Anda di halaman 1dari 18

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN SUMBER-SUMBER

PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. IIN SOLIHIN
2. MUFRODI AMMAS
3. CUCU SAFARUDIN
4. HJ.OLIAH
5. KASMANI
6. SUYATNO
7. AGUS HENDRAYANA
8. DEDI DAMHUDI

Disampaikan dalam perkuliahan Landasan Pendidikan Islam


Magister Teknologi Pendidikan Universitas Islam As-syafiiyah
Jakarta, 2013
MUKADIMAH

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan semua keluarga serta sahabat-sahabatnya.

Mata kuliah Landasan Pendidikan Islam adalah untuk mengintegrasikan konsep dan
teori pendidikan modern dan pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang
telah lama teruji sebagai system pendidikan yang memanusiakan manusia dan membinanya
secara intergral menjadi insan kamil sebagai tujuannya.

Dalam penyampaian makalah ini akan dibahas sebagian kecil dari Landasan
Pendidikan Islam yaitu Konsep Pendidikan Islam, Karakteristik Pendidikan Islam, dan
Sumber-sumber Pendidikan Islam

Makalah yang kami kerjakan ini jauh dari sempurna sehinga kritik dan saran kami
harapkan agar makalah ini bisa lebih sempurna dan bermanfaat.

Sebagai penutup, kami mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan
rejeki kepada kita semua berupa keikhlasan dan semoga memberikan taufik kebenaran
kepada kita, serta mengarahkan kita pada akhir kehidupan yang baik. Wa Shallallahu ‘ala
Muhammad wa’ala Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Kelompok 1
BAB I
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

A. Definisi Pendidikan

Pendidikan memiliki ragam dalam definisinya. Menurut kamus besar Bahasa


Indonesia1, pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses,
perbuatan, dan cara mendidik).

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1) 2, pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, yang sudah sejak lama menyatakan bahwa
pendidikan umumnya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan


sebuah proses, bukan hanya sekedar mengembangkan aspek intelektual semata atau
hanya sebagai transfer pengetahuan dari satu orang ke orang lain saja, tapi juga
sebagai proses transformasi nilai dan pembentukan karakter dalam segala aspeknya.
Dengan kata lain, pendidikan juga ikut berperan dalam membangun peradaban dan
membangun masa depan bangsa.

B. Definisi Pendidikan Islam

DR. Yusuf Qaradhawi3 memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai pendidikan


manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya.
1
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka,1976), h.250
2
www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf 
3
www.islamic.xtgem.com/pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna(At-Tarbiyyatul Islamiyah wa
Madrasatu Hasan al Banna
Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan
pahitnya.

Menurut Ali Ahmad Madkur4 Pendidikan Islam adalah serangakaian pengalaman,


pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh lembaga pendidikan Islam kepada peserta
didiknya untuk mengembangkan dan membina potensi mereka dengan sempurna dan
integral, baik akal, fisik, dan emosional mereka serta meluruskan moralitas dan akhlak
mereka searah dengan kemampuan yang mereka miliki untuk dapa memakmurkan dan
membangun dunia ini sesuai dengan sistem Allah dan syari’atnya.

Selain itu, Prof. DR. Hasan Langgulung 5 merumuskan pendidikan Islam sebagai
proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat. Oleh karenanya, proses tersebut berupa bimbingan subjek didik
terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain sebagainya) dan
raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada
ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam. Islam yang
diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad mengandung implikasi kependidikan yang
bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Wahyu Allah dan Tindakan Rasulullah
tersebut dijadikan sumber pendidikan Islam.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah
kumpulan usaha atau kegiatan pembinaan serta pengembangan yang berproses secara
bertahap dan sistematik yang meliputi semua unsur kemanusian berupa akal, ruh, hati,
dan fisik serta semua potensi iman dan takwa, sosial, akhlak, karakter, dan
keterampilan guna menuju sebuah kesempurnaan dan keutuhan sebuah pribadi
muslim.

