Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN

(Literature Review)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama : Yunita S.Ali

P07120317052

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI

DIV KEPERAWATAN PALU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) adalah cairan ciptaan Allah SWT, Yang

fungsinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi dan

melindunginya dari serangan penyakit. Keseimbangan gizi yang

terbaik berada didalam ASI. ASI juga sangat kaya akan sari-sari

makanan yang dapat mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan

perkembangan system saraf. Susu formula atau segala macam

makanan tiruan untuk bayi yang dibuat menggunakan teknologi

canggih sekalipun tidak akan bisa menandingi keungulan ASI ciptaan

Allah SWT (Widyanto et al,2012).

ASI merupakan makanan utama bagi bayi sehingga sangat

penting untuk kesehatan bayi, namun tidak semua bayi mendapatkan

ASI dari ibunya. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI ekslusif di

dunia yaitu 38%. Menurut SDKI dari tahun 1997 hingga 2002, jumlah

bayi usia 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif menurun dari 7,9%.

Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukan penurunan jumlah bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Rikesdes 2010 juga

melaporkan jumlah bayi yang menyusui ASI eksklusif sampai 6 bulan

di Indonesia hanyalah sebanyak 15,3%, sedangkan target Indonesia

sehat 2010 cakupan ASI eksklusif adalah sebanyak 80%. Dari rata-rata

diatas dapat disimpulkan bahwa cakupan ASI eksklusif di Indonesia


masih jauh dari rata-rata dunia dan juga masih sangat jauh dari target

Indonesia sehat 2010 ( Haryono,2014).

Kematian bayi bisa diturunkan dengan pemberian ASI

eksklusif. Hasil penelitian Story dan Parish dalam Estiwidani (2011)

menyatakan bahwa secara signifikan ASI menurunkan insiden diare

dan infeksi saluran pernafasan. Demekian pua dengan penelitian yang

dilakukan oleh Arifeen et al, dalam Estiwidani (2011) yang

mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada beberapa bulan

pertama dapat menurunkan resiko kematian akibat diare sebesar 3,9

kali dan kematian akibat infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

sebesar 2.4 kali. Dengan ASI eksklusif, 55% dari kematian bayi akibat

penyakit diare dan ISPA dapat decegah pada bayi umur 0-3 bulan dan

66% pada bayi umur 4-11 bulan di Amerika latin ( Haryono,2014).

Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) pada

tahun 2016 tentang cakupan ASI eksklusif di dunia hanya sebesar

36%. Capaian tersebut masih dibawah target cakupan ASI eksklusif

yang ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 50%. Menurut data

Riskesdas yang diambil dari tahun 2014 – 2018 cakupan ASI eksklusif

di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 37,3%, 2015 sebesar 55,7%,

tahun 2016 sebesar 54%, tahun 2017 sebesar 61,33%, dan pada tahun

2018 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 37,3%. Jika

dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Kemenkes RI yaitu


80% maka, capaian ASI eksklusif di tingkat Indonesia masih belum

memenuhi target.

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi esensial yang mengandung

sel- sel darah putih, imunoglobulin, hormon dan protein spesifik serta

zat gizi lainnya yang diperlukan untuk kelangsungan tumbuh bayi.

Sumber nutrisi dengan kualitas dan kuantitas terbaik untuk bayi

terdapat dalam kandungan ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah air susu

yang diberikan kepada bayi langsung setelah lahir sampai 6 bulan

tanpa tambahan makanan atau minuman yang lain. Pada proses

pemberian ASI eksklusif terjadi banyak gangguan yang diakibatkan

kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, dukungan keluarga serta

lingkungan sekitar (Hikmawati, 2008 dalam Mardiana, 2016).

Rendahnya cakupan presentase ASI eksklusif di Indonesia

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pengetahuan ibu.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurleli et al (2017) terdapat

hubungan antara pengetahuan dan pemberian ASI Eksklusif dengan

melakukan uji chi-square dengan nilai p=0,000 yang berarti bahwa

tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI

Ekslusif. Hal ini dapat terjadi peningkatan pemberian ASI Ekslusif jika

di sertai dengan meningkatkan pengetahuan tentang ASI Ekslusif.

Pengetahuan ibu yang kurang tentang manfaat ASI serta

mangatur laktasi sejak masa kehamilan sampai melahirkan akan

berdampak pada perilaku terhadap ASI eksklusif yang dipengaruhi


sikap ibu tersebut. Pada ibu bekerja dan tidak bekerja juga terdapat

pengaruh atau perbedaan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif,

meskipun tidak terlepas dari dukungan keluarga dan faktor lainnya,

keberhasilan tersebut sangat mempengaruhi angka pencapaian ASI

Eksklusif yang tergolong rendah.

Cakupan pemberian ASI Eksklusif yang masih rendah

berdasarkan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi sikap ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif. Hambatan yang dialami pada ibu dalam

memberikan ASI eksklusif terutama bagi ibu bekerja dikarenakan

jauhnya tempat bekerja dari rumah, fasilitas tempat memerah ASI di

tempat kerja yang kurang, jenis pekerjaan dan keadaan lingkungan

kerja yang kurang mendukung serta rendahnnya implementasi hak

kesehatan reproduksi pada pekerja perempuan sedangkan ada ibu tidak

bekerja pemberian ASI Eksklusif dapat lebih maksimal. Pemberian

ASI eksklusif dapat bermanfaat untuk melindungi bayi dari infeksi dan

mencegah kekurangan kadar gula darah pada bayi. Bagi ibu sendiri,

menyusui dapat mempercepat proses pengecilan rahim secara alami,

mengurangi bahaya perdarahan sesudah melahirkan serta menambah

kesuburan pasca melahirkan (Saminem, 2008).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2019 pencapaian ASI eksklusif sekitar 41 % sedangkan

dari dinas kesehatan provinsi , cakupan pemberian ASI eksklusif hanya

sekitar 54,3% (Pusdatin, 2015).


Untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak, suatu hal yang

perlu diperhatikan dengan sunguh-sunguh adalah Pemberian Air

Eksklusif pada bayi umur 0 bulan sampai dengan umur 6 bulan serta

dilanjutkan sampai usia 24 bulan sesuai dengan perkembanganya.

Menurut WHO/UNICEF dalam kajian Global Strategey for Infant and

Young Child Feeding menerapkan cara menyusui bayi secara eksklusif

sejak lahir dan pemberian dini ASI dan meneruskan menyusui anak

sampai umur 24 bulan. Menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif

menurunkan angka kematian dikarenakan infeksi sebanyak 88 %,

menurunkan risiko obesitas dan penyakit kronis sebanyak 82 % . Data

Susenas (2008) menyebutkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada

bayi >6 bulan 24,8 % dan secara Nasional sebesar 33,2% dan cakupan

ASI Eksklusif Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 32,2 % (Riskesdas

2018 ).

Secara rata-rata Persentase cakupan Bayi usia Kurang dari 6

Bulan mendapat ASI Eksklusif di Provinsi Sulawesi Tengah dari tahun

2015 sampai tahun 2019 mengalami trend kenaikan yang tidak terlalu

signifikan dari tahun ke tahun, pada tahun 2015 sebesar 56%, tahun

2016 sebesar 56,3%, tahun 2017 sebesar 56,6%, dan tahun 2018

sebesar 57,7%, namun pada tahun 2019 menurun menjadi 54,7%

walaupun telah tercapai target masih perlu adanya penguatan yang

dilakukan diantaranya yaitu melakukan konseling menyusui,

bekerjasama dengan kader kesehatan dalam hal penyuluhan tentang


ASI Ekslusif kepada masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu

menyusui mengoptimalkan peran keluarga dalam meningkatkan

pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan

Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 bulan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah yang

ada adalah Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan

Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 bulan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menjelaskan Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan

Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 bulan.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian

ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan.

b. Menjelaskan sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada

bayi usia 6-12 bulan.

c. Menjelaskan hubungan pengetahuan dan sikap ibu pemberian

ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Sebagai bahan informasi dan ilmu pengetahuan bagi

pembaca tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12

bulan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam

merancang dan melaksanakan penelitian ilmiah dalam ilmu

keperawatan.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi

untuk penelitian selanjutnya dengan menambhakan variabel-

variabel yang terkait dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi

usia 6-12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai