Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

LIFARIASIS

Disusun Oleh

Kelompok 4

Delvina Putri Bahrudin 19009

Wiranti Mangadikon 19029

Asda 19007

Pauziah Daeng Parukka 19022

PRODI D3 KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU

TAHUN 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Penulisan...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
A. Konsep Teori..........................................................................................2
a. Definifi Filariasis...............................................................................2
b. Etiologi Filariasis..............................................................................2
c. Tanda dan Gejala Filariasis ..............................................................2
d. Patofisiologi Filariasis.......................................................................3
e. Test Diagnostic..................................................................................4
f. Program Pemerintah Dalam Penanggulangan...................................4
g. Penatalaksanaan Filariasis ................................................................5
h. Pencegahan Filariasis........................................................................6
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan................................................................6
A. Pengkajian........................................................................................6
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................6
C. Perencanaan .....................................................................................8
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran ...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................13

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Serta kami mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1, dengan judul Askep
Filariasis.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palu, 8-November-2020

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi satu atau dua cacing jenis falaria yaitu
Wucheria bancrofti atau Brugiamalayi. Cacing filaria ini termasuk family Filaridae, yang
bentuknya langsing dan ditemukan didalam system peredaran darah limfe, otot, jaringan
ikat atau rongga serosa pada vertebrata (Sudoyo dkk, 2010, p. 2931).
Didaerah endemik 80 % penduduk biasa mengalami infeksi tetapi hanya sekitar 10 –
20 % populasi yang menunjukkan gejala klinis infeksi parasit ini tersebar didaerah tropis
dan subtropis seperti afrika, Asia, Pasifik selatan (Kunoli, 2012, p. 199).
Penyakit filariasis ini terjadi melalui gigitan nyamuk mengandung larva infektif.
Larva akan terdeposit dikulit, terpindah ke pembulu limfa berkembang menjadi cacing
dewasa selama 6 sampai 12 bulan, dan menyebabkan kerusakan dan pembesaran
pembulu limfe (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144). Perlu adanya pendidikan dan
pencegahan serta pengenalan penyakit kaki gajah diwilayah masing – masing sangatlah
penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Membersihkan lingkungan
sekitar adalah hal penting untuk mencegahan terjadinya perkembangan nyamuk
diwilayah tersebut (Padila, 2013, hal. 418).
B. Rumusan Penulisan
Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,antara lain :
1. Bagaimana konsep Filariasis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Filariasis ?
C. Tujuan Penulisan
Menambah pengetahuan para pembaca mengenai konsep teori dan asuhan
keperawatan dengan Filariasis.

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
a. Definisi Filariasis
Filariasis atau lebih dikenal elephantiasis (kaki gajah) adalah penyakit akibat
nematode yang seperti cacing yaitu wuchereria bancrofti, rugia malayi dan brugia
timon yang dikenal sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada saat kanak-kanak
dan manifestasi yang dapat terlihat mucul belakangan, menetap dan menimbulkan
ketidak mampuan menetap (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode yang
tersebar dindonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi
dapat menurunkan produktifitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik.
Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-
tahun kemudian setelah infeksi gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan
mikrofilaria pada pembulu limfe yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun
setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Oleh karena itu filariasis sering juga
disebut kaki gajah. Akibat paling vatal bagi penderita adalah kecacatan permanen
yang sangat mengganggu produktifitas (Kunoli, 2012, p. 199).
b. Etiologi Filariasis
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia
Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia
terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan
viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan
dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing
(microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari. 
Wuchereria bancrofti merupakan cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti
benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing betina
berukuran dua kali cacing jantan yaitu 80-100 mm x 0,2-0,3 mm. Manusia merupakan
satu-satunya hospes yang diketahui. Penularannya melalui proboscis (labela) sewaktu
gigitan nyamuk yang mengandung larva inefektif. Larva akan terdeposit di kulit,
berpindah kepembuluh limfa berkembang menjadi cacing dewasa selama 6-12 bulan,
dan menyebabkan kerusakan dan pembesaran pembuluh limfe. Filariasis dewasa
2
hidup beberapa tahun di tubuh manusia. Selama periode tersebut filarial berkembang
menghasilkan jutaan microfilaria (umur 3-36 bulan) yang belum masak, beredar di
daerah perifer dan dapat dihisap oleh nyamuk yang kemudian menularkan kemanusia
lain (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).
c. Tanda dan Gejala Filariasis
Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi, Umumnya masa tunas 8-12 bulan. Fase
akut menimbulkan peradangan seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis,
epididymitis dan orkitis. Gejala dari limfa denitis nyeri local, keras didaerah limfe,
demam, sakit kepala.
Fase akut dapat sembuh spontan setelah beberapa hari dan beberapa kasus
mengalami dan badan, mual, lesu dan tidak nafsu makan kekambuhan tidak teratur
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum sembuh.
Fase kronik terjadi dengan gejala hidrocel, kiluria, limfedema, dan elephantiasis
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).
ADL ditandai dengan demam tinggi, peradangan limfe (limfangitis dan
limfadenitis), serta edema local yang bersifat sementara. Limfangitis ini bersifat
retrograde, menyebar secara periferdari KGB menuju arah sentral. Sepanjang
perjalanan ini, KGB regional akan ikut membesar atau sekedar memerah dan
meradang (Padila, 2013, hal. 412).
c. Patofisiologi Filarisis
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembulu getah bening
akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh mikrofilaria.
Cacing dewasa hidup dipembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah
bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan penebalan dinding
pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan magrofag didalam dan sekitar
pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi bersama dengan proliferasi sel
endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik dan
kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah bening. Limfedema dan
perubahan kronik akibat statis bersama edema keras terjadi pada kulit yang
mendasari. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filasriasis ini disebabkan oleh
efek langsung dari cacicng ini dan oleh respon imun yang menyebabkan pejamu
terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa dan
proliferasi yang menyebabkan obstruksi total getah bening (Sudoyo dkk, 2010, p.
2932).
3
PATHWAY FILARIASIS

Parasit

Menuju pembuluh limfa

Perubahan dari larva stadium 3

Berkembang biak Parasit dewasa Menyebabkan


antigen parasit

kumpulan Dilatasi pembuluh limfa Mengaktifkan sel T

cacing filaria dewasa

Penyumbatan Pembengkakan pembuluh limfa IgE berikatan

pembuluh limfa

Kerusakan struktur Mediator inflamasi

GANGGUAN NYERI KERUSAKAN Inflamasi kelenjar

MOBILITAS INTEGRITAS KULIT getah bening

FISIK

Inflamasi pada kulit PENINGKATAN


SUHU

TUBUH

HARGA

DIRI RENDAH

4
d. Test Diognostic Filariasis
1. Diagnosis Klinik, diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinik. Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan
menahun (Acute and Chronic Disease Rate). Pada keadaan amikrofilaremik,
gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis adalah gejala dan tanda
limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan gejala menahun.
2. Diagnosis Parasitologik, diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya
mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan
dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria
secara morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
3. Radiodiagnosis, pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan
kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang
bergerak-gerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik,
sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
4. Diagnosis Immunologi, Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan
prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis,
maka deteksi antibodi dan atau antigen dengan cara immunodiagnosis dan
diharapkan Dapat Menunjang diagnosisnya.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi
metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati
diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O. gibsoni
menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di
Papua New Guinea
e. Program Pemerintah dan Penanggulangan
Dalam program pmerintah dan penanggulangan Filariasis yaitu dengan dengan
cara melakukan program eliminasi filariasis (POPM/Pemberian Obat Pencegahan
Massal) adalah ketersediaan dana. Biaya yang timbul untuk program pengendalian
filariasis dibebankan pada anggaran pemerintah daerah atau sumber dana lainnya
yang sah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Serta kurangnya promosi termasuk
kampanye masa bulan eliminasi kaki gajah, anggaran yang minim dan dukungan dari
Badan Legislatif dalam penganggaran merupakan faktor penentu keberhasilan
5
pengendalian filariasis.18–20Untuk itu diperlukan ditingkatkan promosi kesehatan
terutama dalam hal pengendalian filariasis.
Menurut Erlan, promosi kesehatan melalui penyuluhan ke masyarakat dalam
kapasitas peningkatan pengetahuan masyarakat dan perubahan perilaku sehigga
memepngaruhi pemutusan rantai penularan filariasis, serta melakukan (Transmission
Assestment Survey) adalah Upaya pemerintah Melakukan Evaluasi untuk menilai
berhentinya penularan suatu penyakit dengan melakukan Survey pengukuran
penularan yang lebih dikenal dengan istilah Transmission Assestment Survey (TAS)
pada anak usia sekolah dengan menggunakan pemeriksaan Antigen/ Antibody. Nah
TAS (Transmission Assestment Survey) bertujuan untuk mengukur apakah unit
evaluasi dapat mempertahankan Prevalensi (Angka kejadian pada suatu populasi
dalam jangka waktu tertentu) Infeksi pada batas aman dimana penularan baru tidak
mungkin terjadi lagi. Terakhir Upaya Berikutnya adalah Gerakan Tepat Pencegahan
Dini, dimana gerakan ini yang dikenal dengan Gerakan 3M ( Menguras-Menutup-
Mengubur) selalu pemerintah informasikan kemasyarakat karena selain bisa
