Anda di halaman 1dari 21

OBAT SISTEM GASTROINTESTINAL

I. OBAT PENYAKIT ASAM PEPTIK


II. STIMULAN MOTILITAS SALURAN CERNA
III. LAKSATIF
IV. AGEN ANTI-DIARE
V. ANTI-EMETIK
VI. SUPLEMEN ENZIM PANKREAS
VII. TERAPI BATU EMPEDU
VIII. TERAPI PERDARAHAN LAMBUNG
IX. OBAT IBS/IBD

I. OBAT PENYAKIT ASAM PEPTIK


OBAT YANG MENURUNKAN KEASAMAN INTRA-GASTER

1. Antasida,
Kapasitas netralisasi asam antasida tergantung pada :
a. Kecepatan disolusi (tablet vs. cairan)
b. Kelarutan dalam air
c. Kecepatan reaksi dengan asam
d. Kecepatan pengosongan lambung

Kegagalan terapi antasida :


a. Frekuensi pemberian obat tidak sesuai
b. Dosis tidak adekuat
c. Pemilihan sediaan tidak tepat
d. Pengeluaran sekresi asam lambung saat tidur tidak terkontrol
Berdasarkan cara pemberian :
a. Antasida sistemik àdiberikan untuk memperbaiki pH tubuh (asidosis metabolik)
-> (Sodium bikarbonat/bicnat)

Na2CO3 + 2HCl à 2NaCl (bersifat menahan air) + H2O + CO2 (menimbulkan kembung)
Sediaan : tablet 500 – 1000 mg (1 gram dapat menetralkan 12 Meq)
Dosis anjuran : 1 – 4 gram
Pemberian : 1 jam sesudah makan

b. Antasida topikal : diberikan untuk memperbaiki pH lambung


Efek samping secara umum:
- Batu ginjal : aluminium hidroksida dan fosfat dapat menjadi senyawa sukar larut
- Neurotoksisitas : akumulasi aluminium di dalam otak
- Gangguan absorpsi obat lain : antasida menurunkan absorpsi lambung

Kalsium karbonat : CaCO3 + 2HCl  CaCl2 (milk-alkali syndrome) + H2O + CO2


Efek samping : Milk-alkali syndrome (metabolik alkalosis, hiperkalsemia, insufisiensi
renal) : penumpukan CaCl2 dan kalsium dari produk susu -> batu ginjal
Sediaan : tablet 600 – 1000 mg (1 gram dapat menetralkan 21 Meq)
Dosis anjuran : 1 – 2 gram

Magnesium hidroksida : Mg(OH)2 + 2HCl à MgCl2 (menimbulkan diare) + H2O


Aluminium hidroksida : Al(OH)3 + 3HCl à AlCl3 (menimbulkan konstipasi) + 3H2O
Dikombinasikan secara bersama untuk saling meniadakan efek sampingnya.
Urutan daya netralisasi asam dari yang tinggi ke rendah : CaCO3, MgCO3, MgO2, MgOH,
Al(OH)2, Na2CO3
2. Antagonis reseptor H2

Indikasi :
a. GERD : digunakan sebagai profilaksis sebelum makan untuk mengurangi nyeri lambung.
Dosis (lihat tabel)
b. Ulkus peptikum à efektif pada ulkus karena sekresi lambung dan NSAID, diberikan satu kali
sebelum tidur.
c. Dispepsia non-ulkus
d. Pencegahan perdarahan lambung karena stress à pasien stress / trauma mengalami
peningkatan asam lambung à mudah terjadi perdarahan.

Efek samping :
a. Gangguan SSP terutama pada pemberian intravena pasien dengan gangguan hepar dan
ginjal
b. Melewati sawar plasenta à walaupun tidak merusak janin tetapi pemakaian harus hati-hati
c. Disekresi ke ASI à mempengaruhi bayi menyusui
KHUSUS SIMETIDIN à berikatan dengan reseptor androgen. Hati-hati pada penggunaan
jangka lama. PADA PRIA à impotensi dan ginekomastia. PADA WANITA à galaktorea

Interaksi:
a. Simetidin mempengaruhi kuat sitokrom P450 à memperpanjang half-life obat yang
dimetabolisme sitokrom ini à HINDARI PEMAKAIAN SIMETIDIN
b. Ranitidin dan derivat lain lebih lemah mempengaruhi sitokrom P450 à dapat digunakan
dengan selang 1 jam
c. Ketokonazole à membutuhkan suasana asam untuk bekerja dan absorpsi terganggu hingga
50% dengan AH2 à Berikan 2 jam sebelum AH2

Farmakokinetik :
a. Sediaan : simetidin, ranitidin, famotidin, nizatidin
b. Simetidin, ranitidin dan famotidin à first pass hepatic metabolism à bioavailability 50%
c. Nizatidin à first pass hepatic metabolism lebih kecilà bioavailability 100%
d. Eliminasi : metabolisme hepar, filtrasi glomerulus dab sekresi tubular à hati-hati dengan
pasien gangguan hepar dan ginjal
e. Absorpsi diganggu makanan : pemberian dapat sebelum, bersama dan tepat selesai
makan.

