Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Modal Kerja

Modal kerja merupakan bagian terpenting bagi perusahaan,

karena itu pengelolaan dari unsur-unsur modal kerja seperti kas,

piutang, persidiaan dan utang lancar yang efektif dapat membantu

meningkatkan laba perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat

menghitung tingat modal kerja, maka perusahaan akan berada dalam

keadaan insolvent ( tidak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo)

dan kemungkinan perusahaan akan bangkrut, sedangkan penetapan

modal kerja yang berlebihan akan menyebabkan perusahaan overlikuid

sehingga menimbulkan dana menganggur dan membuang kesempatan

memperoleh laba yang optimal.

a. Defenisi Modal Kerja

Menurut Kasmir (2012:250) menyatakan modal kerja

merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan

operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang

ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti

kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva

lancar lainnya.

Menurut Sujarweni (2017 : 186) menyatakan modal kerja

5
6

merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat

berharga, piutang, dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban

lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar, modal kerja

dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor dan modal

kerja bersih. Modal kerja kotor adalah jumlah aktiva lancar, dan

modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah

utang lancar.

Menurut Kasmir (2012:250) pengertian modal kerja secara

mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi

menjadi tiga macam, yaitu :

1) Konsep Kuantitatif

Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja

adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah

bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai

operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut

dengan modal kerja kotor (gross working capital).

2) Konsep kualitatif

Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan

kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara

jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini

disebut modal kerja bersih atau (net working capital).

3) Konsep Fungsional

Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang

dimiliki dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang


7

dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba

perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai

modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba.

Demikan pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit,

laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya

terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.

b. Jenis-jenis Modal Kerja

Pentingnya modal kerja agar selalu tersedia guna

menunjang aktivitas perusahaan membuat seorang pemimpin

harus dapat menyediakan modal kerja yang cukup ketika aktivitas

perusahaan meningkat dan sekaligus dapat mengatasi agar tidak

terjadi kelebihan modal kerja dalam bentuk cash pada saat aktivitas

perusahaan menurun.

Modal kerja menurut Harjito dan Martono (2013:77)

menggolongkan modal kerja dalam beberapa jenis, yaitu :

1) Modal kerja permanen (permanent working capital), yaitu modal

kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk

menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen

dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a) Modal kerja primer (primary working capital), yaitu modal

kerja minimum yang harus ada untuk menjamin

kontinuitas kegiatan usaha.

b) Modal kerja normal (normal working capital), yaitu modal

kerja yang dibutuhkan untuk melakukan luas produksi


8

yang normal.

2) Modal kerja variabel (variable working capital), yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan

keadaan. Modal kerja variabel dapat dikelompokkan menjadi 3,

yaitu :

a) Modal kerja musiman (seasonal working capital), yaitu

modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena

fluktuasi musim.

b) Modal kerja siklis (cyclical working capital), yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi

konjungtur.

c) Modal kerja darurat (emergency working capital), yaitu

modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya

keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja.

Menurut Kasmir (2012:254) ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi modal kerja, yaitu :

1) Jenis perusahaan

Jenis kegiatan perusahaan dalam pratiknya meliputi dua

macam, yaitu: perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

dan nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan

industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa.

Di perusahaan industri, investasi dalam bidang kas, piutang,

dan persediaan lebih relatif besar jika dibandingkan dengan


9

perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis perusahaan sangat

menentukan kebutuhan akan modal kerjanya.

2) Syarat kredit

Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dengan

cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal

kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan

berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan

secara kredit. Penjualan secara kredit memberikan kelonggaran

kepada konsumen untuk membeli barang dengan cara

pembayaran diangsur (dicicil) beberapa kali untuk jangka waktu

tertentu. Yang perlu diketahui dari syarat-syarat kredit dalam

hal ini, yaitu :

a) syarat untuk pembelian bahan atau barang dagangan.

b) syarat penjualan barang.

Agar modal kerja yang diinvestasikan dalam sektor

piutang dapat diperkecil, perusahaan perlu memberikan

potongan harga. Kebijakan ini disamping bertujuan untuk

menarik minat debitur untuk segera membayar utangnya, juga

untuk memperkecil kemungkinan risiko utang yang tidak

tertagih (macet).

3) Waktu produksi

Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya

memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan

untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar


10

modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya

semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk meproduksi

suatu barang, maka semakin kecil modal kerja yang

dibutuhkan.

4) Tingkat perputaran persediaan

Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap modal

kerja cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau

rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin

tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan

perputaran persediaan yang cukup tinggi agar memperkecil

risiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu

menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan.

2. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

a. Sumber Modal Kerja

Menurut Kasmir (2010:219) berikut ini beberapa sumber

modal kerja yang dapat digunakan, yaitu :

1) Hasil operasi perusahaan

Hasil operasi perusahaan, maksudnya adalah pendapatan

atau laba yang diperoleh dari periode tertentu. Pendapatan

atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan

penyusutan. Selama laba yang belum dibagi perusahaan dan

belum atau tidak diambil pemegang saham, maka akan

menambah modal kerja perusahaan. Namun modal kerja ini


11

sifatnya hanya sementara waktu saja dalam waktu yang

relatif

tidak terlalu lama.

2) Keuntungan penjualan surat berharga

Keuntungan penjualan surat berhaga, juga dapat

digunakan untuk keperluan modal kerja. Besarnya selisih

antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut.

Namun sebaliknya jika terpaksa harus menjual surat berharga

dalam kondisi rugi, maka otomatis akan mengurangi modal

kerja.

3) Penjualan saham

Penjualan saham, artinya perusahaan melepas sejumlah

saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak.

Hasil penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal

kerja, sekalipun kebiasaan (prioritas) dalam manajemen

keuangan hasil penjualan saham lebih ditekankan untuk

kebutuhan investasi jangka panjang.

4) Penjualan aktiva tetap

Penjualan aktiva tetap, maksdunya yang dijual di sini

adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau masih

menganggur. Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau

piutang sebesar harga jual.

5) Penjualan obligasi
12

Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan

sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil

penjualan ini dapat dijadikan modal kerja, sekalipun hasil

penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi

perusahaan jangka panjang seperti halnya penjualan saham.

6) Memperoleh pinjaman

Memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga

lain), terutama pinjaman jangka pendek. Khusus untuk

pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja

peruntukan pinjaman jangka panjang bisanya digunakan untuk

kepentingan investasi. Dalam praktiknya pinjaman, terutama

dari dunia perbankan ada yang dikhususkan untuk digunakan

sebagai modal kerja, walaupun tidak menambah aktiva lancar.

7) Dana hibah

Memperoleh dana hibah dari berbagai lembaga. Dana

hibah ini juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana

hibah ini biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana

pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum kenaikan dan

penurunan modal kerja disebabkan oleh: adanya kenaikan modal

(penambahan modal pemilik atau laba), adanya pengurangan

aktiva tetap (penjualan aktiva tetap yang tidak produktif) dan

adanya penambahan utang.

b. Penggunaan Modal Kerja


13

Setelah memperoleh modal kerja yang diinginkan, maka

tugas manajer keuangan selanjutnya adalah bagaimana

mengunakan modal kerja tersebut. Dalam praktiknya hubungan

antara sumber dan penggunaan modal kerja sangat erat, artinya

penggunaan modal kerja dipilih dari sumber modal kerja tertentu

atau sebaliknya. Sehingga seorang manajer dituntut untuk

menggunakan modal kerja secara tepat, sesuai dengan sasaran

yang ingin dicapai perusahaan.

Menurut Kasmir (2010:220) penggunaan dana untuk modal

kerja dapat diperoleh dari kanaikan aktiva dan menurunnya pasiva.

Secara umum dikatakan bahwa penggunaan modal kerja biasa

dilakukan perusahaan untuk tujuan :

1) Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan,

artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk

membayar gaji, upah, dan biaya operasi lainnya yang

digunakan untuk menunjang penjualan.

2) Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang

dagangan, artinya ada sejumlah bahan baku yang dibeli yang

akan digunakan untuk proses produksi dan pembelian barang

dagangan yang digunakan untuk dijual kembali.

3) Untuk menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga atau

kerugian lainnya, artinya pada saat perusahaan menjual surat

berharga namun mengalami kerugian dan ini akan mengurangi

modal kerja dan segera ditutupi.


14

4) Pembentukan dana merupakan pemisahan aktiva lancar untuk

tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya pembentukan

dana pensiun, dana ekspansi, atau dana pelunasan obligasi.

Pembentukan dana ini akn mengubah bentuk aktiva dari aktiva

lancar menjadi aktiva tetap.

5) Pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang, seperti

pembalian tanah, bangunan, kendaraan, dan mesin. Pembelian

ini akan mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar dan

timbulnya utang lancar.

6) Pembayaran utang jangka panjang, artinya adanya

pembayaran utang jangka panjang yang sudah jatuh tempo

seperti pelunasan obligasi, hipotek dan utang bank jangka

panjang.

7) Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar,

artinya perusahaan menarik kembali saham-saham yang sudah

beredar dengan alasan tertentu dengan cara membeli kembali

baik untuk sementara waktu maupun selamanya.

8) Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi,

artinya pemilik perusahaan mengambil barang atau uang yang

digunakan untuk keperluan pribadi, termasuk dalam hal ini

adanya pengambilan keuntungan atau pembayaran deviden

oleh perusahaan.

Berdasarkan penggunaan modal kerja yang telah diuraikan,

sangat jelas akan mengakibatkan penurunan dan perubahan modal


15

kerja itu sendiri, kembali lagi kepada bagaimana penggunaan

modal kerja tersebut.

3. Kebijakan Modal Kerja

Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh

perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja degan

berbagai alternatif sumber dana. Sumber dana yang dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dapat dipilih dari sumber dana

jangka pendek atau jangka panjang. Masing-masing alternatif

mempunyai konsekuensi dan keuntungan tersendiri.

Menurut Harjito dan Martono (2013:79) mengatakan ada tiga

kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan

yaitu :

a. Kebijakan Konservatif

Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen

modal kerja yang dilakukan dengan hati-hati. Pada kebijakan

konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja

variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang,

sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan

sumber dana jangka pendek.

b. Kebijakan Agresif

Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen

dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan

sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai

dengan sumber dana jangka pendek.


16

c. Kebijakan Moderat

Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva

tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana

jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan

sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan

kebijakan manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan

ini memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja

sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen

atau sumber dana yang berjangka panjang. Sumber modal yang

permanen seperti saham, sedangkan sumber modal berjangka

panjang yang lain adalah obligasi (hutang jangka panjang).

4. Efektivitas Modal Kerja

Menurut Handoko (2002:7) menyatakan bahwa efektivitas

merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan

yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari

pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah

segala sesuatu yang dilakukan dengan tepat sasaran dan tepat waktu

yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Menurut Indriyani (2015:107) menyatakan efektivitas modal

kerja adalah suatu tingkat keberhasilan perusahaan menggunakan

modal kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga tidak

menimbulkan kekurangan atau kelebihan modal sehingga dapat

memberikan hasil yang memuaskan.

5. Rasio Profitabilitas
17

Menurut Syamsurya (2016:22) menyatakan profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian

bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan

analisis profitabilitas ini, misalnya bagi pemegang saham akan melihat

keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden.

Menurut Kasmir (2012:196) menyatakan rasio profitabilitas

merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan. Rasio ini juga memberikan tingkat efektivitas manajemen

suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio

ini menunjukkan efesiensi perusahaan.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang akan digunakan

dalam penelitian ini, yaitu :

a. Gross Profit Margin

Menurut Syamsurya (2016:23) gross profit margin

merupakan persentase dari laba kotor (sales-cost of goods sold)

dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin

semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini

menunjukkan bahwa cost of goods sold relatif lebih rendah

dibandingkan dengan sales. Demikian pula sebaliknya, semakin

rendah gross profit margin, semakin kurang baik operasi

perusahaan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:


18

Laba Kotor
Gross Profit Margin = × 100 %
Penjualan

b. Operating Profit Margin

Menurut Syamsurya (2016:23) operating profit margin adalah

rasio yang membandingkan antara laba usaha dengan penjualan.

Rasio ini menggambarkan apa yang biasanya disebut “pure profit”

yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan.

Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa

jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi

perusahaan dengan mangabaikan kewajiban-kewajiban finansial

berupa bunga serta pembayaran pajak. Semakin tinggi operating

profit margin akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

LabaUsaha
Operating Profit Margin = × 100 %
Penjualan

c. Net Profit Margin (NPM)

Menurut Kasmir (2012:200) margin laba bersih merupakan

ukuran keuntungan dengan mambandingkan antara laba setelah

bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini

menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas perjualan.

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

Lababersih
Net Profit Margin = ×100 %
Penjualan

d. Return On Investment (ROI)


19

Menurut Kasmir (2012:201) menyatakan bahwa return on

investment (ROI) atau return on asset (ROA) merupakan rasio yang

menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan

dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang

efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Menurut Munawir (2014:89) besarnya ROI dipengaruhi oleh

dua faktor, yaitu :

1) Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang

digunakan dalam operasi)

2) Profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang

dinyatakan dalam presentase dan jumlah penjualan bersih.

Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat

dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

ROI dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan seluruh

aktiva perusahaan yang dimiliki, dapat dihitung dengan rumus :

Laba Bersih
ROI = ×100 %
Total Aktiva

e. Return On Equity (ROE)

Menurut Syamsurya (2016:25) Return On Equity (ROE)

merupakan tingkat pengambilan atas ekiutas pemilik perusahaan.

Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return on

equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan

memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham


20

perusahaan. ROE dapat diketahui dengan perhitungan sebagai

berikut :

Laba Bersih
ROE = × 100 %
Modal Sendiri

Menurut Kasrmir (2012:197) tujuan dan manfaat rasio

profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau

manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama

pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan

perusahaan. Tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas

bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yakni :

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh

perusahaan dalam satu periode tertentu;

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya

dengan tahun sekarang;

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;

4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan

modal sendiri;

5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Penelitian Terdahulu

a. Penelitian yang dilakukan oleh Syamsurya (2016) dengan judul

“Analisis Efektivitas Kebijakan Modal Kerja dalam memeroleh

Profitabilitas pada PT. Ultrajaya Milk Industri, Tbk” yang

mengatakan bahwa sumber dan penggunaanmodal kerja selama


21

tahun 2012-2014 mengalami peningkatan dan sumber dan

penggunaan yang ditetapkan oleh PT. Ultrajaya Milk Industri, Tbk

yaitu perusahaan menggunakan sumber modal kerja untuk

membiayai persediaan yang terus meningkat dalm 3 tahun. Dan

untuk kebijakan modal kerja yang diterapkan oleh PT. Ultrajaya Milk

Industri, Tbk menyebabkan penurunan profitabilitas, hal ini

membuat efektivitas kebijakan modal kerja yang diterapkan oleh

PT. Ultrajaya Milk Industri, Tbk tidak efektif.

b. Penelitian yang dilakukan Indriyani (2015) dengan judul “Analisis

Efektivitas Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Princess Diary

ACC di Samarinda” yang mengatakan bahwa pengelolaan modal

kerja pada Princess Diary ACC belum efektif dilihat dari efektivitas

modal kerja. Jika perputaran modal kerja semakin rendah, maka

semakin lambat pula dana yang diinvetasikan dalam modal kerja

kembali menjadi kas. Dengan hal ini membuat keuntungan

perusahaan lebih lama diterima dan juga perusahaan Princess

Diary ACC mengalami penurunan profitabilitas tingkat penjualan di

bawah HPP lebih tinggi, kurangnya promosi barang dagang,

kurangnya perhatian dalam persediaan barang di gudang. Dengan

demikian membuktikan bahwa perusahaan ini belum bisa

mengefektifkan penggunaan modal kerja sehingga tidak dapat

membayar kewajiban-kewajiban tepat waktu.


22

B. KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1
Kerangka Pikir

PT. Aneka Tambang, Tbk

Efektivitas Kebijakan Modal Kerja

Profitabilitas

Kesimpulan Dan Saran

Keterangan :

PT. Aneka Tambang, Tbk dalam menjalankan efektivitas

operasional perusahaan berusaha untuk meningkatkan laba, maka

langkah yang tempuh adalah mengambil kebijakan modal kerja yang

efektif dan diterapkan oleh manajemen untuk menentukan proporsi aktiva


23

lancar yang dibiayai oleh sumber dana jangka pendek agar pengelolaan

modal kerja dilakukan sacara efektif dan efisien yang akan tergambarkan

pada profitabilitas perusahaan yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai