DEWASA INI
MAKALAH
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunianya
kami dapat menyelesaikun tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu dan mendukung
penulisan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber literatur yang
bermanfaat. Dengan kerendahan hati, tim penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan
dalam proses pembuatan makalah ini. Maka dari itu, kami mengharap kritk dan saran
sebagai bagian dari revisi makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................. 13
4.2 Saran....................................................................................................... 13
Daftar Pustaka.......................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca berupa wawasan baru,
referensi dan sarana pembelajaran. Bagi penyusun sendiri, makalah ini memberikan
informasi baru mengenai perkembangan bahasa Indonesia dan keadaan Bahasa Indonesia
pada dewasa ini.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahasa dapat didefinisikan sebagai “a system of arbitrary vocal symbols used for
human communication” (Wardhaugh 1972 : 3). Definisi tersebut menekankan bahwa
pada intinya bahasa adalah ucapan, bukan tulisan, yang menggabungkan antara bunyi dan
makna. Tidak ada kaitan antara lambang, bunyi dan makna. Itu yang dimaksud dengan
arbitrer, sebagai salah satu sifat bahasa.
2
3. Bahasa berfungsi untuk mengatur kontak sosial, misalnya untuk tegur sapa, ucapan
selamat ataupu salam dan sebagainya.
4. Bahasa berfungsi untuk mengatur perilaku perasaan diri sendiri dan orang lain.
5. Bahasa berfungsi untuk mengungkapkan perasaan memaki ataupun sejenisnya.
6. Bahasa berfungsi untuk menandai perihal hubungan sosial.
7. Bahasa berfungsi untuk menjelaskan ataupun mendeskripsikan ilmu-ilmu lainnya.
8. Bahasa berfungsi untuk mengajarkan berbagai kemampuan dan keterampilan.
9. Bahasa berfungsi untuk mengungkapkan suatu perilaku performatif.
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika bahasa
itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas, tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa
yang sempurna. Pada kenyataannya dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah
bahasa yang dapat dipakai untuk merumuskan pendapat secara tepat dan
mengutarakan perasaan secara jelas.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa persatuan
atau bahasa nasional. Nama bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah politis, karena
setujuan dengan nama negara yang diidam-idamkan yaitu Bangsa Indonesia. Sifat politik
ditimbulkan karena keinginan agar bangsa Indonesia mempunyai semangat juang
bersama-sama dalam memperoleh kemerdekaan agar lebih merasa terikat dalam satu
ikatan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan ikrar antara ikrar ketiga dengan
ikrar pertama dan kedua yaitu pada kata mengaku dan menjunjung. Ikrar pertama dan
kedua menyatakan ”mengaku bertumpah darah yang satu dan mengaku berbangsa yang
satu”. Artinya, tanah air dan bangsa kami hanya satu yaitu Indonesia. Berbeda dengan
”menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Ikrar ini menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam mempersatukan bangsa Indonesia.
Tidak berarti bahwa, bahasa daerah dihapuskan. Bahasa daerah tetap harus dijaga dan
dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Jadi, sangatlah keliru jika ada warga
daerah yang malu menggunakan bahasa daerahnya dalam berkomunikasi. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan diartikan sebagai bahasa yang digunakan di dalam
kegiatan berkomunikasi yang melibatkan banyak tokoh atau masyarakat yang berasal
dari berbagai daerah di Indonesia. Itulah sebabnya bahasa Indonesia memiliki fungsi dan
kedudukan sebagai bahasa persatuan.
5
Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga eksistensi bahasa Indonesia menjadi
bahasa nasional. Upaya pemerintah dan para tokoh bahasa yang memiliki komitmen
terhadap pelestarian bahasa Indonesia mengadakan kongres-kongres dalam rangka
membahas perkembangan bahasa Indonesia, Pertemuan yang rutin dilaksanakan ini
diberi nama kongres bahasa Indonesia. Keberlangsungan Kongres-kongres tersebut
sangatlah penting bagi proses perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena dengan
adanya kongres bahasa Indonesia, muatan dari bahasa Indonesia menjadi lebih
komprehensif dan di sesuaikan dengan perkembangan zaman. Berikut ini kongres bahasa
Indonesia yang sudah dilaksanakan:
6
Perubahan Ejaan
7
yang ada pada ejaan pembaharuan, hanya saja pada fonem ‘e’ pepet dalam sebuah
kata harus diberikan garis di atasnya
5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan), 1967 - 1972
Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, j diganti ‘y,’ ‘nj’ diganti ‘ny,’ ‘sj ‘menjadi ‘sy,’ dan ‘ch’
menjadi ‘kh.’
Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan Bahasa Indonesia. Hal ini
disebabkan pemakaian yang sangat produktif.
Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang
berpasangan dengan variasi huruf ‘e’ yang menimbulkan salah pengertian.
Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a.
Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra →
ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.
8
Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.
Melihat sejarah pertumbuhan bangsa ini, dapat dikatakan bahwa bahasa indonesia
adalah sebuah bahasa yang baru yang lahir dari sebuah bangsa yang baru. Semakin
banyak bahasa bahasa gaul yang tercipta di zaman modern ini. Dewasa ini kedudukan
bahasa indonesia semakin terkikis. Mengapa demikian,karena dapat kita lihat bagaimana
penggunaan bahasa oleh muda-mudi saat ini. Sering kita dengar orang berdalih bahwa
berbahasa itu yang terpenting adalah lawan berbicara dapat memahami informasi yang
kita sampaikan, dan tidak harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana
yang diatur dalam kamus besar bahasa Indonesia.Kendala yang harus dihindari dalam
pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan adanya bahasa gaul. Hal ini
mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Bicara soal Bahasa Indonesia, sepertinya bahasa ibu negara kita ini sudah mulai
dipinggirkan. Orang-orang, termasuk pelajar dan mahasiswa lebih cenderung
menggunakan bahasa asing, bahasa gaul dan sebagainya.Dapat dikatakan yang
mempelajari bahasa yang baik dan benar hanya orang asing dan guru bahasa
saja.Meskipun ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak serta merta
jadi bahasa ibu bagi masyarakatnya.
1. Alih Kode. Alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian atau
peralihan pemakaian dua bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari suatu ragam.
Sedangkan Suwito beranggapan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan
dari kode yang satu ke kode yang lain (Dell Hymes, 1975 : 103 dalam R.
Kunjana Rahardi, 2001 : 20). Jadi, apabila seorang penutur mula-mula
menggunakan bahasa Jawa, dan kemudian beralih menggunakan bahasa
Indonesia, maka peristiwa peralihan pemakaian bahasa seperti itu disebut alih
kode (codeswitching). Peristiwa alih kode mungkin berujud alih varian, alih
ragam, alih gaya atau alih register
Menurut Suwito (1985, 72-74) beberapa faktor penyebab alih kode antara lain
penutur, lawan tutur, hadirnya orang ketiga, pokok pembicaraan, untuk
membangkitkan rasa humor dan sekedar untuk bergengsi. Nababan (1984 : 7)
menyatakan bahwa unsur-unsur yang menyebabkan alih kode ada beberapa
macam, yaitu pemeran serta, topik, situasi, tujuan, jalur dan ragam bahasa.
Menurut Poedjosoedarmo (1985 : 23-26) alih kode terjadi karena kehendak
atau suasana hak penutur berubah, ada orang ketiga yang hadir dalam
pembicaraan, suasana pembicaraan berubah, topik pembicaraan berubah, ada
9
pengaruh pembicaraan lain, dan penutur tidak menguasai kode yang tengah
dipakai.
Berikut adalah contoh dari penggunaan alih kode didalam bahasa tulis melalui
media internet.
a. Happy brithday yah,sehat selalu,panjang umur dan jangan lupa traktirannya
brother
b. Gue juga gak maksud apa - apa sih…cuma wanna know aja.
3. Bahasa Slang
c. Jargon
10
d. Prokem
Contoh beberapa kata-kata dari bahasa Slang yang digunakan oleh anak muda
khususnya yang digunakan dalam sosial media:
c) Muup: maaf
d) Ciyus: serius
e) Enelan: beneran
f) Ma’acih: makasih
g) Kepo: serba ingin tahu (berasal dari Knowing Every Particular Object)
11
diamati,sebab perubahan itu sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung
dalam masa yang relatif lama …”. Seperti halnya kita tidak dapat melihat
adanya perbedaan bahasa sebelum diselenggarakannya ikrar Sumpah Pemuda
dengan sehari setelah terjadinya kongres,. Perubahan itu baru bisa dilihat jauh
setelah terjadinya kongres tersebut.
1. Masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
atau lebih sering menggunakan bahasa Indonesia populer. Banyak masyarakat
yang lebih bangga dan membangga-banggakan menggunakan bahasa negeri
orang lain. Atau malah mencampur-campur bahasa Indonesia dengan bahasa
asing.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Sebagai warga negara dan generasi penerus bangsa untuk masa depan
Indonesia,kita mesti menjaga dan melindungi bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah
yang berlaku. Kita mesti memupuk rasa bangga dan cinta terhadap Bahasa Indonesia.
Walaupun kita belajar bahasa asing, kita tidak boleh melupakan nilai - nilai didalam
Bahasa Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Firman. Dkk. 2016.Bahasa Indonesia Untuk Peruruan Tinggi. Bandung: CV Maulana
Media Grafika.
Pei, Mario. 1966. How to Learn Languages and What Languages to Learn. New York:
Harper & Row.
Bentemen, Thomas. 2016. Evolusi Ejaan Bahasa Indonesia dari Masa ke Masa.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/11/16/evolusi-ejaan-bahasa-indonesia-dari-
masa-ke-masa. (Diakses tanggal 13 September 2020).
14