Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN XEROSTOMIA PADA MASYARAKAT DI DESA

KEMBUAN KECAMATAN TONDANO UTARA

1
Brian Tumengkol
2
Pieter L. Suling
2
Aurelia Supit

1
Kandidat Skripsi Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
3
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: Briand.b17x@gmail.com

Abstract: Xerostomia is a symptom of subjective perception of dry mouth, generally associated with
reduced salivary flow. This was a descriptive study that aimed to determine the profile of xerostomia
among the community in Kembuan village, North Tondano. There were 83 samples obtained by using
purposive sampling technique. Data were obtained by questionnaire and examination of salivary flow of
the respondents. The results showed that there were 33 respondents with xerostomia. Females were 18
respondents meanwhile males were 15 respondents. The age group 61-70 years consisted of 15
respondents showed the highest percentage 45.45%. Diabetes mellitus is found in 11 respondents
(78.57%). Antihypertensive agents were the most common drugs that were used by the respondents
(38.46%). Conclusion: In Kembuan village, North Tondano, xerostomia was more frequent among the
groups: age 61-70 years, females, suffering from diabetes mellitus, and using anti hypertensive agents
Keywords: xerostomia, gender, age, systemic disease, drugs

Abstrak: Xerostomia merupakan gejala atau tanda-tanda yang dirasakan oleh seseorang yang merupakan
persepsi subjektif dari mulut kering yang pada umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran saliva.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran Xerostomia pada masyarakat
di desa Kembuan, kecamatan Tondano Utara. Sampel penelitian sebanyak 83 orang yang diambil dengan
teknik purposive sampling. Data diperoleh berdasarkan kuesioner penelitian dan pemeriksaan laju aliran
saliva terhadap responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xerostomia pada masyarakat desa
Kembuan, kecamatan Tondano Utara berjumlah 33 responden. Jenis kelamin perempuan ditemukan
sejumlah 18 responden, dan laki-laki 15 responden. Rentang usia tersering 61-70 tahun sejumlah 15
responden. Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemik yang tersering menyertai xerostomia
dibandingkan penyakit sistemik lainnya yaitu sejumlah 11 responden. Obat-obat antihipertensi merupakan
kelompok obat tersering menyertai xerostomia seumlah 5 responden. Simpulan: Di desa Kembuan,
Tondano Utara, xerostomia lebih sering ditemukan pada kelompok usia 61-70 tahun, jenis kelamin
perempuan, menyandang diabetes melitus, dan menggunakan obat antihipertensi.
Kata kunci: xerostomia, jenis kelamin, usia, penyakit sistemik, obat

Xerostomia merupakan gejala atau tanda- merupakan persepsi subjektif dari mulut kering.1
tanda yang dirasakan oleh seseorang yang Xerostomia biasanya terjadi dari berbagai

1
macam faktor, seperti gangguan pada sistem data yang pasti mengenai prevalensi dari
saraf, penggunaan obat-obatan, usia, gangguan Xerostomia.1
pada kelenjar ludah dan terapi dengan radiasi Desa Kembuan merupakan salah satu desa
2
pada daerah kepala dan leher. yang berada di kecamatan Tondano Utara,
Pada umumnya Xerostomia ini berhubungan kabupaten Minahasa, dengan jumlah penduduk
dengan berkurangnya aliran saliva atau 2.046 jiwa. Penelitian pada masyarakat di desa
3
hiposalivasi. Menurut Hasibuan, saliva Kembuan yang berhubungan dengan kesehatan
merupakan suatu cairan mulut yang kompleks, mulut dan jaringan sekitarnya belum pernah
tidak berwarna yang disekresikan dari kelenjar dilakukan khususnya mengenai Xerostomia.
saliva mayor dan minor untuk mempertahankan Berdasarkan latar belakang di atas penulis
3
homeostatis dalam rongga mulut. Produksi merasa tertarik untuk memperoleh data dan
saliva yang normal yaitu berkisar antara 500 ml melakukan penelitian tentang “Gambaran
– 1.5 L tiap hari dan 0,1 – 0,3 tiap menit, karena Xerostomia pada Masyarakat Desa Kembuan,
itu apabila saliva kurang dari produksi saliva Kecamatan Tondano Utara.”
4,5
yang normal akan terjadi mulut kering.
Saliva memiliki peran yang penting di dalam METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
rongga mulut yang berfungsi untuk menjaga
deskriptif dengan pendekatan cross-seksional.
rongga mulut tetap basah, membantu dalam
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
pengunyahan, penelanan, pencernaan dan proses
dilakukan dengan metode purposive sampling
bicara, sehingga apabila terjadi penurunan aliran
dimana sampel ialah masyarakat desa kembuan
saliva dapat menyebabkan rasa
yang berjumlah 83 responden yang memenuhi
ketidaknyamanan pada rongga mulut, nyeri,
kriteria inklusi yaitu Masyarakat yang berada di
peningkatkan tingkat karies gigi dan infeksi
desa Kembuan yang telah terdaftar dan menetap
mulut, serta menyebabkan kesulitan berbicara
yang berumur 40-70 tahun, memiliki penyakit
dan menelan makanan.6, 7
sistemik yang dapat menyebabkan Xerostomia,
Menurut International Dental Federation
obat-obatan yang berpengaruh menyebabkan
(IDF), 50% dari populasi usia 40-50 tahun
Xerostomia, sehat secara fisik dan mental, serta
mengalami penurunan aliran saliva dan
dapat berkomunikasi dengan baik dan Bersedia
meningkat hingga 70% pada usia 70 tahun.8
dengan sukarela untuk dijadikan sebagai subjek
Beberapa negara juga telah melaporkan
penelitian dan bersedia untuk dilakukan
prevalensi Xerostomia seperti Amerika Serikat
pemeriksaan rongga mulutnya.
(17,2%), Swedia (6,0%), New Zealand (10%)
Peneliti menggunakan kuesioner dan
dan Jepang (8.3%), sedangkan di Indonesia
pemeriksaan laju aliran saliva untuk
sendiri, bahkan di Sulawesi Utara belum ada

2
mengidentifikasi Xerostomia. Pada penyakit responden tidak mengalami Xerostomia
sistemik peneliti meneliti diabetes melitus dan (60,24%).
penyakit pernafasan. Pada responden yang Berikut ini distribusi Xerostomia
menggunakan obat-obatan peneliti meneliti berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
kelompok obat antihipertensi, antidiabetik, obat Tabel 2 di bawah ini.
kardiovaskular dan obat pernafasan yang
ditanyakan langsung pada responden. Tabel 2. Distribusi Xerostomia berdasarkan jenis
kelamin
HASIL PENELITIAN
Jenis kelamin n %
Penelitian ini sebelum dilakukan
pemeriksaan objektif, pertama dilakukan Perempuan 18 54,54
pemeriksaan subjektif dengan menggunakan Laki-laki 15 45,45
kuesioner Xerostomia yang berisi 10 pertanyaan, Jumlah 33 100,0
dimana didapatkan dari 83 responden semuanya
menjawab lebih dari 1 pertanyaan yang Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 33 responden
mengindikasi adanya Xerostomia, yang yang mengalami Xerostomia diketahui
merupakan syarat untuk selanjutnya dilakukan berjumlah 18 responden yang berjenis kelamin
pemeriksaan laju aliran saliva. perempuan (54.54%) dan 15 responden yang
Berikut ini distribusi Xerostomia berjenis kelamin laki-laki (45.45%).
berdasarkan pengukuran laju aliran saliva dapat Distribusi Xerostomia berdasarkan usia
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi Xerostomia berdasarkan Tabel 3. Distribusi Xerostomia berdasarkan usia


pengukuran laju aliran saliva dalam
keadaan istirahat Rentang usia
n %
(tahun)
Kategori n %
40-50 8 24,24
Xerostomia 33 39,76 51-60 10 30,30
Tidak Xerostomia 50 60,24 61-70 15 45,45
Total 83 100,0 Jumlah 33 100,0

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 83 jumlah Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 33 responden

responden diketahui 33 responden mengalami diketahui rentang usia 61-70 tahun yang

Xerostomia (39,76%) dan sebanyak 50 mengalami Xerostomia terbanyak yaitu


berjumlah 15 reponden (45,45%) dan yang

3
paling sedikit yaitu rentang usia 40-50 tahun Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 33
yang berjumlah 8 responden (24,24%). responden yang mengalami Xerostomia,
Berikut ini distribusi Xerostomia diketahui 11 responden (78,57%) disebabkan
berdasarkan penyebabnya dapat dilihat pada oleh penyakit sistemik Diabetes Mellitus, 3
Tabel 4 di bawah ini. responden (21,43%) disebabkan oleh penyakit
pernafasan
Tabel 4. Distribusi Xerostomia berdasarkan Berikut ini distribusi Xerostomia
penyebabnya berdasarkan penyakit sistemik yang dapat
Penyebab n % menyebabkan Xerostomia dapat dilihat pada
Penyakit sistemik 14 42,42 Tabel 6 di bawah ini.
Efek obat-obatan 13 39,39
Tabel 6. Distribusi Xerostomia berdasarkan
Penyebab lain 6 18,18 obat-obatan yang dikonsumsi sebagai
penyebab
Jumlah 33 100,0 Obat-obatan yang n %
dikonsumsi
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 33 Antihipertensi 5 38,46
responden yang mengalami Xerostomia, Antidiabetik 4 30,77
diketahui 14 responden (42,42%) disebabkan Obat Kardiovaskular 1 7,69
oleh penyakit sistemik, 13 responden (39,39%) Obat pernafasan 3 23,07
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan dan 6 Jumlah 13 100.0
responden (18.18%) karena penyebab lain.
Berikut ini distribusi Xerostomia Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 33
berdasarkan penyakit sistemik yang dapat responden yang mengalami Xerostomia, terdapat
menyebabkan Xerostomia dapat dilihat pada 5 responden (38,77%) yang mengalami
Tabel 5 di bawah ini. Xerostomia karena mengonsumsi obat
antihipertensi, 4 responden (30,77%) yang
Tabel 5. Distribusi Xerostomia berdasarkan mengalami Xerostomia karena mengonsumsi
penyakit sistemik sebagai penyebab obat antidiabetik, 1 responden (7,69%) yang
Penyakit sistemik n % mengalami Xerostomia karena mengonsumsi
Diabetes Mellitus 11 78,57 obat kardiovaskular dan 3 responden (23,07%)
Penyakit pernafasan 3 21,43 yang mengalami Xerostomia karena
Jumlah 14 100,0 mengonsumsi obat pernafasan.

4
BAHASAN yang berjenis kelamin perempuan mengalami
Data hasil pemeriksaan berdasarkan
Xerostomia lebih besar daripada responden yang
kuesioner yang berisi 10 pertanyaan yang
berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden
berkaitan dengan keluhan subjektif dari
yang berjenis kelamin perempuan yang
Xerostomia, menunjukkan semua responden
mengalami Xerostomia sebanyak 18 orang
memiliki gejala Xerostomia. Hasil ini
(54,54%) sedangkan jumlah responden yang
dikarenakan pemeriksaan yang dilakukan yaitu
berjenis kelamin laki-laki yang mengalami
pemeriksaan subjektif atau hanya menanyakan
Xerostomia sebanyak 15 responden (45,45%).
keluhan subjektif kepada responden. Oleh
Menurut pendapat peneliti pada penelitian ini
karena itu untuk memastikan responden
hasil yang dicapai sewajarnya demikian oleh
mengalami Xerostomia, selanjutnya dilakukan
karena jumlah responden perempuan 45 orang
pemeriksaan objektif melaui pemeriksaan laju
(54,22%) lebih besar dibandingkan jumlah
aliran saliva.
responden laki-laki yakni 38 orang (45,78%).
Hasil pemeriksaan laju aliran saliva yang
Teori yang ada menyatakan bahwa jenis kelamin
dilakukan memastikan bahwa hanya terdapat 33
memengaruhi prevalensi penderita. Pada
responden (39.76%) yang positip Xerostomia.
perempuan ukuran kelenjar salivanya lebih kecil
Pengukuran laju aliran saliva ini merupakan
dibandingkan pada laki-laki.8 Selain itu respon
metode yang paling efisien dan banyak
farmakokinetik yang berbeda terutama pada
digunakan oleh para ahli dan dokter gigi karena
obat-obat yang memengaruhi saraf otonom dan
metode ini ekonomis dan mudah dilakukan.
respon adrenergik ikut membedakan prevalensi
Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan
Xerostomia pada laki-laki dan perempuan.9 Hal
penelitian yang dilakukan oleh Angela yang
ini juga diperkuat oleh Begona R Gomez, dkk
meneliti prevalensi Xerostomia pada masyarakat
yang menyatakan bahwa Xerostomia banyak
di New Zealand yang hanya mendapatkan
ditemukan pada perempuan karena sering
prevalensi Xerostomia sekitar (13.1%).1
berkaitan dengan perubahan hormonal akibat
Penyebab perbedaan hasil ini dikarenakan
menopause.10 Pada penelitian ini peneliti tidak
variabilitas responden yang terlibat seperti
bisa menggunakan teori ini sebagai dasar dalam
perbedaan proporsi jumlah sampel, usia dan
pengambilan kesimpulan oleh karena
jenis kelamin dan metode penelitian yang
perbandingan jumlah responden laki-laki dan
dilakukan berbeda, yakni menggunakan
perempuan tidak sebanding.
kuesioner sedangkan peneliti menggunakan
Hasil distribusi Xerostomia berdasarkan usia
kuesioner dan pengukuran laju aliran saliva.
menunjukkan bahwa yang mengalami
Hasil distribusi Xerostomia berdasarkan
Xerostomia tertinggi pada usia 61 – 70 tahun
jenis kelamin menunjukkan bahwa responden
(45,45%). Kelompok usia ini sering disebut

5
dengan kelompok usia lanjut. Menurut Glore, Pada penderita Diabetes Mellitus, terjadi
dkk pertambahan usia dapat menyebabkan perubahan neuropati yang dapat mengurangi
terjadinya perubahan dan kemunduran fungsi kemampuan kelenjar saliva untuk menerima
kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang stimulus atau terjadi perubahan mikrovaskular
yang digantikan oleh jaringan lemak dan yang mengurangi kemampuan kelenjar saliva
penyambung yang mengakibatkan pengurangan untuk menerima stimuli.12 Kurangnya aliran
jumlah aliran saliva.11 Menurut Hasibuan, saliva dapat menjadi indikator kontrol glikemik
Xerostomia yang berkaitan dengan usia lanjut buruk pada pasien Diabetes Mellitus. Kondisi
disebabkan oleh adanya atropi pada kelenjar dehidrasi akibat peningkatan kadar glukosa
saliva yang dapat menurunkan produksi saliva, darah juga menimbulkan sensasi mulut kering.
namun tidak ada pembuktian bahwa Xerostomia Xerostomia pada penderita Diabetes Mellitus
semata-mata adalah hasil dari penuaan.3 juga sering dilaporkan terjadi kontrol metabolik
Hasil distribusi Xerostomia berdasarkan yang buruk. 13
penyebabnya, menunjukkan bahwa penyebab Hasil distribusi Xerostomia berdasarkan
lain di luar penyakit sistemik dan efek penggunaan obat-obatan yang menyebabkan
penggunaan obat-obatan memiliki jumlah yang Xerostomia, menunjukkan bahwa yang
paling sedikit yakni 6 responden (18,18%). mengalami Xerostomia terbanyak pada
Faktor yang tergolong dalam penyebab lain responden yang menggunakan kelompok obat-
dapat berupa gangguan lokal pada kelenjar obatan antihipertensi yaitu berjumlah 5 orang
saliva dan faktor fisiologis lainnya berupa (38.46%). Jenis obat antihipertensi seperti
kebiasaan bernafas melalui mulut, gangguan diuretik, ACE inhibitor dan antagonis kalsium
emosional dan sebagainya yang dapat semuanya telah dibuktikan mengakibatkan
memberikan pengaruh berupa berkurangnya Xerostomia, demikian pula dengan golongan
aliran saliva. penyekat beta yang telah berulang kali diuji
Hasil distribusi Xerostomia berdasarkan pengaruhnya terhadap Xerostomia.14 Semua
penyakit sistemik yang diderita responden, jenis obat antihipertensi mempunyai tujuan yang
menunjukkan bahwa penderita Xerostomia sama yaitu pada dasarnya pengobatan dengan
terbesar pada responden yang memiliki penyakit antihipertensi itu penting agar pasien dapat
sistemik Diabetes Mellitus, yaitu berjumlah 11 mencapai tekanan darah yang normal.15 Menurut
responden (78,57%). Menurut Hasibuan hal ini Bradley dan Gunthias obat antihipertensi dapat
disebabkan karena adanya gangguan dalam memengaruhi aliran saliva secara langsung dan
pengaturan air dan elektrolit, yang diikuti tidak langsung. Bila secara langsung akan
dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif memengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi
3
yang menyebabkan turunnya sekresi saliva. sitem saraf autonom atau dengan bereaksi pada

6
proses seluler yang diperlukan untuk saliva.5 dilakukan. Informasi yang didapat
Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan mengambarkan bahwa mereka mengonsumsi
sekresi yang lebih cair dan saraf simpatis obat-obat yang berkaitan dengan penyakit Asma
memproduksi saliva yang lebih sedikit dan dan satunya lagi karena adanya gangguan pada
kental, sedangkan secara tidak langsung akan saluran pernafasan.
memengaruhi saliva dengan mengubah
SIMPULAN
keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
5
memengaruhi aliran darah ke kelenjar. Menurut pembahasan maka, dapat diambil kesimpulan
Scully yang dikutip dari penelitian yang bahwa gambaran Xerostomia pada masyarakat
dilakukan oleh Marlisa terhadap hubungan obat- desa Kembuan, kecamatan Tondano Utara yaitu
obatan antihipertensi terhadap terjadinya sebesar 39,76%, yaitu dengan Gambaran
Xerostomia menyatakan obat ini dapat Xerostomia pada masyarakat desa Kembuan
mengubah jalan saraf yang merangsang sekresi pada jenis kelamin perempuan sebesar 54,54%
kelenjar ludah dan selain untuk menurunkan dan pada laki-laki yaitu sebesar 45.45%.
tekanan darah, obat ini juga memiliki efek Gambaran Xerostomia lebih banyak ditemukan
samping simpatomimetik yaitu memiliki efek pada kelompok usia 61-70 tahun yaitu sebesar
16
untuk merangsang saraf. Obat antihipertensi 45,45%. Diabetes Mellitus merupakan penyakit
menghambat simpatomimetik perifer dan sistemik yang memiliki gambaran Xerostomia
turunnya tekanan darah merupakan hasil dari terbesar yang ditemukan pada masyarakat desa
stimulasi reseptor α-2 pada batang otak sehingga Kembuan yaitu sebesar 78,57% dibandingkan
dengan berlangsungnya aktivitas ini, kekeringan dengan penyakit sistemik lainnya. Penggunaan
1
mulut dapat terjadi. obat-obatan antihipertensi merupakan kelompok
Responden yang mengonsumsi obat obat yang memiliki prevalensi Xerostomia
pernafasan berjumlah 3 responden (23.07%). terbesar yang ditemukan pada masyarakat di
Peneliti berpendapat bahwa hasil yang diperoleh desa Kembuan yaitu 38,46%.
belum menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Xerostomia yang terjadi bisa saja SARAN
bukan disebabkan oleh karena konsumsi obat- Disarankan kepada Dinas Kesehatan
obatan pernafasan, namun bisa juga terjadi khususnya di daerah Minahasa untuk lebih
karena pengaruh usia yang semakin lanjut atau meningkatkan kegiatan yang mencakup
pengaruh jenis kelamin. Pada penelitian yang sosialisasi kepada masyarakat tentang
dilakukan, peneliti kurang menggali informasi pentingnya kesehatan gigi dan mulut dan
lebih mendalam tentang jenis obat yang penyakit-penyakit mulut, termasuk Xerostomia
dikonsumsi serta lamanya konsumsi obat dan Diharapkan kepada peneliti selanjutnya

7
untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut 10. Gomez BR, Vallejo GH, Fuente LA, Cantor
ML, Diaz M, Lopez-pintor RM. The
dengan variabel yang lebih spesifik lagi,
relationship between the levels of salivary
sehingga hasilnya dapat digunakan secara umum cortisol and presence of xerostomia in
menopause women. A preliminary study.
untuk pengembangan kesehatan gigi terutama di
Med Oral Patol Oral Cir Bucal
bidang penyakit mulut. 2006;11(5):407-12.
11. Glore RJ, Spiteri SK, Paleri V. A patient
with dry mouth. Blackwell LTD Clinical
DAFTAR PUSTAKA Otalaryngologi 2009;34:358-363
1. Angela Benn. Xerostomia among adult New 12. Moore AP, Guggenheimer J, Etzel KR,
Zealenders: a national survey. M Com Dent weyant RJ, Orchard T. Type 1 Diabetes
2012:8-9. mellitus, xerostomia and salivary flow rates.
2. Borgnakke WS, Taylor GW, Anderson PF, Oral Surg Med Oral Pathol Oral Radiol
Shannon MC. Dry mouth (xerostomia): Endod 2001;92 :281-91.
diagnosis, causes, complications and oral 13. Khovidhunkit SP, et al. Xerostomia,
treatment. Research Review [online]. 2011. hyposalivation and oral microbiota in type 2
[cited 2013 May 21] Available URL: diabetic patient: a premliminary study. J
http://www.deltadentalaid.com/docs/files/dr Med Assoc Thai 2009;92(9):1220-8
y-mouth-recearch-reviews-for-dental- 14. Kessler AJ. Xerostomia. Academy of
professionals-2011-08%5Bl%5D.pdf General Dentistry [online]. 2009 [cited 2013
3. Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau May 19] Available URL:
dari faktor penyebab, manifestasi dan http://www.Providentdentistry.com/portals/0
penanggulangannya. USU digital library. / FSdrymouthx.pdf
2002:1-8. 15. Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burkets
4. Amerongen AVN. Ludah dan kelenjar oral medicine. 11th ed. BC Decker Inc 2008;
ludah: arti bagi kesehatan gigi. 2nd ed. Gajah p. 191-9,214-6
Mada University Press 1992; h:194-212. 16. Marlisa. Hubungan obat-obatan
5. Bradley PJ, Gunthias-Lichius O. Salivary antihipertensi terhadap terjadinya
gland disorders and diseases: Diagnosis and xerostomia [online]. 2011 [cited 2013 2
management; 2011. p. 123-7. October]. Available URL:
6. Turner MD, Ship JA. Dry mouth and its http://repository.usu.ac.id/
effects on the oral of elderly people. JADA /handle/123456789/22597
2007;138:15-20.
7. Rad M, Chamani G, Shahravan A, Hedayati
N, Alizadeh F. Survey of prevalence of
xerostomia in a population of Kerman, Iran,
attending medical and dental clinics. J Oral
Health Oral Epidemol [online]. 2013 [cited
2013 may 21];2(1):1-7 Available from URL:
http://johoe.kmu.ac.ir/index.php/johoe/articl
e/download/29/ 48
8. Hopcraft MS, Tan C. Xerostomia: an update
for clinicians. Australian Dental Journal
2010;55:238-44.
9. Ikebe K, Sajima H, Kobayashi S, Hata K,
Morii K, Nokubi T et al. Association of
salivary flow rate with oral function in a
sample of community-dweling older adults
in Japan. Oral Surg Oral Med Oral Pathol
Oral Radiol Endod 2002;94 : 184-90.

Anda mungkin juga menyukai