Anda di halaman 1dari 3

Nama: Thalita Anvyesti Muhtinanda

NIM: 195110807111023

TEORI ILMIAH & TEORI KONSPIRASI


Teori Umum
Teori dibentuk dari paradigma yang artinya seperangkat konsep yang berhubungan
satu dengan yang lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi
untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/atau masalah yang dihadapi.
Pada ulasan tugas ini, akan dibahas perbedaan teori ilmiah dan teori konspirasi menurut
paradigma nya.
Teori adalah pernyataan mengenai hakekat sesuatu (gejala yang diteliti) atau
mengenai hubungan antarvariabel atau antargejala yang diteliti, yang sudah terbukti
kebenarannya (Ahimsa-Putra, 2009). Unsur-unsur nya paradigma dalam teori ilmiah:
Asumsi-asumsi Dasar (Basic Assumptions): Asumsi dasar adalah pandangan mengenai
suatu hal yang tidak lagi dipertanyakan kebenaranya. Berasal dari perenungan filosofis,
reflektif penelitian dan pengamatan. Contohnya: apa itu sosial? Apa itu manusia? Apa itu
kebudayaan?
Etos / Nilai-nilai: Setiap kegiatan selalu didasarkan pada parameter kriteria dalam
menentukan baik buruknya suatu hal. Nilai nilai nya mengenai: (a) ilmu pengetahuan (b) ilmu
sosial-budaya; (c) penelitian ilmiah; (d) analisis ilmiah; (e) hasil penelitian. (Ahimsa-Putra,
2009). Misal: “ilmu pengetahuan yang baik adalah yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia”; atau “ilmu pengetahuan yang baik adalah yang teori-teorinya bisa bersifat
universal”;
Model-model (primary model): Dalam perumpamaan suatu gejala tertentu, model dapat
diartikan analogi atau kiasan yang bersifat menyederhanakan gejala itu sendiri. Misal:
Kebudayan secara fungsionalis mengambil contoh organisme (makhluk hidup).
Masalah Yang Diteliti / Yang Ingin Dijawab: Penelitian dilakukan ketika menyadari
adanya gejala aneh dan unik yang memunculkan beberapa pertanyaan atas gejala tersebut dan
membuktikan kebenaran atas hipotesa yang telah dibuat. Misal: Kenapa apel bisa jatuh ke
tanah?
Konsep-konsep Pokok: Konsep didefinisikan sebagai istilah-istilah yang diberi makna
tertentu sehingga dapat digunakan untuk menganalisis, memahami, menafsirkan dan
menjelaskan peristiwa atau gejala sosial-budaya yang dipelajari (Ahimsa-Putra, 2009).
Contoh konsep: kamus antropologi, kamus sosiologi, dan sejenisnya, merupakan kumpulan
penjelasan konsep-konsep yang dipandang penting dalam kajian antropologi dan sosiologi.
Metode-metode Penelitian: Metode adalah cara, sedang penelitian adalah kegiatan
mengumpulkan data (Ahimsa-Putra, 2009). Pada pengumulan data terbagi menjadi dua yakni:
data kualitatif dan data kuantitatif.
Metode-metode Analisis: Metode analisis data pada dasarnya adalah cara-cara untuk
memilah-milah, mengelompokkan data kualitatif maupun kuantitatif supaya kemudian dapat
ditetapkan relasi relasi tertentu antara kategori data yang satu dengan data yang lain.
Hasil Analisis / Teori: Penyajian adalah karya ilmiah yang memaparkan kerangka
pemikiran, analisis dan hasil analisis yang telah dilakukan, yang kemudian menghasilkan
kesimpulan atau teori tertentu.
Representasi (Etnografi): Dalam antropologi, representasi ini biasa disebut etnografi
(Ahimsa-Putra, 2009). Sebuah paradigma tidak akan utuh ketika tidak ada validasi berupa
representasi nya.
Teori Konspirasif
Pada tahun 1999 dalam bukunya 20th century words, John Ayto menjelaskan definisi
teori konspirasi adalah sebuah penjelasan tentang suatu peristiwa atau kejadian yang
menimbulkan konspirasi yang tidak beralasan, yang dilakukan oleh orang-orang yang
berpengaruh. Menurut KBBI, kata konspirasi adalah persekongkolan atau komplotan. Pelaku
konspirasi disebut dengan konspirator. Pada kamus Oxford, pengertian konspirasi adalah
suatu rencana yang sifatnya rahasia yang dilakukan oleh sekelompok orang tertentu dengan
tujuan illegal atau merugikan pihak-pihak tertentu. Unsur-unsur nya paradigma dalam teori
konpirasi:
Asumsi-asumsi: Pada teori konspirasi asumsi dasar nya tersubsitusi menjadi spekulasi dasar,
sikap skeptis, dan idealis. Disebabkan keinginan untuk mencari kepastian. Ketidakpastian
adalah keadaan yang tidak menyenangkan, teori konspirasi memberikan rasa pengertian dan
kepastian yang menghibur. Lalu keinginan untuk kontrol dan keamanan. Penelitian telah
menunjukkan bahwa orang akan cenderung beralih ke teori konspirasi ketika mereka cemas
(Grzesiak-Feldman, 2013) dan merasa tidak berdaya (Abalakina-Paap, Stephan, Craig, &
Gregory, 1999).
Model-model): Dalam perumpamaan suatu fenomena, model teori konspirasi merujuk pada
pola-pola yang sama dengan melihat teori-teori konspirasi sebelumnya. contoh nya: teori
zionisme spongebob dan teori ideologi tertentu pada lukisan monalisa.
Masalah Yang Diteliti: Penelitian dilakukan ketika menyadari adanya gejala aneh dan unik
yang memunculkan beberapa pertanyaan atas gejala tersebut dan membuktikan kebenaran
atas hipotesa yang telah dibuat. Pengukit teori konspirasi mungkin hanya mampu menebak
dan menduga-duga saja apa yang akan terjadi selanjutnya. Oleh karena itu, munculah teori
konspirasi.
Konsep-konsep Pokok: Contoh konsep pada teori konspirasi: Ideologi, negara, conspiracy
civil, conspiracy criminal, conspiracy, hub-and-spoke conspiracy, dsb.
Metode-metode Analisis: Metode analisis data pada teori konspirasi hanya dari organ otak
manusia saja. Menurut pakar Neo Science Paul Whallen University of Darmouth, amygdala
adalah salah satu bagian otak yang mencoba mencari pola saat menghadapi situasi yang
kacau yang terlalu sulit untuk dicerna. Hal ini juga didukung oleh teori Ramsey saat
menghadapi data acak yang melimpah manusia akan mempunyai kecenderungan untuk
menghubungkan data satu dengan yang lain sampai membentuk pola dengan tujuan untuk
agar manusia bisa membedakan mana informasi yang berguna mana yang tidak. Namun
umumnya letak kelemahan pada teori Ramsey ada pada manusia yang memiliki
kecenderungan asal-asalan dalam menghubungkan satu informasi sehinga data-data yang
tidak berhubungan sama sekali namun bisa dibuat masuk akal dapat dijadikan sebuah
informasi (bias information).
Hasil Analisis / Teori: Penyajian yang memaparkan kerangka pemikiran, analisis dan hasil
analisis yang telah dilakukan, yang kemudian menghasilkan kesimpulan atau teori konspirasi.
Perbedaan paradigma teori konspirasi ada pada ketidakhadirannya nilai/etos, metode
penelitian, dan representasi/etnografi. Karena pada dasarnya tidak nilai baik dan mampu
memberikan wawasan dari teori konpirasi selain menenangkan keresahan hati manusia akan
ketidakpastian. Tidak ada metode penelitian karena tidak terstruktur dan cenderung mengulik
data dari bias proportionality dan bias information serta tidak dapat diterapkan atau bahkan
diuji coba. Teori konpirasi pada dasarnya benar menurut teori kebenaran koherensi, dimana
teori koherensi tersebut dinyatakan benar ketika masuk akal walau tidak ada buktinya.
Namun walau teori konspirasi ini masuk dalam teori kebenaran, kebenaran itu sendiri tidak
bisa dipaksa pukul rata untuk semua orang dimana kebenaran adalah hal yang diyakini
masing-masing orang dan tidak ada yang salah akan hal itu.

Ahimsa-Putra, H.S. (2011). “PARADIGMA, EPISTEMOLOGI dan ETNOGRAFI dalam


ANTROPOLOGI”. Makalah ceramah “Perkembangan Teori dan Metode Antropologi”,
Departemen Antropologi, FISIP Unair, Surabaya, 6-7 Mei 2011. 1-28
Douglas, K. M., Sutton, R. M., & Cichocka, A. (2017). The psychology of conspiracy
theories. Current Directions in Psychological Science, 26, 538-542.

Anda mungkin juga menyukai