Disusun oleh:
Monika Meitasari Astuti, S.Farm. (158115149)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan berkat-
Nya yang begitu luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Godean I Sleman periode 6-18 Juni 2015
dengan baik. Laporan praktek kerja ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Apoteker di Program Studi Profesi Apoteker dan sebagai
dokumentasi dari praktek kerja yang penyusun lakukan di Puskesmas Godean I
Sleman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat-Nya yang luar biasa sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan PKPA ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Ibu Aris Widayati,
M.Sc., Ph.D., Apt.
3. Ibu Dr. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt. M.Kes. selaku Ketua Program
Studi Profesi Apoteker Universitas Sanata Dharma
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku Wakil Ketua Program
Studi Profesi Apoteker Universitas Sanata Dharma sekaligus sebagai
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan dorongan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Muhammad Daroji, S.KM., MPH. selaku Kepala Puskesmas
Godean I yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
melakukan praktek kerja.
6. Intan Meilasani., S.Farm., Apt. selaku Apoteker Puskesmas Godean I
yang telah memberikan bimbingan, dorongan, serta saran selama penulis
melakukan praktek kerja
7. Ibu Aryati dan Sdr Wijaya selaku Asisten Apoteker Puskesmas Godean I
yang telah membantu dan mengarahkan selama penulis melakukan praktek
kerja.
8. Segenap Karyawan Puskesmas Godean I yang telah mendukung dan
memotivasi penulis selama praktek kerja.
iv
9. Teman-teman Mahasiswa Profesi Apoteker USD untuk kebersamaan dan
kerja samanya
10. Orang tua, keluarga, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu yang selalu mendukung
Penulis menyadari bahwa pada proses penyusunan laporan PKPA ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
PRAKATA....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
B.Tujuan............................................................................................... 2
C.Manfaat............................................................................................. 2
A. Puskesmas ....................................................................................... 3
vi
2. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan ....................................... 18
6. Ruang Arsip................................................................................. 19
1. Visi ........................................................................................... 24
2. Misi........................................................................................... 24
D. Evaluasi .......................................................................................... 36
BAB IV TUGAS-TUGAS
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 53
B. Saran............................................................................................... 53
LAMPIRAN..................................................................................................... 56
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Puskesmas Godean I .................................................................. 56
x
LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Godean I
adalah:
1. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, dan tanggung
jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
3. Memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat
dan mempelajari strategi dan pengembangan puskesmas.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di puskesmas.
C. Manfaaat
Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Godean I
adalah agar calon apoteker:
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan
kefarmasian di puskesmas.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di puskesmas.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang
professional di puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
1. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
2. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. hidup dalam lingkungan sehat
4. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 75 (2014) tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
paling sedikit terdiri atas:
1. kepala Puskesmas
2. kepala sub bagian tata usaha
3. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. penanggung jawab UKP
5. kefarmasian dan Laboratorium
6. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
5) Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD,
dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai
resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali
minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
secara tertulis, disusun oleh Kepala Ruang Farmasi, dan ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat. Jenis SPO
dibuat sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang dilakukan pada Puskesmas
yang bersangkutan.
D. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang pelayanan kefarmasian menurut
Permenkes nomor 30 tahun 2014 adalah sarana dan prasara yang memiliki
fungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1
(satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian
paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja
peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan,
timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok
Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan
resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan
(air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat
dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
E. Pengendalian Mutu
1. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner. Contoh: survei kepuasan pelanggan.
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses
dengan menggunakan cek list atau perekaman. Contoh:
pengamatan konseling pasien.
Pelaksanaan evaluasi terdiri atas:
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan
kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang
memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang
berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan
menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit
merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan pelayanan kefarmasian secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap
pelayanan kefarmasian, meliputi prosedur yang
digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya,
hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit
klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
2) Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan
kefarmasian oleh seluruh tenaga kefarmasian terkait
dengan pencapaian sasaran yang disepakati,
penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh.
Contoh: audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.
b. Review (Pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap
pelaksanaan pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan
dengan standar. Contoh: kajian penggunaan antibiotik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengumpulkan data LPLPO dari ruang obat, unit pelayanan, pustu, dan pusling
Mengisi blangko LPLPO berdasarkan kolom yang telah tersedia yang meliputi stok awal,
penerimaan stok akhir pemakaian, dan sisa stok serta merekap kunjungan resep selama 1
bulan
Melaporkan LPLPO yang sudah ditandatangani kepala Puskesmas ke gudang farmasi Sleman
Obat diteliti dan dicermati kondisi fisik obat dan ditulis no batch, ED, dan
jumlah obat pada kartu stok
Untuk obat yang ED kurang dari 6 bulan dari bulan ED diberi tanda merah
dan untuk obat yang ED kurang dari 3 bulan diberi tanda hijau serta ditulis
angka dan tahun yang menunjukkan bulan ED obat serta ditulis di buku
catatan ED obat
LPLPO unit pelayanan dilayani 1 bulan sekali dan form bon obat dilayani
setiap kali obat habis
Membuat surat izin pemusnahan obat rusak dan kadaluwarsa kepada Dinkes
Sleman
E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh Puskesmas Godean I bertujuan untuk
melihat sejauh mana capaian puskesmas dalam menjalankan sistem
Menggandakan kuesioner
Mengumpulkan data yang telah diisi oleh responden dari masing-masing unit
dan mengisi blangko pengembalian kuesioner
BAB IV
TUGAS-TUGAS
A. RESEP 1
Skrining Resep
a. Administratif:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi administratif dapat dilihat
dari:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep
Maka pada resep 1 kelengkapan administratif dari resep sudah sesuai
dengan yang dipersyaratkan.
b. Farmasetis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi farmasetis dapat dilihat dari:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Pada resep I kelengkapan farmasetis yang kurang sesuai adalah pada
peresepan simvastatin, ibuprofen, dan vitamin B1 tidak tercantum
kekuatan sediaan.
c. Klinis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi klinis dapat dilihat dari:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi
d. interaksi dan efek samping Obat.
e. Kontra indikasi.
f. Efek adiktif
Asesment resep I dari segi klinis:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
- Amlodipin 5mg no XV
S 1 dd tb 1
Berdasarkan diagnosis yang dilakukan oleh dokter
menyatakan bahwa pasien mengalami hipertensi maka
pemberian amlodipin masih relevan, karena amlodipin
merupakan golongan calcium channel blocker yang
termasuk kedalam 3 kelas terapi lini pertama, meskipun
pada resep dokter tidak mencantumkan grade hipertensi
yang diderita dan tidak tercantum pula hasil pengukuran
tekanan darah.
(Dipiro, 2008).
- Simvastatin tab no XV
S 1 dd tb 1
Pada resep tidak tercantum kekuatan tablet, namun tablet
simvastatin yang tersedia di Puskesmas adalah 10 mg,
berdasarkan pustaka pemberian simvastatin pada penderita
hiperkolesterolemia sudah tepat, karena simvastatin
merupakan lini pertama pengobatan. Dosis yang diberikan
juga masih masuk kedalam range yang ditetapkan.
(Dipiro, 2015).
- Ibuprofen tb no X
S 3 dd tb 1
Tidak terdapat diagnosis yang menyatakan bahwa pasien
mengalami nyeri, namun pemberian ibuprofen pada kasus
(Dipiro, 2015).
- B1 no X
S 2 dd tb 1
Pemberian thiamine atau vitamin B1 dalam kasus ini
sebenarnya tidak ada indikasi untuk diagnosis khusus,
namun vitamin B1 diberikan sebagai suplemen yang
berfungsi untuk memperlancar impuls saraf. Kekuatan
tablet vitamin B1 yang tersedia di Puskesmas adalah 50 mg.
dosis yang diberikan dalam 1 hari adalah 100mg, dan masih
masuk dalam range yang ditentukan (NIH, 2016)
2) Duplikasi pengobatan.
Pada resep I tidak ditemukan adanya duplikasi pengobatan
3) Alergi
Pasien terkait tidak memiliki alergi obat tertentu, maka
pemberian semua terapi sudah sesuai.
4) interaksi dan efek samping Obat
tidak terdapat interaksi yang signifikan pada terapi yang
diberikan
efek samping obat:
- Amlodipin
Sakit kepala, nafas pendek, ruam kulit (jarang
ditemukan).
- Simvastatin
Sakit kepala, gangguan pencernaan, gangguan tidur.
- Ibuprofen
Mual, muntah, perut kembung, konstipasi.
- B1
Iritasi kulit, reaksi alergi.
5) Kontra indikasi
Tidak terdapat kontraindikasi antara kondisi pasien dengan
terapi yang diberikan.
6) Efek adiktif
Semua obat yang diresepkan tidak memiliki efek adiktif.
B. RESEP II
Skrining Resep
a. Administratif:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas, kelengkapan resep dari segi administratif dapat dilihat
dari:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
(Dipiro, 2015)
berat badan pasien: 16 kg
maka dosis seharusnya:
25mg/kg/hari x 16kg = 400mg/hari
Namun pada referensi dikatakan bahwa dosis
maksimal amoxicillin dalam 1 hari= 875 mg,
sehingga terapi yang diberikan dalam resep ini
masih masuk range.
Pemberian antibiotik pada anak umumnya 4-5 hari,
sehingga pemberian 2 botol sirup sudah sesuai.
- Bedak Salicil no I
S 3 dd ue
Pemberian bedak salisil yang mengandung asam
salisilat sudah tepat untuk mengatasi urtikaria yang
dialami oleh pasien
- pulveres
a. CTM IV
Perhitungan dosis:
4 4
= 1,6
10
Dosis dalam 1 hari = 3x1,6mg
Periode 6-18 Juni 2016 50
LAPORAN PKPA PUSKESMAS GODEAN I
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
ANGKATAN XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
= 4,8mg
(Dipiro, 2016).
Apabila merujuk pada referensi maka dosis CTM
yang diberikan sudah sesuai. Pemberian CTM sudah
tepat indikasi untuk mengatasi alergi yang dialami
oleh pasien
b. Ambroxol IV
Perhitungan dosis:
4 30
= 12
10
Dosis dalam 1 hari = 3x12mg
= 36mg
c. Vit C III
Perhitungan dosis:
3 50
= 15
10
Dosis dalam 1 hari = 3 x15mg = 45 mg
2) Duplikasi pengobatan.
Pada resep II tidak ditemukan adanya duplikasi pengobatan
3) Alergi
Pasien terkait tidak memiliki alergi obat tertentu, maka
pemberian semua terapi sudah sesuai.
4) interaksi dan efek samping Obat
tidak terdapat interaksi yang signifikan pada terapi yang
diberikan
efek samping obat:
- Amoxicillin
Alergi, ruam, sakit kepala, diare.
- CTM
Sakit kepala, mengantuk, keletihan.
- Ambroxol
Mual, muntah, mulut kering.
- Vit C
Diare, tukak lambung, gangguan pencernaan.
- Salicyl talk
5) Kontra indikasi
Tidak terdapat kontraindikasi antara kondisi pasien dengan
terapi yang diberikan
6) Efek adiktif
Semua obat yang diresepkan tidak memiliki efek adiktif
BAB V
A. Kesimpulan
1. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terpadu tingkat pertama
harus memiliki sistem pelayanan kesehatan yang tertata dengan baik
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan
Peraturan Dinas Kesehatan setempat.
2. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus memiliki kualitas yang
baik dari segi manajerial maupun pelayanan farmasi klinik.
3. Apoteker dan Asisten Apoteker memegang peran yang besar dalam
sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas dan bersinergi dengan unit-
unit maupun sub unit Puskesmas demi terciptanya sistem pelayanan
kesehatan yang baik.
B. Saran
1. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, unit farmasi di Puskesmas
sebaiknya tetap memperhatikan Prosedur Tetap yang sudah ada
2. Prosedur tetap unit farmasi ada sebaiknya selalu dikaji dan dilakukan
perbaikan sesuai dengan prosedur dan standar yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan dan Peraturan Dinas Kesehatan setempat.
Daftar Pustaka
Puskesmas Godean 1, 2009, Prosedur Tetap Penyimpanan dan penyusunan Obat No.
dokumen PT-RO-08, Puskesmas Godean I, Yogyakarta.
LAMPIRAN