mencegah Penyakit Kaki Gajah juga sekaligus untuk mencegah dan mengurangi
meluasnya penyakit DBD di masyarakat. Uraian Gerakan 3M Yaitu :
1. Menguras dan Menyikat tempat-tempat penampungan air 1 minggu sekali
2. Mendaur ulang barang-barang bekas atau barang tidak terpakai
3. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
f. Penatalaksanaan Filariasis
1. Filariasis brancrofti
Obat yang pada saat ini banyak digunakan untuk filariasisi bancrofti adalah
Dietilkarbamasin sitrat ( DEC ) dengan dosis 3x2mg/kg berat badan/ hari , selama
4 minggu . Pemberian DEC hanya ditunjukan untuk mengobati tahap microfilaria,
tahap filariass akut, untuk mengobati kluria, limfedema, dan tahap awal
elephantiasis. Pengobatan dengan atihistamin serta pemberian obat – obat
simtomatik , analgetik dan atipiretik dapat diberikan sesuai dengan keluhan
penderita dan gejala penyakit yang terjadi Apabila telah terjadi hidrokel atau
elephantiasis yang lanjut penaganan hanya dapat dilakukan melalui pembedahan
2. Pengobatan brugiasis
DEC yaitu merupakan obat pilihan untuk brugiasis , dapat diberikan dengan
dosis lebih rendah , yaitu 3x 0,3 – 2 mg/ kg berat badan / hari , namun diberikan

6
lebih lama yaitu selama 3 minggu ( Soedarto, 2009 ). Serta Penatalaksana
Keperawatan yaitu:
a. Perawatan umum
 Istirahat ditempat tidur, pindah tempat ke daerah dingin akan mengurangi
derajat serangan akut.
 Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan abses
 Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.
b. Pengobatan spesifik
 Dengan dietylkarbamazine 2-3 minggu mg/kg berat badan, 3 x sehari
selama 7-14 hari, kadang kala sampai 14 hari.
 Reaksi pusing, mual, dan demam dapat terjadi selama pemberian obat ini.
 Relaps dapat terjadi 3-12 tahun kemudian dan control harus dilakukan
selama 1-2 tahun kemudian.
c. Pengobatan pembedahan
 Pembedahan untuk melenyapkan elephantiasis skrotum, vulva dan
mammae mudah dilakuakan dengan hasil yang memuaskan.
 Perbaikan tungkai yang membesar dengan anastomosis antara saluran
limfe yang letaknya dalam dengan yang perifer tidak selalu memuaskan
 Pembedahan ini bertujuan untuk mengeluarkan cacing filarial.
g. Pencegahan Filariasis
Langkah utama dalam untuk mencegah tertular filariasis adalah dengan
menghindari gigitan nyamuk sebisa mungkin. Hal ini sangat penting, terutama di
negara-negara tropis, seperti Indonesia. Untuk memaksimalisasi perlindungan
terhadap gigitan nyamuk, kita dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang
meliputi:
1. Mengenakan baju atau celana panjang.
2. Mengoleskan losion antinyamuk.
3. Tidur di dalam kelambu.
4. Membersihkan genangan air di sekitar lingkungan.
B. Konsep Asuhan Kereawatan
a. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang
7
mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang
3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah
bekerja berat.
2. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas
( Perubahan TD, frekuensi jantung)
3. Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan
pengisian kapiler.
4. Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan
penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
5. Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
6. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.
7. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
8. Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba,
kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
9. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.
10. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun,
demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.

