PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. IIN SOLIHIN
2. MUFRODI AMMAS
3. CUCU SAFARUDIN
4. HJ.OLIAH
5. KASMANI
6. SUYATNO
7. AGUS HENDRAYANA
8. DEDI DAMHUDI
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan semesta alam. Shalawat dan
salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan semua keluarga serta sahabat-sahabatnya.
Mata kuliah Landasan Pendidikan Islam adalah untuk mengintegrasikan konsep dan
teori pendidikan modern dan pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang
telah lama teruji sebagai system pendidikan yang memanusiakan manusia dan membinanya
secara intergral menjadi insan kamil sebagai tujuannya.
Dalam penyampaian makalah ini akan dibahas sebagian kecil dari Landasan
Pendidikan Islam yaitu Konsep Pendidikan Islam, Karakteristik Pendidikan Islam, dan
Sumber-sumber Pendidikan Islam
Makalah yang kami kerjakan ini jauh dari sempurna sehinga kritik dan saran kami
harapkan agar makalah ini bisa lebih sempurna dan bermanfaat.
Sebagai penutup, kami mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan
rejeki kepada kita semua berupa keikhlasan dan semoga memberikan taufik kebenaran
kepada kita, serta mengarahkan kita pada akhir kehidupan yang baik. Wa Shallallahu ‘ala
Muhammad wa’ala Alihi wa Shahbihi wa Sallam.
Kelompok 1
BAB I
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
A. Definisi Pendidikan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1) 2, pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, yang sudah sejak lama menyatakan bahwa
pendidikan umumnya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Selain itu, Prof. DR. Hasan Langgulung 5 merumuskan pendidikan Islam sebagai
proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat. Oleh karenanya, proses tersebut berupa bimbingan subjek didik
terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain sebagainya) dan
raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada
ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam. Islam yang
diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad mengandung implikasi kependidikan yang
bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Wahyu Allah dan Tindakan Rasulullah
tersebut dijadikan sumber pendidikan Islam.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah
kumpulan usaha atau kegiatan pembinaan serta pengembangan yang berproses secara
bertahap dan sistematik yang meliputi semua unsur kemanusian berupa akal, ruh, hati,
dan fisik serta semua potensi iman dan takwa, sosial, akhlak, karakter, dan
keterampilan guna menuju sebuah kesempurnaan dan keutuhan sebuah pribadi
muslim.
BAB II
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM
6
Dr.H.Khairan M.Arif.M.Ed, Hand out landasan Pendidikan Islam ,(Jakarta: Universitas Islam As-
syafiiyah,2013)h.3
Definisi Karakteristik
Sebelum berbicara jauh mengenai karakteristik pendidikan Islam, ada baiknya kita
melihat kembali berbagai pengertian dari karakteristik. Hal ini penting dilakukan tidak hanya
sebagai pembatas masalah namun juga berguna sebagai penyatuan pandangan akan apa yang
dibicarakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia7, karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri
khusus dari suatu hal. Ciri yang dapat dijadikan pengenal akan suatu identitas. Satu-dua ciri
sangat mungkin sama dengan hal lainnya, tapi jika semua ciri dibandingkan maka akan
terlihat jelas perbedaannya.Dengan kata lain karakteristik dapat dijadikan pedoman dalam
mengenali (mengidentifikasi) sebuah hal atau fenomena.
Dalam penjabaran definisi di atas dapat kita lihat dengan jelas perbedaan yang
mendasar antara pendidikan modern ( pendidikan umum ) dan pendidikan Islam. Perbedaan
inilah yang nantinya akan tersirat secara gamblang dalam pelaksanaan masing-masing
metode pendidikan.
Di bawah ini merupakan karakteristik dari Pendidikan Islam yang diambil dari Said
Ismail Al-Qadhi yang merumuskan 7 ( tujuh ) karakteristik Pendidikan Islam yaitu :
1. “Pendidikan yang Agung dan Suci
2. Pendidikan yang Konfrehensif dan Integral
3. Pendidikan yang Realistis
4. Pendidikan yang Berkontinuitas
5. Pendidikan yang Seimbang
6. Pendidikan yang Global / Internasional
7. Pendidikan yang Tumbuh dan Berkembang”8
7
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka,1976)
8
Said Ismail Al Qadhi, Tarbiyah Islamiyah Baina Ashalah wal Mua’ashirah,(Kairo:Alam Al Kutub,2004)h.21
seorang manusia berhubungan langsung dengan penciptanya. Definisi pendidikan yang
diutarakan oleh Prof. DR. Hasan Langgulung semakin menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai kesakralan yang disebabkan hubungan manusia
dengan Tuhannya. Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia
sebagai Khalifah fil Ardl untuk beramal di dunia dan mendapat pahala di akhirat.
11
http://tonyzsma8smg.wordpress.com/2011/01/24/hadist-tentang-menuntut-ilmu/
Pendidikan Islam tidak hanya mementingkan satu sisi pendidikan saja, tapi juga
membangun manusia secara seimbang (utuh) akal dan hatinya, jasmani dan rohaninya.
Keseimbangan yang tercipta merupakan keseimbangan hidup dalam menjalankan aktivitas
dunia tanpa mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Begitu juga sebaliknya,
seimbang dalam menjalankan aktivitas yang berorientasi akhirat tanpa melupakan aktivitas
dunia.
Ajaran Islam menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal. Seimbang dalam
mengoptimalkan potensi akal, ruh dan jasad. Dalam Islam ditegaskan, seorang manusia akan
mencapai sukses dalam kehidupannya, manakala bisa mengintegrasikan seluruh potensinya
dengan kadar yang seimbang, baik segi intelektual, emosional, fisikal dan spiritual.
Keseimbangan dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa mengesampingkan aktivitas
yang berorientasi akhirat. Ini adalah salah satu implementasi dari keimanan seseorang akan
adanya hari akhir. Setiap aktivitas yang kita jalankan hendaknya selalu didasari oleh motivasi
ibadah dan keikhlasan untuk Allah Swt, agar segala yang kita lakukan tidak hanya bermakna
duniawi, tetapi juga berarti bagi kehidupan akhirat kelak.
Prinsip itu yang melatar-belakangi adanya doa-doa dalam setiap aktivitas kita sehari-hari,
sehingga setiap kegiatan yang secara lahiriah bersifat duniawiyah pun akan bernilai ibadah di
sisi Allah Swt. Tak ada yang sia-sia atau hanya berdampak jangka pendek bagi seroang
Muslim. Keseimbangan juga perlu dijaga dalam hal kepentingan pribadi dan kepentingan
masyarakat, sehingga seorang manusia tidak berkembang menjadi seorang individualis.
Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda dalam haditsnya,
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap
ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan
Daruquthni)12.
Inti dari hadist tersebut dia atas adalah kontribusi sosial menjadi ukuran dari lurusnya
komitmen individual kita
12
Ibid
mudah diterima oleh semua golongan tidak hanya zaman dahulu, sekarang, ataupun yang
akan datang.
7. Pendidikan Yang Tumbuh dan Berkembang
Ilmu-ilmu pengetahuan yang seluruhnya bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
belum sepenuhnya dapat diungkap oleh manusia, keterbatasan manusia menjadi salah satu
penyebabnya. Namun disanalah yang membuat pendidikan Islam akan terus tumbuh dan
berkembang. Dengan bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah, akan terus bermunculan
penemuan-penemuan baru, teori-teori baru, sebagai bentuk pendidikan Islam yang tidak
pernah berhenti untuk tumbuh dan berkembang.
Karakter yang terdapat pada diri pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas
posisi pendidikan Islam diantara jenis pendidikan-pendidikan yang lainnya. Namun dengan
melihat kondisi yang ada saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi pendidikan Islam,
dimana tantangan tersebut tidak hanya yang bersifat internal namun juga yang datangnya dari
luar Islam sendiri. Menurut Muhaimin13 Tantangan- tantangan tersebut harus mampu dijawab
setiap elemen yang ada dalam pendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat
perguruan tinggi. Dengan perhatian yang serius, pendidikan Islam nantinya, dan agama Islam
dalam artian secara luas, dapat diterima oleh semua orang di muka bumi ini.
BAB III
A. AL QUR’AN
13
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,(Jakarta: Rajawali Pers,2011)
Al-Qur’ān , Arab: )القرآنadalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai
bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi
manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui
perantaraan Malaikat Jibril.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana
yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5, yang artinya:
“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam”14. Allah SWT mengajarkan kepada (manusia) dengan perantaran
kalam. Allah SWT mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Allah swt telah mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw tentang ilmu pengetahuan, yaitu
perantaraan baca. Hal ini dimaksudkan supaya dia menyebut asma Allah swt yang telah
menciptakan langit, bumi, beserta isinya. Di samping itu Allah mengajarkan kepada manusia
dengan perantaran kalamnya sehingga kita dapat mengetahui apa yang belum kita ketahui.
"Tiada yang memahaminya kecuali bagi orang-orang yang berilmu" (al-Ankabuut: 43)16
Firman Allah: “Hai orang-rang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-
lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. 17(al-
Mujaadilah:11)
"Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."('Thaahaa: 114)18
14
Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Pustaka Agung Harapan,2002)h.904
15
Ibid h.620
16
Ibid h.565
17
Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Pustaka Agung Harapan,2002) h.793
18
Ibid h.444
B. AS SUNNAH (HADIST)
Pengertian As-Sunnah
Yang dimaksud As-Sunnah di sini adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya (terhadap
perkataan atau perbuatan para sahabatnya) yang ditujukan sebagai syari’at bagi umat ini.
Termasuk didalamnya apa saja yang hukumnya wajib dan sunnah sebagaimana yang menjadi
pengertian umum menurut ahli hadits. Juga ‘segala apa yang dianjurkan yang tidak sampai
pada derajat wajib’ yang menjadi istilah ahli fikih As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-
Albani dalam Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fil Aqaid wa al Ahkam 19 . As-Sunnah atau Al-
Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam sabda
Rasulullah :“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa
dengannya.” -yakni As-Sunnah-, (H.R. Abu Dawud no.4604 dan yang lainnya dengan sanad
yang shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130)20
Para ulama juga menafsirkan firman Allah :“…dan supaya mengajarkan kepada mereka
AlKitab dan Al-Hikmah” (Al Baqarah ayat 129)21. Al-Hikmah dalam ayat tersebut adalah As-
Sunnah seperti diterangkan oleh Imam As-Syafi`i, “Setiap kata al-hikmah dalam Al-Qur`an
yang dimaksud adalah As-Sunnah.” Demikian pula yang ditafsirkan oleh para ulama yang
lain seperti Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan22
Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas,
dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
19
As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Hadits Hujjatun bi nafsihi fil Aqaid wa Al Ahkam,(kuwait:
Ad-Dar As-Salafiyah,1400 H,cet III)h.11
20
http://www.onislam.net/english/shariah/hadith/hadith-scholars/453031-imam-abu-dawud-202-275h.html
21
Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Pustaka Agung Harapan,2002)h.24
22
Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan, Al-Madkhal li Ad Dirasah Al Aqidah Al Islamiyah ‘ala Madzhab Ahli
As Sunnah,(kuwait: Dar As-Sunnah,cet III)h.24
terus berbicara, lalu sebagian kaum berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakan olehnya,
namun beliau benci apa yang dikatakannya itu.’ Dan sebagian dari mereka berkata, ‘Beliau
tidak mendengarnya.’ Sehingga, ketika beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, ‘Di
manakah gerangan orang yang bertanya tentang kiamat?’ Ia berkata, ‘Inilah saya, wahai
Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka nantikanlah
kiamat.’ Ia berkata, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau bersabda, ‘Apabila perkara
(urusan) diserahkan (pada satu riwayat disebutkan dengan: disandarkan ) kepada selain
ahlinya, maka nantikanlah kiamat.”
