Intelegensi
Piaget (Dahar, 2006), intelegensi merupakan jumlah struktur dalam pendekatan biologis
yang tersedia yang dapat digunakan seseorang pada saat-saat tertentu dalam perkembangannya.
Dalam arti merupakan kemampuan mental yang dapat membuat seseorang mencapai
kesetimbangan atau beradaptasi dengan lingkungannya. Dapat kita lihat dalam keseharian
kemampuan mental setiap orang untuk beradaptasi berbeda beda antara individu dan individu
lainnya.
Organisasi
Piaget (dalam Dahar, 2006), seseorang cenderung untuk mengintegrasikan struktur
psikologisnya dalam suatu sistem yang koheren dalam berinteraksi dengan dunia. Dapat
disimpulkan seseorang akan memadukan antara pengalaman yang dialami fisik dan mental untuk
lingkungan kehidupannya. Dengan organisasi, struktur fisik dan struktur psikologis
diintegrasikan menjadi struktur tingkat tinggi.
Skema/struktur
Piaget (dalam Dahar, 2006) struktur intelektual seseorang terbentuk pada saat berinteraksi
dengan lingkungannya. Dapat disimpulkan semakin banyak berpengalaman dan banyak
berinteraksi dengan lingkungan, skema seseorang akan bertambah banyak. Biasanya orang
dewasa mempunyai skema yang banyak karena pengalaman hidupnya. Seorang anak biasanya
hanya mempunyai skema yang terbatas. Jelas bahwa pengalaman seseorang berhadapan dengan
situasi dan lingkungan menjadi unsur yang penting dalam memperluas dan memperbanyak
skema. Dengan diperolehnya suatu skema, berarti telah terjadi suatu perubahan dalam
perkembangan intelektual anak.
Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses kognitif yang terjadi saat pengintegrasian pengalaman baru,
persepsi, maupun konsep oleh seseorang ke dalam struktur pikirannya atau skemanya yang
berkaitan dengan hal baru yang ia dapatkan. Dengan melalui proses asimilasi, seseorang dapat
memanfaatkan struktur pikiran yang terkait dengan sesuatu atau pengetahuan yang sudah ada
untuk menanggapi berbagai macam perubahan yang dihadapinya saat berada pada suatu
lingkungan tertentu. Asilmilasi tidak menyebabkan perubahan skemata, tapi mengembangkan
skemata Wadsworth (dalam Dimyati, 2002).
Akomodasi
Akomodasi adalah penyusunan struktur pikiran atau skema yang baru yang terjadi apabila
seseorang menerima pengalaman baru, persepsi, maupun konsep yang berbeda dengan struktur
pikiran yang sudah ada sebelumnya. Struktur mental tidak hanya menerima informasi baru,
namun juga menyusun kembali informasi lama yang telah diterima lebih dahulu untuk
mengakomodasikan (memberi tempat) infromasi baru (Dimyati, 2002). Sepanjang waktu,
seseorang akan mengalami perubahan struktur pikiran atau skema yang ia miliki agar bisa
beradaptasi dengan lingkunngannya. Dalam pembelajaran, sangat penting seorang guru dapat
mengetahui pengetahuan awal atau struktur pikiran awal dari peserta didiknya sebelum
pembelajaran dimulai agar kegiatan pembelajaran berjalan lancar sesuai dengan rencana
pendidik. Proses akomodasi ini dapat dijumpai dalam kasus berikut, pada proses belajar seorang
pendidik memberikan 2 buah benda yang berbeda yaitu magnet dan sisir yang sudah dimuati
muatan listrik. Pendidik tersebut mempertunjukkan jika magnet bisa menarik serbuk besi dan
sisir yang dimuati dapat menarik serpihan kertas. Dari hal ini siswa akan membentuk struktur
pikiran yang baru yaitu benda yang menarik sesuatu tidak hanya magnet melainkan juga benda
yang dimuati muatan listrik.
Ekuilibrasi/Kesetimbangan
Proses kesetimbangan ini terjadi melalui pengaturan diri mekanis yang bergerak dari
keadaan tidak setimbang menuju keadaan setimbang (ekuilibrium). Kesetimbangan antara
asimilasi dan akomodasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman yang ia alami
dengan struktur pikiran yang sudah ada maupun struktur pikiran yang baru sehingga orang
tersebut dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya. Dalam pembelajaran,
dapat diambil contoh sebagai berikut, siswa smp saat belajar fisika baru mengenal konsep gaya
tetapi setelah naik tingkat menjadi siswa sma, diperkkenalkan konsep baru yang ada kaitannya
dengan gaya, yaitu torka. Disini siswa tersebut akan membuat atau berusaha menyeimbangkan
antara asimilasi dan akomodasi agar dapat memahami materi yang diajarkan tersebut dengan
baik.
Adaptasi
Adaptasi terjadi dalam suatu proses asimilasi dan akomodasi. Di sisi lain, seseorang
menyatukan atau mengasimilasi gambaran akan realitas luar dalam struktur psikologinya
(skema) yang dimiliki untuk berbaur dengan lingkungan. Tetapi disisi lainkadang seseorang
harus menyusun kembali skema itu dalam berbaurdengan lingkungan (akomodasi). Adaptasi
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat mengkondisikan dirinyadalam
area baru karena siswa tidak dapat hanya mempelajari apa yang telah diketahuinya. Dengan kata
lain, siswa harus diarahkan pada proses akomodasidantidak dapat hanya mengandalkan
asimilasisaja. Pertumbuhan kognitif individu tidak akan berjalandengan lancar dalam dua kondisi
tersebut, sehingga yang perlu diupayakan dalam pembelajaran adalah keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi.Contohnya seorang anak baru saja lulus SMP dan melanjutkan ke
jenjang SMA,tentunya anak tersebut harus menyusun kembalis kemanya dalam berbaur dengan
lingkungan SMAnya. Dengan kata lain anak tersebut harus berbaur dengan lingkungan sekitar
agar anak bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik.
Pembelajaran bagi Anak pada Tahap Operasional Konkret (Anak Usia Sekolah Dasar)
Pembelajaran bagi Anak pada Tahap Operasional formal (Anak Usia Sekolah Menengah
Pertama dan Menengah Atas)
Periode oprasional formal adalah penalaran hipotetis deduktif yang muncul sekitar usia
12 tahun. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangan terkait dengan implikasi teori kognitif
Piaget dalam praktek pendidikan pada anak usia sekolah menengah pertama dan menegah atas
adalah sebagai berikut: Siswa diberikan waktu yang cukup untuk menyerap ide-ide dan
menggunakan pola-pola berfikir formal. Pada saat memperkenalkan informasi baru, khususnya
informasi yang melibatkan konsep-konsep dan teori-teori abstrak, mulai dengan contoh-contoh
yang dikenal siswa dan siswa didorong untuk menerapkan penalaran hipotetis-deduktif atau
penalaran operasional formal. Siswa yang belum mencapai berfikir oprasional formal
kemungkinan memerlukan dukungan untuk perencanaan tugas kompleks. Situasi ini dapat diatasi
dengan cara :
a. Mendorong siswa untuk menyatakan prinsip-prinsip dan ide-ide dalam kata-kata mereka
sendiri dan menemukan makna di balik ide-ide dan teori-teori abstrak.
b. Mengarahkan siswa untuk menggunakan penalaran atau berfikir deduktif-induktif.