8
11. Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis
12. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.
13. Pemeriksaan diagnostic
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat
menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay.
Jika pasien sudah terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik,
penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pengerakan cacing
dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mammae wanita.
ANALISA DATA
DS:
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ara
h ujung kaki.
- Klien mengatakan kakinya yang sakit tampak lebih besar dari yang satuna
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
DO:
- Klien tampak meringis ketika berjalan.· Skala nyeri 7· nyeri tekan (+)· non 
pitting oedema (+)· N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg· Suhu 38,5°c· 
Leukosit 9500/mm³
Etiologi : Parasite dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa penyebab penyumbatan pemb.limfa

Nyeri
Problem : Nyeri
DS:
- Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari· Demam hilang bila beri
stirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.

9
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ara
h ujung kaki.
DO:
- Suhu 38,5°c· RR 24x/i· N 110x/· TD 130/60 mmHg· Wajah klien tampak 
memerah· Kulit klien teraba hangat· Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung 
jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang40%, netrofil segmen 20%,
limfosit 15%, monosit 1%.IgE berikatan dengan parasite

Mediator inflamasi

Adanya inflamasi pada kelenjar
getah bening

Hipertermi
DS:
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke
ujung kaki
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.
DS :
- Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
- Klien tampak meringis saat berjalan
- N 110x/i· RR 24x/i· 
- Data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.
Etiologi : Parasit dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa

Gangguan mobilitas Fisik
Problem : Gangguan mobilitas fisik
DS:
- Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satuya
- Klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
DO:
- Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening· 
- Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
- Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal)
- Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh 
teratur, ujungekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
10
- kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektorEtiolo
gi :
Etiologi : Parasite dewasa

Menyebabkan dilatasi pembuluh limfa

Pembengkakan pemb. Limfa

Kerusakan struktu

Kerusakan Integritas Kulit
Problem : Kerusakan integritas kulit.

b. Diagnosa
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah
bening. Di tandai dengan :
Ds : Pasien mengatakan panas
Do : Suhu tubuh 38oC
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe. Di tandai dengan
Ds : Pasien mengatakan nyeri
Do : Pasien tampak meringis kesakitan
3. Harga diri rendah Mobilitas berhubungan dengan perubahan fisik. Di tandai
dengan :
Ds : Pasien mengatakan malu dengan orang-orang sekitar karna perubahan
fisik nya
Do : Saat bicara pasien tampak sedih dan kontak mata pasien kurang.
4. fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh. Di
tandai dengan :
Ds : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya
karena adanya pembengakakan pada anggota tubuhnya
Do : Saat bicara pasien tampak sedih dan kontak mata pasien kurang.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada
kulit. Di tandai dengan
Ds : -
Do : Adanya lesi pada kulit
c. Intervensi
a. Dx. Keperawatan ke -1 : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan
pada kelenjar getah bening

11
Tujuan : Suhu tubuh pasien dalam batas normal
No. Intervensi Rasional
1. Berikan kompres pada daerah Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di
frontalis dan axial hipotalamus, mengurangi panas tubuh yang
mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga
pengeluaran panas secara konduksi
2 Monitor vital sign, terutama Untuk mengetahui kemungkinan perubahan
suhu tubuh tanda-tanda vital
3 Pantau suhu lingkungan dan Dapat membantu dalam mempertahankan /
modifikasi lingkungan sesuai menstabilkan suhu tubuh pasien
kebutuhan, misalnya sediakan
selimut yang tipis 
4 Anjurkan kien untuk banyak Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat
minum air putih terpenuhi 
5 Anjurkan klien memakai pakaian Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat
tipis dan menyerap keringat jika maka akan mengurangi penguapan
panas tinggi
6 Kolaborasi dengan tim medis Diharapkan dapat menurunkan panas dan
dalam pemberian terapi mengurangi infeksi
pengobatan (anti
piretik)

b. Dx. Keperawatan ke – 2 : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe


Tujuan : Nyeri yang dirasakan pada pasien berkurang atau hilang
No. Intervensi Rasional
1. Berikan tindakan kenyamanan Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
(pijatan / atur posisi), ajarkan kembali perhatian dapat meningkatkan
teknik relaksasi koping.

