Anda di halaman 1dari 6

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 4 Th.

2016

PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN TANAMAN BIBIT


KELAPA SAWIT VARIETAS TENERA (Elaeis guinensis Jack.)

(Determination the Value Evapotranspiration and crop coefficient of oil palm tenera Variety
(Elaies guenensis Jack))

Ade Rahmi Alhas 1,2), Sumono1), Ainun Rohanah1)


1) Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
2)email :ade_alhas@yahoo.co.id

Diterima : 17 November 2015 /Disetujui : 24 November 2015

ABSTRACT

Considering that the oil palm plants consume a lot of water, it is needed more assessment of the magnitude of the rate of
evapotraspiration especially oil palm plantations, and in the initial value stages the process can begin from nursery. The
value of crop evapotranspiration can be determined based on the value of potential evaporation and oil palm crop
coefficients for each growth period. This study is aimed to determine the evapotranspiration value and crop coefficients
of4 months old tenera seeds.Evapotranspiration value of oil palm plantations in the initial period of plant research was 0.9
mm/day and the final period of the plant was 0.98 mm/day. The amount of evaporation in the initial period of the study
was 1.98 mm/day and in the final period was 1.93 mm/day. The study shows that oil palm crop coefficient in the initial
period was 0.47 and in the final period was 0.5.

Keywords : Evapotranspiration, Crop coefficient, potential evaporation, oil palm Plant

PENDAHULUAN melimpah sepanjang tahun.Kelapa sawit


merupakan tanaman yang paling produktif
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) dengan produksi minyak per ha yang paling
merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak
berasal dari Nigeria (Afrika barat) karena nabati lainnya (Pahan, 2006).
pertama kali ditemukan di hutan belantara Kelapa sawit memiliki banyak jenis,
negara tersebut. Namun ada juga yang berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa
mengatakan bahwa komoditi iniberasal sawit dibedakan menjadi Dura, Pisifera dan
dariAmerika Selatan tepatnya Brazil karena Tenera.Dura merupakan sawit yang buahnya
dikawasan ini lebih banyak ditemukan spesies memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
kelapa sawit. Pada kenyataannya kelapa sawit dapat memperpendek umur mesin pengolah
hidup lebih subur diluar daerah asalnya seperti namun biasanya tandan buahnya besar – besar
Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua dan kandungan minyak berkisar 18%.Pisifera
Nuginea.Bahkan mampu memberikan hasil buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga
produksi perhektar yang lebih tinggi.Kelapa sawit betinanya steril sehingga sangat jarang
pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1948, menghasilkan buah.Tenera adalah persilangan
dibawa dari Mauritus dan Amsterdam oleh antara induk Dura dan Pisifera.Jenis ini dianggap
seorang warga Belanda.Bibit kelapa sawit yang bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
berasal dari dua tempat tersebut masing-masing masing-masing induk dengan sifat cangkang
berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga buah tipis namun bunga betinanya tetap
ditanam di Kebun Raya Bogor (Hadi, 2004). fertil.Beberapa tenera unggul persentase daging
Kelapa sawit merupakan salah satu per buahnya dapat mencapai 90% dan
tanaman industri yang diyakini bisa membantu kandungan minyak pertandannya dapat
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di mencapai 28% (Didiek, 2005).Sehingga jenis
Indonesia.Hal ini di karenakan industri kelapa atau varietas tenera inilah yang paling banyak
sawit merupakan sumberdaya yang dapat digunakan dalam perkebunan kelapa sawit.
diperbaharui, berupa lahan yang subur, tenaga Keberhasilan pertumbuhan dan
kerja yang produktif, dan sinar matahari yang perkembangan budidaya kelapa sawit sangat

525
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 4 Th. 2016

ditentukan oleh pembibitannya. Pahan (2006) Bahan-bahan yang digunakan dalam


menyatakan bahwa diperlukan perhatian yang penelitian ini adalah bibit tanaman kelapa sawit
tetap dan terus-menerus hingga umur bibit 1,5 varietas Tenera, polibag, dan air.Alat-alat yang
tahun pertama. Produksi awal di lapangan digunakan dalam penelitian ini adalah ring
berkorelasi nyata dengan luas daun pada periode sample, oven, timbangan digital, erlenmeyer,
tanaman belum menghasilkan, suatu keadaan gelas ukur, pisau cutter, penggaris, dan
yang sangat ditentukan oleh pembibitan yang evavopan kelas A.
baik. Bibit kelapa sawit bersumber dari Pusat
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Unit Usaha
dalam pembibitan tanaman kelapa sawit adalah Medan. Tanah Latosol yang sudah diayak
irigasi, untuk memenuhi kebutuhan denganayakan 10 mesh dimasukkan kedalam 30
evapotranspirasi tanaman.Penentuan jumlah air polibag yang berdiameter 15 cm lalu dipadatkan
untuk memenuhi kebutuhan air yang sesuai denganpemberian air kemudian tanaman kelapa
sangat penting, mengingat selama masa sawit yang telah berumur 4 bulan dipindahkan
pembibitan tanaman sangat peka terhadap langsung pada polybag yang telah berisi tanah
kekurangan atau kelebihan pemakaian air. latosol. Kebutuhan air tanaman dipenuhi dengan
Evapotranspirasi merupakan gabungan memberi air irigasi pada setiap tanaman secara
proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi manual dengan volume air yang sama yang
adalah peristiwa air menjadi uap naik ke udara bertujuan untuk memenuhi kapasitas lapang
dan berlangsung terus menerus dari permukaan pada tanah dan evapotranspirasi.Pemberian air
air, permukaan tanah, padang rumput, dilakukan secara berkala sesuai dengan
persawahan, hutan dan lain-lain, sedangkan kebutuhan air tanaman.
transpirasi adalah peristiwa perpindahan air dari Sifat fisik tanah Latosol
tanah ke atmosfer melalui akar, batang dan diukurmenggunakan polibag yang disiram
daun. Untuk dapat menentukan laju secaramanual pengukuran dilakukan
evapotranspirasinya, harus terlebih dahulu dilaboratoriumdengan membawa sampel
mengetahui koefisien tanaman kelapa sawit tanahmenggunakan ring sampel. Sifat yang
(Kc).Sehingga besarnya laju evapotranspirasi diukuryaitu bulk density, particle density,
tanaman kelapa sawit dapat ditentukan.Besarnya porositas,tekstur tanah, dan kadar air kapasitas
laju evapotranspirasi tanaman kelapa sawit lapang.
digunakan untuk menentukan kebutuhan air
tanaman kelapa sawit. Parameter Penelitian
Mempertimbangkan adanya dugaan kebun Sifat fisik tanah
kelapa sawit banyak mengkonsumsi air, seperti Sifat fisik tanah yang diamati meliputi
yang disampaikan oleh Kallarackal, dkk (2004, kerapatan massa (bulkdensity) (Foth, 1994),
dalam anonimous 2011), perlu adanya kajian kerapatan partikel (particle density) (Islami dan
yang lebih mendalam khususnya terhadap Utomo, 1995), porositas pada tanah Latosol
besarnya laju evapotranspirasi tanaman kelapa seperti pada persamaa (1) (2) dan (3). Sifat fisik
sawit dan pada tahap awal dapat dimulai dari lain adalah tekstur tanah.
Mp
proses pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk Bௗ = ..................................................... (1)
Vt
menentukan nilai evapotranspirasi dan koefisien Mp
tanaman dengan menggunakan bibit kelapa ρp= .................................................................. (2)
୚౦
sawit varietas tenera. ஡ౘ
Porositas = ൬1 − ൰ x 100% .......... (3)
୔౦

BAHAN DAN METODE dimana :


Bd= Kerapatan massa (bulk density)(g/cm3)
Mp = Massa padatan tanah (g)
Penelitian ini menggunakan metode
Vt = Volume total tanah (cm3)
eksperimen dan observasi lapangan analisis data
ρp= Kerapatan partikel (particle density) (g/cm3)
untuk mengetahui besarnya laju evapotranspirasi
Vp= Volume partikeltanah(cm3)
tanaman sawit varietas Tenera umur 4 bulan.Laju
evapotranspirasi yang diukur dibedakan dalam
Kapasitas lapang
dua usia tanam, masing-masing usia tanam
Kapasitas lapang diukur terlebih
diukur selama 1 bulan. Berdasarkan lokasinya
dahuludengan menjenuhkan tanah kemudian
dan jumlah bibit yang digunakan, maka penelitian
dibiarkanmenetes hingga penetesan air berhenti.
ini merupakan penelitian skala laboratorium
Kadar airkapasitas lapang diukur secara
(rumah kaca).
gravimetri dan ditentukan dengan persamaan
seperti pada persamaan (4) (Susilo, 1987).

526
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 4 Th. 2016

ெೢ
w=
ெೞ
.....................................................(4) HASIL DAN PEMBAHASAN
dimana :
w = Kadar air tanah kapasitas lapang (%) Tekstur tanah
Mw = Massa air (Berat tanah awal, dalam kondisi Hasil analisa tekstur tanah dapat dilihat
kapasitas lapang – berat tanah kering pada Tabel 1.
oven) (g)
Tabel 1.Hasil analisa tekstur tanah
Ms = Massa padatan (berat tanah kering oven)
Fraksi Persentase (%) Tekstur tanah
(g)
Pasir 54,56
Analisis kehilangan air Debu 13,84 Lempung liat
Analisis evapotranspirasi, evaporasi dan Liat 31,60 berpasir
perkolasi dengan persamaan (5), (6) dan (7) B-organik 0,824
masing-masing seperti yang terdapat dalam
(Soemarto, 1995), (Limantara, 2010) dan
(James, 1988). Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan
perbandingan kandungan pasir, debu, dan liat
௛ଵି௛ଶ tanah latosol bertekstur lempung liat berpasir
P = ..............................................(5)
௧ଶି௧ଵ yang dapat ditentukan dengan segitiga USDA
E = k x Ep .............................................(6) (United State Department of Agiculture).
ఏ௫௛೅
ET = ............................................................................(7) Berdasarkan hasil analisa tekstur tanah, tanah

dimana: yang digunakan memiliki kandungan pasir yang
h1 = tinggi air awal lebih besar (54,56%) daripada kandungan debu
h2 = tinggi air akhir dan liat. Tanah yang berpasir diklasifikasikan
t1 = waktu awal sebagai tanah yang bertekstur kasar.Tanah yang
t2 = waktu akhir bertekstur kasar memiliki kemampuan rendah
E = evaporasi dari badan air (mm/hari) dalam menahan air.Menurut Hasibuan (2011)
K = koefisien panci (0,7) tekstur suatu tanah memiliki pengaruh yang
Ep= evaporasi dari panci (mm/hari) sangat penting pada aliran air, sirkulasi udara
ET = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) dan transformasi kimia yang terjadi didalam
θ = kadar air volumetrik (%) tanah. Semakin halus tekstur tanah maka akan
hT = kedalaman tanah (cm) semakin meningkatkan kemampuan tanah
T = waktu (hari) tersebut dalam menahan air.

Hasil evapotranspirasi yang diperoleh akan Kerapatan Massa, Kerapatan Partikel,


dikalikan koefisien 0,5. Hal ini disebabkan karena danPorositas
besarnya penguapan air pada permukaan air Hasil analisa kerapatan massa tanah,
yang luas 0,50 kali dari hasil penguapan airpada kerapatan partikel tanah, dan porositas pada saat
areal yang terbatas (dalam polibag) usia bibit 5 dan 6 bulan dapat dilihat pada Tabel
(Sosrodarsono dan Takeda, 2003). 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai kerapatan
massa tanah pada saat usia bibit 5 dan 6 bulan
Koefisien tanaman yaitu sebesar 1.06 g/cm3. Berdasarkan nilai
Koefisien tanaman ditentukan dengan tersebut tanah latosol yang digunakan dalam
menggunakan persamaan (8) (Islami dan Utomo, penelitian berstruktur halus. Hal ini sesuai
1995). dengan pernyataan dari Hakim, dkk (1986) yaitu
ா் kerapatan massa lapisan olah berstruktur halus
Kc = .....................................................(8)
ா biasanya berkisar antara 1,0 g/cm3-1,3 g/cm3.

Tabel 2. Hasil AnalisaKerapatan Massa Tanah, Kerapatan Partikel Tanah dan Porositas
Parameter Usia bibit 5 bulan Usia bibit 6 bulan
Kerapatan massa tanah (g/cm3) 1,06 1,06
Kerapatan pertikel tanah (g/cm3) 2,67 2,50
Porositas (%) 60,30 57,6

Nilai kerapatan partikel tanah pada saat usia 5 bulan karena pada usia 6 bulan bagian-
usia bibit 5 bulan sebesar 2,67 g/cm3 dan usia bagian tanah sudah banyak diisi akar-akar
bibit 6 bulan 2,5 g/cm3.Kerapatan partikel tanah tanaman.Akar-akar tanaman mengisi ruang
pada usia bibit 6 bulan lebih kecil daripada saat diantara partikel-partikel tanah yang

527
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 4 Th. 2016

mengakibatkan kerapatan partikel tanah menjadi berpasir sebesar yaitu 30,64 %. Nilai ini
kecil.Besarnya kerapatan partikel tanah ini juga digunakan sebagai acuan pemberian air irigasi
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, hal pada polybag tanaman secara berkala setiap 7
ini disebabkan karena bahan organik memiliki hari.Besarnya kapasitas lapang ini tergolong
berat yang lebih kecil dari berat benda padat sedang karena tanah latosol memang tidak
tanah mineral yang lain dalam volume yang terlalu baik dalam menahan air. Hal ini
sama. Semakin tinggi bahan organik maka akan disebabkan karena tekstur tanah yang agak
semakin rendah pula kerapatan partikel kasar karena berpasir sehingga cepat
tanahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari meloloskan air.Kemampuan tanah untuk
Islami dan Utomo (1995) yaitu besarnya menahan air dipengaruhi oleh struktur dan
kerapatan partikel tanah dipengaruhi terutama tekstur tanah.Semakin halus tekstur tanah maka
oleh kandungan bahan organik tanah dan semakin tinggi kemampuan tanah tersebut untuk
kepadatan jenis partikel penyusun tanah. menahan air.Hal ini sesuai dengan literatur dari
Berdasarkan hasil penelitian, nilai porositas Hardjowigeno (2007) yang menyatakan bahwa
pada tanah latosol tergolong sedang yaitu pada tanah yang bertekstur kasar mempunyai
saatusia bibit 5 bulan sebesar 60,3% dan usia kemampuan menahan air yang kecil daripada
bibit 6 bulan sebesar 57,6%. Porositas adalah tanah bertekstur halus.Oleh karena itu, tanaman
persentase ruang pori total (ruang kosong) yang yang ditanam pada tanah pasir lebih cepat
terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat kekeringan daripada tanah bertekstur lempung
ditempati oleh air dan udara. Nilai porositas pada atau liat.
usia bibit 6 bulan lebih kecil daripada usia 5
bulan karena dari rumus porositas n = Tabel 3. Kadar Air Kapasitas Lapang Tanah
Latosol
൬1 − ൰ x 100%, maka diketahui bahwa nilai
ρౘ
୔౦ Ulangan Kadar air kapasitas lapang (%)
porositas ditentukan oleh nilai kerapatan massa 1 30,26
dan kerapatan partikel tanah. Jika semakin besar 2 32,2
perbedaan nilai kerapatan massa dengan nilai 3 29,44
kerapatan partikel, semakin kecil nilai kerapatan Rata-Rata 30,64
partikelnya maka semakin kecil pula nilai
porositasnya. Evapotranspirasi, Evaporasi dan Koefisian
Tanaman
Kapasitas Lapang Hasil pengukuran, nilai evapotranspirasi,
Hasil pengukuran kadar air kapasitas evaporasi dan koefisian tanaman pada saat usia
lapang tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 bibit 5 dan 6 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.
menunjukkan bahwa kadar air kapasitas lapang
tanah Latosol yang bertekstur lempung liat

Tabel 4. Hasil analisa evapotranspirasi,evaporasi dan koefisian Tanaman


Parameter Usia bibit 5 bulan Usia bibit 6 bulan
Evapotranspirasi Tanaman (mm/hari) 0,9 0,98
Evaporasi (mm/hari) 1,89 1,93
Koefisien Tanaman 0,47 0,5

Berdasarkan Tabel 4, nilai evapotranspirasi banyak air yang diperlukan untuk memproduksi
tanaman yang terbesar terjadi saat usia bibit 6 buah dan proses pematangannya. Hal ini sesuai
bulan yaitu sebesar 0,98 mm/hari dan nilai dengan literatur dari Islami dan Utomo (1995)
evapotranspirasi tanaman yang terkecil terjadi yang menyatakan bahwa pada periode awal,
saat usia usia bibit 5 bulan yaitu 0,9 evapotranspirasi lebih rendah karena tanaman
mm/hari.Besarnya nilai evapotranspirasi pada masih kecil sehingga luas permukaan tanaman
tanaman kelapa sawit akan semakin meningkat untuk melakukan penguapan lebih kecil.
seiring dengan bertambahnya usia tanaman Nilai rata-rata evaporasi potensial yang
kelapa sawit tersebut. Hal ini dikarenakan terbesar terjadi pada saat usia bibit 6 bulan
semakin besarnya pertumbuhan bagian-bagian yaitu1,93 mm/hari, dan nilai evaporasi potensial
tanaman sehingga luas permukaan lebih besar yang terkecil pada saat usia bibit 5 bulan yaitu
dan lebih banyak pula air yang akan diuapkan. 1,89 mm/hari.Dalam hal ini, nilai evaporasi
Begitu juga ketika telah mencapai usia produktif, potensial pada setiap periode pertumbuhan
evapotranspirasi akan lebih besar karena

528
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 4 Th. 2016

semakin tinggi hal ini sesuai dengan suhu rata- tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur dari
rata setiap periode pertumbuhan Harahap (1999, dalam Widodo dan Bambang
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa 2010) yang menyatakan bahwa nilai crop
nilai koefisien tanaman kelapa sawit pada saat coefisien (kc) untuk tanaman kelapa sawit
usia tanaman 5 bulan yaitu sebesar 0,47 dan berkisar antara 0,82 (untuk LAI< 2) sampai 0,93
pada saat usia bibit 6 bulan nilai koefisien (untuk LAI> 5).
tanaman sebesar 0,5. Nilai koefisien tanaman
kelapa sawit yang diperoleh masih kecil karena Perkolasi
usia tanaman kelapa sawit masih muda. Nilai Hasil pengukuran, besarnya perkolasi pada
koefisien tanaman tersebut akan semakin saat usia bibit 5 dan 6 bulan dapat dilihat pada
meningkat seiring dengan bertambahnya usia Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisa Perkolasi Tanaman


Usia bibit 5 bulan Usia bibit 6 bulan
Perkolasi Tanaman (mm/hari) 2,8 2,4

6 bulan 57,6 %, dan jumlah kadar air


Tabel 5 menunjukkan bahwa perkolasi
kapasitas lapang 30,64 %.
terbesar terjadi pada saat usia bibit 5 bulan yaitu
3. Besar evapotranspirasi (ETc) tanaman
sebesar 2,8 mm/hari dan perkolasi terkecil pada
kelapa sawit pada saat usia bibit 5 bulan
saat usia bibit 6 bulan yaitu 2,4 mm/hari.nilai
yaitu 0,9 mm/hari dan 0,96 mm/hari pada
perkolasi pada saat usia bibit 5 bulan lebih besar
saat usia bibit 6 bulan.
daripada usia 6 bulan. Perbedaan besarnya
4. Besar evaporasi tertinggi yaitu 1.93 mm/hari
perkolasi ini memiliki kaitan yang erat dengan
pada saat usia bibit 6 bulan dan terendah
perbedaan nilai porositas tanah. Pada saat usia
yaitu 1,89 mm/hari pada saat usia bibit 5
bibit 6 bulan nilai porositas lebih kecil yang
bulan.
menyebabkan ruang diantara partikel-partikel
5. Nilai koefisien tanaman kelapa sawit pada
tanah menjadi lebih kecil. Hal ini mempengaruhi
saat usia tanaman 5 bulan yaitu sebesar 0,47
daya permeabilitas tanah menjadi menjadi lebih
dan pada usia bibit 6 bulan yaitu sebesar 0,5.
kecil dan kemampuan tanah dalam menahan air
6. Besar perkolasi tertinggi yaitu 2,8 mm/hari
lebih kuat sehingga perkolasi berkurang.
pada saat usia bibit 5 bulan dan terendah
Perbedaan besarnya perkolasi juga dikarenakan
yaitu 2,4 mm/hari pada usia bibit 6 bulan.
kebutuhan air tanaman pada saat usia 6 bulan
lebih besar yang disebabkan ukuran tanaman
yang lebih besar. Sehingga pemberian air DAFTAR PUSTAKA
dengan jumlah yang sama mengakibatkan air
yang tidak terpakai lebih sedikit dan terbuang Anonimous, 2011. Pengurasan Air Tanah &
melalui proses perkolasi. Hal ini juga dikarenakan Pencemaran Air Permukaan.
kurang sesuainya data kebutuhan air tanaman http.//indoprogress.com/2011/04/13/bisnis-
dan suhu lingkungan penelitian pada waktu pahit-kelapasawit-2-selesai/ [2
pengukuran kadar air kapasitas lapang untuk Desember 2014]
menentukan jumlah air yang diberikan dengan
waktu berlangsungnya pemberian air tanaman. Didiek, H. G., 2005. Prospek Dan Arah
Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit Di
Indonesia. http:// prospek dan arah
KESIMPULAN pengembangan agribisnis Kelapa sawit di
indonesia.pdf[2 Desember 2014].
1. Tekstur tanah Latosol yang digunakan yaitu
lempung liat berpasir yang diperoleh dari Foth, H. D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi
perbandingan persentase pasir 54,56 %, Keenam. Erlangga, Jakarta.
debu 13,84 %, liat 31,60 %, dan B-organik
sebesar 0,824 %. Hadi, M, M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa
2. Nilai bulk density tanah latosol yang Sawit. Adi Cita Karya, Yogyakarta.
digunakan 1,06 g/cm3, nilai particle
densityusia bibit 5 bulan 2,67 g/cm3 dan pada Hakim N., N. Yusuf, A. M. Lubis, G. N. Sutopo,
usia bibit 6 bulan 2,5 g/cm3, porositas pada M. Amin, Go B.H dan H.H. Bailley, 1986.
usia bibit 5 bulan 60,3 % dan pada usia bibit Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.

529
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 4 Th. 2016

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pahan, I., 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.
Pressindo, Jakarta. Penebar Swadaya. Jakarta.

Islami, T. dan W. H. Utomo, 1995.Hubungan Soemarto, C.D., 1995. Hidrologi Teknik.


Tanah Air dan Tanaman. IKIP Semarang Erlangga, Jakarta.
Press, Malang.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, 2003. Hidrologi
James, L. G., 1988. Principles of Farm Untuk Pengairan. Pradnya Paramita,
Irrigation System Design. John Wiley Jakarta.
&Sons, Inc., Kanada.
Susilo, S. B., 1987. Mekanika Tanah. Erlangga,
Limantara, L. M., 2010. Hidrologi Praktis. Lubuk Jakarta.
Agung, Bandung.

530

Anda mungkin juga menyukai