Anda di halaman 1dari 15

BAB I

Laporan Kasus

Identitas Pasien

• Nama : An. F

• Umur : 21 bulan

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Agama : Islam

• Alamat : Ciledug

• Tgl masuk RS : 27 Agustus 2020

Keluhan Utama

• Batuk keras sejak 2 hari SMRS

Keluhan Tambahan

• Sesak

• Suara serak

• Terdengar suara saat menarik nafas

Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafas dirasakan sejak tadi malam terus menerus semakin lama semakin
berat. Sebelum sesak muncul, pasien mengalami batuk kering seperti menggonggong
2 hari SMRS. Sesak napas disertai dengan bunyi stridor. Demam mulai kemarin
malam, terus menerus tapi tidak terlalu tinggi dan nafsu makan minum berkurang.
Riawayt tersedak disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

• Belum pernah seperti ini sebelumnya

• Riwayat asma bronchial disangkal

Riwayat Keluarga

• Ibu pasien mengalami ISPA sebelum pasien seperti ini

Riwayat Imunisasi

• Imunisasi lengkap (Hepatitis B, BCG, Polio, DPT, Campak)

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis
 BB : 12 kg

2. Tanda vital
 Nadi : 130x/menit
 Suhu : 37,7°C
 Respirasi : 44x/menit
 Suhu Tubuh : 37,5°C

Status Generalis

Kepala : Normocephal

• Dyspneu : (+)

• Nafas cuping hidung : (+)

• Retraksi intercostal : (+)

• Sianosis : (-)

Thorax

Pulmo

• Inspeksi : retraksi intercostal (+/+)

• Palpasi : Vocal fremitus simetris

• Perkusi : Terdengar sonor pada kedua lapang paru

• Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-, stridor +

Cor : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal

Status Lokalis THT

o Hidung: tampak berair, tidak ada edema konka inferior


o Telinga : dalam batas normal
o Tenggorokan
o Hiperemis pada laring
o Tidak ada pseudomembran
o Tidak ada perdarahan
o Tidak ada pus
o Tiidak ada ulserasi
o Tonsil; dbn

Resume

Anak F, laki-laki, 21 bulan datang ke Poli Penyakit THT RSUD Cibitung dengan
keluhan Sesak nafas dirasakan sejak tadi malam terus menerus semakin lama semakin
berat. Sebelum sesak muncul, pasien mengalami batuk kering seperti menggonggong
2 hari SMRS. Sesak napas disertai dengan stridor. Demam mulai kemarin malam,
terus menerus tapi tidak terlalu tinggi dan nafsu makan minum berkurang.
Sebelumnya pasien belum pernah sakit seperti ini. Riwayat tersedak disangkal. Anak
tampak sakit sedang dengan status generalis ditemukan dyspnea, nafas cuping hidung
dan retraksi intercostal. pada auskultasi thorax didapatkan bunyi stridor. Ditemukan
pada hidung pasien berair dan laring hiperemis. Sebelumnya pasien belum pernah
sakit seperti ini. Riwayat tersedak disangkal

Hasil Pemeriksaan Radiologi

Tampak steeple sign


Diagnosis Banding

• Croup / laryngotracheitis

• Epiglotittis

• Aspirasi benda asing

Diagnosis Kerja

• Croup / laryngotracheitis

Rencana terapi

Suportif

• Infus D5 ¼ NS 1100 cc/24jam

• O2 4L/menit

Kausatif

• injeksi tirdicef 3x400mg

• Nebulizer Ventolin 3x1 amp

Simptomatik

• Injeksi kalmethasone 3x ¼ amp

• Injeksi norages 3 x 125 mg

• Injeksi zantadin 3x ¼ amp

Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam

• Quo ad fungsionam : ad bonam

• Quo ad sanationam : ad bonam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Sindrom croup adalah berbagai penyakit respiratorik yang ditandai
dengan gejala akibat obstruksi laring yang bervariasi dari ringan sampai berat
berupa stridor inspirasi, batuk menggonggong, suara parau, sampai gejala
distres pernapasan.

2.2. Epidemiologi
Croup umumnya terjadi pada anak yang berusia diantara 3 bulan
sampai 5 tahun. Paling sering pada usia 2 tahun kehidupan. Insidensinya lebih
tinggi 1,5 kali pada anak laki-laki daripada perempuan. Musim dingin namun bisa
juga dimusim-musim lainnya Dalam penelitian Alberta Medical Association, lebih
dari 60% anak yang didiagnosis menderita croup dengan gejala ringan, sekitar 4%
dirawat di rumah sakit, dan kira-kira 1 dari 4.500 anak yang diintubasi (sekitar 1 dari
170 anak yang dirawat di rumah sakit)

2.3. Klasifikasi
Rhinitis akut dibagi lima berdasarkan tingkat keparahan penyakit
 Ringan
Gejala batuk menggonggong yang kadang-kadang, tidak terdengar
suara stridor saat istirahat, dan tidak adanya retraksi sampai adanya
retraksi ringan suprastrenal dan/atau interkostal.
 Sedang
Gejala batuk menggonggong yang lebih sering, suara stidor saat
istirahat yang dapat dengan mudah didengar, dan retraksi suprasternal dan
dinding sternal saat istirahat, tetapi tidak ada atau sedikit gejala distres
pernapasan atau agitasi.
 Berat
Gejala batuk menggonggong yang lebih sering, stridor inspirasi yang
menonjol dan –kadang-kadang – stidor ekspirasi, retraksi dinding sternal
yang jelas, dan adanya gejala distres pernapasan dan agitasi yang
signifikan
 Gagal Nafas Mengancam
Batuk kadang-kadang tidak jelas. Namun stridor kadang-kadang jelas
saat istirahat serta adanya gangguan kesadaran dan letargi

Klasifikasi sindrom croup berdasarkan definisi dan klinis, dibagi menjadi dua:

 Spasmodic croup
a. Biasanya anak tiba-tiba terbangun di malam hari dengan stridor
inspirasi (sebelum tidur anak tampak sehat atau pilek ringan) 
infeksi saluran pernapasan atas ringan, dengan edema subglottis yang
non-inflamasi
b. Riwayat croup pada keluarga
c. Tanpa demam, tanpa faringitis, epiglottis normal
 Acute laryngotracheitis
a. Inflamasi pada laring dan trakea (eritema dan pembengkakan pada
dinding lateral trakea dan dibawah pita suara)
b. Pilek  hidung tersumbat  batuk dan coryza
c. Demam pada 24jam pertama dan 12-48 jam setelahnya timbul gejala
obstruksi pernapasan aatas
d. Faringitis minimal dan epiglottis notmal
e. Hasil lab: leukositosis ringan dengan sel PMN >70%
 LTB (Laryngotracheobronchitis) dan LTBP (Laryngotracheobroncho-
pneumonitis)
a. Peradangan pada laring, trakea dan bronkus/paru-paru
b. Infiltrasi sel-sel radang, ulserasi, pseudomembran dan mikroabses
c. Gejala lebih berat dibandingkan laryngotracheitis
d. Progresifitas dalam 12 jam – 7hari
e. Faringitis minimal dan epiglottis normal
f. Pemeriksaan lab: peningkatan atau penurunan leukosit (neutrophil
>70% dan peningkatan neutrophil batang)

 Laryngeal Diphtheria
a. Infeksi pada laring dan area lain
b. Etiologi: Corynebacterium diphtheria
c. Riwayat imunisasi tidak lengkap atau tidak adekuat
d. Onset lambat (2-3 hari)
e. Disfagia, faringitis membranosa, epiglottis normal – terselubungi
membrane
f. Lab: leukositosis (peningktan neutrophil batang)

2.4. Etiologi
 Parainfluenza tipe 1, 2 dan 3
 Influenza A dan B
 Adenovirus
 Respiratory syncytial virus
 Measles

2.5. Patofisiologi
 Etiologi obstruksi akut saluran pernafasan atas paling sering adalah
infeksi virus parainfluenza
 Laryngotracheobronchitis  infeksi virus pada region glottis dan
subglottis
 Biasanya digunakan istilah laryngotracheitis, untuk kasus yang lebih berat
disebut dengan laryngotracheobronchitis (perluasan laryngotracheitis
terkait dengan superinfeksi bakteri dalam 5-7 hari)
 Stridor inspirasi : terjadi apabila pada tek. Negatif yang tinggi saat
inspirasi udara harus melalui bagian yang sempit di jalan napas besar
yang terletak di luar rongga toraks. Pada saat ekspirasi, tekanan positif
akan melebarkan jalan napas sehingga stridor tidak terdengar lagi
 Stridor ekspirasi dapat terjadi bila penyebab obstruksijalan napas besar
terjadi di dalam rongga toraks, missal: tumor yang menekan trachea

2.6. Manifestasi klinis

 Rhinorrhea
 Pharyngitis
 Batuk menggonggong
 Demam ringan (1-3 hari sebelum timbul gejala obstruksi pernafasan) atau
bisa sampai 39-40°C atau tidak demam
 Stridor inspirasi
 Suara serak
 Agitasi
 Pasien merasa lebih nyaman apabila dalam posisi duduk
 Gejala wax and wane dan Gejala lebih buruk pada malam hari
Obstruksi Berat:

 Respiratory distress
 Hipoksia
 Sianosis
 Stridor istirahat

2.7. Diagnosis

 Pemeriksaan fisik ditemukan: suara serak, coryza, inflamasi pharynx dan


peningkatan RR
 Laringoskopi: inflamasi pada laring
 Pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, infrasternal dan
intercostal
 Stridor
 Hipoksia dan saturasi oksigen yang rendah hanya ditemukan pada
obstruksi jalan napas total

Berat ringan croup dinilai dengan menggunakan Wesley score dengan


menggunakan beberapa parameter:
 Ada tidaknya stridor inspirasi
 Ada tidaknya retraksi intercostal
 Udara masuk
 Sianosis
 Tingkat kesadaran
Derajat croup berdasarkan jumlah skor Wesley:
 Croup ringan : <4
 Croup sedang : 4-6
 Croup berat : >6

2.8. Diagnosis banding

2.9. Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Lab dan radiologi
tidak dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis croup
 RO Cervical (PA) dapat
ditemukan steeple sign yaitu
penyempitan subglottis
 Namun bisa timbul ataupun tidak
dan tidak berhubungan dengan
tingkat keparahan penyakit
 RO diperlukan apabila sudah dilakukan stabilisasi jalur nafas pada pasien
dengan gejala atipikal
 Tujuannya untuk mennentukan apakah laryngotracheobronchitis atau
epiglottitis

2.10. Tatalaksana
Nonmedikamentosa
• Melembabkan udara
• Oksigen
• Oksigen –helium (menurunkan turbulensi udara pada penyempitan
saluran pernafasan
Medikamentosa
• Analgesik / Antipiretik
• Epinephrine : diberikan pada croup berat (dapat mengurangi distress
pernapasan dalam waktu 10 menit dan bertahan selama 2 jam
• Dosis tunggal: 0,5 ml epinephrine tartar 2,25% dan 0,5 ml
epinephrine 1:1.000
• Semua anak tanpa menghiraukan BB
• Steroid
• Dexamethasone 0,6mg/kgBB (peroral/parenteral)
• Inhalasi budesonide

2.11. Prognosis
Oleh karena pada umumnya penyebab sindrom croup adalah virus,
maka sindroma ini dapat sembuh dengan sendirinya, dan sangat jarang
menyebabkan kematian akibat obstruksi saluran pernapasan total.
Gejalanya dapat berlangsung dalam 7 hari, tetapi puncaknya pada hari
kedua dari perjalanan penyakit.
2.12. Komplikasi

 Pemasangan intubasi (pada 1% kasus)

 Infeksi bakteri sekunder (bacterial tracheitis)

 Henti cardiopulmoner

 Pneumonia

 Recurrent croup
Daftar Pustaka

Hanna, R., Lee, F., Drummond, D., & Yunker, W. K. (2019). Defining atypical
croup: A case report and review of the literature. International journal of pediatric
otorhinolaryngology, 127, 109686. https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2019.109686

Kliegman, R., Stanton, B., St. Geme, J. W., Schor, N. F., & Behrman, R. E.
(2016). Nelson textbook of pediatrics (Edition 20.). Phialdelphia, PA: Elsevier.

Petrocheilou, A., Tanou, K., Kalampouka, E., Malakasioti, G., Giannios, C., &
Kaditis, A. G. (2014). Viral croup: diagnosis and a treatment algorithm. Pediatric
pulmonology, 49(5), 421–429. https://doi.org/10.1002/ppul.22993

Anda mungkin juga menyukai