2 Observasi nyeri (kualitas, Menentukan intervensi selanjutnya dalam


intensitas, durasi dan frekuensi mengatasi nyeri
nyeri).
3 Anjurkan pasien untuk Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan
melaporkan dengan segera merangsang sistem syaraf simpatis,
apabila ada nyeri. mengakibatkan kerusakan lanjutan
4 Kolaborasi dengan tim medis Diberikan untuk menghilangkan nyeri.
dalam pemberian terapi
pengobatan (obat
anelgetik).

c. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisik


Tujuan :

12
1) Menyatakan gambaran diri lebih nyata
2) Menunjukan beberapa penerimaan diri daripada pandangan idealisme
3) Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri
No. Intervensi Rasional
1. Dengarkan keluhan pasien dan Memberi petunjuk bagi pasien dalam
tanggapan – tanggapannya memandang dirinya, adanya perubahan peran
mengenai keadaan yang dialami dan kebutuhan, dan berguna untuk
memberikan informasi pada saat tahap
penerimaan
2 Perhatikan perilaku menarik diri, Mengidentifikasi tahap kehilangan /
menganggap diri negatif, kebutuhan intervensi.
penggunaan penolakan atau
tudak terlalu menpermasalahkan
perubahan actual
3 Anjurkan kepada orang terdekat Melihat pasien dalam kluarga, mengurangi
untuk memperlakukan pasien perasaan tidak berguna, tidak berdaya, dan
secara normal (bercerita tentang persaan terisolasi dari lingkungan dan dapat
keluarga) pula memberikan kesempatan pada orang
terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan.
4 Terima keadaan pasien, Membina suasana teraupetik pada pasien
perlihatkan perhatian kepada untuk memulai penerimaan diri
pasien sebagai individu
5 Berikan informasi yang akurat. Fokus informasi harus diberikan pada
Diskusikan pengobatan dan kebutuhan – kebutuhan sekarang dan segera
prognosa dengan jujur jika lebih dulu, dan dimasukkan dalam tujuan
pasien sudah berada pada fase rehabilitasi jangka panjang
menerima
6 Kolaborasi : Mungkin diperlukan sebagai tambahan untuk
Rujuk untuk berkonsultasi atau menyesuaikan pada perubahan gambaran diri.
psikoterapi sesuai dengan
indikasi Pengenalan perasaan
tersebut diharapkan membantu
pasien untuk menerima dan
mengatasinya secara efektif.

d. Dx Keperawatan ke - 4 : Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan


pembengkakan pada anggota tubuh

Tujuan : Menunjukkan perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas


No. Intervensi Rasional

13
1. Lakukan Retang Pergerakan Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah
Sendi (RPS) kekakuan sendi

2 Tingkatkan tirah baring / duduk Meningkatkan istirahat dan ketenangan,


menyediakan enegi untuk penyembuhan
3 Berikan lingkungan yang tenang  Tirah baring lama dapat meningkatkan
kemampuan
4 Tingkatkan aktivitas sesuai Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien
toleransi dan memudahkan pilihan intervensi
5 Evaluasi respon pasien terhadap Kelelahan dan membantu keseimbangan.
aktivitas

e. Dx. Keperawatan ke – 5 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri,


defisit imun, lesi pada kulit
Tujuan : Mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat hilang.
No. Intervensi Rasional
1. Ubah posisi di tempat tidur dan Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan
kursi sesering mungkin (tiap 2 tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan
jam sekali).  aliran darah seluler. 
2 Gunakan pelindung kaki, Tingkatkan sirkulasi udara pada permukaan
bantalan busa/air pada waktu kulit untuk mengurangi panas/ kelembaban.
berada di tempat tidur dan pada
waktu duduk di kursi.
3 Periksa permukaan kulit kaki Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat
yang bengkak secara rutin. pada daerah – daerah yang beresiko terinfeksi
dan nekrotik.
4 Anjurkan pasien untuk Meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan
melakukan rentang gerak. partisipasi pasien.
5 Kolaborasi : Rujuk pada ahli Mungkin membutuhkan perawatan profesional
kulit. Meningkatkan sirkulasi, untuk masalah kulit yang dialami.
dan mencegah terjadinya
dekubitus.

BAB 3
14
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing
nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Penyakit kaki gajah
(filariasis) ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah. lariasis dapat
dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor). Serta
pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan
menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh
mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.
3.2 Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis karena
penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga akan menjadi
beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus filariasis ini pula,
diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia Sehat Tahun 2020

DAFTAR PUSTAKA

15
Chin, James . 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Manular . Jakarta : Infomedika
Gllespie, H. Stephen. 2007. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta : Erlangga
Mandal, dkk. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga
Soedarto. 2009. Penyakit menular di Indonesia. Jakarta : Sagung Seto
Suddarth. 2002. Buku ajar Medikal Bedah Edisi 8 . Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai