Jurnal - Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Penglihatan Kabur
Jurnal - Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Penglihatan Kabur
Abstrak
Penyakit penglihatan kabur merupakan salah satu penyakit mata yang memiliki tingkat
kasus yang tinggi di Indonesia. Penyakit ini sulit dideteksi secara kasat mata dan pada banyak
kasus penyakit ini baru terdeteksi saat sudah parah. Penderita penyakit ini biasanya tidak sadar
terhadap gejala penyakit penglihatan kabur (blurred vision). Oleh karena itu dibutuhkan diagnosis
pakar untuk mengetahui penyakit ini. Akan tetapi, terbatasnya jumlah pakar mata di Indonesia juga
menjadi masalah yang harus ditangani. Pada tulisan ilmiah ini akan membahas penanganan
masalah diagnosis gejala penyakit mata penglihatan kabur dan keterbatasan jumlah pakar mata
dengan membangun sistem pakar melalui pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligent)
dengan memasukkan pengetahuan dan pengalaman pakar ke dalam sistem model program.
Didukung dengan metode Analytic Hierarchy Process Simple Additive Weighting (AHP-SAW) yang
merupakan metode terapan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan identifikasi suatu
kriteria yang diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari data uji pada penelitian ini,
pemodelan sistem pakar dapat melakukan diagnosis penyakit penglihatan kabur (blurred vision)
dengan tingkat akurasi > 85%.
Kata kunci: sistem pakar, diagnosis penyakit penglihatan kabur, AHP, SAW
2.5. Implementasi
Implementasi adalah tahap pembentukan
sistem, dalam tahap implementasi, semua hal
yang didapatkan dari proses studi literatur
diterapkan. Pembangunan sistem mengacu pada
tahap perancangan sistem. Pengembangan
Pada Gambar 2.4.1 dapat dilihat bahwa
sistem dilakukan dengan bahasa pemrograman
perancangan sistem terdiri dari tiga proses
HTML dan PHP. Tahapan-tahapan dalam
utama, yakni:
implementasi antara lain:
a. Input
1. Pembobotan nilai AHP kriteria penyakit
Input merupakan masukan dari pengguna
2. Perhitungan metode SAW dengan tujuan
memperoleh hasil pembobotan.
3. Output sistem berupa informasi hasil
diagnosis pada mata khusus penyakit peng-
lihatan kabur serta solusi penanganannya.
4. Pembuatan antarmuka.
2.6. Pengujian dan Analisis Sistem
Pengujian ditujukan untuk mengetahui apakah
sistem telah berjalan sesuai yang diharapkan.
Pengujian dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
1. Pengujian pertama yaitu pengujian
fungsionalitas. Pengujian ini dilakukan dengan
metode blackbox testing untuk mengetahui
fungsionalitas sistem apakah telah berjalan
sesuai harapan yang telah ditentukan.
Pengujian ini dilakukan oleh peneliti dan calon
pengguna.
2. Pengujian kedua yaitu pengujian akurasi
sistem dengan tujuan membandingkan hasil
diagnosis sistem dengan hasil diagnosis pakar
untuk mendapatkan tingkat akurasi sistem.
2.7 Pengambilan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
memeriksa hasil uji fungsionalitas dan akurasi
sehingga kualitas sistem dapat dievaluasi dan
peneliti dapat menghasilkan saran-saran untuk
perbaikan sistem kedepan jika dibutuhkan.
Kesimpulan berisi informasi yang dapat
memudahkan peneliti lain dalam Gambar 3.3 Laman Antarmuka Sistem Pakar
mengembangkan penelitian lain. Sistem pakar harus diuji terlebih dahulu untuk
3. Hasil dan Pembahasan mendapatkan hasil yang komprehensif dalam
Setelah melalui tahapan perancangan seperti mendiagnosa penyakit penglihatan kabur.
pada gambar bagan 3.1 dan implementasi sistem Pemodelan sistem pakar diagnosis ini diuji
pada gambar bagan 3.2, terciptalah pemodelan melalui pengujian sesuai pada gambar bagan 3.4
sistem pakar diagnosis penyakit penglihatan berikut:
kabur dengan laman antarmuka gambar 3.3.
Nilai Akurasi = X 100% = 87% (3-2)