BAB I
PENDAHULUAN
Kerja praktek merupakan salah satu persyaratan wajib yang bernila satu
(1) SKS dari jurusan teknik kimia, Institut Teknologi Adhitama Surabaya.
Dengan kerja praktek diharapkan mahasiswa mampu berinteraksi dengan baik
dengan masyarakat ditempat kerja praktek dilakukan. Dan pada prinsipnya
kerja praktek dapat dilakukan dimana saja dengan persyaratan objek yang
memiliki hubungan dengan bidang teknik kimia. Hal ini tentunya sangat
berguna untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap bidang studi
dan permasalahan yang kerap terjadi dilapangan.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sjadzali (1989) dan Siregar (2005) sistem pengolahan air limbah
memerlukan gabungan dari proses-proses fisik, kimiawi, dan biologis. Karena
proses biologis adalah proses yang relatif paling murah dan paling tuntas maka
fungsi dari proses fisik dan kimiawi adalah untuk mempersiapkan air limbah agar
dapat diproses secara biologis. Ketiga proses tersebut terdiri dari:
1. Fisik
a. Screening – memisahkan benda- benda padat (kain, kayu, daun dsb)
yang cukup besar.
b. Oil/ Grease trap – memisahkan minyak dan lemak.
Parameter atau standar baku mutu air limbah yang digunnakan oleh PT.
SIER PIER mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya
Khususnya untuk Kawasan Industri. Selain itu PT. SIER PIER memiliki standart
tersendiri untuk air limbah kawasan industri PIER agar bisa diolah oleh PT. SIER
PIER.
Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah pada Industri PT. SIER PIER
Satua
No. Parameter Simbol Nilai
n
A. Fisika
1. Suhu T 40 °C
2. Jumlah Padatan Terlarut 2000 mg/l
Jumlah Padatan
3. 400 mg/l
Tersuspensi
300
4. Warna Pt. Co
skala
B. Kimia
1. Derajat Keasaman pH 6–9 mg/l
2. Besi Fe 30 mg/l
3. Mangan Mn 10 mg/l
4. Barium Ba 5 mg/l
5. Tembaga Cu 5 mg/l
6. Seng Zn 5 mg/l
7. Krom Heksavalen Cr 6+ 2 mg/l
8. Krom Total Cr 2 mg/l
9. Kadmium Cd 1 mg/l
10. Raksa/Merkuri Hg 0,005 mg/l
11. Timbal Pb 3 mg/l
12. Timbal Putih Sn 2 mg/l
13. Arsen As 1 mg/l
14. Selenium Se 1 mg/l
15. Nikel Ni 2 mg/l
16. Kobalt Co 1 mg/l
17. Sianida Sn 1 mg/l
18. Sulfida S 1 mg/l
19. Florida F 30 mg/l
20. Klorin Bebas Cl2 1 mg/l
21. Amoniak Bebas NH3 20 mg/l
22. Nitrat NO3 50 mg/l
23. Nitrit NO2 5 mg/l
24. Phospat PO4 20 mg/l
25. Sulfat SO4 500 mg/l
26. COD O2 3000 mg/l
27. BOD O2 1500 mg/l
Adapun untuk baku mutu kegiatan Industri lainnya menurut Peraturan Gubernur
Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Setelah itu menurut (Fardiaz, 1992) kehidupan makhluk hidup di dalam air
tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahanakan konsentrasi
oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya.
Sedangkan Odum (1971), Kandungan oksigen terlarut ditentukan oleh
lajunya fotosintesis, respirasi, temperatur, laju dan besarnya perombakan bahan
organik.
2.6.4 pH
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa air
dan merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Adanya karbonat,
hidroksida, dan bikarbonat menaikkan kebasaan air.