C. Konsep Pendidikan Islam


4
Ali Ahmad Madkur,Manhaj Tarbiyah Islamiyah,(Kuwait:Maktabah Al-Falah,1983) h.78
5
Hasan langgulung,Pendidikan dan Peradaban Islam,(Jakarta:Pustaka al Husna ,1985 cet.III) h.10
Konsep pendidikan d a l a m I s l a m m e n a w a r k a n s u a t u s i s t e m p e n d i d i k a n
y a n g holistik dan memposisikan agama dan ilmu pengetahuan sebagai suatu hal
yang seharusnya s a l i n g m e n g u a t k a n s a t u s a m a l a i n , y a n g s e c a r a u m u m
d i t u n j u k k a n d a l a m d o a Rasulullah :
“Ya Allah, ajarilah aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta karuniakanlah padaku
ilmu yang bermanfaat”. D a r i d o a t e r s e b u t t e r u n g k a p  bahwa kualitas ilmu
yang didambakan dalam Islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu.

Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah :


“Iman itu bagaikan badan yang masih  polos, pakaiannya adalah taqwa, hiasannya
adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.”
Konsep pendidikan dapat terealisasi bila mengandung Rukun Pendidikan ( unsur dan komponen
pendidikan ) yaitu:
- Dosen / Guru / Ustadz / Pendidik
- Murid / Santri / Peserta Didik
- Kurikulum
Kurikulum pendidikan harus mempunyai Tujuan, konten, metode, sarana (media), dan
evaluasi.
- Lingkungan6

Konsep pendidikan Islam mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang


mewarnai proses dan kurikulumnya, yang diberikan oleh keluarga dan lembaga
pendidikan untuk mewujudkan manusia yang utuh.

BAB II
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM
6
Dr.H.Khairan M.Arif.M.Ed, Hand out landasan Pendidikan Islam ,(Jakarta: Universitas Islam As-
syafiiyah,2013)h.3
Definisi Karakteristik

Sebelum berbicara jauh mengenai karakteristik pendidikan Islam, ada baiknya kita
melihat kembali berbagai pengertian dari karakteristik. Hal ini penting dilakukan tidak hanya
sebagai pembatas masalah namun juga berguna sebagai penyatuan pandangan akan apa yang
dibicarakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia7, karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri
khusus dari suatu hal. Ciri yang dapat dijadikan pengenal akan suatu identitas. Satu-dua ciri
sangat mungkin sama dengan hal lainnya, tapi jika semua ciri dibandingkan maka akan
terlihat jelas perbedaannya.Dengan kata lain karakteristik dapat dijadikan pedoman dalam
mengenali (mengidentifikasi) sebuah hal atau fenomena.

Karakteristik Pendidikan Islam

Dalam penjabaran definisi di atas dapat kita lihat dengan jelas perbedaan yang
mendasar antara pendidikan modern ( pendidikan umum ) dan pendidikan Islam. Perbedaan
inilah yang nantinya akan tersirat secara gamblang dalam pelaksanaan masing-masing
metode pendidikan.
Di bawah ini merupakan karakteristik dari Pendidikan Islam yang diambil dari Said
Ismail Al-Qadhi yang merumuskan 7 ( tujuh ) karakteristik Pendidikan Islam yaitu :
1. “Pendidikan yang Agung dan Suci
2. Pendidikan yang Konfrehensif dan Integral
3. Pendidikan yang Realistis
4. Pendidikan yang Berkontinuitas
5. Pendidikan yang Seimbang
6. Pendidikan yang Global / Internasional
7. Pendidikan yang Tumbuh dan Berkembang”8

1. Pendidikan yang Agung dan Suci


Pendidikan Islam bersumber langsung dari Allah swt. melalui Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Dengan kata lain, pendidikan Islam merupakan sebuah proses mengenal dan
pengakuan secara nyata atas Allah swt. Proses pendidikan Islam adalah sebuah proses dimana

7
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka,1976)
8
Said Ismail Al Qadhi, Tarbiyah Islamiyah Baina Ashalah wal Mua’ashirah,(Kairo:Alam Al Kutub,2004)h.21
seorang manusia berhubungan langsung dengan penciptanya. Definisi pendidikan yang
diutarakan oleh Prof. DR. Hasan Langgulung semakin menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai kesakralan yang disebabkan hubungan manusia
dengan Tuhannya. Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia
sebagai Khalifah fil Ardl untuk beramal di dunia dan mendapat pahala di akhirat.

