Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No.

2 September 2017

Hubungan Self Efficacy Dengan Perawatan Diri


Lansia Hipertensi
Okatiranti1, Erna Irawan2, Fitri Amelia3
1
Universitas Bsi, Okatiranti.otr@bsi.ac.id
2
Universitas Bsi, Erna.ewn@bsi.ac.id
3
Universitas Bsi, fitriamelia1995@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit hipertensi termasuk kedalam penyakit kronis yang membutuhkan perawatan diri
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Dalam perawatan diri terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi salah satunya adalahSelf Efficacy.Self Efficacy dibutuhkan bagi para
penderita hipertensi untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui keyakinan dalam
menjalankan perawatan diri..Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
Self Efficacy dengan perawatan diri lansia hipertensi di Salah Satu Puskesmas didi Kota
Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan desain Cross
Sectional. Teknik sampling menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 69 responden, pengumpulan data menggunakan kuesioner Self Efficacy dan
Perawatan diri. Analisa data menggunakan uji korelasi Rank Spearmen. Hasil
menunjukkan bahwa Sebagian responden memiliki Self Efficacy dengan kategori tinggi
(50.7%), dan untuk perawatan diri sebagian responden memiliki perawatan diri baik
(50.7%). Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearmen menunjukkan ada hubungan
antara Self Efficacy dengan perawatan diri lansia hipertensi di Salah Satu Puskesmas di
Kota Bandung kota bandung dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,01. Nilai koefisien
korelasi sebesar + 0.724 yang menunjukkan terdapat hubungan yang positif. Saran bagi
perawat agar dapat meningkatkan Self Efficacy pada lansia hipertensi sehingga lansia
dapat melakukan perawatan diri.

Kata kunci : Hipertensi, Lansia, Perawatan diri, Self Efficacy.

ABSTRACT
Hypertension is included in chronic diseases that require self-care to prevent
complications. In self care there are several factors that affect one of them dalah Self
Efficacy. This study aimed to identify the relationship of Self Efficacy with hypertension
elderly self-care in Primary health centre (Puskesmas Kota Bandung). The design of this
study used descriptive correlation with Cross Sectional design. Sampling technique used
Accidental Sampling with samples as much as 69 respondents, data collection used
questionnaires Self Efficacy and Perawatan diri. Data analysis used Spearmen Rank
correlation test. The results that some respondents had Self Efficacy with high category
(50.7%), and for self care some respondent was good self care (50.7%). Result of
Spearmen Rank statistic test there was relation between self efficacy with self care
hypertension elderly in area of Puskesmas Kota Bandung in Bandung with significance
value 0,000 <0,01. Correlation coefficient value of + 0.724 positive correlation.
Suggestion for nurses was to increase Self Efficacy in hypertensive until elderly can do
self care independently.

Keywords: Elderly, Hypertension, Self Care, Self Efficacy

Naskah diterima: 15 Juli 2017, Naskah dipublikasikan: 15 September 2017

PENDAHULUAN
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 130
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

Meningkatnya usia harapan hidup Penatalaksanaan hipertensi sangat


masyarakat Indonesia saat ini membuat diperlukan untuk mecegah terjadinya
jumlah penduduk lansia meningkat. Hasil komplikasi sehingga dapat menurunkan
sensus penduduk tahun 2010 bahwa angka kematian penderita hipertensi. Pada
Indonesia merupakan lima besar negara penatalaksaan hipertensi dapat dilakukan
dengan jumlah penduduk lansia terbanyak dengan pemberian terapi farmakologi dan
di dunia yang mencapai 18,1 juta jiwa (7,6 nonfarmakologi. Berdasarkan penelitian
%) dari total penduduk (Moeloek, 2016). Han et al. (2014) mengatakan bahwa
Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan hipertensi adalah salah satu penyakit yang
masalah terutama dari segi kesehatan dan dapat dikendalikan dengan melakukan
kesejahteraan lansia (Notoatmodjo, 2007). perawatan diri. Beberapa perawatan diri
Salah satu masalah kesehatan lansia pada hipertensi yaitu diet rendah garam
adalah masalah kesehatan akibat proses dan lemak, rutin melakukan aktivitas fisik,
degeneratif (Kemenkes RI, 2016). tidak , monitoring tekanan darah, tidak
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013) merokok, mengendalikan stres, monitoring
merupakan salah satu penyakit tidak berat badan.
menular yang dialami oleh lansia. Menurut Perwatan diri merupakan suatu kegiatan
WHO (2013) Hipertensi didefinisikan yang dilakukan oleh individu secara
sebagai tekanan darah dimana tekanan mandiri untuk memenuhi kebutuhan
darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan hidupnya dalam mempertahankan
tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. kesehatannya (Orem, 2001). Perawatan
Hipertensi pada lansia terjadi karena diri yang efektif berarti individu memiliki
pembuluh darah yang tadinya lentur dan rasa tanggung jawab pada dirinya dalam
elastik akan mengeras dan kaku, sehingga menjaga kesehatan dirinya sendiri (Nwine,
pembuluh darah tidak mampu untuk 2011). Melakukan perawatan diri
memasok kebutuhan aliran darah ke setiap merupakan faktor utama dalam
organ (Kurniadi & Ulfa, 2014). peningkatan kesehatan. Dalam
Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia menjalankan perawatan diri tersebut dalam
berdasarkan riset kesehatan dasar diri individu diperlukan Self Efficacy.
(Riskesdas) Department kesehatan tahun Menurut penelitian yang dilakukan Hu &
2013 mencapai sekitar 28,5%. Arou (2013) Self Efficacy merupakan
Kementerian kesehatan (2013) faktor utama yang mempengaruhi
mengatakan terjadi peningkatan prevalensi perawatan diri penyakit kronis. Sejalan
hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi dengan hasil penelitian Permatasari et al.
9,5% pada tahun 2013. Sedangkan angka (2014) menyatakan bahwa dalam
insiden hipertensi di Jawa Barat sebesar melakukan perawatan diri, Self Efficacy
13.612.359 jiwa (29,4%) dan Penyakit merupakan faktor yang paling dominan
hipertensi di Kota Bandung sebesar dalam pengelolaan hipertensi. Self
1.275.000 jiwa (26%) (Pusdatin, 2014). Efficacy merupakan faktor penting dalam
Hipertensi tergolong salah satu penyakit melaksanakan perawatan diri. Semakin
yang dikenal Silent Killer dapat tinggi Self Efficacy individu maka akan
mengakibatkan penderitanya meninggal semakin baik perwatan dirinya (Bandura,
karena ancaman komplikasi yang tidak 2006).
disadarinya (Ridwan, 2010). Menurut Menurut Bandura (2006) Self Efficacy
Yayasan Jantung Indonesia (2005) dalam didefinisikan sebgai keyakinan seseorang
Wahyuningsih (2013) mengungkapkan terhadap kemampuannya dalam
bahwa jika hipertensi tidak cepat ditangani menghasilkan tindakan sesuai tujuan yang
maka dapat menimbulkan komplikasi. ingin dicapai dan mempunyai pengaruh
Beberapa komplikasi hipertensi yang pada kehidupan mereka. Self Efficacy akan
dapat terjadi seperti Stroke, gagal ginjal mempengaruhi bagaimana seseorang
kronis, kebutaan, gagal jantung (Lam, berpikir, merasa, memotivasi diri sendiri
2012). dan bertindak. Menurut Bandura (2006)
ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 131


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

Self Efficacy antara lain jenis kelamin, Semakin bertambahnya usia,


usia, pendidikan dan pengalaman. kemampuan lansia menurun dan
Berdasarkan hasil penelitian Harsono mengalami perubahan. Menurut
(2017) tentang Efikasi diri dengan Muchtadi (2011) terdapat beberapa
manajemen perawatan diri pada penderita perubahan yang terjadi pada lansia
hipertensi di desa Pringapus pada 51
diantaranya pada sistem
responden menunjukkan hasil bahwa
sebagian besar responden memiliki efikasi kardiovaskular seperti katup jantung
diri dalam kategori tinggi sebanyak 28 menebal dan kaku, menurunnya
responnden (54,9%) dan perawatan diri elastisitas pembuluh darah serta
dalam kategori baik sebanyak 25 terjadinya peningkatan resistensi
responnden (49,0%). Hasil analisis pembuluh darah perifer sehingga
menunjukkan ada hubungan yang tekanan darah meningkat.
signifikan antara Efikasi diri dan Semakin bertambahnya usia,
Perawatan diri penderita hipertensi dengan kemampuan lansia menurun dan
p-value 0,002 < α (0,05). mengalami perubahan. Menurut
Self Efficacy dibutuhkan bagi para Muchtadi (2011) terdapat beberapa
penderita hipertensi untuk meningkatkan
perubahan yang terjadi pada lansia
derajat kesehatan melalui keyakinan dalam
menjalankan perawatan diri. Dengan diantaranya pada sistem
melakukan perawatan diri yang baik maka kardiovaskular seperti katup jantung
dapat menurunkan terjadinya komplikasi menebal dan kaku, menurunnya
(Permatasari et al. 2014). elastisitas pembuluh darah serta
Self Efficacy dibutuhkan bagi para terjadinya peningkatan resistensi
penderita hipertensi untuk meningkatkan pembuluh darah perifer sehingga
derajat kesehatan melalui keyakinan dalam tekanan darah meningkat.
menjalankan perawatan diri. Perawatan diri pada lansia hipertensi
berguna untuk pengelolaan dan
KAJIAN LITERATUR pengendalian faktor resiko komplikasi
Lansia merupakan tahapan akhir dari yang mungkin terjadi. Menurut Yang
siklus kehidupan yang merupakan et al. (2014) bahwa perilaku perawatan
tahap perkembangan normal yang diri pada hipertensi adalah pengobatan
dialami semua individu yang mencapai rutin, diet rendah garam dan lemak,
lanjut usia yang tidak dapat dihindari aktivitas fisik, mengendalikan stress,
(Notoatmodjo, 2014). Menurut monitoring berat badan, tidak
Kemenkes RI (2016) batasan lansia merokok, dan monitoring tekanan
meliputi pra lansia (45-59 tahun), darah. Perawatan diri merupakan
lansia (60-69 tahun) dan lansia resiko faktor yang penting dalam peningkatan
tinggi (>70 tahun). Menua adalah kesehatan. Perawatan diri yang efektif
proses menghilangnya secara bertahap dapat mengurangi komplikasi,
kemampuan jaringan dalam kemandirian dan kepercayaan diri
memperbaiki diri dan mempertahankan meningkat, serta dapat meningkatkan
struktur dan fungsi normalnya kualitas hidup (Permatasari, Lukman,
sehingga terhadap infeksi tidak dapat & Supriadi, 2014). Kemampuan dalam
bertahan dan memperbaiki kerusakan melakukan Perawatan diri dipengaruhi
yang dialami. Proses menua oleh faktor internal dan faktor
merupakan proses secara alamiah yang eksternal. Menurut Nwinee (2011)
terus menerus dimulai sejak lahir dan faktor internal yang mempengaruhi
akan dialami oleh seluruh makhluk perawatan diri terdiri dari Self Efficacy,
hidup (Nugroho, 2012). pengetahuan dan nilai terkait penyakit,

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 132


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

sedangkan faktor eksternal yang METODE PENELITIAN


mempengaruhi perawatan diri adalah Desain penelitian menggunakan deskriptif
dukungan sosial. Menurut Orem korelasi yaitu penelitian untuk mencari,
(2001) setiap individu mempunyai menjelaskan suatu hubungan,
kemampuan dalam melakukan aktifitas memperkirakan, dan menguji teori yang
ada (Nursalam, 2013). Penelitian ini
perawatan diri. bertujuan untuk mengidentifikasi
Berdasarkan penelitian Hu & Arou (2013)
hubungan Self Efficacy dengan perawatan
Self Efficacy merupakan faktor utama
diri lansia hipertensi di Salah Satu
yang mempengaruhi perawatan diri
Puskesmas di Kota Bandung kota
penyakit kronis.
Bandung. Penelitian dilakukan
Menurut Bandura (2006) Self Efficacy menggunakan rancangan operasional
adalah keyakinan seseorang terhadap silang (Cross Sectional) yaitu penelitian
kemampuan mereka untuk pengukuran dan observasi data kedua
meghasilkan tindakan sesuai tujuan variabel dilakukan hanya satu kali pada
yang ingin dicapai dan mempunyai satu saat (Nursalam, 2015).
pengaruh pada kehidupan mereka. Self Populasi dalam penelitian ini adalah lansia
Efficacy akan mempengaruhi berusia 45-69 tahun yang telah terdiagnosa
bagaimana seseorang berpikir, merasa, menderita hipertensi di Salah Satu
memotivasi diri sendiri dan bertindak. Puskesmas di Kota Bandung Kota
Menurut Schunk (1981) dalam Dewi Bandung sebanyak 1.112 lansia pada
bulan Januari sampai Maret 2017.
(2014) keyakinan atau Self Efficacy
Teknik sampling dalam penelitian ini
dapat membantu seseorang untuk
menggunakan Nonprobability Sampling
menentukan seberapa besar usaha yang yaitu dengan teknik Accidental Sampling
yang dibutuhkan dalam melakukan dengan dibatasai waktusehingga sampel
aktivitas dan seberapa lama mereka yang didapatkan sebanyak 69 responden.
dapat bertahan menghadapi rintangan
atau kesulitan. Self Efficacy dikaitkan PEMBAHASAN
dengan kepercayaan atau keyakinan. Analisis Univariat
Menurut Taylor, Peplau & Sears Karakteristik responden berdasarkan usia,
(2009) Self Efficacy adalah penilaian jenis kelamin, komplikasi dan pendidikan
seseorang akan kemampuan dirinya di Salah Satu Puskesmas di Kota Bandung
dalam melakukan suatu tindakan untuk dapat diketahui bahwa dari 69 responden,
pencapaian tujuan. Pendapat lain sebagian responden berusia antara 45-59
mengatakan Self Efficacy yaitu tahun sebanyak 39 (56,5%) sedangkan
keyakinan individu dalam kemampuan lansia yang berusia 60-69 tahun sebanyak
30 (43,5%). Jenis kelamin responden
melakukan tindakan berdasarkan
sebagian besar adalah perempuan
kepada keterampilan (Schunk, 2012). sebanyak 50 (72,25%) sedangkan yang
Sedangkan menurut Keshia (2014) Self berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19
Efficacy didefinisikan sebagai (27,5%). Sebagian responden yang
keyakinan seseorang terhadap berpendidikan SMA sebanyak 30 (43,5%),
kemampuannya dalam melaksanakan sebagian kecil responden berpendidikan
tindakan untuk memecahkan masalah SMP sebanyak 14 (20,3%) dan sebagian
atau penyelesaian tugas. Dari uraian kecil responden berpendidikan SD
diatas dapat disimpulkan bahwa Self sebanyak 23 (33,3%) dan seluruh
Efficacy adalah keyakinan dalam diri responden tidak memiliki komplikasi
mengenai kemampuannya dalam hipertensi sebanyak 69(100%).
mencapai tujuan sesuai yang
diharapkan.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 133


