Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN MATERNITAS

“Resume Manuver Leopold, Asuhan Persalinan Normal,Pemeriksaan Fisik


BBL,Perawatan Tali Pusat”

DISUSUN OLEH:

Resha Febriana Maisyah

193110149

2A

DOSEN PEMBIMBING:

Hj. Metri Lidya,S.Kp,M.Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020/2021
A. MANUVER LEOPOLD
Manuver Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk menentukan
posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen, namun menjadi sulit dilakukan bila
bertemu dengan ibu hamil yang obes atau dengan ibu hamil yang memiliki jumlah cairan amnion
berlebih. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat sebelum melakukan manuver
Leopold:
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan dilakukan.
3. Anjurkan klien untuk tidur telentang rata punggung dengan lutut sedikit fleksi.
4. Cuci tangan dengan air hangat.
5. Alat-alat yang digunakan: laenec atau Doppler, selimut, handuk kecil, tempat tidur
antenatal.
6. Buka pakaian klien mulai dari prosesus xipoideus sampai dengansimfisis pubis,
tutupi dengan selimut pada bagian yang akan diperiksa.
Manuver Leopold terdiri dari 4 langkah. Masing-masing langkah memiliki tujuan yang
berbeda-beda
a. Manuver Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang
terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap kea rah ibu
2. Palpasi fundus uterus
3. Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
b. Manuver Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di
sepanjang sisi material, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
3. Palpasi janin di antara dua tangan.
4. Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
c. Manuver Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah
masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi di atas simfisis pubis.
3. Beri tekanan pada area uterus.
4. Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan
pergelangan tangan.
5. Tentukan presentasi janin.
6. Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
d. Manuver Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala,
sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
2. Palpasi janin di antara dua tangan.
3. Evaluasi penurunan bagian presentasi.

Pemeriksaan Leopold pada ibu hamil


a. Leopold 1
1) Letakkan sis lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi terus
bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangn kanan dibagian lateral depan kanan dan
kiri setinggi atas simfisis)
2) Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
3) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang
ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan
kiri dan kanan secara bergantian.
b. Leopold 2
1) Letakkan tepakan tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada
dinding perut lateral kiri ibu secra sejajar dan pada ketinggian yang sama.
2) Mulai dari bagian atas tekan secra bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan
tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata
dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas)
c. Leopold 3
1) Atur posisi pemeriksa pada sis kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.
2) Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan
bawah perut ibu.
3) Tekan secra lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi (bagian
keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang
simetris adalah bokong)
d. Leopold 4
1) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah,
ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
2) Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan lemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba
dinding bawah uterus
3) Perhatikan sudt yang terbentuk oleh jari-jari konvergen atau divergen
4) Setelah itu pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi
bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
5) Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul.
PEMERIKSAAN LEOPOLD

Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan
Leopold. Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk
mengetahui presentasi bayi dalam rahim. Berikut dijelaskan gerakan-gerakan yang dilakukan saat
pemeriksaan Leopold :
a. Leopold I
Mengetahui letak presentasi kepala dan bokong.
 menghadap ke kepala pasien gunakan ujung jari kedua tangan untuk mempalpasi fundus
uteri.
 apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat dan
mudah digerakkan dan “ballotable”.
 apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak
beraturan, tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.

b. Leopold II
Maneuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi
pelvis ibu.
 menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen,
pertahankan uterus dengan tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan
lokasi punggung janin.
 bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan. bagian-
bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan menonjol,
dan mungkin bisa bergerak pasif atau aktif.

c. Leopold III
Maneuver ini mengidentifikasikan bagian janin yang paling dekat dengan serviks. Bagian janin
inilah yang pertama kali kontak dengan jari pada saat pemriksaan vagina, umumnya adalah
kepala atau bokong. Langkah pemeriksaan :
 letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara
simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat
pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di
sekitar bagian presentasi.
d. Leopold IV
Maneuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di bagian
sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian depan kepala. Apabila posisi
kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian oksiput. Langkah Pemriksaan :
 menghadap ke longlegs pasien. Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah
abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir.
Inilah ujung kepala. Jika bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan
punggung, ini adalah pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi
ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian
oksiput menjadi ujung kepala.

B. ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Asuhan persalinan normal adalah tindakan mengeluarkan janin yang sudah cukup usia
kehamilan, dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat. Persalinan dikatakan normal jika janin
cukup bulan (37–42 minggu), terjadi spontan, presentasi belakang kepala janin, dan tidak terdapat
komplikasi pada ibu maupun janin. Asuhan persalinan normal bertujuan agar persalinan dapat
berjalan bersih dan aman, sehingga angka kematian maupun kecacatan ibu dan bayi berkurang.
Indikasi asuhan persalinan normal adalah untuk hampir semua kehamilan tanpa kondisi
penyulit, dengan tanda–tanda persalinan spontan. Persalinan merupakan proses fisiologis pada
wanita hamil, sehingga hampir semua wanita hamil akan mengalami proses persalinan secara
spontan.

Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.

HIS
His menurut Kampono dan M. Moegni (1999) adalah gelombang kontraksi ritmis otot
polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus
daerah tersebut. WIknyosastro, dkk (1999 : 188) menyatakan bahwa his adalah salah satu
kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
AKIBAT TERJADINYA HIS :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
4. Bagian bawah janin turun
5. Perubahan bentuk uterus
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala
1. Kepala masuk pintu atas panggul (Engagemen) : sumbu kepala janin dapat tegak lurus
dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas
panggul (asinklitismus anterior/posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul (Desensus), akibat :
1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
2) tekanan dari cairan amnion,
3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan
4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.

Penatalaksanaan Persalinan Aktif :


1. Persalinan berakhir MAKSIMUM 12 jam setelah pasien berada dalam kamar bersalin
(dinyatakan inpartu).
2. Setelah inpartu masuk KALA I fase AKTIF vaginal toucher dilakukan SETIAP 2 JAM.
3. Hasil PANTAUAN dan AKTIVITAS MEDIK ditulis dalam partograf.

Identifikasi Parturien
1. Keadaan umum ibu dan anak.
2. Fase persalinan.
3. Keadaan selaput ketuban.
4. Riwayat perdarahan Pervaginam.

Persiapan Pertolongan Persalinan


1. Persiapkan perlengkapan pertolongan persalinan fisiologis.
2. Bersihkan perineum , pubis dan paha parturien.
3. Kosongkan kandung seni dan rectum kalau dianggap perlu.
4. Berlangsungnya Persalinan Normal

Pembagian fase/kala persalinan sebagai berikut:


1. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan).
2. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran).
3. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri).
4. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

Periode Tahap-tahap Persalinan Normal

Tahap Persalinan Nullipara Multipara


Kala 1- fase laten Kurang dari 20 jam Kurang dari 14 jam

Fase aktif 5-8 jam 2-5 jam


Pembukaan serviks Rata-rata 1,2 cm/jam Rata-rata 1,5 cm/jam
Kala 2 Kurang dari 2 jam Kurang dari 1 jam
Kala 3 Kurang dari 30 menit Kurang dari 30 menit

C. PEMERIKSAAN FISIK BBL


Pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang berhubungan
dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran. Pemeriksaan fisik BBL bertujuan untuk mengetahui
sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Pengkajian fisik pada bayi dilakukan dengan dua
tahap.
Tahap pertama adalah pengkajian setelah bayi lahir. Tujuan pengkajian ini adalah
mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu
dengan melakukan penilaian APGAR. Penilaian ini meliputi appearance (warna kulit), pulse
(denyut jantung), grimace ( refleks atau respon terhadap rangsang), activity ( tonus otot), dan
respiratory effort ( usaha bernapas). Tahap kedua adalah pengkajian keadaan fisik bayi baru lahir.
Pengkajian ini dilakukan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau tidak mengalami
penyimpangan.
Prosedur pemeriksaan fisik bayi baru lahir antara lain adalah sebagai berikut.
a. Menginformasikan prosedur dan meminta persetujuan orang tua.
b. Mencuci tangan dan mengeringkannya, jika perlu, gunakan sarung tangan.
c. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi.
d. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki).
e. Mengidentifikasi warna kulit dan aktivitas bayi.
f. Mencatat miksi dan mekonium bayi.
g. Mengukur lingkar kepala (KL), lingkar dad (LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas
(LILA) dan panjang badan (PB); serta menimbang berat badan bayi (BB).
h. Mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada orang tua.
i. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

Adapun aspek yang perlu dikaji:


1. Riwayat, meliputi:
1) Persalinan ( lamanya?spontan?)
2) Neonatal(mekonium? Trauma saat lahir?)
2. Keadaan umum
a. Secara keseluruhan (perbandingan tubuh bayi secara proporsional/tidak)
b. Bagian kepala, badan dan ekstremitas (pemeriksaan ada/tidaknya kelainan)
c. Tonus otot dan tingkat aktivitas (gerakan bayi aktif/tidak)
d. Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
e. Tangis bayi (melengkung, merintih, normal)
3. Tanda-tanda vital
4. Berat badan dan pengukuran panjang badan
5. Kepala
a. Ubun-ubunb.
b. Sutura, molase. Perubahan bentuk kepala janin (molding/molase)
c. Penonjolan atau daerah cekung.
d. Ukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran frontal oksipitalis kepala bayi.
6. Telinga
7. Mata
8. Hidung dan mulut
9. Leher
10. Dada
11. Bahu, lengan dan tangan
12. Perut
13. Alat kelamin. Hal yang perlu diperhatikan:
a. Bayi laki-laki, normalnya ada dua testis dalam skrotum. Kemudian pada ujung penis
terdapat lubang.
b. Bayi perempuan, normalnya labia mayora menutupi labia minora, pada vagina terdapat
lubang, pada uretra terdapat lubang dan mempunyai klitoris.
14. Pinggul, tungkai dan kaki
15. Punggung dan anus
16. Kulit

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :


1) Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan
klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar
mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir.
Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon
terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi
baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar,
antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia,
hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai
respon resusitasi.

Cara menentukan nilai APGAR :


Tanda 0 1 2
Warna kulit Biru,pucat Kemerahan Semua kemerahan
ekstermitas biru
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Upaya bernafas Tidak ada Tidak teratur Baik (menangis
kuat)
Tonus otot Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
ekstermitas
Reflek (kateter Tidak beraksi Meringis Batuk,bersin
dilubang hidung)

2) Mencari Kelainan Kongenital


Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital
pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi
virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan keluarga
disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangu
pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya.
3) Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume >
2000 ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu
dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml)
dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya
konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru.
4) Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya simpul
dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir
hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu atau lebih
kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau
kardiovaskuler.

5) Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada
perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat
satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan
kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.
6) Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.
7) Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian
tersebut sampai 10 kali lebih besar.
8) Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus
diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya
atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan
kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara
dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan
demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di dalam lambung
diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian
atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa
kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu, polihidramnion atau hipersalivasi.
9) Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer
ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara
ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
10) Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan
lain-lain.