2. Pendidikan Yang Komprehensif dan Integral


Komprehensif memeliliki pengertian luas dan lengkap. Sebagai ajaran yang
komprehensif, menurut berbagai sumber, Islam memiliki beberapa karakteristik yang dapat
dijadikan landasan berpikirdalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, Islam merupakan ajaran (pendidikan) yang tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Islam tidak mengenal sekat geografis yang membatasi manusia selama ini. Jarak dan
letak tidakmenjadikan Islam sebagai ajaran yang ditujukan hanya untuk sekelompok orang
saja, melainkanuntuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia.
Kedua, Islam sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya akan terus berlaku
sampai kapanpun. Islam akan terus menjadi pedoman hidup manusia, akan terus berlaku di
zaman apapun.
Ketiga, Islam sebagai ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Islam berbicara dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan dan
kenegaraan. Masalah sosial,hukum, sains, ekonomi, dari adab melakukan kegiatan sehari-hari
hingga kepermasalahan politik nasional dan internasional. Islam berbicara tidak hanya
masalah ideologi saja, tetapi juga seluruh segi kehidupan manusia. Ajaran Islam merupakan
ajaran yang tidak terputus antara yang satu dengan yang lainnya. Terdapat hubungan yang
kuat dan koneksi yang jelas dalam semua ajaran Islam.
Itulah sebabnya dalam rukun Islam sebagai dasar peribadatan bagi kaum muslim,
selain diwajibkan shalat sebagai sarana penghambaan secara langsung kepada Allah, juga ada
ibadah zakat yang berhubungan dengan kepentingan sesama manusia. Secara empiris,
dampak ibadah diharapkan akan menyentuh sisi kesejahteraan masyarakat, tidak hanya
peningkatan kualitas spiritual.
3. Pendidikan Yang Realistis
Pendidikan Islam berjalan secara jelas dan nyata terhadap kehidupan dalam
masyarakat. Realistis terhadap segala aspek kehidupan, baik yang bersifat sosial ataupun
bersifat ilmiah. Dikatakan menurut Omar Muhammad Al-Taumy Al-Syabani, pendidikan
Islam bersifat realistis dan jauh dari khayal serta berlebih-lebihan. Praktis dan realistis
dengan fitrah manusia, sejalan dengan suasana serta sesuai dengan kesanggupan manusia
baik secara individu ataupun masyarakat.
Contoh nyata akan ciri realistis ini sudah banyak dijumpai. Anggapan akan ajaran
Islam yang tidak dapat diterima dan tidak dapat aplikasikan kembali dipatahkan oleh manusia
sendiri. Dijelaskan oleh Rina Novia9, bagaimana Rasulullah telah menjadi guru yang sangat
hebat dan telah mencetak banyak murid yang hebat pula.
Metode-metode yang digunakan Rasulullah pada saat itu nyatanya masih sangat
applicable pada zaman sekarang ini, bahkan tidak dapat digantikan. Krisis yang terjadi saat
ini pada dunia anak-anak kita telah dapat dijawab oleh Islam jauh sebelumnya. Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang berjalan seiring dengan perkembangan yang ada dalam
masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman sebagai landasan berpijaknya.