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Self Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perawatan


Efficacy di Salah Satu Puskesmas di Diri Lansia Hipertensi di Salah Satu
Kota Bandung Puskesmas di Kota Bandung
No Variabel Frekuensi % No Variabel Frekuensi %
Self Perawatan
Efficacy diri
1 Tinggi 35 50.7 1 Baik 35 50.7
2 Rendah 34 49.3 2 Kurang 34 49.3
Total 69 100 Total 69 100
(Sumber: Olah data primer Agustus 2017) (Sumber: Olah data primer Agustus
Dari tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa 2017)
dari 69 responden hasil dari gambaran Self Dari tabel 2 diatas berdasarkan hasil
Efficacy di Salah Satu Puskesmas diKota penelitian pada 69 responden hasil
Bandung sebagian responden memiliki gambaran perawatan diri menunjukkan
Self Efficacy tinggi sebanyak 35 (50.7%) bahwa sebagian responden melakukan
dan sebagian memiliki Self Efficacy perawatan diri baik sebanyak 35 (50,7%),
rendah sebanyak 34 (49,3%). dan sebagian responden melakukan
perawatan diri kurang sebanyak 34
(49,3%).

Analisa Bivariat
Tabel 3
Hubungan Self Efficacy dengan Perawatan Diri Lansia Hipertensi di Salah Satu
Puskesmas di Kota Bandung
Self Perawatan diri P – value Koefisien korelasi
Efficacy N Baik N Kurang N Total
Tinggi 28 7 35 (100%)
(80.0%) (20.0%) 34 (100%)
Rendah 7 27 0.000
(20.6%) (79.4%) 0.724
Total 35 34 69 (100%)
(50.7%) (49.3%)
(Sumber: Olah data primer Agustus 2017)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan variabel x naik dan variabel y juga naik
bahwa responden yang memiliki Self (Siregar, 2013). Semakin baik Self
Efficacy tinggi sebagian perawatan dirinya Efficacy maka perawatan diri lansia
baik sebanyak 28 (80.0%) sedangkan hipertensi akan semakin baik.
responden yang memiliki Self Efficacy Gambaran Self Effficay lansia
rendah sebagian perawatan dirinya kurang hipertensi
sebanyak 27 (79,4%). Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian yang di
uji statistik Rank Spearmen didapatkan lakukan kepada 69 responden di Salah
hasil bahwa nilai signifikasi antara Self Satu Puskesmas di Kota Bandung Kota
Efficacy dengan Perawatan diri 0.000 < α Bandung didapatkan sebagian responden
= 0.01 yang berarti terdapat korelasi yang memiliki Self Efficacy lansia hipertensi
signifikan. Nilai koefisien sebesar 0,724 dalam kategori tinggi, yaitu sejumlah 35
menunjukkan variabel Self Efficacy (50,7%).
dengan perawatan diri memiliki hubungan Hasil penelitian tersebut menunjukkan
kuat. Tidak terdapat tanda negatif (-) di bahwa Self Efficacy lansia penderita
depan nilai koefisien korelasi hipertensi tinggi, hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa arah hubungan antar bahwa kemampuan penderita hipertensi di
variabel terdapat hubungan yang positif Puskesmas Kota Bandung dalam
artinya terjadi hubungan searah, bila melakukan perawatan diri baik.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 134


