Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan yang terjadi saat ini berjalan sangat cepat dan penuh
ketidakpastian, termasuk kondisi kesehatan global yang sangat dinamik dan
menuntut kelenturan dan penyesuaian secara terus menerus dan menyeluruh.
Perubahan tersebut terkait dengan masalah kesehatan yang makin komplek,
perkembangan sains dan teknologi, pergeseran pada system pelayanan
kesehatan, proses transisi dari masyarakat agrikultural (tradisional) menjadi
masyarakat industrial (maju).
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka
panjang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat
Indonesia secara bertahap dan terus menerus. Keperawatan Indonesia
berupaya mengembangkan dirinya dalam seluruh bidang keperawatan,
mencakup bidang pelayanan, pendidikan dan kehidupan profesi, hal ini
dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme.
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan saat ini
ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan
sebagai suatu profesi dalam segala aspeknya. Pendidikan tinggi keperawatan
harus dapat menghasilkan lulusan sesuai dengan fungsi pokoknya yaitu
fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah, dan fungsi pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan.
Salah satu upaya penataan pendidikan keperawatan untuk masa yang
akan datang adalah dengan diarahkannya pengembangan lahan praktik
keperawatan disertai pembinaan masyarakat profesional keperawatan dengan
cara pelaksanaan pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar lapangan
yang berbasis kompetensi bukan penunjang pelayanan medik.

1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan pendidikan keperawatan di
masa kini.
2. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan pendidikan keperawatan di
masa yang akan datang.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pendidikan Keperawatan pada Saat Ini di Indonesia


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk
bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan
perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakat
akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan
pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan
keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan
belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan iptek
keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif
kepada peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif
dan rehabilitatif.
Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu
profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan
keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan,
pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi
organisasi profesi (PPNI).
Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
yang profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya
dalam berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan.
Oleh karena itu profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu
memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka
konsep pendidikan.
a. Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III
keperawatan 1999, merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan
keperawatan. Wujud ini dapat dilihat dengan adanya:

3
 Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila,
Kewiraan dan Etika Umum)
 Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan
Biokimia, Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi
dan Patologi.
 Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika
Keperawatan, Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV
dan V, Keperawatan Anak I dan II, Keperawatan Maternitas I dan II,
Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas I, II dan III,
Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan
Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,
Keperawatan Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan.

Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia


(FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan,
Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan
dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan
diarahkan kepada profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.

b. Orientasi Pendidikan
Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada
pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar
baik kelas, laboratorium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala sumber yang
memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan dan persaingan global.
c. Kerangka Konsep
Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar
aktif mandiri, pendidikan dilingkungan masyarakat serta penguasaan
iptek keperawatan merupakan karakteristik dari pendidikan profesional
keperawatan.

4
2.2 Pendidikan Keperawatan pada Masa yang Akan Datang di Indonesia
Pendidikan keperawatan di Indonesia sangat menentukan dalam
membina sikap pandangan dan kemampuan profesional, meningkatkan mutu
pelayanan/asuhan keperawatan profesional, mengembangkan pendidikan
keperawatan formal dan tidak formal, menyelesaikan masalah keperawatan
dan mengembangkan IPTEK keperawatan melalui penelitian, dan
meningkatkan kehidupan keprofesian.
1. Membina Sikap Pandangan dan Kemampuan Profesional
Pendidikan tinggi keperawatan sangat berperan dalam membina
sikap, pandangan, dan kemampuan profesional lulusannya. Diharapkan
perawat mampu bersikap dan berpandangan profesional, berwawasan
keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah
keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan profesional
secara baik dan benar. Sebagai perawat profesional diperoleh kepuasan
kerja yang selanjutnya memacu pencapaian kemampuan melalui
penampilan kerja yang lebih baik lagi. Kemampuan berpikir kritis dalam
mengambil keputusan serta mampu mempertanggungjawabkan
keputusan dan tindakan yang dilakukan merupakan salah satu factor
utama tercapainya kepuasaan kerja. (Jones dan Beck, 1996)
Kepuasaan kerja perawat akan menghasilkan kepuasaan pada
pemakai jasa keperawatan, baik masyarakat maupun intitusi tempat
bekerja.
2. Meningkatkan Mutu Pelayanan/Askep dan Kesehatan
Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap
professional mencakup keterampilan intelektual, interpersonal, dan
tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi,
serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.
Teori dan model keperawatan dapat dikatakan bermanfaat, jika bisa
diterapkan dipelayanan, begitu pula dengan sistem manajemen
keperawatan yang dipelajari selama pendidikan. Fasilitas pelayanan yang

5
dapat digunakan sebagai sumber pendidikan yang diharapkan cukup
kondusif untuk proses pembelajaran peserta didik. (Hamid, 1997)
3. Menyelesaikan Masalah Keperawatan dan Mengembangkan Iptek
Keperawatan Melalui Keperawatan
Kerja sama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan
dan pelayanan memungkinkan terjadinya transformasi IPTEK, termasuk
teridentifikasinya masalah kesehatan, khususnya yang terkait dengan
masalah keperawatan untuk penelitian keperawatan yang bertujuan
menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan, menghasilkan solusi
masalah, baik melalui produk berupa tekhnologi atau metode baru
maupun produk jasa serta menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta
baru.
4. Meningkatkan Kehidupan Keprofesian Melalui Organisasi Profesi
Pendididkan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan
kehidupan organisasi keperawatan untuk lebih profesional. Dengan
pendidikan profesioanal, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi
profesi akan lebih memahami dan menghayati peran, tanggung jawab,
dan haknya sebagai anggota organisasi profesi yang memiliki sifat,
pandangan, dan kemampuan professional sangat memungkinkan
organisasi keperawatan berperan sabagai pengendali mutu pelayanan
asuhan keperawatan kepada masyarakat melalui pengaturan hak,
tanggung jawab, dan kewenangan tiap perawat berdasarkan kompetensi
yang dimiliki.
Selain itu, organisasi profesi akan lebih berperan dalam proses
pengembangan dan pembinaan keterampilan profesional dan menerapkan
kode etik profesi bagi tiap anggotanya melalui pengaturan dan pengadaan
sistem pendidikan berkelanjutan serta mengendalikan pemanfaatan dan
pengembangan IPTEK keperawatan(husin, 1999).

6
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pendidikan Keperawatan Masih Perlu Pembenahan


Permasalahan yang muncul dalam pendidikan keperawatan, mulai
menjadi perhatian di Indonesia. Apalagi dengan berubahnya sistem
pendidikan nasional yang telah mengubah pola pendidikan Sarjana
Keperawatan (S.Kep) ke tahap Profesional (Ners). Permasalahan-
permasalahan yang ada terkait pendidikan keperawatan seperti kurangnya
tempat, kurangnya dosen dari segi kualitas dan kuantitas, kurangnya
pengalaman yang berkualitas dari siswa klinik, serta masih kurangnya lulusan
yang memiliki kinerja profesional, menjadi tantangan baru bagi para civitas
akademik di bidang keperawatan untuk bersama-sama mengatasi dan
membenahinya.
Karena itulah, untuk bersama-sama menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan tersebut, Program Studi Magister Keperawatan (M.Kep)
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
mencoba bekerjasama dan berkolaborasi dengan Khon Kaen University
(KKU), Thailand. Kerjasama yang diawali dengan penyelenggaraan Guidline
Event International Nursing Student Forum & Tour ini dilaksanakan pada
Sabtu (3/3), di Gedung Pascasarjana Kampus Terpadu UMY.
“Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, telah mengubah pola pendidikan sarjana keperawatan (S.Kep) ke
tahap professional (Ners). Keuntungan dari adanya kebijakan ini, para sarjana
dapat memperoleh lisensi dalam melakukan praktek keperawatannya. Namun
di sisi lain, banyak masalah yang timbul dari lembaga, sarjana, dan stake
holder. Banyaknya mitra serta kurikulum yang digunakan bermacam-macam
dapat mempengaruhi biaya operasional. Selain itu kurangnya dedikasi sarjana
dalam penelitian di masyarakat, karena banyaknya sarjana yang fokus
dibidang pendidikannya saja. Dari sini juga dapat dibuktikan bahwa
sebenarnya, komitmen dan tanggung jawab dalam lembaga pendidikan
keperawatan sendiri juga masih lemah,“ paparnya.

7
Untuk menghadapi permasalahan-permasalahn tersebut dan demi
menghasilkan lulusan yang professional, ada banyak usaha yang harus
dilakukan. Dan setidaknya, ada dua cara yang harus dilakukan pertama kali,
baik itu bagi institusi maupun mahasiswa keperawatannya sendiri. Pertama,
melakukan peningkatan pada aspek kualitas, standarisasi kurikulum, proses
belajar, meningkatkan kualitas dan kuantitas dosen, menambah jumlah
perawat laboratorium, dan meningaktakn penelitian di masyarakat. Kedua,
dengan meningkatkan kelompok lokakarya untuk perawat hal ini guna
menciptakan lulusan perawat yang professional.

3.2 Kadin Pacu Peningkatan Kualitas Perawat Indonesia


Kebutuhan akan jumlah perawat di beberapa negara yang cukup banyak
membuka peluang bagi tenaga perawat Indonesia untuk merambah ke luar
negeri. Namun sayangnya, masih rendahnya kualitas perawat di Indonesia
menjadi halangan untuk mengisi peluang itu.
"Opportunity besar, supply besar, jadi tinggal tingkatkan
kompetensinya saja," ujar Deputi Penempatan Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Ade Adam Noch
dalam pertemuan rutin bulanan pertama Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia Bidang Tenaga Kerja, Pendidikan dan Kesehatan di Jakarta.
Menurutnya, permintaan jasa khususnya di bidang kesehatan sangat
prospek di masa depan. Di mana, negara seperti Amerika Serikat hingga
tahun 2020 membutuhkan perawat sebanyak 1,4 juta, Jepang butuh 600 ribu,
Uni Eropa dan Asia Pasifik butuh 500 ribu, serta Timur Tengah 100 ribu
hingga akhir 2015. Namun, untuk mengisi peluang itu, negara-negara tersebut
menuntut persyaratan yang cukup ketat seperti kecakapan dalam bahasa
Inggris.
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh sekitar 50 anggota Komite Tetap
Bidang Tenaga Kerja, Pendidikan dan Kesehatan ini, Ade menambahkan,
permintaan pasar kerja global untuk tenaga perawat saat ini dan 10 tahun
kedepan sangat tinggi. Namun sayangnya, Indonesia belum dapat
memanfaatkan peluang pasar global tersebut secara maksimal. Hal ini

8
menurutnya karena umumnya perawat Indonesia belum memenuhi kualitas
yang disyaratkan, yakni memiliki sertifikat kompetensi sebagai "Registered
Nurse" dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni.
Masih rendahnya kualitas perawat Indonesia juga diakui oleh Direktur
Program Ditjen Dikti Kemendiknas. Untuk itulah, saat ini pihaknya mulai
menata sistem pendidikan keperawatan dengan mengembangkan sistem uji
kompetensi. Bahkan, kedepan, lulusan lembaga pendidikan keperawatan
seperti Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes), Akademi Keperawatan
(Akper), dan Politeknik Kesehatan (Poltekes) selain mendapatkan ijazah juga
diharuskan memiliki sertifikat kompetensi.
Di tempat yang sama, Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Tri Tarayati mengungkapkan,
Kadin merupakan partner yang baik untuk Kementerian Kesehatan. Adapun,
dalam pemenuhan pengembangan SDM kesehatan, pihaknya melanjutkan,
peran Kadin amat dinantikan karena kerjasama ini mendukung pembangunan
kesehatan. "Pelayanan kesehatan harus diterima warga secara merata yang
mana SDM didaerah kecil harus dipenuhi dan ini bisa dibantu oleh Kadin,"
ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Tenaga
Kerja, Pendidikan dan Kesehatan James T Riady mengutarakan, perawat
merupakan bidang profesi yang strategis untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan khususnya didalam negeri, juga untuk memenuhi
kebutuhan pasar global.
Di mana, dalam rangka meningkatkan daya saing pelayanan kesehatan
rumah sakit di dalam negeri dibutuhkan tenaga perawat yang handal dan
profesional. Dengan kata lain, ditegaskannya, untuk memanfaatkan
kesempatan kerja yang tersedia di pasar kerja global perawat Indonesia harus
memiliki kompetensi yang disyaratkan.
Kadin Indonesia Bidang Tenaga Kerja, Pendidikan dan Kesehatan
dalam program lima tahunnya mencanangkan pengembangan tiga pilar
penjaminan mutu tenaga kerja, termasuk perawat melalui percepatan
pengembangan standar kompetensi, percepatan pengembangan keselarasan

9
dunia pendidikan dengan pasar kerja dan pengembangan sistem insentif
peningkatan kualitas tenaga kerja. Untuk percepatan pengembangan standar
kompetensi, Kadin Indonesia akan membentuk Majelis Pengembangan
Standar Kompetensi Industri yang beranggotakan para asosiasi industri.
Bahkan, untuk percepatan keselarasan dunia pendidikan dan pasar
kerja, Kadin akan mengembangkan program pendidikan berbasis kompetensi
(competency based training). Sedangkan, untuk pengembangan sistem
insentif peningkatan kualitas tenaga kerja, Kadin akan memprakarsai program
Training Fund dengan pola tabungan.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Teori dan Kasus Pendidikan Keperawatan Saat Ini di


Indonesia

Pada saat ini, pendidikan keperawatan di Indonesia masih dalam


pembenahan untuk mewujudkan lulusan keperawatan yang berprofesional
baik secara kualitas dan kuantitas. Permasalahan yang muncul dalam
pendidikan keperawatan adalah dengan berubahnya sistem pendidikan
nasional yang telah mengubah pola pendidikan Sarjana Keperawatan (S.Kep)
ke tahap Profesional (Ners). Permasalahan tersebut juga ada yang terkait
pendidikan keperawatan seperti kurangnya tempat, kurangnya dosen dari segi
kualitas dan kuantitas, kurangnya pengalaman yang berkualitas dari siswa
klinik, serta masih kurangnya lulusan yang memiliki kinerja profesional,
menjadi tantangan baru bagi para civitas akademik di bidang keperawatan
untuk bersama-sama mengatasi dan membenahinya.
Namun, untuk membenahi masalah tersebut pemerintah memperbaiki
tentang penggunaan kurikulum D III keperawatan. Wujud ini dapat dilihat
dengan adanya:

 Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila,


Kewiraan dan Etika Umum)
 Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan
Biokimia, Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan
Patologi.
 Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika
Keperawatan, Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V,
Keperawatan Anak I dan II, Keperawatan Maternitas I dan II,
Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas I, II dan III,
Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan
Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan
Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan.

11
4.2 Hubungan Teori dan Kasus Pendidikan Keperawatan Masa akan
Datang di Indonesia
Pendididkan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan
kehidupan organisasi keperawatan untuk lebih profesional. Kemampuan
professional sangat memungkinkan organisasi keperawatan berperan sabagai
pengendali mutu pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat melalui
pengaturan hak, tanggung jawab, dan kewenangan tiap perawat berdasarkan
kompetensi yang dimiliki.
Pendidikan keperawatan di Indonesia pada masa akan datang
diharapkan dapat menghasilkan lulusan perawat yang lebih profesional
dengan kualitas dan kuantitas untuk dapat bekerja di dalam maupun di luar
negeri. Pada tahun 2020, negara seperti Amerika Serikat membutuhkan
perawat sebanyak 1,4 juta, Jepang butuh 600 ribu, Uni Eropa dan Asia Pasifik
butuh 500 ribu, serta Timur Tengah 100 ribu hingga akhir 2015. Namun,
untuk mengisi peluang itu, negara-negara tersebut menuntut persyaratan yang
cukup ketat seperti kecakapan dalam bahasa Inggris. Sehingga pendidikan
tinggi keperawatan di Indonesia sangat berperan dalam membina sikap,
pandangan dan berwawasan keperawatan yang luas, berbahasa, berfikir kritis
dalam mengambil keputusan serta mampu mempertanggungjawabkan
keputusan, dan kemampuan profesional lulusannya.
James T Riady mengatakan bahwa perawat merupakan bidang profesi
yang strategis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya
didalam negeri, juga untuk memenuhi kebutuhan pasar global.

12
BAB V
KESIMPULAN

Pada saat ini, pendidikan keperawatan di Indonesia masih perlu


pembenahan-pembenahan seperti permasalahan yang muncul yaitu dengan
berubahnya sistem pendidikan nasional yang telah mengubah pola pendidikan
Sarjana Keperawatan (S.Kep) ke tahap Profesional (Ners). Dimana permasalahan
tersebut juga berkaitan dengan kualitas dan kuantitas perawat yang telah ada baik
sebagai tenaga pengajar maupun tenaga klinik. Untuk membenahi masalah
tersebut, pemerintah telah memperbaiki kurikulum pembelajaran bagi D-III
Keperawatan. Sedangkan untuk masa yang akan datang, diharapkan pendidikan
keperawatan di Indonesia semakin lebih baik, menghasilkan perawat yang selalu
berpikir kritis serta bertanggungjawab terhadap tindakannya, mampu menguasai
beberapa bahasa internasional, dan profesional dibidangnya agar dapat bersaing di
era globalisasi terutama dalam pemenuhan tenaga keperawatan di luar negeri. Dan
juga pendidikan keperawatan di Indonesia harus selalu mengikuti perkembangan
dan kemajuan Iptek.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.suarapembaruan.com/home/kadin-pacu-peningkatan-kualitas-perawat-
indonesia/6067
http://daek-chin.blogspot.co.id/2014/07/perkembangan-keperawatan-indonesia-
di.html
https://books.google.co.id/

14

Anda mungkin juga menyukai