DISUSUN OLEH:
193110149
2A
DOSEN PEMBIMBING:
2020/2021
A. MANUVER LEOPOLD
Manuver Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk menentukan
posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen, namun menjadi sulit dilakukan bila
bertemu dengan ibu hamil yang obes atau dengan ibu hamil yang memiliki jumlah cairan amnion
berlebih. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat sebelum melakukan manuver
Leopold:
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan dilakukan.
3. Anjurkan klien untuk tidur telentang rata punggung dengan lutut sedikit fleksi.
4. Cuci tangan dengan air hangat.
5. Alat-alat yang digunakan: laenec atau Doppler, selimut, handuk kecil, tempat tidur
antenatal.
6. Buka pakaian klien mulai dari prosesus xipoideus sampai dengansimfisis pubis,
tutupi dengan selimut pada bagian yang akan diperiksa.
Manuver Leopold terdiri dari 4 langkah. Masing-masing langkah memiliki tujuan yang
berbeda-beda
a. Manuver Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang
terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap kea rah ibu
2. Palpasi fundus uterus
3. Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
b. Manuver Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di
sepanjang sisi material, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
3. Palpasi janin di antara dua tangan.
4. Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
c. Manuver Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah
masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi di atas simfisis pubis.
3. Beri tekanan pada area uterus.
4. Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan
pergelangan tangan.
5. Tentukan presentasi janin.
6. Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
d. Manuver Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala,
sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
2. Palpasi janin di antara dua tangan.
3. Evaluasi penurunan bagian presentasi.
Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan
Leopold. Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk
mengetahui presentasi bayi dalam rahim. Berikut dijelaskan gerakan-gerakan yang dilakukan saat
pemeriksaan Leopold :
a. Leopold I
Mengetahui letak presentasi kepala dan bokong.
menghadap ke kepala pasien gunakan ujung jari kedua tangan untuk mempalpasi fundus
uteri.
apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat dan
mudah digerakkan dan “ballotable”.
apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak
beraturan, tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.
b. Leopold II
Maneuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi
pelvis ibu.
menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen,
pertahankan uterus dengan tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan
lokasi punggung janin.
bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan. bagian-
bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan menonjol,
dan mungkin bisa bergerak pasif atau aktif.
c. Leopold III
Maneuver ini mengidentifikasikan bagian janin yang paling dekat dengan serviks. Bagian janin
inilah yang pertama kali kontak dengan jari pada saat pemriksaan vagina, umumnya adalah
kepala atau bokong. Langkah pemeriksaan :
letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara
simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat
pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di
sekitar bagian presentasi.
d. Leopold IV
Maneuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di bagian
sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian depan kepala. Apabila posisi
kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian oksiput. Langkah Pemriksaan :
menghadap ke longlegs pasien. Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah
abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir.
Inilah ujung kepala. Jika bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan
punggung, ini adalah pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi
ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian
oksiput menjadi ujung kepala.
Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
HIS
His menurut Kampono dan M. Moegni (1999) adalah gelombang kontraksi ritmis otot
polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus
daerah tersebut. WIknyosastro, dkk (1999 : 188) menyatakan bahwa his adalah salah satu
kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
AKIBAT TERJADINYA HIS :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
4. Bagian bawah janin turun
5. Perubahan bentuk uterus
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala
1. Kepala masuk pintu atas panggul (Engagemen) : sumbu kepala janin dapat tegak lurus
dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas
panggul (asinklitismus anterior/posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul (Desensus), akibat :
1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
2) tekanan dari cairan amnion,
3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan
4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
Identifikasi Parturien
1. Keadaan umum ibu dan anak.
2. Fase persalinan.
3. Keadaan selaput ketuban.
4. Riwayat perdarahan Pervaginam.
5) Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada
perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat
satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan
kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.
6) Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.
7) Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian
tersebut sampai 10 kali lebih besar.
8) Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus
diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya
atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan
kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara
dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan
demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di dalam lambung
diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian
atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa
kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu, polihidramnion atau hipersalivasi.
9) Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer
ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara
ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
10) Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan
lain-lain.
Cara merawat tali pusar bayi setelah puput agar cepat kering
Adapun tips perawatan yang bisa dilakukan setelah bayi puput pusar adalah sebagai
berikut:
1. Pastikan Anda telah mencuci tangan hingga bersih sebelum membesihkan pusar bayi
agar tidak menyebabkan infeksi.
2. Bersihkan sisa tali pusar yang sudah puput paling tidak dua kali sehari setelah selesai
mandi menggunakan air hangat.
3. Jangan menutup bagian pusar dengan apapun termasuk memberi bedak, betadine
maupun alcohol.
4. Perhatikan pemakaian popok dan baju bayi. Jangan pakai pokok hingga menutupi
bagian pusar dan pilih baju yang nyaman serta lembut untuk membantu pusar cepat
kering dan terhindar dari iritasi.
Link Video :
J J J J J J J J JJ J J J J J J JJ J J J J J J J J J S S S S S SS S S S S S SS F F FF MMM M M M M MM
M M M M MM M M M M M MM MM M M M M M M M MM M M MM M M M M MM M M MM
M M M M M MM M M M M MM M M M M M M M MM M M M M M MM M M MM M M M M M
MM M M MM M M M M M MM M M M MM M M