Anda di halaman 1dari 19

PENGAWAKAN KAPAL

Kapal Penyeberangan (sebagaimana kapal pada umumnya) dilayani


oleh awak kapal dengan persyaratan tertentu, tidak asal ada tenaga
kerja saja.
Persyaratan tersebut diatur oleh peraturan perundang-undangan
karena berkaitan dengan keselamatan kapal dan pelayaran.
Dasar pengaturan tentang kepelautan adalah Peraturan Pemerintah
No. 7 tahun 2000, dimana disebutkan bahwa pada setiap kapal yang
berlayar harus berdinas :
a. Seorang nakhoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki
sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat keterampilan pelaut sesuai
dengan daerah pelayaran, ukuran kapal, jenis kapal dan daya
penggerak kapal.
b. Sejumlah rating yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan/atau
sertifikat keterampilan pelaut sesuai dengan jenis tugas, ukuran
dan tata susunan kapal.

1
1. Persyaratan Kerja di Kapal

Untuk dapat bekerja sebagai awak kapal, wajib memenuhi


persyaratan :
a. Memiliki Sertifikat Keahlian Pelaut dan/atau Sertifikat
Keterampilan Pelaut;
b. Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun;
c. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan yang khusus dilakukan untuk itu;
d. Disijil

Yang dimaksud dengan “disijil” adalah dimasukkan dalam buku


daftar awak kapal yang disebut buku sijil, yang berisi daftar awak
kapal yang bekerja di atas kapal sesuai dengan jabatannya dan
tanggal naik turunnya yang disahkan oleh Syahbandar.

2
2. Hak-hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan


Pemerintah No.7 tahun 2000 tentang Kepelautan, adalah :
a. Hak Pelaut :
Menerima gaji, upah, lembur, uang pengganti hari-hari libur,
uang delegasi, biaya pengangkutan dan upah saat diakhirinya
pekerjaan, pertanggungan untuk barang-barang milik pribadi
yang dibawa dan kecelakaan pribadi serta perlengkapan untuk
musim dingin bagi yang bekerja di wilayah yang suhunya
15 derajat Celcius atau kurang yang berupa pakaian dan
peralatan musim dingin, serta hak cuti.
b. Kewajiban Pelaut :
Melaksanakan tugas sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan
sesuai dengan perjanjian, menanggung biaya yang timbul
karena kelebihan barang bawaan di atas batas ketentuan yang
ditetapkan perusahaan, menaati perintah perusahaan dan
bekerja sesuai dengan jangka waktu perjanjian.

3
c. Hak Pemilik/Operator :
Mempekerjakan pelaut.
d. Kewajiban Pemilik/Operator :
Memenuhi semua kewajiban yang merupakan hak-hak pelaut.

3. Kesejahteraan Awak Kapal

Kesejahteraan pelaut sebagaimana diatur dalam Peraturan


Pemerintah No.7 tahun 2000 tentang Kepelautan adalah sebagai
berikut :
a. Jam kerja bagi awak kapal ditetapkan 8 (delapan) jam setiap
hari dengan 1 (satu) hari libur setiap minggu dan hari-hari libur
resmi;
b. Perhitungan gaji jam kerja bagi awak kapal ditetapkan
44 (empat puluh empat) jam setiap minggu;

4
c. Jam kerja melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (a) di atas dan dipekerjakan pada hari-hari libur dihitung
lembur;
d. Setiap awak kapal harus diberikan waktu istirahat paling sedikit
10 (sepuluh) jam dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat)
jam yang dapat dibagi 2 (dua), yang salah satu diantaranya
tidak kurang dari 6 (enam) jam kecuali dalam keadaan darurat;
e. Pelaksanaan tigas-tugas darurat demi keselamatan berlayar
dan muatan termasuk latihan-latihan di kapal atau untuk
memberikan pertolongan dalam bahaya sesuai peraturan
keselamatan pelayaran, tidak dihitung lembur;
f. Pelaut muda atau pelaut yang berumur antara 16 tahun sampai
18 tahun dan dipekerjakan sebagai apapun di atas kapal, tidak
diperbolehkan untuk :
1) Dipekerjakan melebihi 8 (delapan) jam kerja sehari dan
40 jam seminggu.
2) Dipekerjakan pada waktu istirahat, kecuali dalam keadaan
darurat.

5
4. Pengelompokan Awak Kapal

Kualifikasi dan jumlah awak kapal ditentukan oleh jenis dan bobot
kapal.
Ketentuan pengawakan kapal diatur dalam pasal 55 – 64 ISU
No. 21/1992.

Awak kapal dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu :

a. Awak kapal dek yang dipimpin oleh Mualim Kapal; dan


b. Awak kapal mesin yang dipimpin oleh Kepala Kamar Mesin.

Keseluruhannya dipimpin oleh seorang Nakhoda, yang


bertanggung jawab penuh selama pelayaran atas keselamatan,
keamanan dan ketertiban pelayaran terhadap penumpang dan
muatannya serta kapal dan awaknya

6
Oleh karena itu seorang nakhoda memiliki kewenangan penegakan
hukum terhadap kapal motor dengan ukuran < 100 m3 dan kapal
tanpa motor dengan ukuran 300 m3 dengan konstruksi sederhana
yang berlayar di perairan terbatas, tidak perlu dipimpin oleh
seorang nakhoda dan cukup dipimpin oleh seorang Pemimpin
Kapal yang persyaratan keterampilannya lebih ringan.

Pengelompokan lain awak/anak buah kapal (di luar nakhoda)


adalah :

 Perwira dek/geladak;
 Perwira mesin;
 Perwira administrasi/Purser;
 Bintara;
 Kelasi.

7
Perwira Dek (Mate) adalah :

 Mualim I, yang bertanggung jawab terhadap muatan kapal mulai


dari pemuatan sampai pembongkaran, persediaan air tawar,
mengatur arah navigasi dan sebagai pengganti nakhoda, kalau
nakhoda berhalangan, biasa dipanggil CHIEF;
 Mualim II, yang bertugas membuat jalur/route pelayaran yang
akan dilalui kapal ke suatu pelabuhan dan bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan dan perawatan kapal termasuk semua
alat navigasi, update peta-peta dan sebagai operator radio di
atas kapal, biasa dipanggil SECOND;
 Mualim III, yang bertanggung jawab mengatur, memeriksa,
dan memelihara semua alat-alat keselamatan (Life Saving
Appliance dan Fire Fighting Appliance) di atas kapal.
 Purser, yang bertanggung jawab terhadap administrasi operasi
kapal, pengurusan dokumen dan bagi kapal penumpang
bertanggung jawab atas pelayanan penumpang.

8
Catatan :
Dari tugas dan tanggung jawab secara garis besar adalah
demikian, tapi di atas kapal kadang ditemui beberapa tugas-tugas
tambahan sesuai dengan International Safety Management
(ISM Code) Manual Perusahaan tersebut.

Untuk Pembantu Perwira, ada beberapa kelompok juga :


 Serang atau Bosun (Boatswain) yang juga disebut Kepala
Kerja, Kepala Kelasi atau Mandor Kapal, adalah anak buah
kapal (awak kapal selain perwira) yang paling senior di bagian
geladak dan bertanggung jawab atas komponen-komponen
lambung kapal ;
 Jurumudi (Able Bodied Seaman) adalah awak kapal yang
bertugas melayani kemudi dan pengemudian kapal.
Ruang lingkup pekerjaan AB cukup luas termasuk jaga, dimana
AB akan memegang kemudi sesuai instruksi dari Deck
Officer/Perwira Deck, membantu pekerjaan jaga, melakukan
pemeliharaan rutin perlengkapan seperti lifeboats, rescue boats,
liferats dan alat emergency lainnya.
9
 Kelasi adalah awak kapal dengan pangkat yang terendah.
 Steward, untuk ABK dan penumpang.
Pekerjaan steward tidak mudah, tugasnya banyak dan beragam
Dia adalah penyedia kopi, asisten juru masak, helper pantry,
pelayan, pencuci piring, dll.

Perwira mesin, berjaga bergiliran setiap 4 jam dan dipimpin oleh


seorang Kepala Kamar Mesin (KKM) / Chief Engineer.

Selanjutnya, mereka dibantu oleh tenaga-tenaga terampil :


 Oilers - tukang oli – oil man.
 Water tenders, bunker air
 Fire man – pemadam kebakaran.

10
Bagi Kapal Penyeberangan, tugas-tugas para awak kapal tersebut
harus disesuaikan dengan kebutuhan angkutan (muatan) yaitu
penumpang dan kendaraan.
Untuk penumpang perlakuannya sama dengan kapal penumpang, dan
untuk kendaraan perlu perlakuan khusus dengan ketrampilan
perparkiran kendaraan dan pemberangkatan kendaraan, agar
kestabilan kapal tetap terjaga supaya tidak oleng.
Bagi kapal penyeberangan yang membawa gerbong kereta api,
penjagaan kestabilan ini dikomando dari anjungan dengan memainkan
tonki ballast.
Seluruh awak kapal harus memiliki pengetahuan/pendidikan serta
keterampilan yang sesuai dengan tugasnya di kapal, dan didukung
oleh ijazah atau sertifikat yang dimilikinya.
Dalam bertugas awak kapal wajib mematuhi ketentuan pasal 11
KM No.32 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Penyeberangan.

11
5. Akomodasi Awak Kapal

Persyaratan akomodasi awak kapal :


a. Akomodasi awak kapal di atas kapal harus memenuhi
persyaratan keamanan dan kesejahteraan awak kapal;
b. Penempatan, tata susunan dan pengaturan sekat hubungan
dengan ruangan lain dari akomodasi awak kapal harus
sedemikian rupa sehingga menjamin keselamatan awak kapal
yang cukup, perlindungan terhadap cuaca dan air laut dan
disekat dari panas dan dingin serta kebisingan dari ruangan-
ruangan mesin dan ruangan –ruangan lainnya serta tidak ada
pintu-pintu langsung ke kamar tidur dari ruang muatan, ruangan
mesin atau dari ruangan dapur dan ruangan-ruangan
penyimpanan;
c. Bagian dari sekat harus memisahkan ruangan-ruangan dari
kamar tidur dan sekat luar harus dibuat dari baja atau bahan
sejenis yang diakui dan kedap air serta kedap gas;
d. Semua kamar tidur harus terletak jauh lebih tinggi dari garis
muat di lambung kapal, dapat dikecualikan bagi kapal-kapal
tertentu atau kapal-kapal penumpang tertentu;
12
e. Semua ruangan tempat tinggal awak harus dilengkapi dengan
pencegah masuknya serangga melalui pintu-pintu, jendela-
jendela dan lubang-lubang ke dalam ruangan;
f. Semua ruangan tempat tinggal awak kapal harus tetap dirawat
dan dijaga dalam keadaan bersih dan baik dan tidak boleh diisi
dan digunakan untuk menympan barang-barang lainnya.

Luas ruang akomodasi awak kapal :


a. Ketentuan luas lantai ruang tidur untuk awak kapal adalah :
1) Paling sedikit 2,00 m2 untuk kapal-kapal lebih kecil dari
GT. 500.
2) Paling sedikit 2,35 m2 untuk kapal-kapal dengan ukuran
GT.500 ke atas
3) Paling sedikit 2,78 m2 untuk kapal-kapal dengan ukuran
GT. 3000 ke atas.
b. Setiap perwira harus mempunyai 1 kamar tidur untuk sendirian,
sedangkan untuk rating 1 kamar tidur untuk 2 (dua) orang,
kecuali di kapal-kapal penumpang.

13
c. Untuk kamar tidur rating di kapal-kapal penumpang yang satu
kamar tidur terdapat 4 (empat) tempat tidur, maka luas lantai
per orang minimal 2,22 m2 termasuk luas lantai untuk
menempatkan tempat tidur dan meja.
d. Lemari dan laci untuk tempat menyimpan barang-barang
penting dan kursi.
e. Bagi setiap awak kapal diharuskan disediakan sebuah tempat
tidur yang layak dan tidak boleh diletakkan rapat satu sama lain.
f. Tinggi langit-langit kamar tidur minimal 190 cm dari lantai.
g. Jika suatu kamar tidur dilengkapi tempat tidur bertingkat, tempat
tidur terbawah tingginya minimal 30 cm dari lantai dan tempat
tidur atas, di pertengahan tinggi antara tempat tidur bawah dan
sisi bawah langit-langit.
h. Semua kamar tidur yang telah dilengkapi dengan tempat tidur,
lemari, laci tempat menyimpan, meja dan kursi harus
mempunyai kenyamanan yang layak.

14
FASILITAS AWAK KAPAL

1. Fasilitas Dasar Awak

Setiap kapal harus dilengkapi dengan ruang makan baik untuk


perwira maupun rating yang dilengkapi dengan pantry, meja dan
kursi makan yang layak.

Setiap kapal harus dilengkapi ruangan untuk bersantai bagi awak


kapal jika tidak sedang bertugas yang cukup luas disesuaikan
dengan ukuran kapal dan jumlah awak kapal.

Setiap kapal dengan ukuran lebih besar dari GT. 3000 harus
mempunyai ruang rekreasi yang terpisah dari ruang makan untuk
perwira dan rating yang nyaman letaknya dan dilengkapi dengan
peralatan dan perabotan yang cukup untuk fasilitas rekreasi.

Ruangan untuk bersantai dan rekreasi di tempat yang terbuka


harus dilengkapi dengan atap tenda tetap, ada pencegah sinar
matahari.
15
2. Sanitasi

Setiap kapal harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang cukup


dan layak untuk seluruh awak kapal.
Fasilitas sanitasi berupa jamban untuk setiap kapal, selain kapal
penumpang adalah :
 Kapal lebih kecil dari GT.800 minimum sebanyak 3 (tiga) buah.
 Kapal dengan ukuran GT.800 ke atas minimum 4(empat) buah.
 Kapal dengan ukuran GT.3000 ke atas minimum sebanyak 6
(enam) buah.

Fasilitas sanitasi berupa kamar mandi dan tempat cuci untuk setiap
kapal selain kapal penumpang di luar fasilitas kamar mandi yang
ada ditentukan :
 Minimum 1 (satu) kamar mandi untuk 8 (delapan) orang awak
kapal.
 Minimum 1 (satu) tempat cuci untuk 8 (delapan) orang awak
kapal.
16
Untuk kapal-kapal penumpang dengan jumlah awak kapal lebih dari
100 (seratus) orang, jumlah fasilitas sanitasi ditentukan sesuai
keperluan.
Setiap kapal harus dilengkapi dengan fasilitas air tawar yang cukup
yang bersuhu dingin maupun panas yang disesuaikan dengan
daerah pelayaran kapal.
Semua ruangan sanitasi harus dilengkapi dengan ventilasi ke udara
luar sehingga terjadi sirkulasi yang baik.

3. Klinik

Setiap kapal dengan jumlah awak kapal 15 (lima belas) orang atau
lebih harus dilengkapi dengan ruang perawatan kesehatan yang
layak dan memiliki kamar mandi dan jamban tersendiri.
Fasilitas ruang perawatan kesehatan tidak boleh dipergunakan
untuk keperluan-keperluan lain, selain untuk perawatan orang sakit,
sehingga bisa digunakan sewaktu-waktu, khususnya dalam
keadaan darurat.
17
Pada setiap kapal harus tersedia obat-obatan untuk pengobatan
darurat sebelum kapal tiba di pelabuhan atau mendapat bantuan
pengobatan dari tempat lain dan bahan-bahan pembalut dalam
jumlah yang banyak.
Untuk pemberian pelayanan kesehatan di kapal, nakhoda dalam
keadaan tertentu dapat meminta bantuan nasihat dari tenaga medis
di darat.

18
PROGRAM DIKLAT KEMENHUB

Program pendidikan terhadap pelaut diadakan di antaranya oleh


Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) dengan
program-program sebagai berikut :
1. Diklat Teknologi Pelayaran Nusantara – 1 / DTPN-1
(AN-IV / AT-IV)
a. Program Studi Nautika (Approved No. DL.23/7/17-05)
b. Program Studi Teknika (Approved No. DL.23/7/20-05)
2. Diklat Teknologi Pelayaran Nusantara - II / DTPN-II
(AN-V / AT-V)
a. Program Studi Nautika (Approved No. DL.23/7/16-05)
b. Program Studi Teknika (Approved No. DL.23/7/19-05)
3. Diklat Teknologi Pelayaran Dasar / DTPD (AN-D / AT-D)
a. Program Studi Nautika (Approved No. DL.23/7/15-05)
b. Program Studi Teknika (Approved No. DL.23/7/18-05)
19

Anda mungkin juga menyukai