Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


DI PUSKESMAS GODEAN I SLEMAN
PERIODE 6-18 JUNI 2016

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh:
Monika Meitasari Astuti, S.Farm. (158115149)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
ii
iii
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan berkat-
Nya yang begitu luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Godean I Sleman periode 6-18 Juni 2015
dengan baik. Laporan praktek kerja ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Apoteker di Program Studi Profesi Apoteker dan sebagai
dokumentasi dari praktek kerja yang penyusun lakukan di Puskesmas Godean I
Sleman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat-Nya yang luar biasa sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan PKPA ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Ibu Aris Widayati,
M.Sc., Ph.D., Apt.
3. Ibu Dr. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt. M.Kes. selaku Ketua Program
Studi Profesi Apoteker Universitas Sanata Dharma
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku Wakil Ketua Program
Studi Profesi Apoteker Universitas Sanata Dharma sekaligus sebagai
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan dorongan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Muhammad Daroji, S.KM., MPH. selaku Kepala Puskesmas
Godean I yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
melakukan praktek kerja.
6. Intan Meilasani., S.Farm., Apt. selaku Apoteker Puskesmas Godean I
yang telah memberikan bimbingan, dorongan, serta saran selama penulis
melakukan praktek kerja
7. Ibu Aryati dan Sdr Wijaya selaku Asisten Apoteker Puskesmas Godean I
yang telah membantu dan mengarahkan selama penulis melakukan praktek
kerja.
8. Segenap Karyawan Puskesmas Godean I yang telah mendukung dan
memotivasi penulis selama praktek kerja.

iv
9. Teman-teman Mahasiswa Profesi Apoteker USD untuk kebersamaan dan
kerja samanya
10. Orang tua, keluarga, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu yang selalu mendukung
Penulis menyadari bahwa pada proses penyusunan laporan PKPA ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi

pembaca sekalian.

Yogyakarta, Juni 2016

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

PRAKATA....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ................................................................................. 1

B.Tujuan............................................................................................... 2

C.Manfaat............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas ....................................................................................... 3

B. Standar Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas ................................ 4

1.Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai......................... 4

2.Pelayanan Farmasi Klinik............................................................. 10

C. Kompetensi Sumber Daya Manusia ................................................ 16

1.Kompetensi Apoteker ................................................................... 18

D. Sarana dan Prasarana....................................................................... 18

1. Ruang Penerimaan Resep ............................................................ 18

vi
2. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan ....................................... 18

3. Ruang Penyerahan Obat .............................................................. 18

4. Ruang Konseling ......................................................................... 19

5. Ruang Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai .......... 19

6. Ruang Arsip................................................................................. 19

E. Pengendalian Mutu .......................................................................... 20

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Puskesmas Godean I ............................................................ 24

1. Visi ........................................................................................... 24

2. Misi........................................................................................... 24

3. Unit Farmasi/Ruang Obat Puskesmas Godean I ...................... 25

B. Aspek Manajemen Persediaan Obat dan Administrasi

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Administrasi ...................... 25

2. Permintaan Obat dan Bahan Habis Pakai................................. 26

3. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai .................. 27

C. Aspek Distribusi Sediaan Farmasi ................................................. 29

D. Evaluasi .......................................................................................... 36

1. Audit Sediaan Farmasi ............................................................. 36

2. Audit SOP Manajemen............................................................. 37

3. Audit SOP Distribusi................................................................ 39

BAB IV TUGAS-TUGAS

Tugas Skrining Resep........................................................................... 40

vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..................................................................................... 53

B. Saran............................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54

LAMPIRAN..................................................................................................... 56

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prosedur Tetap Pembuatan LPLPO di Puskesmas ....................... 26

Gambar 2. Prosedur Tetap Penyimpanan dan penyusunan Obat ................... 27

Gambar 3. Prosedur tetap penyimpanan obat di almari es ............................. 29

Gambar 4. Prosedur Tetap Pengelolaan Gudang Obat Puskesmas Godean I. 31

Gambar 5. Prosedur tetap Pengelolaan Obat Psikotropika............................. 33

Gambar 6. Prosedur Tetap Pemusnahan Obat Rusak dan Kadaluwarsa di

Puskesmas Godean I ........................................................................................ 34

Gambar 7.Prosedur Tetap Pengambilan Data Survey Kepuasan Pelanggan

Puskesmas Godean I ........................................................................................ 39

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Puskesmas Godean I .................................................................. 56

Lampiran 2. Gudang Obat .............................................................................. 56

Lampiran 3. Rak/lemari penyiapan obat ........................................................ 57

Lampiran 4. Penyimpanan Cold Chain Product ............................................ 57

Lampiran 5. Lemari Penyimpanan Psikotropika............................................ 58

Lampiran 6. Kartu Stok .................................................................................. 58

Lampiran 7. Contoh Survey Kepuasan Pelanggan......................................... 59

x
LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari kesejahteraan


masyarakat. Kesehatan juga merupakan kebutuhan dasar manusia. Upaya
pemenuhan kesehatan masyarakat dilakukan dalam suatu kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan. Upaya-upaya
tersebut dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pasal 28 H ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga
menegaskan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Salah satu upaya pemerintah dalam
peningkatan kesehatan masyarakat adalah dengan mendirikan unit pelayanan
kesehatan terpadu bagi masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium
(Permenkes, 2014). Bidang farmasi tidak dapat dipisahkan dari
keberlangsungan sistem yang terdapat di Puskesmas. Aspek manajemen
persediaan obat, administrasi, dan distribusi merupakan bagian yang penting
dalam menjalankan praktik kefarmasian di Puskesmas.

Periode 6-18 Juni 2016 1


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Berdasarkan uraian diatas, Program Studi Profesi Apoteker Universitas


Sanata Dharma bekerja sama dengan Puskesmas Godean I memberikan
kesempatan kepada mahasiswa profesi apoteker untuk mempelajari dan
melakukan praktek kerja secara langsung dalam bidang kerja profesinya.

B. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Godean I
adalah:
1. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, dan tanggung
jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
3. Memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat
dan mempelajari strategi dan pengembangan puskesmas.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di puskesmas.
C. Manfaaat
Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Godean I
adalah agar calon apoteker:
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan
kefarmasian di puskesmas.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di puskesmas.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang
professional di puskesmas.

Periode 6-18 Juni 2016 2


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
1. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
2. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. hidup dalam lingkungan sehat
4. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 75 (2014) tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
paling sedikit terdiri atas:
1. kepala Puskesmas
2. kepala sub bagian tata usaha
3. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. penanggung jawab UKP
5. kefarmasian dan Laboratorium
6. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.

Periode 6-18 Juni 2016 3


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

B. Standar Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas,
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan
masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug
oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care)
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Berdasarkan Permenkes nomor 30 tahun 2014, Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas meliputi:
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.

Periode 6-18 Juni 2016 4


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan


tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik.
Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan
jumlah Obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1) perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai yang mendekati kebutuhan;
2) meningkatkan penggunaan Obat secara rasional;
dan
3) meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang
Farmasi di Puskesmas. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi Obat periode sebelumnya, data mutasi
Obat, dan rencana pengembangan.
Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga
harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan
tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter
gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang
berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun
dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta

Periode 6-18 Juni 2016 5


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan


Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan
melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Obat
Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran
yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat,
buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
b. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah memenuhi kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat.
c. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
suatu kegiatan dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Obat
yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan
pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan
terhadap Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Obat, bentuk

Periode 6-18 Juni 2016 6


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh


petugas penerima, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila
tidak memenuhi syarat, maka petugas penerima dapat
mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Obat yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas
ditambah satu bulan.
d. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan
fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) bentuk dan jenis sediaan
2) stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
3) mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan
4) narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari
khusus.
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi di fasilitas produksi, fasilitas distribusi,
dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga
keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi. Tempat penyimpanan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang,
ruangan, atau lemari khusus. Tempat penyimpanan
Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang

Periode 6-18 Juni 2016 7


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

selain Psikotropika. Lemari khusus harus memenuhi syarat


sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2015):
a) Terbuat dari bahan yang kuat; tidak mudah
dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda
b) Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut
gudang, untuk instalasi farmasi pemerintah
c) Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat
oleh umum, untuk apotek, instalasi farmasi rumah
sakit, puskesmas, instalasi farmasi klinik, dan
lembaga ilmu pengetahuan
d) Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker
penanggung jawab/apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan.

e. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan
jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub
unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit
di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1) Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan
Puskesmas
2) Puskesmas Pembantu
3) Puskesmas Keliling
4) Posyandu; dan

Periode 6-18 Juni 2016 8


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

5) Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD,
dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai
resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali
minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

f. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Obat terdiri dari:
1) Pengendalian persediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai secara tertib, baik Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan
dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:
1) Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan
2) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian; dan
Periode 6-18 Juni 2016 9
LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

3) Sumber data untuk pembuatan laporan.


h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan
untuk:
1) mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan
dalam pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan
2) memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
3) memberikan penilaian terhadap capaian kinerja
pengelolaan.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat
menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai.
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain
dan kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan
Kefarmasian.

Periode 6-18 Juni 2016 10


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam


rangka meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian
Informasi Obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun
rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien.
2) Nama, dan paraf dokter.
3) Tanggal resep.
4) Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan.
2) Dosis dan jumlah Obat.
3) Stabilitas dan ketersediaan.
4) Aturan dan cara penggunaan.
5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran
Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan Obat.
2) Duplikasi pengobatan.
3) Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4) Kontra indikasi.
5) Efek adiktif.

Periode 6-18 Juni 2016 11


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian


Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan
label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada
tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas,
pasien dan masyarakat.
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan
yang berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan
permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai).
3) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada
konsumen secara pro aktif dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga
kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster,
majalah dinding dan lain-lain.
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat
jalan dan rawat inap, serta masyarakat.

Periode 6-18 Juni 2016 12


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

5) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi


tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6) Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
c. Konseling
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan Obat.
Kegiatan:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan
pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang
dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode
pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya
apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara
penggunaan Obat
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman
pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan
Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
d. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi

Periode 6-18 Juni 2016 13


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan


lain-lain.
Tujuan:
1) Memeriksa Obat pasien.
2) Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam
pemilihan Obat dengan mempertimbangkan
diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait
dengan penggunaan Obat.
4) Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim
profesi kesehatan dalam terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan,
pembuatan dokumentasi dan rekomendasi.
e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
1) Menemukan efek samping Obat sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya
jarang.
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping
Obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja
ditemukan.
Kegiatan:
1) Menganalisis laporan efek samping Obat.
2) Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai
resiko tinggi mengalami efek samping Obat.

Periode 6-18 Juni 2016 14


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat


(MESO).
4) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping
Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping
Obat.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Tujuan:
1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah
yang terkait dengan Obat.
Kriteria pasien:
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3) Adanya multidiagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan
reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2) Membuat catatan awal.
3) Memperkenalkan diri pada pasien.
4) Memberikan penjelasan pada pasien.

Periode 6-18 Juni 2016 15


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

5) Mengambil data yang dibutuhkan.


6) Melakukan evaluasi.
7) Memberikan rekomendasi.
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi
penggunaan Obat secara terstruktur dan berkesinambungan
untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada
kasus tertentu.
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk
penggunaan Obat tertentu.

C. Kompetensi Sumber Daya Manusia


Berdasarkan Permenkes nomor 30 tahun 2014 Tentang Standar
pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Penyelengaraan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang
tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan.
Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio
kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan
pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di
Puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari.
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin
praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Setiap tahun dapat dilakukan penilaian kinerja tenaga kefarmasian
yang disampaikan kepada yang bersangkutan dan didokumentasikan secara

Periode 6-18 Juni 2016 16


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

rahasia. Hasil penilaian kinerja ini akan digunakan sebagai pertimbangan


untuk memberikan penghargaan dan sanksi (reward and punishment).
1. Kompetensi Apoteker
a. Sebagai Penanggung Jawab
1) mempunyai kemampuan untuk memimpin;
2) mempunyai kemampuan dan kemauan untuk
mengelola dan mengembangkan Pelayanan
Kefarmasian;
3) mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
diri;
4) mempunyai kemampuan untuk bekerja sama
dengan pihak lain; dan
5) mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, menganalisis dan memecahkan masalah.
b. Sebagai Tenaga Fungsional
1) mampu memberikan pelayanan kefarmasian;
2) mampu melakukan akuntabilitas praktek
kefarmasian;
3) mampu mengelola manajemen praktis farmasi;
4) mampu berkomunikasi tentang kefarmasian;
5) mampu melaksanakan pendidikan dan pelatihan;
dan
6) mampu melaksanakan penelitian dan
pengembangan.
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kompetensinya. Upaya peningkatan kompetensi tenaga
kefarmasian dapat dilakukan melalui pengembangan profesional berkelanjutan.
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas melaksanakan Pelayanan
Kefarmasian berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dibuat

Periode 6-18 Juni 2016 17


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

secara tertulis, disusun oleh Kepala Ruang Farmasi, dan ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat. Jenis SPO
dibuat sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang dilakukan pada Puskesmas
yang bersangkutan.
D. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang pelayanan kefarmasian menurut
Permenkes nomor 30 tahun 2014 adalah sarana dan prasara yang memiliki
fungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1
(satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian
paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja
peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan,
timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok
Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan
resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan
(air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat
dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling

Periode 6-18 Juni 2016 18


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling,


lemari buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster,
alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal
konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan pengobatan pasien
(lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan
masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu
dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan
kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan
Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip
memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk
memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin
penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik.
Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud
‘ruangan’ secara fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan.
Bila memungkinkan, setiap fungsi tersebut disediakan ruangan secara
tersendiri. Jika tidak, maka dapat digabungkan lebih dari 1 (satu)
fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi.

E. Pengendalian Mutu

Periode 6-18 Juni 2016 19


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk


mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety) (Kementerian Kesehatan
RI, 2014).
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
1. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana
dan prasarana, ketersediaan dana, dan Standar Prosedur
Operasional.
2. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan
kerja sama.
3. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen,
budaya, respon dan tingkat pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan
program pengendalian mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara
monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai
standar.
2. Pelaksanaan, yaitu:
a. monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja);
dan memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
b. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1) melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai
standar; dan
2) meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian
sudah memuaskan.

Periode 6-18 Juni 2016 20


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses


berlangsung untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan
yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang
melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk
mengoptimalkan hasil pemantauan, contoh: monitoring pelayanan resep,
monitoring penggunaan Obat, monitoring kinerja tenaga kefarmasian. Untuk
menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh
melalui metode berdasarkan waktu, cara, dan teknik pengambilan data.
Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:
1. Retrospektif:
pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh: survei kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
2. Prospektif:
pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan
pelayanan.
Contoh: Waktu pelayanan kefarmasian disesuaikan dengan
waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan
kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
1. Langsung (data primer):
data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh
pengambil data.
Contoh: survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas
pelayanan kefarmasian.
2. Tidak Langsung (data sekunder):
data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung.
Contoh: catatan penggunaan Obat, rekapitulasi data
pengeluaran Obat.
Berdasarkan teknik pengumpulan data, evaluasi dapat dibagi menjadi:

Periode 6-18 Juni 2016 21


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

1. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner. Contoh: survei kepuasan pelanggan.
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses
dengan menggunakan cek list atau perekaman. Contoh:
pengamatan konseling pasien.
Pelaksanaan evaluasi terdiri atas:
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan
kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang
memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang
berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan
menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit
merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan pelayanan kefarmasian secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap
pelayanan kefarmasian, meliputi prosedur yang
digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya,
hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit
klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
2) Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan
kefarmasian oleh seluruh tenaga kefarmasian terkait
dengan pencapaian sasaran yang disepakati,
penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh.
Contoh: audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.

Periode 6-18 Juni 2016 22


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

b. Review (Pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap
pelaksanaan pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan
dengan standar. Contoh: kajian penggunaan antibiotik.

Periode 6-18 Juni 2016 23


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Puskesmas Godean I


Puskesmas Godean I merupakan unit pelayanan kesehatan masyarakat
tingkat pertama yang terletak di Jalan Pandean 7 Sidoluhur, Godean, Sleman,
Yogyakarta. Puskesmas Godean I memiliki 3 sub unit Puskesmas Pembantu
(PusTu), dan 1 Puskesmas Keliling (PusLing). Unit pelayanan kesehatan yang
terdapat di Puskesmas Godean I antara lain pelayanan kesehatan umum dan
keperawatan, pelayananan kesehatan khusus (kesehatan gigi dan mulut),
farmasi, laboratorium, unit gizi, pelayanan psikolog, serta unit KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) & Keluarga Berencana (KB). Motto dari
Puskesmas Godean I adalah “Melayani Sepenuh Hati”.
1. Visi
Menjadikan puskesmas yang terpercaya dan profesional untuk
mewujudkan kebanggaan dan kemandirian masyarakat dibidang
kesehatan.
2. Misi
a.Memberikan pelayanan medik dasar yang berkualitas
b.Meningkatkan profesionalisme SDM dalam bidang
kesehatan
c.Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
d.Membangun suasana kerja yang nyaman aman dan
kondusif
e.Meningkatkan kerjasama lintas sektoral
f. Mendorong masyarakat wilayah puskesmas godean 1 untuk
hidup sehat

Periode 6-18 Juni 2016 24


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

3. Unit Farmasi/Ruang Obat Puskesmas Godean I


Unit farmasi tidak terlepas dari sistem alur pelayanan di
Puskesmas Godean I. Unit Farmasi di Puskesmas Godean I
memiliki gudang yang terletak di lantai 2, sedangkan kamar obat
berada di lantai I dan terhubung langsung dengan sistem
pelayanan puskesmas. Puskesmas Godean I memiliki seorang
Apoteker dan 2 Asisten Apoteker. Personel yang tergabung dalam
unit farmasi sudah memiliki kriteria dan kualifikasi sesuai dengan
Permenkes Nomor 30 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.

B. Aspek Manajemen Persediaan Obat dan Administrasi


1. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas Godean I bertujuan untuk memperkirakan jenis dan jumlah
obat serta bahan medis habis pakai yang sesuai dengan kebutuhan,
meningkatkan penggunaan obat yang efisien, rasional, dan cepat.
Kegiatan perencanaan dilakukan 1 bulan sekali oleh unit farmasi
Puskesmas Godean I. Proses perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis
habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola konsumsi obat
bulan sebelumnya. Proses perencanaan kebutuhan Obat per bulan
disajikan dalam Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Rumus yang digunakan dalam perencanaan pengadaan obat di
Puskesmas Godean I adalah: (2 x penggunaan)-sisa stok. LPLPO yang
dibuat oleh puskesmas tersebut selanjutnya dikirim ke POAK Kabupaten
Prosedur pembuatan LPLPO termuat dalam dokumen prosedur tetap
Puskesmas.

Periode 6-18 Juni 2016 25


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Mengumpulkan data LPLPO dari ruang obat, unit pelayanan, pustu, dan pusling

Merekap semua pemakaian pada buku penerimaan dan pengeluaran bulanan

Menghitung jumlah pemakaian dan sisa stok obat selama 1 bulan

Menyiapkan blangko LPLPO

Mengisi blangko LPLPO berdasarkan kolom yang telah tersedia yang meliputi stok awal,
penerimaan stok akhir pemakaian, dan sisa stok serta merekap kunjungan resep selama 1
bulan

Melaporkan LPLPO kepada Kepala Puskesmas

Melaporkan LPLPO yang sudah ditandatangani kepala Puskesmas ke gudang farmasi Sleman

Gambar 1. Prosedur Tetap Pembuatan LPLPO di Puskesmas Godean I (no.


dokumen: PT-RO-03)

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
Godean I bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang

Periode 6-18 Juni 2016 26


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

telah dibuat. Permintaan obat yang berwujud LPLPO diajukan kepada


Dinas Kesehatan pada divisi Pengelola Obat dan Alat Kesehatan (POAK)
Kabupaten Sleman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan pemerintah daerah. Pengadaan bahan habis pakai
non medis di puskesmas Godean I dilakukan secara independen, biasanya
bekerja sama dengan vendor atau rekanan. Contoh bahan habis pakai non
medis di puskesmas godean I: kertas/kantong pulveres, kantong plastik
kemasan yang ber-etiket, plastik berlogo puskesmas. Pengadaan BHP non
medis menggunakan anggaran puskesmas dan penggunaan serta
pelaporannya dilakukan dalam lingkup internal puskesmas.
3. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan hal
yang penting dalam aspek manajemen persediaan obat dan administrasi,
karena hal tersebut bertujuan agar obat, bahan medis habis pakai, dan alat
kesehatan terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Obat, Bahan Medis Habis Pakai, dan Alat Kesehatan
di Puskesmas Godean I dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk dan
jenis sediaan, stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban), mudah atau tidaknya
bahan tersebut meledak/terbakar.
Obat, BMHP, dan Alat Kesehatan yang sudah diambil dari POAK
Kabupaten Sleman selanjutnya disimpan di gudang dengan kondisi ruang
penyimpanan yang sesuai. Ruang penyimpanan obat di Puskesmas Godean
I sudah memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban,
ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas,
rak/lemari Obat, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari
penyimpanan khusus psikotropika, dan pengukur suhu sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Permenkes Nomor 30 tahun 2014. Sistem penataan
obat di gudang farmasi Puskesmas Godean I (lantai 2) menggunakan
sistem alfabetis, sedangkan sistem penyimpanan pada rak di ruang obat

Periode 6-18 Juni 2016 27


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

yang bertempat di unit pelayanan (lantai 1) ditata berdasarkan sistem


farmakologis.
Terdapat prosedur tetap khusus pada aspek penyimpanan obat-obat
di Puskesmas Godean I. prosedur tetap tersebut meliputi penyimpanan dan
penyusunan obat serta penyimpanan obat di almari es.

Obat di susun secara alfabetis masing-masing diberi identifikasi


menurut abjad

penyusunan obat dilakukan sistem FEFO (artinya obat yang lebih


awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang
kadaluwarsanya lebih lama

obat disusun berdasar kelompok jenisnya

obat disimpan pada rak/almari obat

obat psikotropik disimpan dalam almari khusus dan terkunci

Gambar 2. Prosedur Tetap Penyimpanan dan penyusunan Obat (No.


dokumen PT-RO-08)
Obat-obat jenis psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang
berpintu ganda, dan telah sesuai dengan syarat yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.

Periode 6-18 Juni 2016 28


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Obat-obatan di almari es: ATS, dulcolac, suppo, anti


hemoroid suppo

Sesudah mengambil di gudang farmasi langsung


dimasukkan di almari es

dicatat dalam buku penerimaan dan kartu stok

setiap pengeluaran dicatat dalam kartu stok

suhu almari es dicatat setiap hari, pada hari libur dipantau


oleh penjaga puskesmas

bila listrik padam obat-obat yang disimpan di kulkas ruang


obat ataupun laborat segera dipindahkan ke cold chain

cold chain harus selalu tertutup dan bisa menjaga kualitas


vaksin sampai 24 jam

Gambar 3. Prosedur tetap penyimpanan obat di almari es (No.


Dokumen: PT-RO-06)
Apabila stok obat, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan
habis sebelum waktu pengadaan, pihak farmasi Puskesmas Godean I
mengusulkan bon pada Gudang Farmasi di Sleman untuk selanjutnya
dilakukan pengadaan pada stok barang yang habis. Puskesmas Godean I
juga memiliki dana emergensi yang dapat digunakan apabila stok barang
di gudang telah habis dan Gudang Farmasi di Sleman tidak bisa memenuhi
kebutuhan puskesmas.

Periode 6-18 Juni 2016 29


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

C. Aspek Distribusi Sediaan Farmasi


Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
Godean I dilakukan secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Pendistribusian obat
pada Puskesmas Pembantu dilakukan berdasarkan pola permintaan dari
masing-masing puskesmas pembantu. Masing-masing puskesmas
pembantu juga melakukan perencanaan dan permintaan obat dalam bentuk
LPLPO yang selanjutnya diajukan ke Puskesmas Godean I untuk
selanjutnya dilakukan pemenuhan kebutuhan. Puskesmas Godean I
melakukan dokumentasi atau pencatatan pengambilan obat oleh
Puskesmas Pembantu.
Pendistribusian ke sub unit Puskesmas dilakukan dengan cara
pemberian Obat sesuai kebutuhan atau resep yang diterima (floor stock).
Di puskesmas Godean I Unit KIA dan KB dalam memenuhi kebutuhan
vaksin imunisasi dilakukan oleh sub unit tersebut sesuai dengan program
unit. Penyimpanan vaksin pada unit tersebut juga dilakukan secara mandiri
dibawah pengawasan farmasi dan sesuai dengan ketentuan.
Puskesmas Godean I sudah memiliki prosedur tetap (Protap) dalam
hal pengelolaan gudang obat. Prosedur tersebut mengatur tentang tata cara
distribusi obat kepada masing-masingunit pelayanan, administrasi yang
berhubungan dengan distribusi obat, dan pemantauan obat-obat rusak dan
kadaluwarsa.

Periode 6-18 Juni 2016 30


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Obat dari Gudang Farmasi Sleman masuk Gudang Obat Puskesmas

Obat diteliti dan dicermati kondisi fisik obat dan ditulis no batch, ED, dan
jumlah obat pada kartu stok

Untuk obat yang ED kurang dari 6 bulan dari bulan ED diberi tanda merah
dan untuk obat yang ED kurang dari 3 bulan diberi tanda hijau serta ditulis
angka dan tahun yang menunjukkan bulan ED obat serta ditulis di buku
catatan ED obat

Setiap permintaan obat/alkes ke Gudang Obat Puskesmas harus dengan


LPLPO atau form bon obat

obat atau alkes yang keluar harus ditulis di kartu stok

LPLPO unit pelayanan dilayani 1 bulan sekali dan form bon obat dilayani
setiap kali obat habis

Obat yang ED kurang dari 1 bulan harus dipisahkan sebelum dimusnahkan


dan untuk obat FDC dipisahkan sebelum 6 bulan dari ED obat

Untuk unit pelayanan apabila obat/Alkes sudah ED diserahkan ke gudang


obat

Gambar 4. Prosedur Tetap Pengelolaan Gudang Obat Puskesmas Godean I


(no. dokumen: PT-RO-02)

D. Pemeriksaan dan Pencatatan Obat Masuk-Keluar


Kegiatan Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas Godean I dilakukan setelah LPLPO diterima oleh Dinas
Kesehatan Sleman, dan selanjutnya LPLPO tersebut diproses. Pemberian
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Periode 6-18 Juni 2016 31