4. Pendidikan Yang Berkontinuitas


“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (HR. Muslim).10
Kontinu di sini memiliki arti dilakukan terus-menerus tidak hanya untuk mendapatkan
sesuatu yang baru tapi juga mengembangkan dan memanfaatkan apa yang telah diperoleh.
Dalam pendidikan Islam, tidak ada kata selesai dalam menuntut ilmu. Setiap manusia wajib
belajar sepanjang hayat (long-life education), Sebuah keharusan bagi seorang manusia untuk
terus memperdalam ilmunya, tidak hanya melalui bangku pendidikan,
justru tantangan itu akan jauh lebih besar ketika seorang manusia tiba di tengah-tengah
masyarakat. Tantangan tidak hanya untuk terus mengembangkan keilmuan tetapi juga untuk
mendayagunakan bagi kehidupan.
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda: ”Janganlah ingin seperti
orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan
berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-
Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR
Bukhari).11

5. Pendidikan yang Seimbang


9
Rina Novia, Super Teacher Super Student,(Jakarta: Zikrul Hakim,2010)
10
http://tonyzsma8smg.wordpress.com/2011/01/24/hadist-tentang-menuntut-ilmu/

11
http://tonyzsma8smg.wordpress.com/2011/01/24/hadist-tentang-menuntut-ilmu/
Pendidikan Islam tidak hanya mementingkan satu sisi pendidikan saja, tapi juga
membangun manusia secara seimbang (utuh) akal dan hatinya, jasmani dan rohaninya.
Keseimbangan yang tercipta merupakan keseimbangan hidup dalam menjalankan aktivitas
dunia tanpa mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Begitu juga sebaliknya,
seimbang dalam menjalankan aktivitas yang berorientasi akhirat tanpa melupakan aktivitas
dunia.
Ajaran Islam menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal. Seimbang dalam
mengoptimalkan potensi akal, ruh dan jasad. Dalam Islam ditegaskan, seorang manusia akan
mencapai sukses dalam kehidupannya, manakala bisa mengintegrasikan seluruh potensinya
dengan kadar yang seimbang, baik segi intelektual, emosional, fisikal dan spiritual.
Keseimbangan dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa mengesampingkan aktivitas
yang berorientasi akhirat. Ini adalah salah satu implementasi dari keimanan seseorang akan
adanya hari akhir. Setiap aktivitas yang kita jalankan hendaknya selalu didasari oleh motivasi
ibadah dan keikhlasan untuk Allah Swt, agar segala yang kita lakukan tidak hanya bermakna
duniawi, tetapi juga berarti bagi kehidupan akhirat kelak.
Prinsip itu yang melatar-belakangi adanya doa-doa dalam setiap aktivitas kita sehari-hari,
sehingga setiap kegiatan yang secara lahiriah bersifat duniawiyah pun akan bernilai ibadah di
sisi Allah Swt. Tak ada yang sia-sia atau hanya berdampak jangka pendek bagi seroang
Muslim. Keseimbangan juga perlu dijaga dalam hal kepentingan pribadi dan kepentingan
masyarakat, sehingga seorang manusia tidak berkembang menjadi seorang individualis.
Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda dalam haditsnya,
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap
ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan
Daruquthni)12.
Inti dari hadist tersebut dia atas adalah kontribusi sosial menjadi ukuran dari lurusnya
komitmen individual kita

6. Pendidikan yang Global / Internasional


Agama yang universal (rahmatan lil alamin) Islam dapat diterima oleh semua suku,
golongan, ras, dan bangsa. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik pendidikan Islam yang
lainnya. Dengan karakter pendidikan Islam sebelumnya menjadikan pendidikan Islam sangat

12
Ibid
mudah diterima oleh semua golongan tidak hanya zaman dahulu, sekarang, ataupun yang
akan datang.
7. Pendidikan Yang Tumbuh dan Berkembang
Ilmu-ilmu pengetahuan yang seluruhnya bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
belum sepenuhnya dapat diungkap oleh manusia, keterbatasan manusia menjadi salah satu
penyebabnya. Namun disanalah yang membuat pendidikan Islam akan terus tumbuh dan
berkembang. Dengan bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah, akan terus bermunculan
penemuan-penemuan baru, teori-teori baru, sebagai bentuk pendidikan Islam yang tidak
pernah berhenti untuk tumbuh dan berkembang.
Karakter yang terdapat pada diri pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas
posisi pendidikan Islam diantara jenis pendidikan-pendidikan yang lainnya. Namun dengan
melihat kondisi yang ada saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi pendidikan Islam,
dimana tantangan tersebut tidak hanya yang bersifat internal namun juga yang datangnya dari
luar Islam sendiri. Menurut Muhaimin13 Tantangan- tantangan tersebut harus mampu dijawab
setiap elemen yang ada dalam pendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat
perguruan tinggi. Dengan perhatian yang serius, pendidikan Islam nantinya, dan agama Islam
dalam artian secara luas, dapat diterima oleh semua orang di muka bumi ini.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Karakteristik Pendidikan


Islam menggambarkan dengan jelas keunggulan Pendidikan Islam dibanding dengan
pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam mempunyai ikatan langsung
dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka
jelas bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadap perkembangan yang ada
ditengah masyarakat, termasuk perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
hanya saja Pendidikan Islam tidak larut dalam perkembangan yang nyata-nyata yang
bertentangan dengan syariat-syariat Islam.

BAB III

SUMBER-SUMBER PENDIDIKAN ISLAM

A. AL QUR’AN

13
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,(Jakarta: Rajawali Pers,2011)
Al-Qur’ān , Arab: ‫ )القرآن‬adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai
bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi
manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui
perantaraan Malaikat Jibril.

Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana
yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5, yang artinya:
“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam”14. Allah SWT mengajarkan kepada (manusia) dengan perantaran
kalam. Allah SWT mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Allah swt telah mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw tentang ilmu pengetahuan, yaitu
perantaraan baca. Hal ini dimaksudkan supaya dia menyebut asma Allah swt yang telah
menciptakan langit, bumi, beserta isinya. Di samping itu Allah mengajarkan kepada manusia
dengan perantaran kalamnya sehingga kita dapat mengetahui apa yang belum kita ketahui.

Surat Al Alaq tersebut menerangkan betapa pentingnya sebuah ilmu pengetahuan


sehingga hukum menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya
hanyalah ulama." (Faathir: 28)15;

"Tiada yang memahaminya kecuali bagi orang-orang yang berilmu" (al-Ankabuut: 43)16
Firman Allah: “Hai orang-rang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-
lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. 17(al-
Mujaadilah:11)
"Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."('Thaahaa: 114)18

14
Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Pustaka Agung Harapan,2002)h.904
15
Ibid h.620
16
Ibid h.565
17
Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Pustaka Agung Harapan,2002) h.793
18
Ibid h.444
B. AS SUNNAH (HADIST)

Pengertian As-Sunnah

Yang dimaksud As-Sunnah di sini adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya (terhadap
perkataan atau perbuatan para sahabatnya) yang ditujukan sebagai syari’at bagi umat ini.
Termasuk didalamnya apa saja yang hukumnya wajib dan sunnah sebagaimana yang menjadi
pengertian umum menurut ahli hadits. Juga ‘segala apa yang dianjurkan yang tidak sampai
pada derajat wajib’ yang menjadi istilah ahli fikih As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-
Albani dalam Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fil Aqaid wa al Ahkam 19 . As-Sunnah atau Al-
Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam sabda
Rasulullah :“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa
dengannya.” -yakni As-Sunnah-, (H.R. Abu Dawud no.4604 dan yang lainnya dengan sanad
yang shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130)20
Para ulama juga menafsirkan firman Allah :“…dan supaya mengajarkan kepada mereka
AlKitab dan Al-Hikmah” (Al Baqarah ayat 129)21. Al-Hikmah dalam ayat tersebut adalah As-
Sunnah seperti diterangkan oleh Imam As-Syafi`i, “Setiap kata al-hikmah dalam Al-Qur`an
yang dimaksud adalah As-Sunnah.” Demikian pula yang ditafsirkan oleh para ulama yang
lain seperti Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan22

Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas,
dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.

a. Teknik menyampaikan ilmu

Seseorang yang ditanya mengenai ilmu pengetahuan, sedangkan ia masih sibuk


berbicara. Kemudian ia menyelesaikan pembicaraannya, lalu menjawab orang yang bertanya.
Abu Hurairah r.a. berkata, “Ketika Rasulullah saw. di suatu majelis sedang berbicara dengan
suatu kaum, datanglah seorang kampung dan berkata, ‘Kapankah kiamat itu?’ Rasulullah