Sufyan berkata, “Apabila dibacakan kepada orang yang menyampaikan suatu berita,
maka tidak mengapa dia berkata, ‘Ceritakanlah kepadaku’, dan “Saya dengar’. Sebagian
mereka memperbolehkan membacakan kepada orang alim dengan alasan hadits Dhimam bin
Tsa’labah yang berkata kepada Nabi saw., “Apakah Allah memerintahkanmu melakukan
shalat?” Beliau menjawab, “Ya.” Sufyan berkata, “Maka, ini adalah pembacaan kepada Nabi
saw.. Dhimam memberitahukan hal itu kepada kaumnya, lalu mereka menerimanya.”
Malik berargumentasi dengan dokumen yang dibacakan kepada suatu kaum, lalu mereka
berkata, “Si Fulan telah bersaksi kepada kami”, dan hal itu dibacakan kepada mereka.
Dibacakan kepada orang yang menyuruh membaca, lalu orang yang membaca berkata, “Si
Fulan menyuruhku membaca.”
Sabda Nabi saw., “Seringkali orang yang diberi tahu suatu keterangan lebih dapat
mengingatnya daripada yang mendengarkannya sendiri.”
(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu
Bakrah pada [64 - Al-Maghazi / 79 - BAB].”)
Apa yang Dilakukan oleh Nabi saw. tentang Memberi Sela-Sela Waktu (Yakni Tidak
Setiap Hari) dalam Menasihati dan Mengajarkan Ilmu agar Mereka Tidak Lari (Berpaling)
karena Bosan.
Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Mudahkanlah dan jangan
mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat orang lari.”
b. Kewajiban menuntut Ilmu
Nabi bersabda:
“Tuntutlah ilmu semenjak buaian hingga liang lahat.” (H.R. Ibnu Abdul Bari)
“Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”(H.R. Ibnu Adi dan Bayhaqi dari Annas)
“Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia maka dengan ilmu dan barangsiapa yang
menghendaki kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu dan barangsiapa yang menghendaki
dunia dan akhirat maka harus dengan ilmu .” (H,R, Tabrani)
Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dikaruniai
kepahaman agama.” .Dan beliau saw. bersabda, “Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh
dengan belajar.” Abu Dzar berkata, “Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di
atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu
untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw.
sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan
sepatah kata dari Nabi saw. itu.”
Pengulangan Pembicaraan Seseorang Sebanyak Tiga Kali dengan Maksud agar Orang Lain
Mengerti Ibnu Umar berkata, "Nabi saw. bersabda, 'Apakah aku sudah menyampaikan?'
(beliau ulangi tiga kali)." Anas r.a. mengatakan bahwa apabila Nabi saw. mengatakan suatu
perkataan beliau mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada
suatu kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali.
3. Konsep pendidikan Islam mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang mewarnai
proses dan kurikulumnya, yang diberikan oleh keluarga dan lembaga pendidikan untuk
mewujudkan manusia yang utuh.
4. Karakteristik Pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas keunggulan Pendidikan
Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam mempunyai
ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek
kehidupan. Maka jelas bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadap
perkembangan yang ada ditengah masyarakat, termasuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, hanya saja Pendidikan Islam tidak larut dalam
perkembangan yang nyata-nyata yang bertentangan dengan syariat-syariat Islam.
5. Sumber-sumber pendidikan Islam; Al qur’an dan As sunah, telah mengatur segala hal
yang diperlukan oleh manusia, yang di dalamnya dibahas tentang pendidikan secara
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
h.250
2. www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf