Tahun 1926 ia pulang ke tanah air dan membuka praktek dokter di Yogyakarta. Seiring
dengan itu, ia terjun dalam perjuangan dengan memasuki Partai Sarekat Islam (PSI) pimpinan
H.O.S. Tjokroaminoto - H. Agus Salim dan menjabat bendahara selama enam tahun.
Bersama H. Agus Salim, ia mengubah partai itu menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII). Partai ini merupakan partai politik tertua di Indonesia.
Pada tahun 1930, setelah tirnbul perselisihan, dia keluar dari partai dan bersama Surjopranoto
mendirikan Partai Islam Indonesia (Parii). Partai baru ini tidak berumur panjang dan hanya
bertahan hingga 1935. Meskipun demikian, cita-cita Sukiman untuk mendirikan partai politik
Islam yang besar dan berpengaruh tetap menyala. Usahanya tidak berhenti, pada tahun 1939,
bersama Wiwoho, ia menghidupkan kembali Partai Islam Indonesia (disingkat PH) dengan
mengambil haluan serupa dengan partai terdahulu. Bersifat terbuka dalam keanggotaan,
partai ini banyak menerima anggota dari organisasi lain, misalnya Muhammadiyah. Pada
waktu itu, di samping adanya federasi partai-partai politik nasional, terdapat pula federasi
dari semua pergerakan nasional dan federasi pergerakan Islam, yaitu MIAI (Majelis Islam
A'la Indonesia). Dr. Sukiman menjadi anggota penting federasi itu. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sembari tetap
memajukan Masyumi. Beliau meninggal di Yogyakarta, 23 Juli tahun 1974 di usianya yang
ke 76