3
Keuntungan memberlakukan ISM Code
Bagi Perusahaan :
4
Bagi Pelaut (terutama Nakhoda) :
5
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan, membutuhkan
persiapan pembuatan sistem dokumentasi yang memenuhi
persyaratan ISM Code.
2. Prosedur Operasi :
ad. Dokumen yang menjelaskan tentang cara untuk
menerapkan/melaksanakan Pedoman Manajemen
Keselamatan ( SOP )
6
3. Instruksi Kerja dan Dokumen Pendukung :
Instruksi Kerja ad. Dokumen yang menjelaskan bagaimana
cara melakukan sesuatu, supaya pelaksana dapat bekerja
dengan benar dan baik.
Dokumen Pendukung ad. Dokumen yang mendukung
pelaksanaan prosedur operasi dan instruksi kerja seperti :
spesifikasi, gambar teknik, pedoman operasi kapal, dll.
4. Catatan Mutu/Laporan :
ad. Merupakan sarana pelaporan hasil kerja, misalnya
lembar periksa, daftar periksa, hasil pemeriksaan, dll
7
KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
8
PEDOMAN KESELAMATAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
9
PROSEDUR OPERASI KESELAMATAN DAN
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
Prosedur di Darat :
15
Beberapa nama Biro Klasifikasi yang terkenal antara lain :
Catatan :
Setiap Biro Klasifikasi mempunyai aturan sendiri untuk memberi kelas
kepada kapal dan untuk kapal yang kelasnya sempurna, biro klasifikasi
memberi tanda khusus di sertifikatnya
16
Bila kapal hendak berlayar maka kapal tersebut harus berada dalam
keadaan layak laut (seaworthness).
Layak laut berarti :
17
Untuk menjaga keselamatan kapal dan lingkungan
bagi kapal-kapal berbendera Indonesia, Pemerintah
RI, dengan Keppres No. 65 Tahun 1980, telah
memberlakukan SOLAS 74/78 dan Keppres No. 46
Tahun 1986 untuk Marpol 73/78.
18
International Maritime Organization (IMO) telah mengeluarkan
peraturan, termasuk di dalamnya beberapa amandemen dari setiap
konvensi, berupa :
Safety of Life at Sea (SOLAS) Convention 1974/1978, yang
membahas aspek keselamatan kapal, termasuk konstruksi,
navigasi dan komunikasi.
Marine Pollution Prevention (Marpol) Convention 1973/1978, yang
membahas aspek perlindungan lingkungan perairan, khusus untuk
pencegahan pencemaran yang asalnya dari kapal, alat apung dan
usaha penanggulangannya.
Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers
(STCW) Convention 1978, yang berisi persyaratan minimum
pendidikan atau pelatihan yang harus dipenuhi oleh anak buah
kapal (ABK) untuk bekerja sebagai pelaut.
Dengan diberlakukannya amandemen konvensi International
Standard of Training Sertification and Watchkeeping for Seafarers
(STCW) 1995 sebagai penyempurnaan STCW 1978, maka
pemerintah RI mengeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM. 70 Tahun 1998 tentang Pengawakan Kapal Niaga yang
berlaku mulai tanggal 21 Oktober 1998.
19
IMO menemukan bahwa sesuai statistik, ada sebanyak 80 % dari
semua kecelakaan kapal di laut disebabkan oleh kesalahan manusia
dan sistem manajemen kantor pemilik kapal yang buruk. Oleh
karena itu, perusahaan pelayaran harus bertanggung jawab atas
keselamatan kapal ( selain nakhoda, perwira serta ABK dari kapal
tersebut).
20
Tujuan dari ISM Code adalah memberikan standar internasional
mengenai manajemen dan operasi kapal yang aman dan mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan.
Sedangkan DPA bertugas untuk memeriksa segala peraturan dan
persyaratan yang ada, baik dikantor pelayaran maupun di kapal
secara periodik.
Dengan cara ini, sukar bagi pemilik kapal untuk mengatakan bahwa
dia tidak mengetahui bahwa kapalnya tidak layak laut.
22
Tujuan perusahaan pelayaran melaksanakan Sistem
Manajemen Keselamatan (SMS), adalah :
23
24