Absen : 25
Jawab:
Lelang Terbuka :
Penunjukan Langsung :
Bila tidak tersedia akan dicari pada level penyedia dibawahnya. Jadi harga diusahakan
sesuai dengan penyedia yang diutamakan atau pada level pabrikan/distributor. Dalam hal
bukan level pabrikan/distributor maka diusahakan pada level harag ayang wajar dari
penyedia yang ditunjuk
Jawab :
BAB 2
SYARAT- SYARAT ADMINISTRASI
E. PENANGGUHAN PEMBAYARAN
PEMBAYARAN akan ditangguhkan apabila:
1. Terdapat kesalahan dalam pelaksanaan, hasil kurang memuaskan, kerusakan-kerusakan
yang belum diperbaiki.
2. Belum memenuhi ketentuan administrasi.
3. Belum ada persetujuan dalam perhitungan claim lenaikan harga yang terjadi pada
angsuran tersebut apabila terjadi force majeure.
Bilamana hal- hal tersebut diatas sudah di selesaikan, makam pembayaran angsuran dapat
dilakukan.
F. KENAIKAN HARGA
1. Bahwa pada hakekatnya dalam batas berlakunya surat perjanjian kerja sama (SPKS)
pekerjaan yang di maksud dalam RKS inin segala kenaikan harga bahan dan upah kerja
menjadi tanggung jawab pelaksana dalam bentuk “ Claim “ tidak dibenarkan, kecali
dalam keadaan “ force majeure ”.
2. Yang di maksud dengan force majeure adalah suatu kejadian di luar kekeuasaan
kontraktor baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi jalannya pekerjaan yaitu
antara lain: akibat bencana alam ( misalnya banjir, topan badai, gempa bumi, gunung
meletus, sambaran petir), sabotase, dan kebijaksanaan moneter dari pemerintah. Dalam
kaitannya dengan kebijakan moneter, harus ada ketentuan pemerintah yang mengatur
penyaesuaian harga (ekshalasi).
3. Apabial terjadi force majeure seperti yang di maksud dengan ayat 2 pasal ini
kontraktor dapat mengajukan ganti rugi kepada peberi tugas setelah mendapat pengakuan
dan keterangan secara tertulis dari pihak yang berwenang.
4. Jika ada akibat tindakan dari pemerintah di bidang moneter harus menyesuaikan
dengan petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan oleh yang berwenang untuk mengikuti
dan menyesuainkannya.
G. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Jangka waktu pelaksanan pekerjaan yang dimaksud dalam RKS ini ditetapkan selama
90 ( Sembilan Puluh ) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya surat Perintah
kerjasama ( SPKS ) ditanda tangani.
2. Penyerahan pertama pekerjaan dapat dilakukan apabila telah memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Pekerjaan secara fisik telah selesai 100% terpasang yang dinyatakan dalam berita acara
kemajuan pekerjaan.
H. JANGKA WAKTU PEMELIHARAAN
1. Masa pemeliharaan pekerjaan yang dimaksud dalam RKS ini ditetapkan minimal 180 (
Seratus delapan puluh ) hari kalender, terhitung setelah tanggal penyerahan pertama.
2. Dalam masa pemeliharaan ini tim pelaksana tetap bertanggung jawab tehadap
penyempurnaan pekerjaan berdasarkan petunjuk dan pengarahan pemberi tugas.
K. PENGUKURAN
Pelaksana sebelum memulai pengukuran harus memperhatikan ketentuan batas-batas
yang telah ditentukan oleh pemberi tugas. Pengambilan peil dan pengukuran harus atas
persetujuan dari pengelola pekerjaan dan ila ada hal-hal yang belum jelas atau terdapat
permasalahan harus segera disampaikan untuk segera ditetapkan. Kekeliruan dalam hal
ini menjadi tanggung jawab pelaksana. Hasil pengukuran ini dituangkan dalam suatu
berita acara ynag ditanda tangani oleh pelaksanan atau pemberi tugas.
REPORT THIS AD
M. TENAGA KERJA
1. Tim pelaksana harus mengadakan tenaga kerja yang cukup serta terampil untuk
melaksankan pekerjaan ini.
2. Tim pengawas berhak menginstruksi kepada tim pelaksana yang kurang memadai
dengan bobot pekerjaan yang dilaksanakan atau menolak atau minta ganti rugi pekerja
yang tidak terampil ahli dalam pekerjaan.
3. Pelaksana harus memenuhi peraturan perburuhan yang berlaku serta memberikan/
mengadakan fasilitas yang di perlukan pada pekerjaan selama masa pelaksanaan ini.
O. GANTI RUGI
Pemberi tugas tidak bertanggung jawab atas ganti rugi atau gugatan-guagatan yang
diajukan oleh pekerja atau gugatan-gugatan yang diajukan oleh pekerja atau buruh
supplier atau pihak ketiga yang berhubungan dengan kecelakaan, kerusakan, kerugian
lainya serta gugataan apapun yang berhubungan denga pelaksanaan dan yang ada sangkut
pautnya degan pelaksanaan pekerjaan ini, semuanya menjadi tanggung jawab tim
pelaksanaan.
X. PEKERJAAN LAIN-LAIN
Pada waktu pekerjaan kepada pemberi tugas tim pelaksana harus menyerahkan:
Laporan akhir pelaksanaan yang berisi tentan laporan fisik, keuangan foto-foto
dokumentasi beserta hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti
yang telah tercantum dalam petunjuk teknis yang telah diberikan.
BAB III
SYARAT –SYARAT TEKNIS
A. URAIAN UMUM
1. Lingkup Pekerjaan yang dilaksanakan Rehabilitas Gedung SD N Malangrejo Sleman
adalah sebagai berikut :
A. REHABILITASI RUANG KELAS
1. Bongkar genteng, kerpus, plafon usuk, reng
2. Pasang genteng, kerpus plafon, usuk dan reng
3. Pasang keramik lantai 30/30, keramik dinding 20/25
4. Pasang instalasi listrik
5. Pengecatan seluruh
6. Pembersihan lokasi
B. REHABILITASI TEMPAT PARKIR DAN GUDANG
1. Galian tanah, urug tanah kembali, urugan pasir
2. Pembuatan kolom, ringbalk
3. Pasangan bata, plesteran dan acian
4. Pembuatan kusen kayu, daun pintu, jendela, krepyak,lisplang, reuiter, nok, gording,
murplat, usuk dan reng
5. Pemasangan genteng dan kerpus
6. Pemasangan plafon eternity
7. Pemasangan instalasi listrik
8. Pemasangan lantai keramik 30/30
9. Pemasangan penggantung dan pengunci
10. Pengecatan seluruh
11. Pembersihan lokasi
2. Pengelolaan pekerjaan
Pengelolaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung
Negara, meliputi antara lain mendatangkan semua bahan, pengerahan tenaga kerja,
mengadakan alat bantu dan sebagainya. Mekanisme pengadaanya langsung atau tidak
langsung termasuk dalam usaha penyelesaian dan penyerahan pekerjaan dalam keadaan
sempurna dan lengkap, termasuk pekerjaan yang tidak ditentukan dengan jelas dalam
persyaratan teknis dan gambar, tetapi masih dalam lingkup pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Pelaksanaan dan Pemimpin Kegiatan.
3. Lapangan pekerjaan, termasuk segala sesuatu yang berada di dalamnya diserhkan
sebagai tanggung jawab Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara.
4. Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara harus menyerahkan pekerjaan dengan
sempurna dan dalam keadaan selesai, termasuk pembersihan lokasi pekerjaan.
5. Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
secara swakelola tidak boleh diborongkan kepada pihak ketiga (pemborong/rekanan)
meliputi pekerjaan:
a. Pekerjaan Pelaksanaan
b. Pekerjaan Administrasi dan Pelaporan
c. Pekerjaan Perawatan, termasuk pembersihan lokasi sebelum penyerahan pekerjaan
antara lain pembersihan bahan-bahan bangunan yang tidak terpakai, sampah kerusakan-
kerusakan atau hal-hal yang merupakan akibat dari p[ekerjaan Tim Rehabilitasi
Bangunan Gedung Negara.
d. Pekerjaan lain yang tercantum ataupun yang dimaksudkan dalam Juklak, gambar-
gambar dan spesifikasai teknis.
6. Ukuran-ukuran
a. Ukuran-ukuran telah ditetapkan seperti pada gambar.
b. Jika terdapat perbedaan antara ukuran yang terdapat di dalam gambar utama dengan
ukuran yang terdapat di dalam gambar detail, maka yang mengikat adalah ukuran yang
berada di dalam gambar detail.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru dan tidak sesuai dengan
gambar perencana baik dan sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan ini adalah
menjadi tanggung jawab Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara sepenuhnya.
d. Sebagai patokan/ukuran pokok ± 0.00 diambil lapangan.
2. Pasir Urug
Pasir untuk pengurukan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus dan keras atau memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996. Butiran-butiran
harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh
melebihi 5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
Pasir laut tidak boleh digunakan.
3. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996. Butiran-butiran
harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh
melebihi 5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
Pasir laut tidak boleh digunakan.
4. Portland Cement (PC)
a. Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis (NI-8) dan masih dalam
kantong utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam SNI 15-2049-
1994.
b. Bila digunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus diadakan
pengujian terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
c. Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus dijaga
agar tidak menjadi lembab, dan penempatannya harus ditempat yang kering.
d. Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh dipakai.
5. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan terbebas dari bahan-bahan organik,
lumpur dan sebagainya. Kadar lulmpur tidak boleh melebihi 5%.
6. Koral Beton/Split
a. Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-197.
b. Butiran-butiran split dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan tertinggal di
atas ayakan berlubang 20 mm.
c. Koral/Split hitam mengkilap keabu-abuan.
7. Kayu
a. Pada umunnya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa segala akibat dari
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaian tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi, memenuhi syarat- syarat pelaksanaan yang ditentukan
dalam PPKKI-1961.
b. Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
c. Yang dimaksud mutu kayu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagai
berikut :
• Harus kering udara (kadar lengas 5%)
• Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 3,5
cm.
• Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok.
• Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu.
• Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/7.
d. Yang dimaksud kayu mutu B, kayu yang tidak termasuk dalam mutu A, tetapi
memenuhi syarat-syarat Pelaksanaan sebagai berikut :
• Kadar lengas kayu 30%.
• Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 5 cm.
• Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok.
• Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi ¼ tebal kayu.
• Miring arah, serat (tangensial) tidak melebihi 1/7.
•
8. Beton Non Struktural
a. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis, beton ring balok untuk pekerjaan
beton bukan struktur, seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/struktur pendukung
mengunakan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Split, hingga setara dengan mutu beton K-225 dan
harus memenuhi persyaratan dalam SNI 03-2458-1991.
c. Campuran beton mengunakan perbandingan volume.
d. Untuk mencapai mutu beton setara K-175 menggunakan campuran 1 Pc : 3 Psr : 5
Split sampai K-225 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat dipakai volume campuran 1
Pc : 2 Ps : 3 Split.
REPORT THIS AD
9. Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan mutu U-24, dan seterusnya sesuai yang ditentukan, yang
penting harus ditanyakan oleh test laboratorium resmi dan sah.
b. Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam alkali dan bebas dari
cacat seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat serta memenuhi persyaratan SNI
07-0663-1995.
REPORT THIS AD
H. PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja, penyediaan
bahan/material, peralatan serta alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pelaksanan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan langit-langit dapat dilaksanakan
dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah seluruh ruangan.
c. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan plafon dengan seluruh detail
seperti yang disebutkan/disyaratkan dalam dokumen gambar.
d. Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail ukuran lainnya sesuai yang
tercantum dalam gambar dan RAB.
e. Kecuali ditentukan lain, dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan maupun
tambahan-tambahan bahan yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah
menjadi tanggung jawab Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan adalah lembaran asbes plat. Bahan-bahan yang
digunakan harus benar-benar halus, bebas dari cacat kayu yang ada seperti
sobek serat, lubang bekas paku, dll.
b. Ukuran asbes plat yang digunakan adalah modul 100 x 100 cm.
c. Spesifikasi bahan lain yang digunakan seperti tercantum dalam syarat-syarat
teknis bahan tentang kayu.
d. Bahan rangka pemggantung, dari kayu kelas II mutu A (setempat) kering,
lurus, tidak cacat, bersih dari retakan dan lubang.
e. Rangka langit-langit yang digunakan adalah kayu 5/7 untuk balok pembagi
dan balok induk sebagai balok utama adalah 6/12.
3. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Sebelum dilaksanakannya pemasangan langit-langit ini, semua pekerjaan lain
yang terletak di atas langit-langit harus sudah terpasang secara sempurna.
2. Sebelum pekerjaan pemasangan langit-langit dimulai, diwajibkan mengadakan
pengecekan/pemeriksaan kembali terhadap pekerjaan yang erat hubungannya dengan
pekerjaan langit-langit ini antara lain instalasi kabel listrik penerangan dan daya,
pemasangan atap, dll, diwajibkan adanya kerja sama (koordinasi) yang baik antara semua
unsur Pelaksanaan Lapangan.
3. Tepi, sudut tiap potongan asbes plat setelah pemotongan adalah harus rapi dan mulus.
4. Jarak antara tiap panel plafon adalah 0,5 cm (nat)
5. Sisi bawah dari tiap rangka langit-langit tersebut harus halus (diserut), agar
pemasangan asbes plat menjadi rata.
6. Rangka langit-langit yang digunakan adalah kayu 5/7 kayu kruing untuk balok
pembagi dan balok induk sebagai balok utama adalah 6/12, dan rangka ini dicat dengan
meni kayu sebanyak 2x laburan.
REPORT THIS AD
c. Syarat-syarat pelaksanaan
• Keputusan bahan, jenis warna, tekstur dan produk akan diambil dalam
musyawarah Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara. Spesifikasi
teknis bahan harus tetap sesuai dengan persyaratan diatas.
• Alas dari lantai keramik adalah lantai beton tumbuk dengan ketebalan
4 cm sesuai dengan gambar.
• Adukan pengikat dengan campuran 1 PC : 3 Psr ditambah bahan perekat,
atau dapat digunakan acian PC ditambah bahan perekat.
• Bidang lantai keramik yang terpasang harus benar-benar rata, jika
dianggap perlu dengan memperhatikan kemiringan lantai untuk
memudahkan pengaliran air.
• Lebar siar-siar harus sama dan kedalaman maksimum 3mn membentuk
garis lurus atau sesuai dengan gambar, siar-siar diisi dengan bahan
pengisi dengan bahan pengisi berwarna/grout semen.
• Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus sehingga
hasil potongan presisi dan tidak retak-retak.
• Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
yang melekat, sehingga benar-benar bersih.
d. Syarat-syarat Pengiriman dan Penerimaan Barang
• Selain pasir, semen yang dikirim ke lokasi pelaksanaan harus dalam
keadaan tertutup, atau kantong masih disegel dan berlabel dari pabrik,
bertuliskan type dan tingkatannya serta dalam keadaan utuh dan tidak
cacat.
• Bahan-bahan diletakkan di tempat yang kering, berventilasi baik,
terlindung dan bersih.
• Tim Rehabilitasi Bnagunan Gedung Negara bertanggung jawab atas
kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik sebelum maupun selama
pelaksanaan pekerjaan.
• Bila ada hal-hal yang tidak ada tempatnya, bahan rusak atau hilang, Tim
Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara harus menggantinya.
e. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan
• Bahan keramik yang telah terpasang dihindarkan dari injakan selama 3 x
24 jam setelah pemasangan.
• Bila terjadi kerusakan, Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
diwajibkan untuk memperbaikinnya dengan tidak mengurangi kualitas
pekerjaan.
REPORT THIS AD
2. Kabel Daya
a. Instalasi dan Pemasangan Kabel
1. Bahan
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan SII dan PLN. Semua kabel harus baru dan harus jelas ukurannya,
jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 2 mm keatas harus jenis pilin (stranded)
dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih kecil dari
2,5 mm².
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe
• Untuk insyalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa PVC.
• Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman dengan menggunakan
kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan, beton,dll)
harus berada di dalam conduit PVC kelas AW yang disesuaikan dengan
ukurannya, dan harus diklem.
b. Splice/Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya “splice” pencabangan ataupun sambungan-
sambungan baik dalam feader maupun cabang-cabang, kecuali pada cutlet
atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa dipakai.
2. Semua sambungan kabel baik dalam juntion box, panel maupun tempat
lainnya harus menggunakan connector yang terbuat dari tembaga yang
diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC, yang diameternya
disesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, connection, dll seperti karet, PVC asbes, tape
sintetis, resin, splice case, composit dll, harus dari tupe yang disetujui, untuk penggunaan,
lokasi voltage dan lainnya harus dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau
menurut anjuran yang ada.
d. Penyambungan kabel
• Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misal Junction box).
• Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-masing,
serta sebelum dan sesudah penyambungan harus dilakukan pengetesan
tahanan isolasi.
• Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
L. PEKERJAAN CAT
a. Cat meni sekualitas merk JAGO dipergunakan untuk begel, baut, dan semua
besi yang kelihatan.
b. Cat meni sekualitas merk JAGO dipergunakan untuk kusen pintu/jendela, plepet, pyan
bidang sambungan dan semua kayu yang akan dicat.
c. Cat kayu sekualitas merk EMCO
d. Cat dinding sekualitas merk Decolith.
e. Proses cat: Untuk kayu meni satu kali, dempul, cat dasar, satu luar diplamir pakai
plamir sesuai merk catnya, dengan pengecatan sebanyak 2 kali atau lebih hingga rata dan
baik.
f. Proses pengecatan dilaksanakan setelah tembok kering.