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Sleman biasanya sesuai dengan permintaan yang telah diajukan oleh


puskesmas.
Petugas puskesmas yang telah ditunjuk bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai beserta kelengkapan catatan yang
menyertainya. Petugas penerimaan selanjutnya melakukan pengecekan
terhadap Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan. Pengecekan
yang dilakukan tersebut mencakup:
- nama obat
- jumlah obat,
- bentuk sediaan Obat
- kondisi fisik dan suhu
- dosis dan kekuatan sediaan
- nomor batch
- tanggal kadaluarsa
Bukti penerimaan obat selanjutnya ditandatangani oleh petugas
penerima dalam dokumen resmi.
Obat, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan yang telah
diambil dari POAK Kabupaten Sleman selanjutnya dicatat dalam kartu
stelling dan kartu stok untuk mencatat keluar masuknya obat pada setiap
kali penambahan atau pengambilan. Pengarsipan obat, BMHP, dan Alat
Kesehatan dilakukan pula dengan menginput data pada komputer.
Pencatatan obat masuk dan keluar juga tercantum dalam kartu stok.
Format kartu stok yang digunakan memuat: nama obat, tanggal, jumlah
obat masuk, nomor batch, jumlah obat keluar, sisa, dan tanggal
kadaluwarsa. Setiap obat yang keluar setiap harinya dilakukan pencatatan
dalam dokumen rekap resep harian. Pada dokumen tersebut termuat nama
pasien, jenis pembayaran yang digunakan (asuransi dan non asuransi),
serta kuantitas obat yang digunakan pasien.

Periode 6-18 Juni 2016 32


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Tugas apoteker di Puskesmas Godean I juga meliputi pembuatan


dokumen monitoring, training, planning (MTP) meliputi penggunaan obat
secara umum, pengobatan dengan antibiotik, pengobatan pada pasien
ISPA, dan pengobatan pada penyakit diare. Hasil MTP tersebut biasanya
disosialisasikan dalam forum klinis di Puskesmas sesuai dengan jadwal
yang ditentukan.
Terdapat kartu stok khusus untuk obat-obat psikotropika.
Pencatatan obat psikotropika yang keluar dan masuk juga tercantum dalam
jurnal harian psikotropika. Dokumen jurnal harian psikotropika biasanya
memuat nama obat, tanggal, nama pasien, nomor resep, jumlah masuk,
jumlah keluar, sisa, nama dokter, dan alamat.

Pengambilan obat dengan psikotropika langsung dicatat


pada kartu stok

resep-resep dengan psikotropika dipisahkan dan dicapap


pada jurnal psikotropika

verifikasi antara fisik obat dengan kartu stok dilakukan


setiap bulan

jumlah sisa pada kartu stok harus sesuai dengan jumlah


fisik obat yang ada

Gambar 5. Prosedur tetap Pengelolaan Obat Psikotropika (No.


dokumen: PT-RO-16)
Obat yang sudah melewati batas expired date (ED) selanjutnya
dilakukan pemusnahan. Pemusnahan obat dapat dilakukan dalam 2 cara,
yakni dimusnahkan sendiri oleh Puskesmas Godean I, atau dimusnahkan
oleh Dinas Kesehatan Sleman. Khusus untuk obat-obat psikotropika yang
sudah ED pemusnahan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Sleman. Setiap

Periode 6-18 Juni 2016 33


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

pemusnahan obat dan bahan habis pakai harus terdokumentasi dalam


berita acara.

Memeriksa semua obat rusak dan kadaluwarsa

Mengumpulkan semua obar rusak dan kadaluwarsa

Membuat daftar obat rusak dan kadaluwarsa

Melaporkan obat rusak dan kadaluwarsa kepada dokter klinis

Melaporkan obat rusak dan kadaluwarsa kepada kepala Puskesmas Godean I

Membuat surat izin pemusnahan obat rusak dan kadaluwarsa kepada Dinkes
Sleman

Membuat surat permohonan personil saksi pemusnahan obat rusak dan


kadaluwarsa kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman

Membuat berita acara pemeriksaan/penelitian obat untuk dihapus

Pembakaran dilaksanakan di Puskesmas

Membuat berita acara pemusnahan obat rusak dan kadaluwarsa

Gambar 6. Prosedur Tetap Pemusnahan Obat Rusak dan Kadaluwarsa di


Puskesmas Godean I (No. Dokumen: PT-RO-11)

E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh Puskesmas Godean I bertujuan untuk
melihat sejauh mana capaian puskesmas dalam menjalankan sistem

Periode 6-18 Juni 2016 34


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

pelayanannya sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.


Dalam menjalankan evaluasi Puskesmas I juga mengacu pada sistem
penjaminan mutu. Struktur dokumen sistem manajemen mutu di
Puskesmas Godean I terdiri dari 3 level, yakni:
a. Level I : Pedoman Mutu
Kebijakan puskesmas terkait secara langsung dan tidak langsung
dengan persyaratan ISO 9001:2008 dan menjadi acuan untuk
dilaksanakan oleh seluruh unit terkait.
b. Level 2: Prosedur Mutu
Merupakan urutan langkah kerja (proses manajemen) dan
pengendalian proses di setiap rangkaian kerja di tiap unit
kerja/antar unit kerja.
c. Level 3: Prosedur Tetap/Protab/Ketentuan Form/nama lainnya
Merupakan uraian secara detil dan spesifik terhadap aktivitas/tugas
yang dikerjakan (Pedoman Mutu Puskesmas Godean, 2009).
Puskesmas Godean I memiliki agenda untuk melakukan audit internal
yang sudah diagendakan sesuai dengan kesepakatan. Audit internal di
puskesmas Godean I dilakukan untuk melihat kesesuaian penerapan
sistem dengan persyaratan ISO 9001:2008, serta efektivitas penerapan
minimal 1 kali dalam 6 bulan
Tujuan audit internal adalah untuk melihat kinerja dari masing-masing
unit di puskesmas dan memperbaiki sistem-sistem yang kurang sesuai.
Puskesmas Godean I memastikan audit intern dilakukan sesuai dengan
prosedur terdokumentasi, meliputi:
a. Tinjauan audit, frekuensi, dan metode audit oleh auditor yang
independen
b. Audit lanjutan atas tindak lanjut hasil audit periode sebelumnya
c. Melakukan tindakan perbaikan sesuai batas waktu yang dijanjikan
atas temuan ketidaksesuaian yang ditemukan selama audit untuk
menghilangkan penyebabnya.

Periode 6-18 Juni 2016 35


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

d. Audit lanjutan termasuk kegiatan verifikasi pelaksanaan tindakan


perbaikan dan pelaporan hasil verifikasi oleh auditor yang
mengikuti pelatihan dan atau audit internal (Pedoman Mutu
Puskesmas Godean, 2009).
Analisis data audit pada Puskesmas Godean I dilakukan dengan teknik
statistik yang sesuai untuk memastikan efektivitas dan efisiensi sistem dan
untuk menetapkan upaya perbaikan/peningkatan yang diperlukan masing-
masing bidang/bagian/proses.
Analisis data yang dilakukan meliputi:
a. Kepuasan pelanggan
b. Kesesuaian tingkat layanan
c. Karakteristik tren layanan
d. Kinerja rekanan.

1. Audit Sediaan Farmasi


Audit sediaan farmasi di Puskesmas Godean I dilakukan dengan
2 cara, yakni dengan audit internal yang dilakukan oleh auditor
puskesmas. Audit sediaan farmasi secara internal biasanya dilakukan
selama 6 bulan sekali, sedangkan audit secara eksternal dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi, BPOM, Dinas Kesehatan Kabupaten,
Tim Akreditasi dan ISO.
Aspek-aspek yang dinilai dalam audit Sediaan Farmasi secara
internal adalah kelengkapan berkas-berkas administrasi dan kondisi
penyimpanan. Audit sediaan farmasi secara internal bertujuan untuk
melihat sejauh mana kinerja unit farmasi puskesmas dan melihat
aspek-aspek yang perlu diperbaiki demi memperlancar proses
pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu dilakukan pula audit
pada prosedur tetap yang ada. Peninjauan pada prosedur tetap
bertujuan untuk melihat apakah Prosedur Tetap yang dimiliki ruang
obat masih relevan atau tidak.

Periode 6-18 Juni 2016 36


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Hasil audit internal sediaan farmasi di Puskesmas Godean I


biasanya dikemukakan dalam forum atau pertemuan internal
puskesmas. Hasil-hasil audit yang disampaikan oleh auditor tersebut
selanjutnya dilakukan follow up untuk lebih meningkatkan mutu
manajerial sediaan farmasi.
Audit eksternal yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman dilakukan dengan tidak terjadwal (bisa dilakukan
sewaktu-waktu) berdasarkan pertimbangan atau urgensi tertentu.
Audit yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan meliputi aspek
kelengkapan administrasi dan kontrol pada obat-obat psikotropika.
Hasil audit oleh Dinas Kesehatan biasanya disampaikan pada saat
proses audit berlangsung. Personel dari pihak Dinas Kesehatan
biasanya akan menyampaikan poin-poin apa saja yang perlu
diperbaiki, lalu dari pihak puskesmas selanjutnya melakukan follow
up.
2. Audit SOP Manajemen
Audit terhadap SOP manajemen dilakukan pada setiap unit dan
biasanya audit ini bersifat internal. Setiap unit di Puskesmas Godean
I memiliki Prosedur Tetap (ProTab). Audit pada Prosedur Tetap
masing-masing unit biasanya dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan
auditor dari internal. Audit terhadap prosedur tetap dilakukan untuk
melihat apakah prosedur tetap tersebut masih relevan, apabila tidak
relevan selanjutnya akan dikaji ulang dan dilakukan revisi.
Audit pada segi finansial (cash flow, laporan keuangan, dan
pembukuan) di Puskesmas Godean I hanya dilakukan di bagian Tata
Usaha. Audit ini sekaligus ingin melihat pertanggungjawaban
anggaran Puskesmas pada periode tertentu. Unit farmasi di
Puskesmas Godean I tidak melakukan audit dari segi finansial,
karena bagian anggaran, pengeluaran, pemasukan, dan purchasing
diatur secara langsung oleh unit Tata Usaha Puskesmas.

Periode 6-18 Juni 2016 37


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Puskesmas Godean I dalam pelaksanaan auditnya juga


melakukan survey kepuasan pelanggan. Survey kepuasan konsumen
ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja unit pelayanan di
Puskesmas Godean I berdasarkan perspektif pelanggan secara
langsung. Pentatalaksanaan survey kepuasan konsumen di
Puskesmas Godean I dilakukan secara langsung, yakni oleh
konsumen dengan menggunakan kuesioner. Prosedur ini sudah
sesuai dengan yang termuat pada Permenkes No 30 Tahun 2014.
Survey kepuasan konsumen selain menjadi bagian dari audit
internal juga menjadi bagian dalam akreditasi puskesmas. Oleh
karena itu survey kepuasan pelanggan menjadi hal penting yang
harus dilakukan dalam sistem manajemen puskesmas. Survey
kepuasan konsumen dilakukan oleh tim PKP (Penanganan Keluhan
Pelanggan). Tim ini merupakan tim yang dibentuk secara khusus di
Puskesmas Godean I untuk melakukan survey, menerbitkan
kuesioner, dan mengolah data hasil survey kepuasan konsumen dan
selanjutnya hasil survey tersebut disosialisasikan dalam pertemuan
internal puskesmas untuk selanjutnya dilakukan follow up.
Selain melakukan survey kepuasan konsumen, Puskesmas
Godean I juga melakukan survey terhadap waktu tunggu pelayanan.
Tujuan dari survey ini adalah untuk mengevaluasi efisiensi waktu
tunggu pelayanan. Proses survey dilakukan dengan melakukan
pencatatan waktu tunggu pada sebuah form. Hasil survey selanjutnya
disosialisasikan dan dilakukan dalam forum dan dilakukan follow up.

Periode 6-18 Juni 2016 38


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Menghitung target minimal jumlah responden masing-masing unit

Menggandakan kuesioner

Mendistribusikan kuesioner ke masing-masing unit dan mengisi blangko


distribusi kuesioner masing-masing unit

Pengambilan data dilaksanakan oleh masing-masing unit dalam jangka waktu


yang telah ditentukan

Mengumpulkan data yang telah diisi oleh responden dari masing-masing unit
dan mengisi blangko pengembalian kuesioner

Entri data ke dalam blangko rekapitulasi data masing-masing unit

Melakukan analisis data hasil survey kepuasan pelanggan

Diskusi, evaluasi, dan tindak lanjut

Gambar 7. Prosedur Tetap Pengambilan Data Survey Kepuasan Pelanggan


Puskesmas Godean I (No. dokumen: PT-PKP-01)

3. Audit SOP Distribusi


Audit pada SOP Distribusi di Puskesmas Godean I dilakukan
dengan melihat data pendistribusian obat kepada sub unit (dalam hal
ini Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling). Audit pada
proses ini bertujuan untuk memastikan agar pendistribusian obat ke
Puskesmas pembantu dan Puskesmas Keliling berjalan dengan baik.
Unit farmasi Puskesmas Godean I melakukan audit dengan
memeriksa LPLPO yang yang diusulkan oleh Puskesmas Pembantu
Periode 6-18 Juni 2016 39
LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

dan Puskesmas Keliling, untuk selanjutnya direkap dan dilakukan


evaluasi terhadap kebutuhan masing-masing sub unit tersebut.
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai ke Puskesmas
pembantu dan Puskesmas Keliling dilakukan secara langsung dengan
mengambil obat dan bahan medis habis pakai tersebut ke Puskesmas
Induk. Unit farmasi puskesmas induk juga melakukan audit dengan
melakukan cross check pada dokumen pengambilan obat oleh
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Periode 6-18 Juni 2016 40


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

BAB IV

TUGAS-TUGAS

TUGAS SKRINING RESEP

A. RESEP 1

Periode 6-18 Juni 2016 41


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Skrining Resep
a. Administratif:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi administratif dapat dilihat
dari:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep
Maka pada resep 1 kelengkapan administratif dari resep sudah sesuai
dengan yang dipersyaratkan.
b. Farmasetis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi farmasetis dapat dilihat dari:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Pada resep I kelengkapan farmasetis yang kurang sesuai adalah pada
peresepan simvastatin, ibuprofen, dan vitamin B1 tidak tercantum
kekuatan sediaan.
c. Klinis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi klinis dapat dilihat dari:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
b. Duplikasi pengobatan.

Periode 6-18 Juni 2016 42


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

c. Alergi
d. interaksi dan efek samping Obat.
e. Kontra indikasi.
f. Efek adiktif
Asesment resep I dari segi klinis:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
- Amlodipin 5mg no XV
S 1 dd tb 1
Berdasarkan diagnosis yang dilakukan oleh dokter
menyatakan bahwa pasien mengalami hipertensi maka
pemberian amlodipin masih relevan, karena amlodipin
merupakan golongan calcium channel blocker yang
termasuk kedalam 3 kelas terapi lini pertama, meskipun
pada resep dokter tidak mencantumkan grade hipertensi
yang diderita dan tidak tercantum pula hasil pengukuran
tekanan darah.

Kategori Guideline JNC 8 2014, ESH/ESC 2013,


UK-NICE 2011, dan ACCF/AHA 2011
Ambang batas tekanan ≥150/90mmHg pada pasien geriatri *
darah sebagai ≥140/90mmHg pada pasien non-geriatri
permulaan terapi dan pasien dengan penyakit diabetes atau
penyakit ginjal kronik

First-line therapy Terdapat 3 kelas terapi lini pertama:


Calcium Channel Blocker, Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitors,
Angiotensin Receptor Blockers
Thiazide yang paling Klorthalidon
banyak digunakan
Terapi kombinasi Dapat digunakan pada hipertensi tahap I
ACEI + CCB ≥ACEI + thiazide

Periode 6-18 Juni 2016 43


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(Mann, Zipes, Libby, Bonow, 2014).

Dosis yang diberikan adalah sebesar 5 mg dan masih masuk


ke dalam range yang dipersyaratkan, waktu penggunaan 1x
sehari juga sudah tepat.

(Dipiro, 2008).

- Simvastatin tab no XV
S 1 dd tb 1
Pada resep tidak tercantum kekuatan tablet, namun tablet
simvastatin yang tersedia di Puskesmas adalah 10 mg,
berdasarkan pustaka pemberian simvastatin pada penderita
hiperkolesterolemia sudah tepat, karena simvastatin
merupakan lini pertama pengobatan. Dosis yang diberikan
juga masih masuk kedalam range yang ditetapkan.

(Dipiro, 2015).
- Ibuprofen tb no X
S 3 dd tb 1
Tidak terdapat diagnosis yang menyatakan bahwa pasien
mengalami nyeri, namun pemberian ibuprofen pada kasus

Periode 6-18 Juni 2016 44


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HT dan HK masih relevan, karena pusing dan nyeri


merupakan gejala-gejala yang dapat muncul ketika pasien
mengalami HT dan HK. Tablet ibuprofen yang tersedia di
puskesmas memiliki kekuatan 400mg, dari segi dosis
pemberian ibuprofen sudah sesuai, waktu pemberian (3x
sehari) juga sudah sesuai

(Dipiro, 2015).
- B1 no X
S 2 dd tb 1
Pemberian thiamine atau vitamin B1 dalam kasus ini
sebenarnya tidak ada indikasi untuk diagnosis khusus,
namun vitamin B1 diberikan sebagai suplemen yang
berfungsi untuk memperlancar impuls saraf. Kekuatan
tablet vitamin B1 yang tersedia di Puskesmas adalah 50 mg.
dosis yang diberikan dalam 1 hari adalah 100mg, dan masih
masuk dalam range yang ditentukan (NIH, 2016)

Periode 6-18 Juni 2016 45


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2) Duplikasi pengobatan.
Pada resep I tidak ditemukan adanya duplikasi pengobatan
3) Alergi
Pasien terkait tidak memiliki alergi obat tertentu, maka
pemberian semua terapi sudah sesuai.
4) interaksi dan efek samping Obat
tidak terdapat interaksi yang signifikan pada terapi yang
diberikan
efek samping obat:
- Amlodipin
Sakit kepala, nafas pendek, ruam kulit (jarang
ditemukan).
- Simvastatin
Sakit kepala, gangguan pencernaan, gangguan tidur.
- Ibuprofen
Mual, muntah, perut kembung, konstipasi.
- B1
Iritasi kulit, reaksi alergi.
5) Kontra indikasi
Tidak terdapat kontraindikasi antara kondisi pasien dengan
terapi yang diberikan.
6) Efek adiktif
Semua obat yang diresepkan tidak memiliki efek adiktif.

Periode 6-18 Juni 2016 46


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

B. RESEP II

Skrining Resep
a. Administratif:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi administratif dapat dilihat
dari:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

Periode 6-18 Juni 2016 47


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

b. Nama, dan paraf dokter.


c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep
Maka pada resep II kelengkapan administratif dari resep sudah sesuai
dengan yang dipersyaratkan, namun dari segi penulisan resep kurang
lengkap karena dokter tidak mencantumkan simbol R/ pada setiap
obat.
b. Farmasetis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi farmasetis dapat dilihat dari:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Pada resep II kelengkapan farmasetis yang kurang sesuai adalah pada
peresepan pulveres tidak tercantum kekuatan sediaan.
c. Klinis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi klinis dapat dilihat dari:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi
d. interaksi dan efek samping Obat.
e. Kontra indikasi.
f. Efek adiktif
Asesment resep I dari segi klinis:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat

Periode 6-18 Juni 2016 48


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

- Amoxicilin syr 125 mg no II


S 3 dd 1,5 cth
Diagnosis pasien adalah Urtikaria dan Rhinitis
Alergi. Kedua penyakit tersebut sebenarnya
disebabkan oleh alergen, sehingga terapi yang dapat
diberikan adalah dengan menggunakan antihistamin
dan terapi-terapi lain untuk meringankan gejala
yang muncul pada RA yakni batuk dan pilek. Pada
resep tidak dicantumkan seberapa lama pasien
sudah mengalami gejala tersebut, sehingga
dimungkinkan terdapat pertimbangan khusus dari
dokter terkait dengan penggunaan antibiotic dan
dimungkinkan pula terdapat diagnosis lain yang
tidak dicantumkan oleh dokter.
Bentuk sediaan amoxicillin syrup sudah sesuai
untuk pasien pediatri.
Perhitungan dosis:
Konsentrasi sediaan sirup:125mg/5ml
Takaran yang diberikan oleh dokter: 1,5 cth (7,5ml)
Maka dosis amoxicillin setiap pemakaian:
125mg/5ml = x/7,5ml
X = 187,5 mg
Dosis amoxicillin dalam 1 hari= 3x 187,5 =562,5mg

Periode 6-18 Juni 2016 49


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Dosis amoxicillin untuk pediatri menurut


referensi:

(Dipiro, 2015)
berat badan pasien: 16 kg
maka dosis seharusnya:
25mg/kg/hari x 16kg = 400mg/hari
Namun pada referensi dikatakan bahwa dosis
maksimal amoxicillin dalam 1 hari= 875 mg,
sehingga terapi yang diberikan dalam resep ini
masih masuk range.
Pemberian antibiotik pada anak umumnya 4-5 hari,
sehingga pemberian 2 botol sirup sudah sesuai.
- Bedak Salicil no I
S 3 dd ue
Pemberian bedak salisil yang mengandung asam
salisilat sudah tepat untuk mengatasi urtikaria yang
dialami oleh pasien
- pulveres
a. CTM IV
Perhitungan dosis:
4 4
= 1,6
10
Dosis dalam 1 hari = 3x1,6mg
Periode 6-18 Juni 2016 50
LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

= 4,8mg

(Dipiro, 2016).
Apabila merujuk pada referensi maka dosis CTM
yang diberikan sudah sesuai. Pemberian CTM sudah
tepat indikasi untuk mengatasi alergi yang dialami
oleh pasien
b. Ambroxol IV
Perhitungan dosis:
4 30
= 12
10
Dosis dalam 1 hari = 3x12mg
= 36mg

Dosis menurut referensi (Dipiro, 2015) = 10-15 mg,


maka dosis ambroxol yang diberikan sudah sesuai.
Pemberian ambroxol sudah tepat karena gejala RA
biasanya disertai dengan adanya batuk.

c. Vit C III
Perhitungan dosis:
3 50
= 15
10
Dosis dalam 1 hari = 3 x15mg = 45 mg

Periode 6-18 Juni 2016 51


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Dosis menurut referensi (Dipiro, 2015) maksimal


1200mg untu anak usia 4-8 tahun, maka dosis
vitamin C yang diberikan sudah sesuai. Pemberian
vitamin C sudah sesuai untuk meningkatkan
ketahanan tubuh pasien.

2) Duplikasi pengobatan.
Pada resep II tidak ditemukan adanya duplikasi pengobatan
3) Alergi
Pasien terkait tidak memiliki alergi obat tertentu, maka
pemberian semua terapi sudah sesuai.
4) interaksi dan efek samping Obat
tidak terdapat interaksi yang signifikan pada terapi yang
diberikan
efek samping obat:
- Amoxicillin
Alergi, ruam, sakit kepala, diare.
- CTM
Sakit kepala, mengantuk, keletihan.
- Ambroxol
Mual, muntah, mulut kering.
- Vit C
Diare, tukak lambung, gangguan pencernaan.
- Salicyl talk
5) Kontra indikasi
Tidak terdapat kontraindikasi antara kondisi pasien dengan
terapi yang diberikan
6) Efek adiktif
Semua obat yang diresepkan tidak memiliki efek adiktif

Periode 6-18 Juni 2016 52


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terpadu tingkat pertama
harus memiliki sistem pelayanan kesehatan yang tertata dengan baik
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan
Peraturan Dinas Kesehatan setempat.
2. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus memiliki kualitas yang
baik dari segi manajerial maupun pelayanan farmasi klinik.
3. Apoteker dan Asisten Apoteker memegang peran yang besar dalam
sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas dan bersinergi dengan unit-
unit maupun sub unit Puskesmas demi terciptanya sistem pelayanan
kesehatan yang baik.

B. Saran
1. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, unit farmasi di Puskesmas
sebaiknya tetap memperhatikan Prosedur Tetap yang sudah ada
2. Prosedur tetap unit farmasi ada sebaiknya selalu dikaji dan dilakukan
perbaikan sesuai dengan prosedur dan standar yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan dan Peraturan Dinas Kesehatan setempat.

Periode 6-18 Juni 2016 53


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Daftar Pustaka

Dipiro, 2008, Pharmacotherapy Handbook, Seventh edition, Mc Geww Hill,


New York, pp.111-129.

Dipiro, 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth edition, Mc Geww Hill, New


York, pp. 81, 572,
https://ods.od.nih.gov/factsheets/Thiamin-HealthProfessional/ , diakses 16 Juni
2016.

Kementerian Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
Mann, D. L., Zipes, D. P., Libby, P., Bonow, R.O., 2014, Braunwald’s Heart
Disease: A Textbook of Cardiovaskular Medicine, Elsevier, Philadelphia,
p.977.
Puskesmas Godean 1, 2009, Prosedur Tetap Pembuatan LPLPO di Puskesmas Godean
I No. dokumen: PT-RO-03 Puskesmas Godean I, Yogyakarta.

Puskesmas Godean 1, 2009, Prosedur Tetap Pemusnahan Obat Rusak dan


Kadaluwarsa di Puskesmas Godean I No. Dokumen: PT-RO-11, Puskesmas
Godean I, Yogyakarta.

Puskesmas Godean 1, 2009, Prosedur Tetap Pengelolaan Gudang No. dokumen


PT-RO-02 , Puskesmas Godean I, Yogyakarta.
Puskesmas Godean 1, 2009, Prosedur Tetap Pengelolaan Gudang Obat Puskesmas
Godean I no. dokumen: PT-RO-02, Puskesmas Godean I, Yogyakarta.

Puskesmas Godean 1, 2009, Prosedur Tetap Penyimpanan dan penyusunan Obat No.
dokumen PT-RO-08, Puskesmas Godean I, Yogyakarta.

Puskesmas Godean 1, 2009, Prosedur tetap penyimpanan obat di almari es No.


Dokumen: PT-RO-06, Puskesmas Godean I, Yogyakarta.

Periode 6-18 Juni 2016 54


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Puskesmas Godean 1, 2011, Prosedur Tetap Pengambilan Data Survey Kepuasan


Pelanggan Puskesmas Godean I No. dokumen: PT-PKP-01, Puskesmas Godean I,
Yogyakarta.

Puskesmas Godean 1, 2012, Prosedur tetap Pengelolaan Obat Psikotropika No.


dokumen: PT-RO-16, Puskesmas Godean I, Yogyakarta.

Periode 6-18 Juni 2016 55


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Puskesmas Godean I

Lampiran 2. Gudang Obat

Periode 6-18 Juni 2016 56


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Lampiran 3. Rak/lemari penyiapan obat

Lampiran 4. Penyimpanan Cold Chain Product

Periode 6-18 Juni 2016 57


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Lampiran 5. Lemari Penyimpanan Psikotropika

Lampiran 6. Kartu Stok

Periode 6-18 Juni 2016 58


LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Lampiran 7. Contoh Form Survey Kepuasan Pelanggan

Periode 6-18 Juni 2016 59

Anda mungkin juga menyukai