Sementara itu adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat
menaikkan kemasaman. Perairan yang bersifat asam lebih banyak dibandingkan
perairan alkalis. pH air dapat mempengaruhi tersedianya hara serta toksisitas dari
unsur-unsur renik. pH perairan air tawar berkisar 5-9. Pada kisaran pH ini ikan air
tawar masih dapat hidup (Jusman, 2001).
2.6.5 COD (Chemical Oxygen Demand)
Menurut Effendi (2003) COD merupakan jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang
didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi
secara biologis (nonbiodegradable) menjadi CO2 dan H2O.
Pada pemeriksaan di laboratorium bahan organik yang ada dalam air limbah
dilarutkan dengan asam kuat, bahan anorganik dioksidasi oleh kalium bikromat
(K2C2O4) menjadi gas CO2 serta jumlah ion chrom, sedang untuk mempercepat
reaksi ditambah katalis perak sulfat (Ag2SO4) dan pemanasan reaksi oksidasi yang
terjadi sebagai berikut.
Bahan organik + Cr2O2 + H+ CO2+ H2O + Cr3+2
Apabila dalam air limbah terdapat clorida diperlukan penambahan merkuri
sulfat untuk mengikat ion chlor menjadi merkuri clorida. Jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik sama dengan jumlah kalium
bicromat yang dipakai dalam reaksi tersebut.
Makin banyak kalium yang dipakai dalam reaksi oksidasi berarti makin tinggi
keubutuhan oksigen untuk mengoksidasi air limbah. Sebagaimana halnya dengan
BOD, jika hasil pemeriksaan COD juga merupakan petunjuk bahwa kandungan
oksigen dalam air limbah rendah dan zat organiknya tinggi.
Nilai COD biasanya lebih tinggi dari BOD karena bahan-bahan yang stabil
terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat teroksidasi dalam reaksi COD,
jika COD lebih dari 80 mg/liter dapat menyebabkan penyakit perut pada manusia.
2.4Sifat Biologis
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan.
Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai
kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino.
Bahan yang mudah larut dalam air akan terurai menjadi enzim dan bakteri
tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi menghasilkan alkohol. Pati sukar larut
dalam air, akan tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi.
Bahan-bahan ini dalam limbah akan diubah oleh mikroorganisme menjadi
senyawa kimia yang sedrehana seperti karbon dioksida dan air serta amoniak.
(Ginting,2006)
2.5. Teknik Sampling
2.5.1. Pengambilan Sampel Lingkungan
Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan merupakan
pekerjaan yang tidak mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi
seiring dengan perubahan situasi dan kondisi setempat. Karakteristik fisik matrik
air, udara, tanah/sedimen, padatan/lumpur atau cairan, cuaca, jumlah polutan ke
lingkungan, sumber emisi atau efluen, sifat kimia, biologi, dan fisika polutan, dan
intervensi manusia sangat memengaruhi cara serta kecepatan migrasi polutan.
Pada umumnya, migrasi polutan terjadi melalui angin, hujan, air permukaan, air
tanah, air laut, dan intervensi manusia yang berupa pipa limbah cair, drainase, dan
lain-lain.
Selain mengambil sampel yang akan di uji di laboratorium, petugas juga
harus mengukur parameter lapangan. Pengukuran parameter lapangan harus
ditujukan terhadap faktor-faktor yang dapat memastikan kesahihan hasil
BAB III
1. Visi
1. Menjadi pengembang Kawasan Industri Modern Yang Terintegrasi
dan Ramah Lingkungan.
2. Misi
1. Mewujudkan kawasan industri yang inovatif, berbasis teknologi
informasi, dan ramah lingkungan.
2. Menyediakan lahan industri siap bangun untuk kepentingan semua
investor.
3. Peka dan adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis dan
rencana pengembangan regional dan nasional.
4. Pemanfaatan sumber daya yang optimal dalam penyediaan layanan
penjualan, persewaan, penyediaan fasilitas industri dan sarana
penunjangnya dengan kualitas terbaik guna mendukung proses
bisnis.
3.1.3 Struktur Organisasi
Kawasan industri yang dikelola oleh PT SIER-PIER Pasuruan
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang merupakan cabang dari PT SIER.
Secara umum struktur organisasi di PT SIER dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Dewan Direksi dipimpin oleh seorang direktur utama yang dalam
menjalankan tugasnya dibantu 3 direktorat, yaitu :
a. Direktorat Operasi
b. Direktorat Pengembangan dan Pemasaran
c. Direktorat Umum, Keuangan, dan Administrasi
Uraian dari Gambar 3.1 terdiri dari :
1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS )
BAB IV
a. Bak Kontrol
c. Grit Chamber
e. Distribution Box I
b. Distribution Box II
Partikel zat padat tersebut masih tergabung dalam lumpur yang masih
aktif. Di bagian ini lumpur aktif dikembalikan lagi ke kolam oksidasi melalui
bak penampung lumpur untuk proses biologis selanjutnya. Lumpur aktif yang
dikembalikan lagi ke kolam oksidasi ini disebut sebagai Return Sludge.
d. Control Ponds
e. Kolam indikator
Pengujian kualitas air hasil pengolahan tidak hanya dilakukan oleh PT.
SIER PIER tetapi juga dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Pasuruan. Pengujian air limbah bertujuan untuk mengendalikan mutu air limbah
agar sesuai dengan standart baku mutu yang telah ditetapkan PT. SIER PIER.
Adpun parameter yang diuji di laboratorium setiap harinya adalah pH, Oksigen
Terlarut (Dissolved Oxygen), COD, BOD, TSS, dan SS. Dalam analisa kualitas air
limbah, PT. SIER PIER menganalisa air limbah maupun lumpurnya. Untuk
analisa air limbah parameter yang diuji adalah SS, TSS, DO di effluent, pH, COD,
BOD yang mengacu pada Peraturan Gubernur nomor 72 tahun 2013 tentang baku
mutu air limbah untuk kawasan industri. Sedangkan untuk analisa lumpur,
parameter yang diukur adalah TSS, DO dan pH. Untuk DO dan pH pada analisa
lumpur hanya dilakukan di Oxidation Ditch II dan III.
a. SS
Setteable solid (SS) adalah bagian dari zat padat yang mudah diendapkan.
Semakin rendah nilai SS maka semakin mudah zat padat mengendap. Lumpur
aktif masih dapat digunakan kembali dalam proses pengolahan secara biologi di
dalam bak oksidasi jika kadar SS nya dibawah standart maksimal yang telah
ditetapkan. Namun jika kadar SS nya melewati standar maksimal yang telah
ditetapkan maka lumpur harus dibuang.
SS (mg/l)
Influent OPS OD II OD III RS Efluent
N Tangg pag sor pag Sor sor Sor Sor pag sor
o al i e i e Pagi e Pagi e pagi e i e
90 100
1 17 juli 900 0 900 900 950 0
90 100 100
2
18 juli 900 0 950 950 0 0
90 100 100
3 19 juli 900 0 900 900 0 0
90 100 100
4 20 juli 900 0 900 900 0 0
100 90 100 100
5 21 juli 0 0 0 900 900 0
90 100 100
6 24 juli 900 0 900 900 0 0
90 100 100
7 25 juli 900 0 900 900 0 0
90 100 100
8 26 juli 900 0 900 900 0 0
90 100
9 27 juli 900 0 900 900 900 0
90 100 100
10 28 juli 900 0 900 900 0 0
(sumber : Laporan Analisa Harian PT. SIER PIER tahun 2017)
SS (mg/l)
1020
1000
980
960
940
920
900
880
860
840
17 juli 18 juli 19 juli 20 juli 21 juli 24 juli 25 juli 26 juli 27 juli 28 juli
Padatan tersuspensi total adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya
lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008). TSS umumnya dihilangkan
dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan
(turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di
perairan.
TSS (mg/l)
Influent OPS OD II OD III RS Efluent
No Tanggal pag sore pag sore pagi sore pagi sore pagi Sore pag sore
i i i
3.8 5.2 4.2
1 17 juli 3 9 5.068 2 4 8.64
5.5 3.7 4.8 7.3
2
18 juli 4 2 6.284 9 8 4.63
3.1 5.3 5.4 6.7
3 19 juli 6 4 2.464 9 8 9.15
4.8 4.5 6.8
4 20 juli 5.8 3 4.24 9 5 7.59
2.0 5.4 6.2 6.2
5 21 juli 4 9 3.644 4 7 8.96
6.4
6 24 juli 6 0 6.136 0 7.9 0
7.4 5.5 8.7
7 25 juli 3.7 5 3.658 3 1 9.17
4.7 5.1 7.4
8 26 juli 3.3 2 5.9 1 2 9.43
4.5 5.3
9 27 juli 0 8 0 2 0 10
5.2 4.7 5.0 9.1
10 28 juli 7 3 4.108 2 7 10.2
(sumber : Laporan Analisa Harian PT. SIER PIER tahun 2017)
12
10
8
OD II pagi
6 OD II sore
OD III pagi
4 OD III sore
RS pagi
2 RS sore
0
17 18 19 20 21 24 25 26 27 28
juli juli juli juli juli juli juli juli juli juli
Sesuai dengan grafik 5.2, hasil analisa TSS tertinggi terdapat pada bagian
Return Sludge pada tanggal 28 juli. Tingginya kadar TSS dipengaruhi oleh
banyaknya padatan yang terbawa limbah cair industri – industri kawasan PIER,
semakin banyak padatan yang terbawa maka akan menghasilkan residu yang
banyak juga. Padatan yang terbawa limbah cair bersifat fluktuatif tergantung
proses produksi ataupun banyaknya limbah cair yang berasal dari pengolahan
sebelumnya tidak terendap sempurna sehingga mempengaruhi nilai TSS pada
bagian selanjutnya.
c. TDS
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik)
maupun anorganik yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan
jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan milligram per
liter (mg/L). Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari
pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum
adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium, dan klorida. Bahan kimia dapat
berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan
TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan.
Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu
batu dari tanah (Anonymous, 2010).
TDS (mg/l)
Influent OPS OD II OD III RS Efluent
N Sor Sor pag sor pag sor pag Sor
o Tanggal pagi e pagi e i e i e i e pagi Sore
272 310 236
1 17 juli 8 0 4
298 276 250
2
18 juli 8 8 0
284 308 254
3 19 juli 0 4 8
4 20 juli 280 279 238
8 6 4
342 328 254
5 21 juli 4 4 8
280 301 266
6 24 juli 4 2 4
348 336 272
7 25 juli 8 4 4
8 26 juli
367 279 246
9 27 juli 2 2 4
333 294 270
10 28 juli 6 8 0
(sumber : Laporan Analisa Harian PT. SIER PIER tahun 2017)
4000
3500
3000
2500
Influent
2000
OPS
1500 Efluent
1000
500
0
17 juli 18 juli 19 juli 20 juli 21 juli 24 juli 25 juli 26 juli 27 juli 28 juli
d. DO
DO(ppm)
Influent OPS OD II OD III RS Efluent
pag pag sor Sor pag pag
No Tanggal i Sore i Sore pagi e pagi e i sore i sore
1 17 juli
2 18 juli 0.24 1.02
3 19 juli 1.2 0.8
4 20 juli 0.2 0.2
5 21 juli 0.2 0.1
6 24 juli 0.2 0.2
7 25 juli 0.2 0.2
8 26 juli 0.2 0.2
9 27 juli
10 28 juli 0.2 0.2
(sumber : Laporan Analisa Harian PT. SIER PIER tahun 2017)
1.4
1.2
0.8
OD II
0.6 OD III
0.4
0.2
0
17 juli 18 juli 19 juli 20 juli 21 juli 24 juli 25 juli 26 juli 27 juli 28 juli
Berdasarkan grafik 5.4, kadar DO pada OD II dan III tidak jauh berbeda dan
berfluktuatif tergantung jumlah oksigen dan besarnya penggunaan DO oleh
mikroorganisme pendegradasi limbah. Kisaran hasil analisa DO pada OD II dan
OD III berada pada 0,2 ppm. Hasil analisa DO tertinggi terjadi pada tanggal 19
juli untuk sampel pagi yaitu 1,2 ppm. Tingginya kadar DO di lumpur disebabkan
oleh penambahan dalam pengoprasian mammouth rotorsehingga suplay oksigen
bertambah. Sedangkan rendahnya kadar DO dipengaruhi oleh pemberhentian
rotor akibat dilakukan pencucian atau perawatan salah satu rotor sehingga kadar
oksigen berkurang.