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

Keyakinan yang dimiliki individu Faktor lain yang mempengaruhi Self


merupakan hal yang mempengaruhi Efficacy adalah usia, dari hasil penelitian
individu dalam melakukan perawatan diri. usia responden adalah 45-59 tahun.
Keyakinan tersebut dinamakan Self Menurut Bandura (2004) menyatakan
Efficacy. Menurut Pakseresht, et al. (2010) bahwa Self Efficacy usia lansia terkait
menyatakan bahwa Self Efficacy adalah pada penerimaan dan penolakan terhadap
keyakinan dalam diri dan kemampuan diri kemampuan yang dimiliki seiring dengan
dalam melakukan sesuatu perilaku dengan terjadinya kemunduran fisik yang dialami.
berhasil. seseorang yang mempunyai Self Selain itu juga pengalaman individu
Efficacy tinggi akan lebih cenderung terhadap perawatan penyakitnya
mempunyai keyakinan dan kemampuan berhubungan dengan lamanya individu
dalam mencapai keinginan sesuai dengan mengalami penyakit. Ketika pengalaman
tujuan (Passer, 2009). yang dialaminya adalah baik artinya dapat
Tingginya Self Efficacy dalam diri membuat kesehatannya juga lebih baik
individu tidak lepas dari faktor faktor yang sehingga dari pengalaman tersebut dapat
mempengaruhinya. Menurut Bandura meningkatkan motivasi untuk melakukan
(2006) menyatakan bahwa tinggi perawatan diri dengan baik. Namun jika
rendahnya Self Efficacy bervariasi dalam pengalaman sebelumnya tidak baik maka
diri setiap orang. Hal ini karena adanya dari pengalaman tersebut akan
beberapa faktor yang berpengaruh dalam menurunkan motivasinya dalam
mempersepsikan kemampuan dalam diri melakukan perawatan diri sehingga dapat
individu. Faktor-faktor yang terjadi penurunan kesehatannya.
mempengaruhi Self Efficacy yaitu usia, Gambaran Perawatan Diri lansia
jenis kelamin, pendidikan dan hipertensi
pengalaman. Perawatan diri lansia menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian yang sebagian responden melakukan perawatan
dilakukan di Salah Satu Puskesmas di diri dengan baik sebanyak 35 (50,7%).
Kota Bandung didapatkan hasil bahwa Hasil kuisioner menunjukkan bahwa
responden sebagian berpendidikan SMA mereka telah mengkonsumsi makanan
sebanyak 30(43,5%). Pada penelitian yang dianjurkan dan dilarang bagi pasien
Wantiyah (2010) menyatakan bahwa hipertensi (seperti rendah garah, rendah
pengetahuan berpengaruh dalam Self lemak, buah dan sayur), melakukan
Efficacy karena pengetahuan yang tinggi olahraga, mengendalikan stress, tidak
akan meningkatkan Self Efficacy. merokok, dapat menjaga berat badan dan
Pendidikan erat hubungannya dengan dapat memonitoring tekanan darah.
pengetahuan dan bukan merupakan salah Menurut Cameron & Thomson (2012)
satu penyabab hipertensi akan tetapi mengatakan perawatan diri merupakan
pendidikan dapat mempengaruhi pola suatu proses yang melibatkan individu
hidup (Harsono, 2017). dalam pengelolaan kesehatannya dengan
Hasil penelitian di Salah Satu Puskesmas mengadopsi keterampilan dan perilaku
di Kota Bandung menunjukkan bahwa untuk mencegah penyakit, merawat dan
sebagian besar responden berjenis kelamin pemulihan kesehatan. Perawatan diri
perempuan sebesar 50 (72,5%). melibatkan kemampuan indivividu
Perempuan lebih cenderung patuh merawat dirinya sendiri untuk
terhadap anjuran dari petugas kesehatan mempertahankan kesehatannya secara
sehingga keyakinan dan kemampuan optimal (Richard (2012). Hal serupa
dalam pengelolaan penyakit yang yang dikemukakan oleh Findlow, Seymour dan
dideritanya lebih baik. Berbeda dengan Huber (2012) yang berpendapat bahwa
hasil penelitian Wantiyah (2010) aktivitas dan melakukan perawatan diri
menunjukan bahwa laki-laki lebih sangat berpengaruh dalam pengendalian
cenderung memiliki keyakinan dan tekanan darah.
kemampuan lebih tinggi dan mampu Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
mengatasi masalah secara mandiri. perawatan diri terdiri dari faktor internal

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 135


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

dan faktor eksternal (Prasetyo, 2012). itu sendiri dalam melakukan perawatan
Menurut Nwine (2011) faktor internal diri. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dalam perawatan diri terdiri dari nilai Richard (2012) bahwa perawatan diri
terkait penyakit, Self Efficacy dan merupakan tindakan atau kegiatan yang
pengetahuan, sedangkan faktor eksternal dilakukan oleh individu untuk
yaitu dukungan sosial. Menurut mempertahankan kesehatannya seecara
Notoatmodjo (2007) setiap individu mandiri. Dalam teori perawatan diri Orem
memiliki cara yang bervariasi dan berbeda (2001), mengatakan bahwa perawatan diri
dalam tindakan perawatan atau adalah kegiatan kemandirian individu
pencegahan penyakit meskipun gangguan untuk menjaga kesehatannya.
kesehatannya sama, tetapi yang Hubungan Self Effficay dengan
membedakannya tergantung dari nilai Perawatan Diri Lansia Hipertensi
individu terhadap penyakit tersebut. Perawatan diri lansia hipertensi
Nilai terkait penyakit merupakan salah dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satu faktor internal yang mempengaruhi satunya adalah Self Efficacy. Berdasarkan
perawatan diri. Menurut Notoatmodjo hasil penelitian pada 69 responden di
(2007) setiap individu memiliki cara yang Salah Satu Puskesmas di Kota Bandung
bervariasi dan berbeda dalam tindakan dengan uji Rank Spearmen didapatkan
perawatan atau pencegahan penyakit hasil bahwa antara Self Efficacy dengan
meskipun gangguan kesehatannya sama, Perawatan diri nilai p-Value lebih kecil
tetapi yang membedakannya tergantung dari 0.01 (0.000 < α = 0,01) maka H0 di
dari nilai individu terhadap penyakit tolak dan Ha diterima artinya terdapat
tersebut. Selain itu juga menurut Bandura korelasi yang signifikan. Dengan nilai
(2004) Self Efficacy merupakan faktor koefisien korelasi 0,724 . Hal ini
utama menentukan keberhasilan dalam menunjukkan bahwa hubungan antara Self
perawatan diri. Semakin tinggi Self Efficacy dengan perawatan diri memiliki
Efficacy maka semakin baik hasil hubungan kuat dan bernilai positif artinya
perawatan diri pasien. terjadi hubungan searah semakin tinggi
Faktor internal lain yang mempengaruhi Self Efficacy yang dimiliki penderita
perawatan diri adalah pengetahuan, hipertensi maka semakin baik juga
menurut Orem (2001) hal tersebut perawatan diri, dan sebaliknya jika
merupakan faktor yang ikut semakin baik perawatan diri maka tinggi
mempengaruhi perawatan diri. Berbeda pula tingkat Self Efficacy yang dimiliki
dengan hasil penelitin Eugene dan Bourne penderita hipertensi.
(2013) yang menyatakan bahwa Hasil penelitian ini sesuai dengan
pengetahuan memiliki pengaruh kecil penelitian yang dilakukan oleh Harsono
dalam perawatan diri. Meskipun lansia (2017) menyatakan bahwa terdapat
sudah banyak memiliki pengetahuan hubungan yang signifikan antara Self
mengenai perawatan diri terkait hipertensi Efficacy dengan perawatan diri penderita
tetapi jika lansia tidak memiliki keyakinan hipertensi . Hal ini sejalan dengan hasil
dalam diri maka lansia tidak akan efektif penelitian Leeet al. (2010), yang
menerapkannya dalam kehidupan seahari- menyatakan bahwa Self Efficacy
hari. Selain itu juga faktor eksternal yang merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi perawatan diri adalah berkontribusi signifikan dalam melakukan
dukungan sosial. Dukungan sosial perawatan diri. Hal ini juga sama dengan
berpengaruh dalam keefektifan kegiatan hasil penelitian yang dilakukan oleh
perawatan diri. Menurut Cornwel dan Permatasari, Lukman, Supriadi (2014).,
Waite (2009) dukungan sosial sebagai Penelitian Hu & Arao (2013), menyatakan
sarana untuk meningkatkan motivasi bahwa Self Efficacy merupakan faktor
dalam memodifikasi gaya hidup pasien utama yang mempengaruhi dalam
yang menderita hipertensi. melakukan perawatan diri penyakit kronis.
Kesimpulannya bahwa pelaksanaan Menurut Findlow, Seymour dan Huber
perawatan diri berfokus pada diri individu (2012), menyatakan bahwa individu yang

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 136


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

memiliki Self Efficacy tinggi akan perawatan diri lansia hipertensi bagi
mengalami peningkatan yang signifikan peneliti selanjutnya.
dalam melakukan perawatan diri
hipertensi. Sejalan dengan hasil penelitian REFERENSI
lee et al. (2010) yang menyatakan bahwa Bandura, A. (2004). Health Promotion
terdapat hubungan kuat antara Self by Social Cognitive
Efficacy tinggi dengan penurunan tekanan Means. Health
darah pada pasien hipertensi dibandingkan Education & Behaviour.
dengan pasien yang Self Efficay rendah.
Didukung oleh hasil penelitian Hendiarto Bandura, A. (2006). Guide for Contructing
(2014) yang mengungkapkan bahwa Self Efficacy Scales. Self Efficacy
terdapat hubungan positif antara Self Beliefs in Adolescents
Efficay dengan perilaku sehat, dimana jika (vol,5), 307-337. Greenwich, CT:
seseorang memiliki Self Efficacy tinggi Imformation Age Publishing.
cenderung akan memiliki perilaku sehat
dan sebaliknya jika seseorang memiliki Cameron, J. C., & Thomson, D. R. (2012).
Self Efficacy rendah cenderung akan Screening for Determinants of
memiliki perilaku yang tidak sehat. Self SelfCare in Patients with Cronic
Efficacy merupakan faktor yang penting Heart Failure.Heart Lung and
dalam melakukan perawatan diri. Dengan Circulation, 21(12), 806- 808.
membangun kepercayaan diri penderita
terhadap kemampuannya (Self Efficacy) Curtin, Roberta, Braun.(2006). Self
dalam mempengaruhi hasil yang ingin Management With
mereka capai sepertinya merupakan jalan Patient With and Stage Renal
positif yang dapat mendorong seseorang Disease: Explooring Domains End
melakukan perawatan diri yang berhasil Dimensions, Neprhrology Nursing
dan sukses pada pasien dengan penyakit Jurnal.
kronis (Curtin, 2006).
Dewi, N. (2014). Hubungan antara Self
PENUTUP Efficacy dan Self Management pada
Sebagian responden memiliki Self Efficacy individu dengan diabetes
tinggi sebanyak 35 (50,7%), sebagian
mellitus tipe 2 di indonesia. Skripsi
responden melakukan perawatan diri baik
https://repository.usd.ac.id/
sebanyak 35 (50,7%), serta terdapat
4925/2/099114005 full.pdf .
hubungan antara Self Efficacy dengan
perawatan diri lansia hipertensi dengan
Eugene, V., & Bourne, P. A. (2013).
nilai (p- value α < 0.00).
Hypertensive patients:
Pelaksanaan upaya promotif dan preventif
knowledge, self care
pentingnya Self Efficacy untuk
management practices and
meningkatkan keyakinan dan pengetahuan
challenges. Journal of
bagi masyarakat dalam melakukan
Behavioural Health,2(3) , 259-268.
perawatan diri terkait masalah kesehatan
hipertensi bagi Puskesmas Kota Bandung.
Findlow, W.J., Seymour, R. B., Huber, L.,
Perlu memeriksakan kesehatan secara
R. B. (2012).The Association
rutin di pelayanan kesehatan terdekat
Between SelfEfficacy and
terutama dalam pemerriksaan tekanan
Hypertension Self Care Activities
darah untuk mengetahui dan mengontrol
Among African American
tekanan darah bagi lansia. Diharapkan
Adults.Journal of Community
dapat melakukan penelitian lebih lanjut
Health, 37(1) , 15-24.
mengenai variabel lain yang berhubungan
dengan hal-hal lainnya yang
Han, H. R. et al. (2014). Development and
mempengaruhi Self Efficacy dengan
Validation of The Hypertension

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 137


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

Self- Care Profile: A Practical Moeloek, N. (2016). Peraturan Menteri


Tool to Measure Hypertension Kesehatan RI No.25 Th.2016
Self-Care. Journal Cardiovascular Tentang Rencana Aksi
Nursing.29(3):e11e20.Doi:10.1097/ Nasional Kesehatan lamsia tahun
JCN. 0b013e3182a3fd 46. 2016-2019.Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Harsono, J. (2017). Hubungan Efikasi Diri
dengan Management Perawatan Muchtadi, D. (2011). Gizi Anti Penuaan
Diri pada Penderita Hipertensi di Dini. Bandung: Alfabeta.
Desa Pringapus Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang. Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Perilaku
Skripsi Fakultas Keperawatan Kesehatan. Jakarta :
Universitas Ngudi Waluyo Rineka Cipta.
Ungaran.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku
Hendiarto,Y. & Hamidah. (2014). Kesehatan. Jakarta: Rineka
Hubungan Antara Self
Cipta.
Efficacy Dengan Perilaku Sehat
Pada Penderita Jantung Koroner.
Nugroho, W. (2012). Keperawatan
Jurnal Psikologi Klinis Dan
Gerontik dan Geriatrik (Edisi 3
Kesehatan Mental.3.(2).Hal 85-89.
ed.). Jakarta: EGC. Contenporary
Edutational Psychologi.28, hal 129-
Hu & Arao. (2013). Validation of Chinese
160.
Version of The Self Efficacy for
Managing Chronic Disease 6-Item
Nursalam. (2013). Konsep & Penerapan
Scale in Patients with
Metedologi Penelitian Ilmu
Hypertension Primary Care. ISRN
Keperawatan: Pedoman
Public Health.
Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian.Jakarta: PT. Salemba
Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan
Medika.
Indonesia.Jakarta: Kemeterian
Kesehatan Republik
Nursalam. (2015). Metedologi penelitian
Indonesia
ilmu keperawatan:
pendekatan praktis edisi 4.Jakarta:
Kurniadi, H., & Ulfa, N. (2014). STOP!
Salemba Medika.
Gejala Penyakit Jantung Koroner,
Kolesterol Tinggi, Diabetes
Nwinee, J. (2011). Socio Behavioural Self
Mellitus, Hipertensi. Yogyakarta:
Care Management Nursing model.
Istana Medika.
West African Journal of
Nursing 22 , 91-98.
Lam, M. (2012). Perawatan Penderita
Hipertensi di Rumah
Orem, D. (2001). Nursing: Concept of
Keluarga Suku Batak dan
Practice. St louis: Mosby Inc:
Suku Jawa. pp. 10-13.
The C.V. Mosby
Company.
Lee,J.E. et al. (2010). Correlates Of Self
Care Behaviours For Managing
Pakseresht, M. et al. (2010). Awarness Of
Hypertension Among Korean
Chronic Disease Diagnosis
American: AQuestionare
Amongst Family Members
Survey.International Journal Of
Is Associated With Healthy Dietary
Nursing Studies,47, 411-417.
Knowledge But Not Behaviour
Amongst Inuit In Arctic Canada.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 138


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017

Journal of Hummannutrition And Wahyuningsih, & A, E. (2013). Faktor


Dietetics. yang Mempengaruhi Kejadian
Hipertensi pada Lanjut Usia
Passer, M.W., & Smith, R.E.(2009). ,Jurnal Ners dan Ilmu
Psychologi. The Science Of Keperawatan. 71-75.
Mind And Behaviour.
Contenporary Edutational
Wantiyah.(2010). Analisis Faktor-Faktor
Psychologi. 28, hal 129-160.
yang Mempengarhi Efikasi Diri
Pasien Penyakit Jantung Koroner
Permatasari, L., Lukman, M., Supriadi.
dalam Konteks Asuhan
(2014). Hubungan Dukungan
Keperawatan Di RSD dr. Soebanji
Keluarga dan Efikasi Diri dengan
Jember. Tesis FIKUI
Perawatan Diri Lansia Hipertensi.
Jurnal Kesehatan Komunitas
WHO. (2013). World Health
Indonesia.
Organization.a Global Brief on
Hypertension: Silent Killer,
Prasetyo, A. (2012). Analisis Faktor-
Global Public Health Crisis .
Faktor yang Berhubungan dengan
Self Care Management pada
Yang, et al. (2014). Correlates of Self
Asuhan Keperawatan Pasien
Care Behaviours Among Low-
Hipertensi di RSUD Kudus. Tesis
Income Elderly Women With
Fakultas Ilmu Keperawatan
Hypertension in South
Universitas Indonesia.
Korea.Journal of Obstetric,
Gynecologi, and Neonatal Nursing
Pusat Data dan Informasi. (2014). 43(1) , 97-106.
Hipertensi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Richard, S. (2012). Self Care a Nursing


Essential. Self Care Forum
Board Member.

Schunk, D. (2012). Learning Theories an


Educational Perspective (eds. ke 6).
Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian


Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan
Manual dan spss. Jakarta: Kencana.

Ridwan, M. (2010). Mengenal, Mencegah,


Mengatasi Silent Killer
Hipertensi. Semarang: Pustaka
Widyarma.

Taylor, Peplau, & Sears. (2009). Psikologi


Sosial (ed. ke 12). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 139


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai