minimal 30% dari total wilayah kota, namun
lainnya juga patut diperhatikan (Zimmer, 2010). ketentuan ini tidak dipatuhi sepenuhnya oleh
Masyarakat tidak sekedar memerlukan para pemangku kebijakan di tingkat lokal.
kebutuhan yang sifatnya ekonomis, isu Hutan kota Malabar merupakan salah satu
degradasi lingkungan menumbuhkan kesadaran kawasan RTH di kota Malang yang ditetapkan
bahwa kehidupan yang baik tidak sekedar soal sejak tahun 1998 (Tempo Online, 2015). Menurut
pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kesadaran catatan pemerintah kota Malang luas hutan kota
akan keseimbangan pola hidup dan relasi Malabar adalah 16.817 m2 (Republika Online,
dengan alam menjadi aspek yang inheren 2015). Wilayah yang dulunya merupakan lokasi
bagi masyarakat untuk diperjuangkan melalui kampus sebuah universitas swasta kemudian
gagasan kritis para aktivis lingkungan. Melalui difungsikan sebagai hutan kota yang mengacu
cara pandang ini, kebijakan penataan kota pada PP No. 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota.
sebagai isu strategis menempatkan kepentingan Adanya keterlibatan pihak swasta dalam
masyarakat tidak boleh kalah dengan motif kebijakan revitalisasi hutan kota Malabarpada
bisnis para pengusaha. tahun 2015 membuat kasus ini menjadi rumit.
Di masa lalu, masalah lingkungan Pihak swasta mengucurkan dana sekitar 2,5
seringkali diacuhkan dalam agenda pem- Milyar untuk pengelolaan kawasan RTH
bangunan nasional maupun lokal. Namun kini dengan diiringi konsesi pemasangan logo
isu lingkungan ini menjadi salah satu faktor perusahaan.
yang menjadipertimbangan para pemangku Pada era sebelumnya Pemerintah Kota
kebijakan. Malang memang telah menyerahkan penge-
Paling tidak perubahan itu terasa sejak lolaan beberapa kawasan RTH kepada pihak
akhir tahun 1980an. Momen penting yang swasta. Beberapa kawasan tersebut antara
menandaiperubahan ini adalah adanya laporan lain adalah Taman Indrokilo, Mall Malang
dari World Commission for Environment Townsquare, Taman Nivea, Taman Kunang-
and Development atau Komisi Brundtland Kunang, dan sejumlah kawasan lainnya
(Kurniawan, 2012). Komisi ini menerbitkan yang kini berubah menjadi pemukiman atau
sebuah laporan berjudul Our Common Future pertokoan.
pada 1987, yang temuannya dikenal sebagai Penelitian ini akan memfokuskan pada
konsep Pembangunan Berkelanjutan. Laporan dua hal yang saling berkaitan dalam persoalan
komisi ini menekankan bahwa agenda pem- politik lingkungan di kota malang. Pertama,
bangunan di seluruh dunia harus juga mendorong persoalan kebijakan penataan ruang kota di
keberlangsungan ekologis dan keadilan. kota Malang yang melibatkan adanya relasi
Pembangunan berkelanjutan didefinisi- kuasa antara Pemerintah, Sektor Swasta,
kan sebagai “Pembangunan yang memenuhi dan Masyarakat Sipil. Pada poin ini, data
kebutuhan hari ini tanpa mengorbankan yang dianalisis adalah data sejarah politik
kemampuan generasi mendatang untuk penataan kota Malang untuk mengetahui
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya” (United rekam jejak kebijakan lingkungan di kota
Nations, 1987). Malang.
Salah satu produk dari agenda pem- Kedua, terkait program revitalisasi
bangunan berkelanjutan tersebut adalah hutan kota Malabaryang memunculkan pole-
keharusan sebuah kota untuk memiliki area mik penataan RTH di kota Malang, di era
yang disebut sebagai Ruang Terbuka Hijau kepemimpinan Walikota dan Wakil Walikota
(RTH). Gagasan ini dibakukan oleh Pemerintah Anton-Sutiaji. Hal itu terutama diakibatkan
Indonesia lewat UU No. 26 tahun 2007 oleh konsep penataan hutan kota yang
H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi 115

memiliki karakter sangat kapitalistik, karena pada kemajuan peradaban manusia sementara
diserahkannya pengelolaan hutan kota Malabar aspek lingkungan tidak menjadi pertimbangan
kepada pihak swasta, melalui pemanfaatan penting (Nygren, 1998). Perspektif kedua
dana Tanggung Jawab Sosial Lingkungan disebut sebagai ekosentrisme dalam kebijakan
(TJSL) PT. Amerta Indah Otsuka (PT. AIO). dimana fokus kebijakan harus menempatkan
lingkungan sebagai titik sentral tujuan pem-
METODE bangunan, dan bukan pada pembangunan
peradaban manusia (Nygren, 1998; Kurniawan,
Penelitian ini setidaknya akan menem- 2012).
patkan dua lokus utama pembahasan masalah Antroposentrisme merupakan paradigma
yaitu Kebijakan lingkungan di lingkungan yang seringkali dipakai oleh pemerintah
perkotaan dan analisa tentang relasi kuasa Indonesia dalam kegiatan-kegiatan pem-
dalam polemik hutan kota Malabar. Dua bangunan. Paradigma ini menekankan bahwa
lokus pembahasan tersebut dibahas dengan pembangunan dilakukan untuk kepentingan
menggunakan pisau analisis metode studi manusia, di manapemerintah membangun
kasus (Babbie: 2010). dan memberikan segala kemampuannya demi
Pengumpulan data dilaksanakan sejak menyediakan fasilitas publik bagi rakyat.
bulan Juni tahun 2016. Proses tersebut Hal ini dapat ditelusuri dari konstitusi
dilakukan dengan menggunakan dua metode Republik Indonesia yang terkait dengan
pengumpulan data, yaitu: dokumentasi dan pengelolaan lingkungan. Padapasal 33 ayat
focus group discussion (FGD). (3) Undang-undang dasar Negara Republik
Dalam pengumpulan data penulis melibat- Indonesia 1945, berbunyi “Bumi dan air dan
kan para aktivis lingkungan yang tergabung kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dalam Aliansi Peduli Hutan Kota Malabar dikuasai oleh negara dan dipergunakan
(APHKM). Aliansi ini merupakan gabungan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
dari beberapa elemen seperti mahasiswa Dalam pasal di atas telah jelas bahwa
Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri bumi dan kekayaan alam hanyalah sebuah
Malang serta organisasi sosial yang concern sumber daya yang digunakan oleh manusia
terhadap lingkungan seperti Walhi dan Swara demi kepentingan kemakmuran manusia secara
Malabar. kolektif. Walaupun ini merupakan sebuah nilai
Setelah pengumpulan data dilakukan luhur yang bersifat kolektivis namun ayat ini
maka tahap berikutnya ialah analisis data. memperlihatkan bahwa undang-undang dasar
Beberapa tahapan dilakukan dalam analisis initidak memberikan sebuah pandangan yang
ini yaitu diantaranya: pertama, melakukan jelas mengenai ekologi dan lingkungan hidup.
mapping dari data yang sudah didapat dari Selain pada konstitusi, secara historis
dokumentasi dan FGD; kedua menyeleksi kita dapatmenelusuri bahwa tidak ada
dan mengeliminasi data; melakukan uji satupun peraturan perundangan yang ber-
kevalidan data melalui metode triangulasi upaya memastikan kontinuitas ekologi dan
sumber; dan kemudian menyusun data perlindungan lingkungan hidup di masa
dalam bentuk laporan penelitian. Orde Lama. Ini memberikan sebuah asumsi
. bahwa pemerintahan Orde Lama masih belum
HASIL DAN PEMBAHASAN mempertimbangkan faktor resiko ketika tidak
ada upaya untuk menjaga dan melestarikan
Jejak Pembangunan Berwawasan Ling- lingkungan.
kungan Pun demikian di masa pemerintahan
Dalam politik lingkungan dikenal dua Orde Baru,proses pembangunan pada masa ini
perspektif yang saling terkait yaituperspektif disandarkan semata-mata pada pertimbangan
manusia dan alam. Perspektif pertama disebut ekonomi dengan paham developmentalisme
sebagai anthroposentrisme dalam kebijakan sebagai landasannya. Pemerintah Orde Baru
yang diartikan sebagai fokus pembuatan melaksanakan proyek industrialisasi secara
kebijakan dengan mendasarkan pada manusia berlebihan dan cepat, hal ini dapat dilihat pada
sebagai titik sentral tujuan. Pembangunan bagaimana pemerintah orde baruberupaya
model anthroposentris ini lebih menitikberatkan membuka keran keterlibatan modal asing
116 Jejak Kuasa atas Tata Ruang (Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

sebesar-besarnya. Ditandai dengan terbitnya untuk membangun dengan memperhatikan


UU No. 9 tahun 1966 tentang Keanggotaan keadaan alam demi mempertahankan keadaan
kembali RI dalam IMF dan International Bank bumi (United Nations, 1987).
for Reconstruction and Development (Bank Mulai munculnya kesadaran global
Dunia). Setelah itu Soeharto menerbitkan tiga tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap
undang-undang yang dikenal dengan “Paket Pemerintah Indonesia. Pada tahun 1990
1967” meliputi: UU No. 1 tahun 1967 tentang Pemerintah kemudian menerbitkan peraturan
Penanaman Modal Asing, UU No 5 tahun perundangan mengenai lingkungan hidup yaitu
1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Undang-Undang No 5 tahun 1990 tentang
Kehutanan, dan UU No. 11 tahun 1967 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
Pertambangan. ekosistemnya. Di dalam konsideran UU tersebut
Dengan lahirnya paket undang-undang menyatakan bahwa peraturan perundangan
tersebut Pemerintah Orde Baru memulai yang tidak berlaku adalah: Ordonansi
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber Perburuan (Jacht ordonnantie 1931 Staatsblad
daya alam Indonesia tanpa adanya upaya 1931 Nummer 133); Ordonansi Perlindungan
reservoir. Muncul investor-investor baik Binatang-binatang Liar (Dierenbeschermings
dari dalam maupun luar negeri yang masuk ordonnantie 1931 Staatsblad 1931 Nummer
untuk melakukan investasi pembangunan 134); Ordonansi Perburuan Jawa dan Madura
dengan dampak kerusakan yang begitu besar (Jacht ordonnantie Java en Madoera 1940
pada keadaan alam di Indonesia. Staatsblad1939 Nummer 733); dan Ordonansi
Pesatnya pertumbuhan investasi asing Perlindungan Alam (Natuurbeschermings
di Indonesia sejak era Orde Baru terfokus ordonnantie 1941 Staatsblad 1941 Nummer
pada bidang pengelolaan sumber daya alam. 167).
Terutama pada bidang pertambangan dan Dengan kata lain, baik pada masa
kehutanan, kedua sektor ini merupakan sektor Orde Lama maupun Orde Baru tidak ada
strategis yang mengambil peran dominan namun satupun peraturan perundangan yang meng-
tidak dibarengi upaya membangun konstruksi kaji perlindungan alam, karena peraturan
hukum untuk penyelamatan lingkungan. Arus perundangan yang dianulir oleh UU No 5 tahun
uang yang masuk ke dalam pembangunan 1990 adalah peraturan perundangan dari masa
hanya dimaknai dari aspek ekonomi dan politik penjajahan Belanda. Ini memperlihatkan bahwa
tanpa adanya undang-undang pelestarian pada masa Orde Lama belum ada kesadaran
atau penyelamatan lingkungan yang sifatnya untuk melindungi lingkungan hidup,sementara
mendukung keberlanjutan pembangunan secara itu di era Orde baru, pembangunanyang
jangka panjang. dilaksanakansecara massif justru semakin
Pemerintahan Orde Baru memberikan merusak alam.
kesempatan seluas-luasnya bagi kerusakan Pada era Reformasi negara tampak
alam melalui keterbukaan bagi para pemilik lebih serius untuk menata lingkungan dengan
modal, tanpa adanya peraturan perundangan dikeluarkannya peraturan perundangan terkait
mengenai perlindungan alam itu sendiri. penyelamatan alam. Seiring dengan desakan
Paham developmentalisme yang menjangkiti negara-negara lain, Pemerintah menerbitkan
para pemangku kebijakan,mendasari proses beberapa peraturan perundangan tentang ling-
pembangunan, menempuh segala macam cara kungan dan keanekaragaman hayati santara lain:
agar memiliki kekuatan ekonomi yang setara UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan,
dengan negara-negara besar lainnya. UU No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, UU
Dampak pengrusakan lingkungan yang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
masif ini pada akhirnya tidak hanya dirasakan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, UU
oleh Indonesia, namun juga dirasakan oleh No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
masyarakat global. Masyarakat dunia mulai Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 45
menyadari permasalahan ini pada akhir tahun Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No.
1980an, dimana puncaknya adalah dirilisnya 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, UU No
sebuah laporan berjudul “Our Common 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU
Future” yang dikeluarkan oleh PBB pada tahun Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
1987 yang meminta kepada masyarakat global Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi 117

Namun pada prakteknya, terbitnya Tabel 1. Rekam Jejak Alih Fungsi Lahan di Kota
aturan-aturan tersebut ternyata tidak serta Malang
merta merubah paradigma pembangunan Bentuk Alih
Bentuk RTH Lokasi
dari antroposentrisme menjadi ecosentrisme. Fungsi
Penelitian ini justru menemukan bahwa Untuk Jalan
Depan Mall MATOS
komitmen kepedulian lingkungan pemerintah putar
Jl. Raya Langsep
Pusat dan Daerah terhadap lingkungan masih Untuk Jalan
Depan Perumahan
belum terlihat. Jalur hijau putar
Ijen Nirwana
Satu hal yang menjadi sorotan dalam Jl. Jakarta (rumah
Untuk jalan
penelitian ini adalah mengenai komitmen raya
mewah), depan
masjid Bea Cukai
pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyediaan
Sepanjang Kali
RTH. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Untuk
Brantas dan anak
penyediaan RTH justru menjadi upaya alih Bantaran permukiman,
sungainya, ruko
sungai ruang
fungsi lahan dari lahan yang bersifat ekologis ekonomi
depan Ringin Asri,
dll
menuju lahan yang bersifat sosial-ekonomis. Untuk ruang
Penyediaan RTH di Kota Malang merupakan ekonomi
Daerah
contoh kecil dimana kebijakan pemerintah tangkapan
(toko modern
Jl. Kawi
/ mall),
untuk menyediakan RTH tidak dapat lepas dari air.
sebelumnya
pertimbangan-pertimbangan ekonomis. GOR
Paradigma pembangunan berkelanjutkan Untuk ruang Stadion Luar
atau sustainable development yang diusung ekonomi Gajayana
Lapangan (mall),
di balik kebijakan RTH, ternyata sarat olah raga Untuk Pompa Dulu Lapangan
kepentingan ekonomis. Praktek yang muncul Bensin (Baru Basket bagian dari
bukannya membangun keadaan alam di suatu saja tutup) Stadion Gajayana
ruang menjadi lebih baik, namun untuk tetap Untuk kantor
Taman Kunir
memperoleh keuntungan ekonomi selama kelurahan
tidak terlalu mengganggu keadaan alam. Taman kota Untuk Kantor
Taman Alun-alun
Paradigma semacam ini sesungguhnya masih Samsat
Merdeka
Pembantu
bersifat ekonomistik,dengan menempatkan
APP Jl. Tanjung
keberlanjutan sebagai variabel sekunder, sekedar (Fakta Hukum
memberi legitimasi bahwa pembangunan Real estate masyarakat
tersebut tidak merusak alam. dan hotel mengetahui bahwa
Hutan kota APP Tanjung adalah
Akhirnya muncullah kebijakan-kebijakan hutan kota)
alih fungsi lahan yang masih mengedepankan Real estate Taman Indrokilo
fungsi-fungsi ekonomis dibandingkan fungsi-
Tower Seluler Hutan Kota Malabar
fungsi sosial-ekologis bagi masyarakat.
Contohnya dapat dilihat dari rekam jejak alih Kawasan
APP Jl. Tanjung
fungsi lahan di Kota Malang. Kebijakan alih APP Tanjung Menjadi real
menjadi real estate
(termasuk estate, hotel,
fungsi lahan ini muncul justru di era Reformasi SNAKMA di dan mall
dan hotel, dan APP Jl.
Veteran menjadi mall
dimana beberapa RTH diubah fungsinya dalamnya)
menjadi bangunan, perumahan, atau pertokoan
yang memiliki nilai ekonomi (lihat Tabel 1). Sumber: Dokumen Wahana Lingkungan Hidup dan
Aliansi Peduli Hutan Kota Malabar (2015)
Melalui tabel 1, dapat disimpulkan
bahwa kasus alih fungsi lahan di Kota Malang Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar
sebagian besar merupakan kasus perubahan Berdasarkan dokumen RPJMD Kota
alih fungsi lahan dari lahan ekologis menjadi Malang tahun 2013-2018, arah kebijakan
lahan ekonomis. Proses pembangunan memakai Pemerintah Kota Malang dalam penataan tata
legitimasi keberlanjutan namun esensinya ruang Kota adalah dengan mengefisiensikan
menekankan pada pembangunan ekonomi, penggunaan lahan kota untuk mendapatkan
bahkan selama dampak negatifnya belum terasa, keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya.
alih fungsi lahan ekologispun dilakukan untuk Hal ini tampak dari pernyataaan di dalam
kepentingan ekonomis oleh pemerintah dan RPJMD yaitu “optimalisasi lahan kota untuk
para pemangku kepentingan lainnya, terutama di meningkatkan pembangunan”,serta dalam
sektor swasta. kalimat“optimalisasi sentra wisata kreatif
118 Jejak Kuasa atas Tata Ruang (Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

berbasiskan keindahan lingkungan..”(RPJMD dalih bahwa ini akan menjadi tempat wisata
Kota Malang 2013-2018). murah bagi masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa paradigma Hutan Kota Malabar dalam Peraturan
Pemerintah Kota Malang dalam melihat Daerah No.4 Tahun 2011 tentang Rencana
lingkungan hidup masihlah antroposentris. Tata Ruang dan Wilayah dikategorikan sebagai
Pemerintah Kota Malang melihat lingkungan Hutan Kota. Dengan luas sebesar 16.718 m2
sebagai suatu hal estetik yang bisa dieksploitasi dan jumlah tegakan sebanyak 1154, hutan ini
demi keuntungan ekonomi, selain itulingkungan memiliki 79 jenis pohon dan 22 jenis burung
hidup harus dioptimalisasikan sedemikian rupa -baik yang karakteristiknya menetap maupun
untuk menunjang sentra wisata kreatif yang migran- serta satwa lain seperti tupai danberbagai
dapat menghibur masyarakat. hewan dari keluarga serangga. Hutan Kota
Berikutnya, lahirlah kebijakan revitalisasi Malabar sendiri terletak di Jalan Malabar, suatu
lahan ekologis pada lahan-lahan yang tidak kawasan elit kelas menengah-atas yang menjadi
lagi memiliki unsur estetik. Dengan logika bagian dari kompleks perumahan.
seperti ini pemerintah memiliki legitimasi Meski demikian, hutan Kota Malabar
untuk mengubah lahan yang sekedar berfungsi sebenarnya bukanlah satu-satunya hutan kota,
ekologis menjadi lahan yang estetik dan karena masih terdapat 10 Hutan Kota lain di
berfungsi sosial-ekonomis. Hal ini dapat kita Kota Malang (Ekawati, 2014).
saksikan dari dokumen RTRW Kota Malang Revitalisasi Hutan Kota Malabar di
yang menyebutkan bahwa hutan kota dan mulai pada tahun 2015 dan merujuk pada
taman kota adalah tempat wisata murah bagi pedoman pelaksanaan penyediaan barang/
masyarakat. Bahkan pemerintah Kota Malang jasa konvensional yang menggunakan dana
mentargetkan 16 taman dan hutan kota baru APBN/APBD, yang telah diatur dalam Per-
sebagai tempat rekreasi murah masyarakat aturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
(lihat tabel 2). Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden
Tabel 2. Daftar Hutan di Kota Malang
Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Namun karena Peme-
No Hutan Kota
Luas rintah Kota Malang masih belum menyusun
Area(hektar) Peraturan Daerah sebagai penjabaran teknis
1 Hutan Kota Malabar 1,6812 atas peraturan tersebut, maka Pemerintah
2 Hutan Jalan Jakarta 1,1896 Kota Malang masih menggunakan pentunjuk
3 Hutan Jalan Kediri 0,5479 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
4 Taman Vellodrome 1,25 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
5 Taman Pandanwangi 0,14 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
6 Perkemahan Hamid Rusdi 1,8 82 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembentukan
7 Hutan Indragiri 0,25 Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Peme-
8 Eks Pasar Madyopuro 0,12 rintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi/
9 Sulfat Agung 0,03 Kabupaten/Kota, yang lebih lanjut diatur dalam
10 TPS Sulfat 0,07 Peraturan Walikota Malang Nomor 48 Tahun
11 Lemdikcab Pramuka 0,1 2014 Tentang Pembentukan Organisasi dan
Total 7,1787 Tata Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang
dan Jasa.
Sumber: Muhammad Mulyadin dan Pangersa Gusti
Berdasarkan peraturan tersebut, maka
(2015)
secara umum tahapannya dapat dibagi menjadi
Untuk memperlancar realisasi program tiga proses: 1) Pengadaan, 2) Pelaksanaan
tersebut, Pemerintah bekerjasama dengan pihak Kontrak dan Pembayaran, dan 3) Penyerahan
ketiga dalam penyediaan lahan yang memiliki Pekerjaan/Barang. Berikut penjelasan dari tiga
fungsi estetika, fungsi sosial, dan fungsi eko- tahapan tersebut:
nomi. Sebagai contoh adalah pelibatan pihak 1. Pengadaan.
swasta dalam revitalisasi Hutan Kota Malabar. Pada awalnya setiap penyelenggaraan
Dengan kata lainNegara mengundang peran barang/jasa pemerintahan harus dilakukan oleh
para pemodal untuk mengkapitalisasi lahan- Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau dalam hal
lahan ekologis yang ada di Kota Malang dengan ini secara teknis dan fungsional melekat pada
H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi 119

Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah yang Gambar 1. Koordinasi dan Mekanisme


bertanggung jawab kepada Walikota Malang
melalui Sekretaris Daerah. ULP berkerja dengan PENUNJUKAN
LANGSUNG
membentuk Pokja (Kelompok Kerja)ULP yang
memiliki satuan-satuan kerjaseperti sekretaris
dan administrasi ataupun satuan-satuan kerja Penyedia
Jasa
yang membutuhkan keahlian khusus, seperti KERJASAMA
Konsultansi
penyediaan jasa konsultansi, konstruksi, barang
ataupun jasa khusus lainya. Usulan proyek Revitalisasi
UNIT Penyedia
dapat dilakukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Hutan Malabar
LAYANAN
PENGADAAN
Pekerjaan
Konstruksi
Komitmen) KPA (Kuasa Pengguna Anggaran)
dalam hal ini Walikota ataupun Kepala SKPD SKPD (BLH DAN
kepada kepala ULP untuk melaksanakan PU), TIM AHLI KAK, HPS, RK

pengadaan barang/jasa. Setelah itu PPK


Sumber: Dokumentasi FGD
menerima jadwal lelang dari kepala ULP dan
kemudian ditindak lanjuti dengan penyerahan dengan didasarkan pada kriteria pemilihan yang
KAK (Kerangka Acuan Kerja/spesifikasi teknis tertuang dalam KAK dan HPS, dan disusun
pekerjaan), HPS (Harga Perkiraan Sendiri) dalam rancangan kontrak yang diketahui oleh
dan dokumen lainnya. Kepala ULP kemudian PPK/KPA(Perwali Kota Malang, 2014). Setelah
menyerahkan dokumen tersebut kepada Pokja hasil pemilihan didapatkan, Kepala ULP lalu
ULP untuk diproses dan dievaluasi. mengusulkan beberapa nama kepada KPA/PPK
Hutan Kota Malabar adalah kawasan untuk ditunjuk dan menandatangani kontrak
lindung yang diatur dalam PP No. 63 Tahun pengadaan barang/jasa. KPA/PPK dalam
2002 yang klasifikasi detailnya diatur dalam proses pengadaan memiliki wewenang sebagai
Permenhut No.71 Tahun 2009 tentang Hutan pembina, pengawas dan pengendali, ditambah
Kota dan Peraturan Daerah Kota Malang LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan) sebagai
tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah No. lembaga Pemerintah Pusat yang menaungi
4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan pengadaan barang/jasa secara keseluruhan.
Wilayah. Oleh karena itu Hutan Kota Malabar
Gambar 2. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa
termasuk dalam kategori wajib AMDAL
sesuai Perpres No.54 Tahun 2010
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup) yang pelaksanaanya didasarkan pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 PA/KPA
Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/
atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL.
ULP / Panitia/Pejabat
Sehingga Pokja ULP harus berkerjasama, PPK PEJABAT Penerima Hasil
berkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap PENGADAAN Pekerjaan
BLH Kota Malang (Badan Lingkungan Hidup
Sumber: Dokumentasi FGD
Kota Malang) untuk melakukan kajian AMDAL
agar mendapatkan RKL (Rencana Pengelolaan Proyek Revitalisasi Hutan Kota Malabar
Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan sendiri memiliki dua tahap pengadaan, yaitu
Lingkungan). ULP juga wajib mendapatkan pengadaan jasa konsultansi arsitektur dan
AP (Advice Planning/Keterangan Rencana) pengadaan jasa konstruksi. Setelah pengadaan
dari Dinas PU Kota Malang (Dinas Pekerjaan jasa arsitektur selesai (dalam bentuk DEDfor
Umum). Hasil konsultasi dan permintaan per- construction) dan disetujui oleh pihak-pihak
timbangan kepada tiap SKPD tersebut menjadi yang berwenang (lihat diagram 2), maka ULP
masukan baru bagi KAK (Kerangka Acuan segera menentukan nama penyedia pekerjaan
Kerja)/spesifikasi teknis pekerjaan, HPS (Hasil konstruksi dan diusulkan kepada KPA/PPK
Perhitungan Sendiri) dan RK (Rancangan untuk disetujui. Penyedia jasa konsultansi dapat
Kontrak). ditunjuk kembali ke dalam tahap pekerjaan
Karena nilai proyek Revitalisasi Hutan konstruksi sebagai pengawas melalui kontrak
Kota Malabarsebesar 2,5 milliar, maka meka- baru atau sebaliknya menunjuk penyedia jasa
nisme yang dipakai adalah penunjukan langsung konsultansi baru.
120 Jejak Kuasa atas Tata Ruang (Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

2. Pelaksanaan Kontrak Gambar 3. Hubungan Koordinasi Lapangan


Secara umum dalam pelaksanaan pekerja- dalam Penyediaan Barang/Jasa
an konstruksi terdapat jalur koordinasi segitiga, Pemerintah dengan APBD
yaitu owner (KPA/PPK), konsultan pengawas,
dan kontraktor. Pemberi tugas disini adalah Penyedia Pekerjaan
Konstruksi / Subkontraktor
Pemerintah Kota Malang yang diwakili oleh KONTRAKTOR
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) DKP
sebagai PPK/KPA. Kemudian pihak konsultan
perencana yang menjadi pengawas proyek Konsultan Pengawas
adalah Forum Anggota Muda Persatuan In-
sinyur Indonesia Universitas Brawijaya (FAM Sumber: Dokumentasi FGD
PII UB). Untuk pelaksana atau kontraktor
adalah PT. ASDAL. Di lapangan PT. ASDAL Hutan Kota Malabar. Seharusnya jika
tidak berkerja sendiri, melainkan memiliki merujuk pada prosedur yang ideal, bukan pihak
sub bidang spesialisasi pekerjaan yang PT. AIO yang menunjuk konsultan perencana
disebut sebagai subkontraktor. Subkontraktor dan kontraktor, tetapi Pemerintah Kota Malang
adalah penanggung jawab pekerjaan yang melalui usulan ULP. Sehingga pada prosesnya,
membutuhkan spesialisasi seperti Mechanical Pemerintah Kota Malang dapat mengawasi
Engineering, Electrical Engineering, Water proses perencanaan dan pelaksanaan dengan
and Plumbing, dan sebagainya. Singkatnya baik dan memastikan desain serta pelaksanaan
keberadaan sub-bidang tersebut tergantung sesuai dengan perundang-undangan yang
kebutuhan teknis dalam pelaksanaan proyek berlaku.
di lapangan. Jalur koordinasi segitiga tersebut Pemerintah Kota Malang terbukti
harus berjalan sinergis. dengan sengaja menarik diri sejak awal dan
menyerahkan sepenuhnya Revitalisasi Hutan
3. Penyerahan Pekerjaan/Barang. Kota Malabar kepada pihak ketiga, sehingga tak
Setelah penyediaan pekerjaan konstruksi pelak pada proses perencanaan dan pelaksanaan
selesai maka Hutan Kota Malabar diserahkan ditemukan banyak sekali pelanggaran hukum.
kepada DKP atau Walikota selaku KPA/PPK. Hal itu dapat kita lihat melalui serah terima pada
Biaya pemeliharaan dan pengoperasian Hutan tanggal 16 Juni 2015 oleh Pemerintah Kota
akan diusulkan oleh DKP untuk dimasukkan Malang yang kemudian menganulir otoritas
dalam RAPBD. Pemerintah Kota Malang terhadap Hutan
Namun Pemerintah Kota Malang tidak Kota Malabar (Pemkot Malang Online, 2015).
memiliki mekanisme khusus yang mengatur Sehingga secara tidak langsung bisa dikatakan
perihal kerjasama pembiayaan dengan pihak Pemerintah Kota Malang telah menjual Hutan
ketiga atau menggunakan dana TJSL Per- Kota Malabar kepada PT. AIO.
usahaan sebagai dana pengadaan barang/jasa. Belakangan, penyerahan otoritas ini
Sehingga pengaturan perihal penyaluran dana diakui sendiri kepada tim Aliansi Peduli
menjadi otoritas penuh Walikota. Hutan Kota Malabar(APHKM) oleh Kepala
Berdasarkan temuan fakta APHKM di Bidang Pertamanan DKP, Slamet Husnan pada
lapangan, cukup jelas bahwa PT. AIO sebagai kunjungan lapangan pada tanggal 30 Januari
pihak pemberi TJSL justru menggantikan 2016 pukul 14.15 di Hutan Kota Malabar. Hal
posisi DKP (lihat diagram 3) atau owner dalam ini dikonfirmasi oleh Ketua APHKM, Rabbani
pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Amal Rais, bahwa Kepala Bidang Pertamanan
DKP sebagai wakil Pemerintah Kota Malang DKP tersebut menyatakan bahwa PT. AIO
seakan-akan menyerahkan kuasa Hutan Kota yang memiliki wewenang terhadap Rencana
Malabar kepada PT. AIO. Hal tersebut dapat Anggaran Biaya (RAB) proyek Revitalisasi
terlihat dari penunjukan rekanan penyedia Hutan Kota Malabar, sehingga RAB tersebut
jasa konsultansi perencana, pengawas, dan tidak dapat ditunjukkan kepada publik.
kontraktor diserahkan kepada pihak PT. AIO Pihak DKP memberikan kebebasan bagi PT.
sepenuhnya sejak awal hingga akhir. AIO untuk menunjuk rekanan sendiri, jadi
Hal ini secara tidak langsung mengurangi konsultan perencana dan kontraktor semuanya
wewenang Pemerintah Kota Malang terhadap adalah pilihan PT. AIO.
H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi 121

Akibat dari penyerahan proyek Revi- yang dimaksud dengan RTHKP terdiri dari: (1)
talisasi Hutan Kota Malabar kepada pihak taman kota, (2) taman wisata alam, (3) Taman
ketiga ini, Masyarakat Sipil, DPRD, bahkan rekreasi, (4) Taman lingkungan (4) perumahan
mungkin BPK sekalipun akan kesulitan dan permukiman, (5) Taman lingkungan
melacak penyalahgunaan wewenang dalam perkantoran dan gedung komersial, (6) Taman
kasus ini. Terbukti dalam beberapa kali audiensi hutan raya, (7) Hutan kota, (8) Hutan lindung, (9)
dengan DPRD bersama APHKM, Pemerintah Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, dan
Kota Malang selalu memiliki jawaban tertutup, lembah, (10) Cagar alam, (11) Kebun raya, (12)
dengan alasan itu adalah tanggung jawab pihak Kebun binatang, (13) Pemakaman umum, (14)
ketiga sepenuhnya. Tindakan ini dapat disebut Lapangan olah raga, (15) Lapangan upacara,
sebagai apologia in absentia yang nyaris (16) Parkir terbuka, (17) Lahan pertanian
sempurna. perkotaan, (18) Jalur di bawah tegangan tinggi
(SUTT dan SUTET), (19) Sempadan sungai,
Kuasa Modal Atas Tata Ruang pantai, bangunan, situ dan rawa, (20) Jalur
Terdapat kecenderungan bagi para pengaman jalan, median jalan, rel kereta api,
stakeholder kebijakan baik di pusat dan daerah pipa gas dan pedestrian, (21) Kawasan dan jalur
mulai menyadari pentingnya fungsi hutan kota hijau, (22) Daerah penyangga (buffer zone)
bagi kehidupan masyarakat perkotaan. Sejak lapangan udara,(23) taman atap (roof garden).
tahun 2002 Pemerintah mengeluarkan PP No.
Tabel 3. Luas RTH Kota Malang (dalam Hektare
63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, di dalam
dan Prosentase)
Pasal 1 ayat 2 disebutkan pada bahwa “Hutan
Kota adalah hamparan lahan yang bertumuhan Luas Persentase
No Jenis RTH
pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam (Ha) (%)
wilayah perkotaan baik pada tanah negara 1 Hutan Kota 33,56 0,35%
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai 2 Taman 183,49 1,82%
hutan kota oleh pejabat yang berwenang.”
3 Lapangan 59,19 0,61%
Lebih lanjut di dalam definisi tersebut
disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan 4 Makam 94,73 0,98%
hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian, Jalur Hijau
5 Jalan(Median 218,64 2,26%
dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang danBoulevard)
meliputi unsur lingkungan, sosial, dan budaya.
6 Sempadan SUTET 25 0,26%
PP tersebut juga menyebutkan empat
fungsi hutan kota. Diantaranya Pertama, untuk 7 Sempadan Sungai 1102,43 11,41%
memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan 8 Sempadan Rel KA 43,11 0,45%
nilai estetika. Kedua, meresapkan air. Ketiga, Total 1758,15 15,92%
menciptakan keseimbangan dan keserasian
lingkungan fisik kota. Keempat, mendukung Sumber: Dewan Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Satu hal yang perlu disorot dari
Hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Permendagri ini adalah asas kemanfaatan dari
PP ini tidak menyebutkan sama sekali fungsi RTH yang salah satunya adalah meningkatkan
ekonomi yang melekat pada Hutan Kota. nilai ekonomi lahan perkotaan. Dalam konteks
Pada perkembangan berikutnya di tahun ini kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar
2007, Pemerintah mengeluarkan UU No. 26 terjadi pada tahun 2015 dimana Pemerintah
tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Di dalam Kota Malang melakukan alih fungsi lahan
UU ini disebutkan bahwa RTH adalah “area Hutan Kota Malabar yang seharusnya
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang dipergunakan sebagai Hutan Kota menjadi
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat Taman Kota sekaligus locus dari reklame-
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara reklame yang dipasang oleh PT. AIO sebagai
alamiah maupun yang sengaja ditanam.” pemangku dana TJSL yang membangun
Kehadiran UU ini kemudian ditindaklanjuti revitalisasi Hutan Kota Malabar. Ini merupakan
oleh Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang nilai kemanfaatan ekonomi dari sebuah proyek
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan RTH.
Perkotaan (RTHKP), yang merinci bahwa
122 Jejak Kuasa atas Tata Ruang (Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

Kebijakan ini, sebagaimana tertulis di yang dijual oleh perusahaan pemangku TJSL
dalam RPJMD Kota Malang, merupakan tersebut.
kebijakan merevitalisasi Hutan Kota menjadi Sebenarnya ini adalah strategi yang tidak
tempat wisata murah bagi masyarakat. Hutan terlalu baru dalam pengelolaan infrastruktur
Kota yang seharusnya memiliki fungsi publik Pemerintah Kota Malang sendiri sedang
ekologis yang optimum di dalam Kota, justru berupaya mengadopsinya yang berkerjasama
dimanfaatkan sebagai tempat wisata murah dengan pihak swasta, yang kerap disebut sebagai
dengan fungsi sosial ekonomi yang justru Public-Privat Partnership (PPP). PPP sendiri
mengurangi fungsi ekologis dari Hutan Kota adalah dari upaya debottlenecking yang sedang
Malabar tersebut. dilakukan oleh pemerintah Indonesia (melalui
Kita memahami bahwa banyak pem- pemaksaan oleh IMF melalui paket kebijakan
bangunan dalam pengelolaan tata ruang yang penyesuaian struktural) pasca krisis moeneter
tidak kita butuhkan fungsinya dibandingkan 1998 untuk menjadikan pemerintah sebagai
dengan fungsi utamanya yang benar-benar bagian dari sirkuit ekonomi global berbasis
kita butuhkan. Contohnya dalam revitalisasi pasar. Skema ini secara sederhana dalam
Hutan Kota Malabar yang sebenarnya fungsi praktiknya dapat dirangkum sebagai berikut:
ekologisnya lebih kita butuhkan dibandingkan di satu sisi negara memiliki tanah, sumberdaya
fungsi sosial ekonominya. dan sedikit modal dan di sisi lain pihak swasta
memiliki alat produksi dan modal berlebih.
Penguasaan Tata Ruang Melalui Dana Kerjasama antar keduanya dengan meka-
TJSL nisme PPP diharapkan akan menjadi kolaborasi
Penyerahan pengelolaan Hutan Kota investasi yang akseleratif, kompetetif, efektif
Malabar kepada pihak ketiga menimbulkan dan efisien untuk menyediakan layanan publik
beberapa pertanyaan dari berbagai pihak di yang optimal dengan sesedikit modal dan
Kota Malang. Beberapa pihak menilai, apabila menghasilkan keuntungan yang besar. Tidak
penyerahan pengelolaan insfrastruktur publik jauh berbeda sebetulnya dengan pemberian
kepada pihak swasta ini diakibatkan oleh priviledge pemanfaatan ruang negara dalam
kelemahan, kerumitan, serta merebaknya KKN waktu tertentu kepada pihak swasta seperti
dalam birokrasi pemerintah statement ini halnya pada masa Orde Baru letak perbedaanya
seringkali diungkapkan oleh para pendukung hanya dalam sistem pengelolaanya yang lebih
konsep good governance sebuah antitesis transparan dan terbuka (atau dalam bahasa lain:
terhadap konsep kapitalisme kroni yang lebih menjunjung tinggi asas fundamentalisme
berkembang di era sebelumnya. Penyerahan pasar). Skema PPP inipun menawarkan sistem
kepada pihak ketiga akan mempermudah kerjasama yang lebih beragam, di Indonesia
pengelolaan proyek, di mana Pemerintah tidak sendiri menerapkan jenis skema PPP seperti:
perlu banyak bertanggung jawab. BTO (Build Tranfer Operate), BOT (Build
Selain itu, pemangku TJSL juga men- Operate Transfer), ROT (Rehabilitate, Operate,
dapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari Transfer), BOO (Build, Own, Operate) dan
masyarakat, karena memperoleh kesempatan O&M (Operation and Management).
meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan Lalu apa hubunganya TJSL dengan
pemangku TJSL tersebut merupakan perusahaan PPP? Jika menilik kepada definisi TJSL yang
yang baik. Hal ini memungkinkan masyarakat merujuk pada penjelasan Pasal 2 Peraturan
membeli produk-produk dari perusahaan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 mengenai
pemangku TJSL tersebut selain karena diang- Tanggung Jawab Sosial, yang menyatakan
gap berkontribusi terhadap isu-isu sosial dan bahwa “Ketentuan ini menegaskan bahwa
ekologis tertentu, pemangku TJSL juga bisa pada dasarnya setiap Perseroan sebagai
menyelipkan berbagai iklan dan pembangunan wujud kegiatan manusia dalam bidang usaha,
yang menguntungkan perusahaan untuk jangka secara moral mempunyai komitmen untuk
waktu yang panjang. Semisal perusahaan bertanggung jawab atas terciptanya hubungan
minuman isotonik bisa membangun ruang untuk Perseroan yang serasi dan seimbang dengan
masyarakat berolahraga sekaligus memberikan lingkungan dan masyarakat setempat sesuai
tanda-tanda tertentu agar masyarakat yang dengan nilai, norma dan budaya masyarakat
selesai berolahraga mengkonsumsi barang tersebut”
H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi 123

Dalam ketentuan ini, perusahaan wajib 15 April 2016 bahwa penerimaan pajak dari
menyalurkan TJSL kepada masyarakat tanpa iklan PT. AIO sebesar 1,6 juta/tahun.Tentu angka
kompensasi apapun, karena TJSL merupakan ini kecil sekali, mengingat logo PT. AIO terdapat
kewaijiban serta hak masyarakat umum tanpa di seluruh penjuru Hutan Kota Malabar.Hal yang
terkecuali. Lalu apakah artinya mekanisme sama juga terjadi di Alun-alun Merdeka Malang
kerjasama antara PT. AIO dan Pemerintah Kota yang menggunakan dana TJSL BRI Peduli
Malang dapat dikategorikan sebagai TJSL? dan Taman Merbabu dariTJSL PT. Beisserdorf
Apabila ditelisik lebih detail, meka-nisme Indonesia. Dalam kasus Alun-alun Merdeka
kerjasama Revitalisasi Hutan Kota Malabar kompensasi atas TJSL BRI adalah BRI diberi
seperti yang telah dijelaskan diatas, sebenarnya keringanan pajak pemanfaatan sebagian areal
bukanlah pemberian dana TJSL oleh perusahaan, Alun-alun untuk aktivitas komersial, yaitu ATM
melainkan bentuk kerjasama PPP dengan Drive Thru. Pajaknya sendiri nilainya sangat
menggunakan skema BTO dengan selubung kecil, yaitu sebesar 25 juta/tahun.
penggunaan dana TJSL. BTO sendiri dalam Dalam mekanisme BTO berselubung
praktiknya adalah sebuah bentuk kerjasama TJSL ini, pihak PT. AIO bukanlah perusahaan
PPP dimana swasta membangun fasilitas sesuai yang dengan ikhlas berderma untuk masyarakat,
dengan perjanjian tertentu dengan pemerintah, melainkan bertendensi untuk meminta beberapa
mengoperasikan selama periode tertentu ber- kompensasi: Pertama, PT. AIO mendapatkan
dasarkan kontrak, dan kemudian mengem- keringanan pajak dari pemerintah belakangan
balikan fasilitas tersebut kepada pemerintah telah kita ketahui bahwa pada bulan April 2016,
setelah proyek pembangunan selesai. Dana PT. AIO akan membuka parbriknya di Kota
yang digunakan dapat sebagian atau sepenuhnya Malang. Bukan tidak mungkin pembukaan
menggunakan dana swasta dengan perhitungan pabrik tersebut tidak disertai dengan priviledge
biaya investasi tertentu. Kompensasi yang tertentu, termasuk keringanan pajak oleh
diberikan kepada swasta oleh pemerintah dapat Pemerintah Kota Malang. Kedua, PT. AIO
melalui bagi hasil pada saat pengoperasian mendapatkan social benefit yang diperoleh dari
fasilitas tersebut dengan kontrak baru. Disini citra perusahaan ramah lingkungan hidup di
pemerintah dapat menentukan, apakah kontrak mata masyarakat Kota Malang. Ketiga, PT. AIO
kerjasama tersebut masih menggunakan pihak mendapatkan keringanan pajak iklan di Hutan
swasta yang sama atau bahkan menjalin Kota Malabar. Keempat, PT. AIO tidak lagi
kontrak baru dengan pihak swasta lain dalam memiliki kewajiban untuk menyalurkan dana
pengoperasian dan pemeliharaan. TJSL-nya kepada masyarakat.
Dalam kasus Revitalisasi Hutan Kota Apabila kita telusuri sejak awal kemun-
Malabar skema BTO ini digunakan dalam culanya, penggunaan mekanisme BTO
rangkaian teknis berikut ini: dengan selubung penerimaan dana TJSL
1. Pihak Pemerintah Kota Malang menyerah- untuk pembiayaan infrastruktur publik pernah
kan Hutan Kota Malabar kepada PT. AIO dilakukan oleh Ridwan Kamil, Walikota
untuk mendesain dan membangun hingga Bandung. Mekanisme itu dilakukan dengan
proyek selesai (Build), dalih APBD Kota Bandung tidak mencukupi
2. Setelah itu diserahkan kepada Pemerintah untuk membiayai infrastruktur publik. Seperti
Kota Malang melalui acara peresmian taman tematik, transportasi publik, fasilitas
(Transfer) kesehatan, sanitasi dan fasilitas untuk warga
3. Selanjutnya untuk pengoperasian, Peme- kota lainnya (Bandung Merdeka Online, 2016).
rintah Kota Malang menggunakan skema Alasan yang dipakai selain karena sebagaian
pembiayaan bersama (biaya dari pihak besar APBD digunakan untuk biaya operasional
swasta didapatkan dari pajak iklan) dengan pemerintahan seperti pembayaran gaji PNS,
kompensasi PT. AIO Otsuka menyematkan Selain itu mekanisme ini menjadi solusi atas
iklan di Hutan Kota Malabar dengan mekanisme konvensional yang dianggapnya
biaya dibawah standar iklan yang berlaku berbelit-belit, sehingga dibutuhkan skema
(Operate). penyediaan infsrastruktur publik yang lebih
efektif dan efisien.
Berdasarkan keterangan dari Ade Herawan Berbeda halnya dengan Kota Malang,
Kepala Dinas Pendapatan Daerah pada tanggal skema penawaran dana BTO yang berselubung
124 Jejak Kuasa atas Tata Ruang (Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

TJSL ini dikelola secara transparan melalui keuntungan sebesar-besarnya dengan modal
web dan aplikasi online. Di satu sisi skema sekecil-kecilnya.
ini memberikan daftar-daftar perusahaan Sementara itu di Kota Malang, asal muasal
lengkap dengan jenis usahanya (baik yang mekanisme ini dapat dilacak ketika H.M.
telah menyalurkan dana ataupun belum). Anton memberlakukan tax holiday atau pesta
Sementara di sisi lain terdapat forum bagi diskon keringanan pajak sebesar 50 persen bagi
warga kota untuk memohon dana BTO yang investor yang ingin menanamkan modalnya
sesuai dengan sektor penerimaan berdasarkan di Kota Malang (Perda No. 2 Tahun 2015
kategori jenis usaha perusahaan pemberi dana. Tentang Pajak Daerah). Menurut Anton, APBD
Jika dilihat secara sekilas sistem kolaborasi Kota Malang tidaklah cukup untuk membiayai
unsurquadro helix (akademisi, pemerintah, pembangunan infrastruktur publik dan program
swasta dan masyarakat) yang terangkum dalam kesejahteraan sosial, sehingga menurut asumsi-
web ini, memberikan prosedur yang ringkas, nya, ramainya investor akan berbanding lurus
mudah, cepat, transparan dan memikat. Hal dengan kesejahteraan warga kota. Asumsi ini
ini berbanding terbalik dengan mekanisme secara umum dikenal sebagai logika trickle
permohonan pembiayaan melalui APBD down effect, dimana modal dalam skala raksasa
yang cukup rumit dan birokratis. Dana PPP ditanamkan ke suatu daerah agar tercipta efek
berselubung TJSL sendiri dalam penyalurannya tetes kebawah dengan penyerapan tenaga kerja
bukan dalam bentuk uang, melainkan sudah lokal, tumbuhnya usaha-usaha mikro yang
dalam bentuk barang. disubsidi melalui pinjaman yang didapat dari
Namun di balik daya pikatnya ini, pajak atau kegiatan ekonomi penyokong seperti
pembiayaan melalui mekanisme BTO rumah makan kecil, parkir, toilet dan sebagainya.
menyembunyikan persoalan-persoalan pelik. Terbukti kemudian TJSL PT. AIO adalah menu
Jika dilihat lebih detail, susunan pengurus forum pembuka untuk menu utama karena belakangan
TJSL Kota Bandung masih seputar individu pada bulan April 2016 PT. AIO resmi membuka
dengan latar belakang pengusaha, perusahaan, pabrik di Kawasan Industri Gotong Royong,
akademisi dan birokrat pemerintahan. Kita tidak Kota Malang (Malang Times Online, 2016).
akan menemukan satupun aktor dalam skema Singkatnya, TJSL sesungguhnya adalah suatu
quadro helix ala Ridwan Kamil ini berasal dari dalih populistik bagi Pemerintah Kota Malang
unsurkelompok rakyat. Susunan ini tentu akan kepada warga dalam rangka memperoleh
berdampak pada keberpihakan forum ini, karena legitimasi bagi berlangsungnya privatisasi dan
realisasi dana TJSL, meskipun transparan dan komersialisasi di seluruh sektor infrastruktur
akuntabel namun tidak sepenuhnya partisipatif, layanan publik. Hutan Kota Malabar serta
dengan masyarakat umum diluar forum hanya taman-taman lain dalam konteks ini hanyalah
punya hak untuk memberi masukan. pintu masuk saja, bukan sebagai tujuan utama
Selain itu, fakta pengunaan dana TJSL yaitu penggunaan mekanisme PPP secara total
inipun memiliki beberapa konsekuensi langsung, terhadap semua sektor layanan publik.
pihak swasta pemberi dana TJSL akan meminta Keuntungan lain yang tak kalah penting-
kompensasi seperti penyematan branding pada nya, akibat menggunakan TJSL sebagai sebuah
barang-barang yang telah diberinya. Artinya, upaya memperoleh legitimasi kuasa publik,
pencitraan terselubung adalah konsekuensi melalui penghematan ongkos politik yang
logis dari mekanisme ini. dikerahkan. Pada mekanisme konvensional,
Dampak yang mungkin dari penggunaan ongkos politik yang dikerahkan akan semakin
mekanisme demikian privatisasi segala sektor besar, karena harus minta persetujuan DPRD
penyedia layanan publik kota seperti air terlebih dahulu untuk menganggarkan proyek-
minum, listrik, pangan, sanitasi, jaminan sosial, proyek populis tersebut kedalam RAPBD lalu
kesehatan, perumahan publik, dan setiap infra- mengusulkan kepada ULP dan seterusnya.
struktur dasar lainnya. Meskidisatu sisi aset Tentu lobi-lobi politik dan proses yang
sepenuhnya masih milik Pemerintah Kota, berbelit-belit ini merupakan obstacle (unsur-
tetapi disisi lain orientasi layanan dasar publik unsur penghambat) bagi berlangsungnya
yang sejatinya bertujuan mensejahteraan dan efektifitas dan efisiensi pemerintahan bagi
memakmuran warga kota berubah orientasinya keberlangsungan kuasa investasi modal, oleh
(karena dikelola oleh swasta) menjadi pencarian karena itu sistem BTO berselubung TJSL ini
H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi 125

digunakan untuk melampaui kuasa trias politica kebijakan revitalisasi Hutan Kota Malabar
dan memberikan kesempatan yang lebih besar menjadi hutan yang berfungsi sebagai taman
kepada pihak eksekutif dalam hal ini H.M. kota pada dasarnya bertolak belakang dengan
Anton. peraturan perundangan yang berlaku. Ketentuan
Kemudian berikutnya, ketika kebijakan Pemerintah yang menyebutkan bahwa Hutan
populis itu telah mampu mempengaruhi opini Kota adalah hamparan lahanbertentangan
publik dan menjadi instrumen legitimasi, maka dengan definisi dari RTH yang diartikan
proses itu akan menuju ke tahap selanjutnya sebagai area memanjang atau mengelompok
masuknya pihak ketiga dalam setiap kebijakan yang penggunaannya lebih bersifat terbuka.
publik dalam seluruh sektor layanan publik Penafsiran ini tentunya dapat dikategorikan
Pemerintahan Kota. Alih-alih lebih demokratis sebagai kebijakan yang bersifat antroposentris.
dan partisipatif, sistem ini adalah sebentuk Kedua, Revitalisasi Hutan Kota Malabar
totalitarianisme baru yang diselubungi oleh yang didanai oleh dana TJSL PT. AIO ini
populisme palsu yang sepenuhnya berpihak tidakmendapatkan legitimasi secara politik.
kepada para investor. Tercatat dalam periode Sesuai amanat UU No 23 Tahun 2014,
‘Abah Anton’ menjabat, telah disahkanya dalam mengoptimalkan pembangunan daerah
beberapa Peraturan Daerah yang pro investor. Pemerintah Kota/Kabupaten haruslah berko-
Selain Dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun ordinasi, berdiskusi, dan menyepakati terlebih
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah dahulu rencana pembangunan dengan DPRD.
Kota Malang No. 16 Tahun 2010 Tentang Pajak Namun pembangunan hutan kota Malabar
Daerah yang memuat tax holiday. Ditambah dengan dana TJSL PT. AIO ini tidaklahmelalui
lagi pada tahun 2016 akan disahkanya mekanisme tersebut, sehingga dapat dikatakan
Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal bahwa proses perencanaan revitalisasi hutan
di Kota Malang sebagai prasyarat untuk masuk kota Malabar tidaklah partisipatif.
dalam tahap PPP selanjutnya (Pemkot Malang Ketiga, Absennya aturan mengenai penggunaan
Online, 2014). dana TJSLdi Kota Malang dapat membuat pihak-
Selain itu, mekanisme ini juga mampu pihak tertentu, baik dari unsur pemerintahan
melampaui sederet persyaratan pembangunan maupun perusahaan, berpotensi melakukan
infrastruktur seperti kajian AMDAL (Analisis penyalahgunaan serta penyelewengan dalam
Mengenai Dampak Lingkungan), kajian penyaluran dana TJSL. Pemanfaatan dana
ANDALALIN (Analisis Dampak Lalu TJSL pada dasarnya dapat digunakan untuk
Lintas), dokumen RKL (Rencana Pengelolaan membantu pembangunan daerah, sehingga
Lingkungan) dan RPL (Rencana Pengelolaan melalui TJSL, perusahaan dapat berpartisipasi
Lingkungan) dan AP (Advice Planning) sekali- dalam pembangunan sebagai bentuk kepe-
pun, karena logika akumulasi modal sejatinya dulian sosial kepada masyarakat. Dalam
memandang segala prasyarat ter-sebut adalah konteks kerjasama daerah yang menggunakan
obstacle yang harus dipangkas berlangsungnya dana TJSL tentu pemerintah harus melakukan
mekanisme ini sah dan semakin membuka kalkulasi dengan tepat terkait dengan rencana
kemungkinan dan memperluas krisis sosial- pembangunan tersebut. Karena model perjanjian
ekologis tanpa halangan sedikitpun. yang digunakan adalah bangun-serah (BTO)
Lalu, bukankah pertumbuhan kota mem- sehingga konsekuensi biaya perawatan dan
butuhkan investor? Alih-alih memberikan pembangunan selanjutnya adalah tanggungan
sumbangsih positif, kebijakan yang berpihak dari Pemerintah melalui APBD.
pada investor, baik dengan mekanisme PPP Keempat, kebijakan yang baik pada dasarnya
ataupun peran swasta penuh, pada faktanya ialah kebijakan yang menempatkan rakyat
hanya semakin memperdalam jurang kemis- sebagai subjek kebijakan. Pelibatan rakyat
kinan serta sederet panjang krisis sosial-ekologis mulai dari proses penyusunan, implementasi,
di Kota Malang. serta monitoring kebijakan merupakan
perwujudan dari tata kelola pemerintah
SIMPULAN yang demokratis-deliberatif. Tanpa adanya
peran publik maka pemerintahan demokratis
Berdasarkan analisis di atas, penelitian ini tak ubahnya menjadi tirani mayoritas yang
dapat mengambil beberapa simpulan. Pertama, terselubung.
126 Jejak Kuasa atas Tata Ruang (Studi kasus Kebijakan Revitalisasi Hutan Kota Malabar)

DAFTAR PUSTAKA Nygren, A. (1998). Environment as discourse:


Searching for Sustainable Development
Air Menipis Ratusan Petani Tolak Kehadiran in Costa Rica. Environmental Values.
PDAM. (2015, 4 Maret). Diakses Vol 7 (2). Hal 201-222.
tanggal 9 Agustus 2016 dari: http:// Pemkot Malang. (2014). Dokumen RPJMD
n a s i o n a l.new s .viva.co.id/new s / Kota Malang 2013-2018. Diakses
read/597290-air-menipis--ratusan- tanggal 9 Agustus 2016 dari http://
petani-tolak-kehadiran-pdam bappeda.malangkota.go.id
Babbie, E.R. (2010). The Practice of Social Perda Penanaman Modal Jamin Kenyamanan
Research (12th Edition). Wadsworth Pengusaha. (2014, 23 Oktober).
Publishing: US. Diakses tanggal 9 Agustus 2015, dari:
Bappeda Kota Malang. (2015). Perencanaan http://arsip.malangtimes.com/berita/
Kota Malang. diakses tanggal 9 Agustus 23102014/13612/perda-penanaman-
2016 dari https://www.youtube.com/ modal-jamin-kenyamanan-pengusaha.
watch?v=kEBabbXoPwk html
BPS Kota Malang. (2011). Kota Malang Perda RTRW Kota Malang 2011. (2011)
dalam Angka 2011. Diakses tanggal 9 Diakses tanggal 9 Agustus 2016, dari:
Agustus 2016, dari https://malangkota. http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.
bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kota- id/files/KOTA_MALANG_4_2011.
Malang-Dalam-Angka--2011.pdf pdf
Ekawati, N. (2014). Kajian Dampak Pengem- Perdana, P.P. (2014). Ini Alasan Ridwan
bangan Pembangunan Kota Malang Kamil Semangat Mencari Dana TJSL.
terhadap Kemacetan Lalu Lintas. Jurnal Diakses tanggal 9 Agustus 2016,
Administrasi Publik. Vol. 2 (1). dari http://regional.kompas.com/
Kota Malang akan Miliki Dua Perda Baru. read/2014/02/08/1805224/Ini.Alasan.
(2015, 5 April) diakses tanggal 9 Ridwan.Kamil.Semangat.Mencari.
Agustus 2016 dari http://malangkota. Dana.CSR.
go.id/2015/04/03/kota-malang-akan- Rosadi, D. (2016). Bangun Daerah Dengan
miliki-dua-perda-baru/. Public Private Partnership: Ridwan
Kurniawan, N.I. (2012). Wacana Lingkungan Kamil Dorong BUMN Bersinergi.
dan Pembangunan Berkelanjutan di Diakses tanggal 9 Agustus 2016, dari:
Indonesia. Artikel Jurnal Sosial Politik http://bandung.merdeka.com/halo-
UGM. Vol 16.(1). Hal 1-15. bandung/bangun-daerah-dengan-
konsep-ppp-ridwan-kamil-dorong-
LKPP. (2015). E-Procurement Kota Malang. bumn- bersinergi-160413h.html
diakses tanggal 9 Agustus 2016 dari
lpse.malangkota.go.id/eproc/ Rahardjo, H. (2012). Sengketa Perebutan
Divestasi Saham Newmont Nusa
Mulyadin, R.M & Gusti, P. (2015). Analisis Tenggara: Analisis Ekonomi Politik.
Kebutuhan Luasan Area Hijau Ber- Artikel Jurnal. Jurnal Sosial PolitikUGM.
dasarkan Daya Serap CO2 di Kota Vol 16 (1). Hal 26-44.
Malang, Jawa Timur. Jurnal Penelitian
Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol. Salim, M.A. (2016). Taruh Dana CSR Di
12 (1). Kota Malang Dapat Diskon 15 Persen.
diakses tanggal 9 Agustus 2016,
Otsuka Akan Buka Pabrik di Kota Malang. darihttp://www.malangtimes.com/
(2015, 7April) Diakses tanggal 9Agustus baca/11061/20160317/174812/taruh-
2016, dari: http://radarmalang.co.id/ dana-csr-di-kota-malang-dapat-diskon-
detail.php?proses=detail&title=April,- 15-persen/
Otsuka-Buka-Pabrik-di-Kota-Malang-
&id=239&halaman=1. Sumarmi. (2012). Model Pengelolahan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jalan
H.B. Habibi Subandi, dan Juwita Hayyuning Prastiwi 127

Raya Untuk Mengurangi Suhu Udara World Commisssion on Environment and


dan Emisi CO2 di Kota Malang. Development. (1987). Our Common
Penelitian tidak diterbitkan. Malang: Future. Oxfor University Press:
Geografi UM. Oxford.
Umar, A.R.M. (2012). Ekonomi Politik Zimmer, Anna. (2010). Urban Political Ecology:
Perminyakan Indonesia: Analisis Theoretical Concepts, Challenges, and
Kebijakan Liberalisasi Sektor Hulu Suggested Future Directions. Erdkunde,
Migas Indonesia Pasca 1998.Jurnal Vol 64 (4). hal 343-354.
Sosial PolitikUGM. Vol 16. (1). Hal
45-60.

Anda mungkin juga menyukai