19
As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Hadits Hujjatun bi nafsihi fil Aqaid wa Al Ahkam,(kuwait:
Ad-Dar As-Salafiyah,1400 H,cet III)h.11
20
http://www.onislam.net/english/shariah/hadith/hadith-scholars/453031-imam-abu-dawud-202-275h.html
21
Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Pustaka Agung Harapan,2002)h.24

22
Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan, Al-Madkhal li Ad Dirasah Al Aqidah Al Islamiyah ‘ala Madzhab Ahli
As Sunnah,(kuwait: Dar As-Sunnah,cet III)h.24
terus berbicara, lalu sebagian kaum berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakan olehnya,
namun beliau benci apa yang dikatakannya itu.’ Dan sebagian dari mereka berkata, ‘Beliau
tidak mendengarnya.’ Sehingga, ketika beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, ‘Di
manakah gerangan orang yang bertanya tentang kiamat?’ Ia berkata, ‘Inilah saya, wahai
Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka nantikanlah
kiamat.’ Ia berkata, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau bersabda, ‘Apabila perkara
(urusan) diserahkan (pada satu riwayat disebutkan dengan: disandarkan ) kepada selain
ahlinya, maka nantikanlah kiamat.”

Membacakan dan Mengkonfirmasikan kepada Orang yang Menyampaikan Berita


Al-Hasan, Sufyan, dan Malik berpendapat boleh membacakan.
Dari Sufyan ats-Tsauri dan Malik, disebutkan bahwa mereka berpendapat boleh membacakan
dan mendengarkan.

Sufyan berkata, “Apabila dibacakan kepada orang yang menyampaikan suatu berita,
maka tidak mengapa dia berkata, ‘Ceritakanlah kepadaku’, dan “Saya dengar’. Sebagian
mereka memperbolehkan membacakan kepada orang alim dengan alasan hadits Dhimam bin
Tsa’labah yang berkata kepada Nabi saw., “Apakah Allah memerintahkanmu melakukan
shalat?” Beliau menjawab, “Ya.” Sufyan berkata, “Maka, ini adalah pembacaan kepada Nabi
saw.. Dhimam memberitahukan hal itu kepada kaumnya, lalu mereka menerimanya.”
Malik berargumentasi dengan dokumen yang dibacakan kepada suatu kaum, lalu mereka
berkata, “Si Fulan telah bersaksi kepada kami”, dan hal itu dibacakan kepada mereka.
Dibacakan kepada orang yang menyuruh membaca, lalu orang yang membaca berkata, “Si
Fulan menyuruhku membaca.”

Sabda Nabi saw., “Seringkali orang yang diberi tahu suatu keterangan lebih dapat
mengingatnya daripada yang mendengarkannya sendiri.”
(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu
Bakrah pada [64 - Al-Maghazi / 79 - BAB].”)

Apa yang Dilakukan oleh Nabi saw. tentang Memberi Sela-Sela Waktu (Yakni Tidak
Setiap Hari) dalam Menasihati dan Mengajarkan Ilmu agar Mereka Tidak Lari (Berpaling)
karena Bosan.

Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Mudahkanlah dan jangan
mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat orang lari.”
b. Kewajiban menuntut Ilmu

Nabi bersabda:

“Tuntutlah ilmu semenjak buaian hingga liang lahat.” (H.R. Ibnu Abdul Bari)
“Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”(H.R. Ibnu Adi dan Bayhaqi dari Annas)
“Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia maka dengan ilmu dan barangsiapa yang
menghendaki kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu dan barangsiapa yang menghendaki
dunia dan akhirat maka harus dengan ilmu .” (H,R, Tabrani)

c. Cara Memperoleh Ilmu

Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dikaruniai
kepahaman agama.” .Dan beliau saw. bersabda, “Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh
dengan belajar.” Abu Dzar berkata, “Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di
atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu
untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw.
sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan
sepatah kata dari Nabi saw. itu.”

d. Teknik refleksi dalam mendidik

Pengulangan Pembicaraan Seseorang Sebanyak Tiga Kali dengan Maksud agar Orang Lain
Mengerti Ibnu Umar berkata, "Nabi saw. bersabda, 'Apakah aku sudah menyampaikan?'
(beliau ulangi tiga kali)." Anas r.a. mengatakan bahwa apabila Nabi saw. mengatakan suatu
perkataan beliau mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada
suatu kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali.

Sumber-sumber pendidikan Islam; Al qur’an dan As sunah, telah mengatur


segala hal yang diperlukan oleh manusia, yang di dalamnya dibahas tentang
pendidikan secara lengkap.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan :

1. Pendidikan merupakan sebuah proses, bukan hanya sekedar mengembangkan aspek


intelektual semata atau hanya sebagai transfer pengetahuan dari satu orang ke orang lain
saja, tapi juga sebagai proses transformasi nilai dan pembentukan karakter dalam segala
aspeknya. Dengan kata lain, pendidikan juga ikut berperan dalam membangun peradaban
dan membangun masa depan bangsa.
2. Pendidikan Islam adalah kumpulan usaha atau kegiatan pembinaan serta pengembangan
yang berproses secara bertahap dan sistematik yang meliputi semua unsur kemanusian
berupa akal, ruh, hati, dan fisik serta semua potensi iman dan takwa, sosial, akhlak,
karakter, dan keterampilan guna menuju sebuah kesempurnaan dan keutuhan sebuah
pribadi muslim.

3. Konsep pendidikan Islam mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang mewarnai
proses dan kurikulumnya, yang diberikan oleh keluarga dan lembaga pendidikan untuk
mewujudkan manusia yang utuh.
4. Karakteristik Pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas keunggulan Pendidikan
Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam mempunyai
ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek
kehidupan. Maka jelas bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadap
perkembangan yang ada ditengah masyarakat, termasuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, hanya saja Pendidikan Islam tidak larut dalam
perkembangan yang nyata-nyata yang bertentangan dengan syariat-syariat Islam.

5. Sumber-sumber pendidikan Islam; Al qur’an dan As sunah, telah mengatur segala hal
yang diperlukan oleh manusia, yang di dalamnya dibahas tentang pendidikan secara
lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka,1976),

h.250

2. www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf 

3. www.islamic.xtgem.com/pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna

(At-Tarbiyyatul Islamiyah wa Madrasatu Hasan al Banna )


4. Ali Ahmad Madkur,Manhaj Tarbiyah Islamiyah,(Kuwait:Maktabah Al-Falah,1983) h.78
5. Hasan langgulung,Pendidikan dan Peradaban Islam,(Jakarta:Pustaka al Husna ,1985
cet.III) h.10
6. Dr.H.Khairan M.Arif.M.Ed, Hand out landasan Pendidikan Islam ,(Jakarta: Universitas
Islam As-syafiiyah,2013)h.3
7. Said Ismail Al Qadhi, Tarbiyah Islamiyah Baina Ashalah wal Mua’ashirah,(Kairo:Alam
Al Kutub,2004)h.21
8. Rina Novia, Super Teacher Super Student,(Jakarta: Zikrul Hakim,2010)
9. http://tonyzsma8smg.wordpress.com/2011/01/24/hadist-tentang-menuntut-ilmu/
10. Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,(Jakarta:
Rajawali Pers,2011)
11. Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Pustaka Agung
Harapan,2002)
12. As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Hadits Hujjatun bi nafsihi fil Aqaid
wa Al Ahkam,(kuwait: Ad-Dar As-Salafiyah,1400 H,cet III)h.11
13. http://www.onislam.net/english/shariah/hadith/hadith-scholars/453031-imam-abu-
Dawud-202-275.html
14. Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan, Al-Madkhal li Ad Dirasah Al Aqidah Al
Islamiyah ‘ala Madzhab Ahli As Sunnah,(kuwait: Dar As-Sunnah,cet III)h.24

Anda mungkin juga menyukai