e. COD
COD(ppm)
Influent OPS OD II OD III RS Efluent
N Tangga pag sor pag sor pag sor pag sor
o l i e pagi sore i e i e i e pagi sore
695.
1 17 juli 245 605 3 816 99.6 80.9
82.9
2
18 juli 755 575 685 593 76.8 4
887. 97.2 82.9
3 19 juli 355 458 8 682 8 4
196.
4 20 juli 538 591 599 554 9 93.4
695. 95. 70.6
5 21 juli 441 511 3 7 513 6
71.
6 24 juli 630 300 3 96.4
628. 61.2 305.
7 25 juli 500 556 6 542 8 8
716. 47.2 43.2
8 26 juli 306 685 8 472 5 4
47.2
9 27 juli 861 611 5
714. 83.3
10 28 juli 396 524 8 607 79.3 3
1000
900
800
700
600 Influent pagi
500 Influent sore
OPS pagi
400
OPS sore
300 Efluent pagi
200 Efluent sore
100
0
17 18 19 20 21 24 25 26 27 28
juli juli juli juli juli juli juli juli juli juli
Berdasarkan grafik 5.5, hasil analisa COD pada tanggal 17 juli sampai
dengan tanggal 28 juli pada influent dan OPS berfluktuatif tergantung banyaknya
zat organic yang terkandung dalam air limbah yang masuk ke PT. SIER PIER.
Semakin tinggi kandungan zat organik pada limbah maka nilai CODnya juga
semakin tinggi. Hasil analisa COD pada OPS lebih tinggi dibandingkan dengan
yang berada di influent, hal ini dapat terjadi karena air limbah di OPS dengan
waktu tinggal sekitar 20 jam – 24 jam mengalami penambahan yang bersumber
dari bak influent, mengingat waktu tingga pada bak influent berkisar antara 2
sampai 5 jam sehingga memungkinkan terjadinya pencampuran air limbah yang
mengakibatkan tingginya kadar COD.
f. BOD
sistem aerobik, oksigen menjadi penting untuk penurrunan kadar BOD dan COD
yang efektif.
BOD(ppm)
Influent OPS OD II OD III RS Efluent
Pag pag pag pag pag
No Tanggal i sore i sore i sore i sore i sore pagi sore
1 17 juli 110 272 313 367 44.8 36.4
2 18 juli 340 259 308 267 34.6 37.32
3 19 juli 160 206 400 307 43.8 37.32
4 20 juli 242 225 270 250 75.1 42.03
5 21 juli 199 230 313 231 43.1 31.78
6 24 juli 283 135 43.4
7 25 juli 225 250 283 244 32.1 27.57
8 26 juli 138 308 323 212 21.3 19.46
9 27 juli 388 275 21.27
10 28 juli 178 236 322 273 35.7 37.49
(sumber : Laporan Analisa Harian PT. SIER PIER tahun 2017)
450
400
350
300
Influent pagi
250
influent sore
200 OPS pagi
150 OPS sore
Efluent pagi
100 Efluent sore
50
0
17 18 19 20 21 24 25 26 27 28
juli juli juli juli juli juli juli juli juli juli
Berdasarkan grafik 5.6, nilai BOD berbanding lurus dengan nilai COD,
semakin tinggi nilai COD maka semakin tinggi nilai BODnya. Seperti yang
terlihat pada data bagian OPS, nilai BODnya lebih tinggi dri nilai BOD pada
influent, hal ini dikarenakan nilai COD pada OPS juga lebih tinggi dibandingkan
yang ada pada influent. Terjadinya kadar yang fluktuatif dipengaruhi oleh waktu
dan kondisi pembuangn air limbah oleh industri – industri kawasan PIER dan
banyaknya zat organik yang terkadung dalam limbah tersebut.
BOD dihitung dari hasil COD yang telah di analisa sebelumnya dan sudah
sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 yaitu dibawah
100 mg/l. Hal ini dilakukan karena pada analisa COD zat organik dan anorganik
terurai semua. Pada analisa BOD hanya zat organik saja yang terurai. Untuk
rumus BOD sendiri yaitu nilai COD x 0.45.
g. SVI
ML
SettledSludgeVolume /Sampelvolume ,
L
SVI , ML/gra= ×1000 mg/gram
Suspendedsolidconsentration , mg/ L
SVI (ml/gr)
N Influent OPS OD II OD III RS Efluent
o Tanggal pagi sore pagi sore pagi sore pagi sore pagi sore pagi sore
1 17 juli 301.2 231.1 177..58 172.5 224 115.8
2 18 juli 162.6 242.2 151.2 194.4 136 215.9
3 19 juli 285.2 168.5 365.2 163.9 148 109.3
4 20 juli 155.3 186.3 212.3 196.2 146 131.7
5 21 juli 491.2 163.9 274.4 144.2 144 111.6
6 24 juli 139.2 146.6 127
7 25 juli 242.1 120.8 252.2 162.8 115 109
8 26 juli 273.4 190.5 152.5 176.1 135 106
9 27 juli 196.5 169.3 99.84
10 28 juli 170.7 190.3 219.1 179.2 109 97.9
(sumber : Laporan Analisa Harian PT. SIER PIER tahun 2017)
600
500
400
OD II pagi
300 OD II sore
OD III pagi
200 OD III sore
RS pagi
100 RS sore
0
17 18 19 20 21 24 25 26 27 28
juli juli juli juli juli juli juli juli juli juli
Nilai SVI > 150 biasanya perlu perhatian khusus. Akan tetapi karena
karekteristik air limbah ditiap instalasi berbeda-beda maka nilai SVI pun dapat
berbeda antara limbah yang satu dengan yang lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses pengolahan limbah di IPAL PT SIER PIER menggunakan proses
fisika-biologi yang terbagi :
1. Primary Treatment, yang meliputi :
Bak Kontrol
Primary Settlink Tank
Grit Chamber
Secondary Settlink Tank
Distribution Box I
2. Secondary Treatment, yang meliputi :
Oxidation Ditch
Distribution Box II
Final Settlink Tank
Control Ponds
Kolam Indikator
Dari kerja praktik yang telah dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan
yang bertempat di IPAL PT SIER-PIER di kawasan PIER pasuruan,
bahwasanya hasil pengolahan air limbah di IPAL masih sesuai dengan
PERGUB JATIM No.72 Tahun 2013 karena data hasil analisa pengolahan air
limbah masih dibawah baku mutu air limbah yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. Suspended Solids And Water Quality,
http://www.gemswater.org/atlas-gwq/solids-e.html, diakses tanggal
22 Mei 2010
Connell, D.W dan Miller, G., 1995. Kimia Dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Penerbit Universitas Indonesia.
Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ekariyono, W. 2003. Optimasi Sistem Kebijakan Pengelolaan Limbah Pada
Perusahaan Migas. Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pasca
Sarjana.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.