Farmakodinamik :
a. Inhibitor kompetitif reseptor H2 di sel parietal à menekan basal dan meal-based sekresi
asam secara dose-dependent manner
b. Selektif hanya di reseptor H2
c. Lebih efektif untuk menghambat sekresi asam nokturnal (~90%) daripada meal-based (~60-
80%). Pada dosis biasa, inhibisi asam dapat mencapai 50% selama 10 jam à pemberian 2
kali sehari
3. Inhibitor pompa proton

Sediaan :
a. Omeprazole : kapsul 10 dan 20 mg
b. Esomeprazole : tablet salut enterik 20 dan 40 mg, vial 40 mg/10 ml
c. Lansoprazol : kapsul 15 dan 30 mg
d. Rabeprazol : tablet 10 mg
e. Pantoprazol : 20 dan 40 mg
Indikasi :
a. GERD : terapi terpilih, pemberian dosis tunggal dapat memperbaiki 85-90% gejala dan
kelainan pada pasien.
b. Ulkus peptikum
- Karena H. pylori à triple therapy : klaritromisin 2 x 500 mg dan amoxillin 2 x 1 g (10 - 14
hari) ditambah PPI (4 - 6 minggu)
- Karena NSAID
- Pencegahan ulkus pada penggunaan NSAID
c. Dispepsia non-ulkus
d. Pencegahan radang ambung karena stress
e. Gastrinoma dan kelainan hipersekresi lain.

Farmakokinetik:
a. Diberikan dalam bentuk pro-drug yang inaktif dan sangat labil dalam suasana asam à sediaan
acid-resistant enteric –coated capsule.
Aktivasi bentuk aktif sesudah absorpsi lumen justru membutuhkan suasana asam à interaksi
dengan AH2 pada pemberian bersamaan.
b. Pada pasien dengan NGT, kapsul bisa dibuka dan diberi bersama dengan jus apel.
c. Bioavailability terganggu makan à HARUS diberikan 1 jam sebelum makan
d. Sesudah melewati lambung, pada suasana lumen usus yang alkali obat dipecah dan
diabsorpsi menuju kompartemen asam (kanalikulus sel parietal
e. Di kanalikulus berubah struktur menjadi kation sulfonamid tiofilik aktif yang berikatan dengan
komplek H+K+ATPase à inaktivasi enzim pompa proton.
f. Menghambat 90-98% sekresi asam selama 24 jam sesudah pemberian 3 – 4 hari à butuh
waktu kerja lebih lama dari AH2 dan antasida.
g. Sesudah penghentian, dibutuhkan 3-4 hari agar sekresi asam lambung kembali normal
h. Penghambatan berlangsung 24-48 jam
i. 30 menit sebelum makan

Farmakodinamik:
a. Bekerja menghambat gugus sulfhidril enzim H +K+ATPase (komplek pompa proton) à
hambatan sekresi asam lambung.
b. Hambatan sekresi asam lambung lebih kuat dibanding AH 2 karena bekerja langsung di pompa
proton, sementara AH2 bekerja lewat histamin-based acid secretion.

Efek samping :
a. Diare, sakit kepala dapat timbul selama pemakaian
b. Efek teratogenik pada binatang coba tidak ada à namun pemakaian pada ibu hamil tetap
harus diawasi.
c. Gangguan absorpsi vitamin B12 yang membutuhkan asam
d. Infeksi enterik à asam lambung bagian dari pertahanan saluran cerna.

Interaksi:
a. Dengan obat yang membutuhkan kadar asam untuk bekerja à ketokonazole, digoksin
b. Dengan obat yang dimetabolisme di sitokrom P450.
AGEN PELINDUNG MUKOSA

1.Sukralfat

Indikasi :Ulkus duodenum dan lambung

Sediaan :Suspensi oral à diberikan 1 jam sebelum makan.

Farmakokinetik :
a. Bekerja secara topikal di saluran cerna à tidak diabsorpsi secara sistemik
b. Karena membutuhkan suasana asam à pemberian bersama AH2 dan PPI dapat merusak
bioavailabilitas.