D. PERAWATAN TALI PUSAT


Perawatan tali pusar bayi atau tali pusat bayi adalah hal yang wajib diketahui oleh orang
tua baru. Pasalnya, perawatan yang salah dapat menimbulkan infeksi pada kulit bayi. Normalnya,
tali pusat akan mengering dan lepas dengan sendirinya sekitar tiga minggu setelah kelahiran.
Namun, orangtua tetap perlu mengetahui cara yang benar untuk merawat tali pusat si Kecil agar
bayi tetap sehat dan terhindar dari infeksi.
Cara merawat tali pusar bayi sebelum puput
Cara merawat tali pusat bayi yang yang baik dan benar sebelum puput pusar.
1. Selalu bersihkan tali pusar dengan benar
a. Bersihkan tali pusat dengan kapas yang telah dibasuh air hangat dan sabun yang
tidak mengiritasi kulit bayi.
b. Peras air dari kapas terlebih dahulu sebelum membasuhnya ke bagian dalam dan
kulit sekitar tali pusat. Lap secara perlahan kulit tali pusat yang basah, kotor, atau
lengket sebelum dikeringkan dengan kain yang lembut secara perlahan.
c. Bila bayi memiliki tinja yang berantakan, kemungkinan tinja bisa masuk ke
dalam tali pusat. Jika terdapat tinja di tali pusat, bersihkan dengan air dan sabun.
d. Merawat tali pusat dengan kapas yang dibasuh alkohol bukanlah langkah yang
tepat karena alkohol dapat mengeringkan kulit dan memicu iritasi. Setelah sudah
dibersihkan dan dikeringkan, biarkan tali pusat tetap terbuka dan terkena udara
agar cepat kering.
2. Mandikan anak dengan sponge
Selama belum mengalami puput pusar, mandikan bayi dengan sponge yang telah
dibasahi untuk membersihkan pusar bayi. Setelah dibersihkan, keringkan tali pusat
secara perlahan dengan handuk yang lembut untuk menghindari iritasi. Hindari
merendam bayi dalam bak mandi agar tidak terkena air secara berlebihan yang dapat
membuat tali pusar terlalu lembap.
3. Jaga tali pusar tetap kering
Perawatan tali pusat yang utama lainnya adalah menjaganya agar tetap kering.
Biarkan tali pusat terpapar dengan udara luar dan bersihkan dengan lembut jika
terlihat basah. Berikan bayi pakaian yang longgar agar tidak menempel dan
memberikan akses sirkulasi udara yang lebih baik. Jika terlalu kering, Anda bisa
mengelap tali pusat dengan sponge yang basah secara perlahan.
4. Jangan tutupi tali pusar dengan popok
Saat akan memakaikan popok bayi, hindari diaper atau popok menutupi tali
pusat. Anda bisa menggulung ataupun menggunting popok yang menutupi tali pusar
bayi. Anda juga bisa menggulung dan menempelkan micropore pada ujung popok
yang menutup tali pusat. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya air seni
maupun tinja ke dalam tali pusar.
5. Biarkan tali pusar lepas dengan sendirinya
Biarkan tali pusat lepas dengan sendirinya. Melepas atau menarik paksa tali pusat
berpotensi menimbulkan perdarahan secara terus-menerus yang bisa memicu infeksi.
Bentuk dan warna tali pusat bisa berbeda-beda pada tiap anak. Seiring dengan
tanggalnya tali plasenta, warnanya akan berubah dari putih kekuningan menjadi
cokelat, abu-abu, ungu, atau biru hingga mengering dan menjadi hitam sebelum
akhirnya lepas.

Cara merawat tali pusar bayi setelah puput agar cepat kering
Adapun tips perawatan yang bisa dilakukan setelah bayi puput pusar adalah sebagai
berikut:
1. Pastikan Anda telah mencuci tangan hingga bersih sebelum membesihkan pusar bayi
agar tidak menyebabkan infeksi.
2. Bersihkan sisa tali pusar yang sudah puput paling tidak dua kali sehari setelah selesai
mandi menggunakan air hangat.
3. Jangan menutup bagian pusar dengan apapun termasuk memberi bedak, betadine
maupun alcohol.
4. Perhatikan pemakaian popok dan baju bayi. Jangan pakai pokok hingga menutupi
bagian pusar dan pilih baju yang nyaman serta lembut untuk membantu pusar cepat
kering dan terhindar dari iritasi.

Link Video :

1. Video manuver leopold


https://youtu.be/5K-ERuVrvj4
https://youtu.be/AQm7oaYDsG8

2. Video asuhan persalinan normal


https://youtu.be/wOFU7VGSWRE

3. Video pemeriksaan fisik bbl


https://youtu.be/tkboXSsX-bM
https://youtu.be/Jk8YUD11xg0

4. Video perawatan tali pusat bayi


https://youtu.be/XdoYDIrJsV8
https://youtu.be/lZo7XZfh8YM

J J J J J J J J JJ J J J J J J JJ J J J J J J J J J S S S S S SS S S S S S SS F F FF MMM M M M M MM
M M M M MM M M M M M MM MM M M M M M M M MM M M MM M M M M MM M M MM
M M M M M MM M M M M MM M M M M M M M MM M M M M M MM M M MM M M M M M
MM M M MM M M M M M MM M M M MM M M

Anda mungkin juga menyukai