Farmakodinamik :
a. Senyawa aluminium sukrosa sulfat bermuatan negatif à membentuk polimer mirip lem dalam
suasana asam dan terikat pada jaringan ulkus bermuatan positif secara selektif.
b. Bekerja sebagai sawar tukak dari HCl dan pepsin à menutup luka dari kerusakan lebih lanjut

Efek samping :
a. Bahan utamanya : senyawa aluminium à KONSTIPASI
b. Belum ada studi teratogenik à HATI-HATI pada wanita hamil

Interaksi :
a. Karena membentuk sawar à mengganggu absorpsi sebagian besar obat à pemberian asam
sukralfat dengan obat lain harus diberi inerval waktu 2 jam
2. Analog prostaglandin -> misoprostol

Indikasi :
a. Ulkus yang refrakter dengan AH2
b. Profilaksis kekambuhan tukak
c. Perdarahan saluran cerna yang masih memerlukan OAINS

Dosis dan sediaan :


a. Sediaan oral ; misoprostol
b. Dosis à 4 x 200 mg atau 2 x 400 mg

Efek samping :
a. Mual, sakit kepala, diare.
b. Bersifat uterotonik à dapat menimbulkan kontraksi rahim pada kehamilan. Pada kehamilan
trimester I, pemberian mengakibatkan perdarahan pada 50% wanita hamil dan 7% di
antaranya mengalami abortus

Farmakodinamik :
a. Analog metilester prostaglandin E1 à bekerja seperti prostaglandin yang memiliki efek protektif
pada lambung.
b. Bekerja menginduksi reseptor prostaglandin à inhibisi sekresi histamin à menurunkan sekresi
asam lambung
c. Memperbaiki sirkulasi darah di lambung.
d. Derivat pertama yang bisa diberikan secara oral : misoprostol
3. Senyawa bismuth koloidal -> bismuth subsalisilat

Efek samping :
a. Memberi warna kehitaman pada lidah
b. Gangguan CNS pada penggunaan jangka panjang

Farmakodinamik :
a. Bekerja seperti sukralfat à menutup ulkus dan erosi, membentuk lapisan pelindung.
b. Stimulasi prostaglandin.
c. Memiliki efek anti-mikroba secara langsung terhadap mikroba enterik à berguna untuk
traveller’s diarrhea dan H. pylori
d. Sediaan : bismuth subsalisilat.

Farmakokinetik :
a. 99% tidak diabsorpsi dan memasuki usus besar à memberi warna hitam pada tinja (sering
disalahsangka sebagai perdarahan lambung)
II. ANTI-EMETIK

1. Antagonis reseptor serotonin 5-HT3 di CTZ

Indikasi :
a. Mual dan muntah karena kemoterapi
b. Mual dan muntah sesudah radiasi / operasi

Sediaan : ondansentron, granisetron, dolasetron

Efek samping :
a. Pusing
b. Konstipasi
c. Perpanjangan QT interval à hati-hati pada kelainan jantung

Farmakokinetik : -> (-) interaksi


a. Waktu paruh 4 – 9 jam sehingga bisa diberikan satu kali sehari
b. Metabolisme di hati, eksresi di hati dan ginjal
c. TIDAK memiliki efek pada motilitas lambung dan esofagus tapi dapat memperlambat transit
kolon

Farmakodinamik :
a. Secara dominan menghambat reseptor serotonin 5-HT3 perifer di aferen vagal intestinal.
b. Menghambat reseptor 5-HT3 di pusat muntah à Efektif untuk muntah yang disebabkan oleh
stimulasi vagal / central, bukan motion sickness (sistem vestibuler yang didominasi reseptor
H1)
2. Anti-psikotik fenotiazin
Sediaan : proklorperazin, prometazin, thietilperazin
Efek samping : reaksi ekstra-piramidal (inhibisi reseptor dopamin)
Farmakodinamik :
a. Anti-emetik : Inhibisi reseptor dopamin dan muskarinik.
b. Sedatif : inhibisi reseptor histamin-1

3. Substituted benzamides
Sediaan : metokloperamid (tablet, sirup, suntik)
Efek samping : cemas, imsomnia, reaksi ekstra-piramidal
Farmakodinamik :
• Anti-emetik : Inhibisi reseptor dopamin-2 di saluran cerna dan pusat muntah
• Meningkatkan tekanan sfingter esofagus, mempercepat pengosongan lambung à prokinetik

4. Anti-histamin
a. Inhibisi reseptor H1
b. Sediaan : difenhidramin, dimenhidrinat

5. Anti-kolinergik
a. Inhibisi reseptor muskarinik
b. Sediaan : skopolamin

6. Anti-ansietas
7. Kanabinoid
8. Kortikosteroid
III. STIMULAN MOTILITAS SALURAN CERNA/ prokinetik

Kegunaan :
a. Meningkatkan tekanan sfingter esofagus bawah à mencegah refluks pada GERD
b. Mempercepat pengosongan lambung à berguna pada pasien gastroparesis dan pasien
sesudah operasi
c. Meningkatkan motilitas usus à berguna pada pasien ileus
d. Mempercepat transit kolon à berguna pada konstipasi

1. Agen mimetik kolin


• Sediaan : betanechol
• Indikasi : GERD dan gastroparesis
• Efek samping: kolinergik yang besar membuat obat ini sudah jarang dipakai.
• Farmakodinamik : Stimulasi reseptor muskarinik di otot dan sinaps pleksus mienterik

2. Metokloperamid, domperidon
Indikasi :
a. GERD
b. Gangguan pengosongan lambung
c. Pencegahan muntah
d. Dispepsia non-ulkus

Efek samping
a. Metokloperamid à reaksi ekstrapiramidal. Domperidone à tidak melewati BBB (lebih aman
dibanding metokloperamid)
b. Diare dan kram perut
Farmakodinamik
a. Stimulasi kolinergik
b. Metokloperamid dan domperidone juga memiliki aktivitas inhibisi reseptor dopamin à anti-
emetik
c. Meningkatkan tekanan sfingter esofagus, mempercepat pengosongan lambung à prokinetik

3. Makrolid
Sediaan : eritromisin (tablet, sirup, injeksi)
Indikasi : Gastroparesis

Farmakodinamik
a. Utama : antibiotik
b. Tambahan : stimulasi reseptor motilin di otot polos saluran cerna
IV. LAKSATIF
Dibagi menjadi 4 kelompok besar berdasarkan mekanisme :
a. Pencahar rangsang
Bekerja merangsang peristaltik usus, meningkatkan sekresi lendir dan cairan usus
Laxadine
b. Pencahar garam
Bekerja tidak langsung sebagai pencahar à garam menarik air ke lumen usus dan peningkatan
air di lumen menjadikan tinja lebih lembek
Garam Inggris
c. Pencahar pembentuk massa
Mengikat air dan ion ke lumen usus dan menjadikan tinja lebih banyak dan lembek
d. Pencahar emolien
Melunakkan tinja

Kontra-indikasi : Obstruksi usus


V. ANTI-DIARE

1. Agonis opioid
Sediaan : loperamid (tidak melewati BBB à tidak ada efek adiksi)

Farmakodinamik :
• Meningkatkan fase kolon – memperpanjang masa transit kolon (absorpsi air lebih banyak)
• Efek SSP dan adiksi sangat dominan à sediaan yang tidak memberikan efek negatif

2. Kaolin dan Pektin


Farmakodinamik :
a. Kaolin : magnesium aluminium silikat (atapulgit)
b. Pektin : karbohidrat sulit cerna
à Absorben bakteri, air dan toksin à memperkeras tinja

VI. SUPLEMEN ENZIM PANKREAS

Indikasi :
a. Gangguan pencernaan karena defisiensi enzim
b. Pankreatitis
c. Fibrosis kistik
d. Reseksi pankreas

Sediaan : tablet (diberi saat makan)


Sebagian besar enzim pankreas à derived from porcine pancreas (babi)
Farmakodinamik : Membantu proses pencernaan dengan mensubstitusi atau menambah enzim
pankreas : pankreatin dan pankrelipase (mengandung amilase, protease dan
lipase)
Farmakokinetik :Labil dalam asam (tersedia dalam sediaan kapsul salut enterik)

VII. TERAPI BATU EMPEDU

1. Ursodiol (Asam ursodeoksikolik)


Indikasi
a. Batu empedu (kolesterol) yang menolak atau tidak memenuhi syarat kolesistektomi
b. Preventif untuk pasien obesitas

Dosis : 10 mg/kg/hari selama 12-24 bulan à melarutkan batu kecil (5-10 mm)
Efek samping : diare

Farmakodinamik :
a. Garam empedu yang normal ada dalam tubuh (5%) à disolusi batu kolesterol
b. Menurunkan sekresi kolesterol hepar

Farmakokinetik
a. Absorpsi à konjugasi dengan glisin/taurin à disekresi ke kantung empedu.
b. Waktu paruh : 100 jam

Anda mungkin juga menyukai