Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. P USIA 14 TAHUN


DI PUSKEMAS PANEKAN MAGETAN

Dosen Pengampu : Teta Puji Rahayu, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh:

ANGGI WIDYA KUSUMA DEWI


P27824420092

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN
KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Pada Remaja Ini Dilaksanakan di Puskesmas Panekan
Periode Praktik Tanggal 23 November 2020- 12 Desember 2020

Magetan, 4 Desember 2020

(Anggi WIdya Kusuma Dewi)


NIM.P27824420092

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

(Hefi Mualifah, Amd.KEb) (Teta Puji Rahayu., SST.,M.Kes)


NIP.197403091995032003 NIP. 198002222005012009

Mengetahui,
Ka Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,M.Kes.


NIP. 19670206199003200

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Asuhan Kebidanan Remaja dengan Pendokumentasian Komprehensif yang
berjudul : “Asuhan Kebidanan Remaja pada Nn “P” dengan masalah kurang
aktivitas fisik Di Puskesmas Panekan Kabupaten Magetan pada tahun 2020”.
Asuhan Kebidanan remaja dengan Pendokumentasian Komprehensif ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi target untuk kegiatan Praktik Klinik Kebidanan
semester I Program Studi D-IV alih jenjang kebidanan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Asuhan Kebidanan Remaja dengan Pendokumentsian Komprehensif ini
tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.Bapak Dr. Ir. H. Bambang Hadi Sugito, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Surabaya.
2.Ibu Dwi Purwanti, S.Kp., S.ST.,M.Kes selaku Kepala Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk
belajar dan menyusun makalah ini.
3.Ibu Teta Puji Rahayu, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.Seluruh dosen dan staff Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes
Surabaya yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
5. bapak dr. Rohmat hidayat selaku kepala puskemas Panekan Kabupaten
Magetan
6. Ibu Hefi Mualifah Selaku pembimbing lapangan yang telah sabar mengajari
dan mendidik.
7. Segenap bidan-bidan KIA dan PONED UPTD Puskesmas Panekan yang setia
setiap hari memberikan bimbingan dan arahan.
8. Nn “P” yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan partisipasinya
dalam penyusunan dan pengambilan kasus laporan asuhan
9. Teman-teman yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

3
10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan asuhan kebidanan pada
remaja selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Magetan, 05 Desember 2020

Penulis

4
DAFTAR ISI

Cover ..............................................................................................i

Lembar Pengesahan ................................................................................ii

Kata Pengantar........................................................................................iii

Daftar Isi ..............................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Tujuan Praktik...................................................................................2

1.3 Lama praktik.....................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori....................................................................................4

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Remaja........................................15

BAB III TINJUAN KASUS....................................................................20

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................... 27

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................28

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................29

LAMPIRAN ...........................................................................................

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja
mengalami beberapa perubahan dalam waktu yang bersamaan meliputi perubahan
fisik, kognitif, sosial dan emosional. Seorang remaja yang berhasil melewati tugas
perkembangan serta dapat melewati perubahan yang ada dalam lingkungan
hidupnya akan survive dan apabila seorang remaja mengalami masalah dalam
perkembangan dirinya serta megalami masalah dalam menghadapi lingkungannya
baik dalam keluarga, masyarakat, maupun peer groupnya, ia akan melakukan
perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum yang dilakukan
pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa disebut sebagai
kenakalan remaja (Prawirohardjo, 2014) dalam jurnal (Rahmawati et al., 2015).

Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup dan meningkatkan


kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Gerak adalah aktivitas
fisik atau aktivitas jasmani. Kehidupan sehari-hari di dunia ini tidak terlepas dari
berbagai bentuk aktivitas jasmani, baik aktivitas yang membutuhkan energi yang
banyak maupun sedikit. Adanya berbagai fasilitas teknologi yang semakin hari
semakin berkembang dengan pesat dapat mengubah pola hidup masyarakat. Hal
tersebut cenderung membuat masyarakat kurang aktif dalam bergerak. Berbagai
bentuk pemikiran masyarakat yang mulai terpengaruh dengan adanya teknologi
membuat sebagian masyarakat memanfaatkan segala bentuk teknologi
untukberaktivitas sehari-hari. Pengaruh teknologi ini juga akan mempengaruhi
dunia

Data hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (riskerdas, 2013) menunjukkan


bahwa di Indonesia, penduduk usia ≥ 10 tahun yang tergolong kurang beraktivitas
jasmani sebesar 26,1 persen. Pada kelompok usia anak (10-14) yang memiliki
gaya hidup tidak aktif, presentasenya sebesar 67%, dan yang golongan remaja
hingga orang dewasa muda (15-24) sebesar 52%. Lebih lanjut terdapat 22 provinsi
yang angkanya melebihi angka tersebut. Lima tertinggi adalah provinsi DKI

6
Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua Barat (37,8%, Sulawesi Tenggara dan
Aceh (masing-masing 37,2%. Untuk daerah istimewa Yogyakarta, provinsi
penduduk yang melakukan aktivitas fisik kurang aktif sebesar 20,8% ..Masyarakat
di Indonesia masih cenderung mengabaikan bahaya dari gaya hidup kurang aktif.
Pola hidup manusia dalam bentuk perilaku gaya hidup sehat apabila dilakukan
secara kontinyu atau stabil dalam kehidupan sehari-hari, akan menimbulkan
manfaat yang sangat besar. Biasanya seorang siswa akan melihat pada komunitas
tempat mereka tinggal. Dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan
pola hidup sehat. Hal ini disebabkan karena orang tua merupakan pendidik yang
pertama dalam keluarga, sehingga orang tua diharapkan dapat memberikan contoh
yang baik sehingga patut ditiru oleh anaknya. Sedangkan saat ini ada pandemi
COVID 19 yang mengharuskan siswa tidak ke sekolah dan dan melakukan daring
maka aktivitas fisik yang biasanya dilakukan di sekolah berkurang, siswa hanya
duduk di depan laptop atau komuputer saja.

Untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu penanaman pola hidup


sehat di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Pola hidup sehat
harus ditanamkan sejak dini. Usia anak-anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan. Memasuki usia tua, tubuh sudah mulai memasuki kemunduran
Kemunduran fungsi tubuh tersebut dapat diatasi apabila seseorang melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga secara teratur. Aktivitas jasmani sangat
berpengaruh terhadap peningkatan fungsi organ tubuh seperti otot, syaraf, jantung,
pembuluh darah, alat-alat pernafasan maupun biokimia tubuh.

kerja yang semakin ringan dan tidak membutuhkan gerak tubuh maksimal.

1.2 Tujuan Praktik

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada remaja

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi


b. Meningkatkan pendidikan keterampilan hidup sehat

7
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja kesehatan reproduksi
bagi remaja tentang kesehatan
d. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan penyalahgunaan
NAPZA
e. Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja
f. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik
g. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular
h. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan

1.3 Lama Praktik

Praktik Asuhan Kebidanan Remaja pada Nn. P dilaksanakan di wilayah


Puskesmas Panekan Magetan pada tanggal 23 November- 12 Desember 2020

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja
mengalami beberapa perubahan dalam waktu yang bersamaan meliputi perubahan
fisik, kognitif, sosial dan emosional. Seorang remaja yang berhasil melewati tugas
perkembangan serta dapat melewati perubahan yang ada dalam lingkungan
hidupnya akan survive dan apabila seorang remaja mengalami masalah dalam
perkembangan dirinya serta megalami masalah dalam menghadapi lingkungannya
baik dalam keluarga, masyarakat, maupun peer groupnya, ia akan melakukan
perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum yang dilakukan
pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa disebut sebagai
kenakalan remaja (Prawirohardjo, 2014) dalam jurnal (Rahmawati et al., 2015).

Masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.
Tubuhnya tampak sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang
dewasa remaja gagal menunjukan kedewasaannya. Pengalamannya mengenai
alam dewasa masih belum banyak karena ia sering terlihat pada remaja adanya
kegelisahan, pertentangan, kebingungan, dan konflik pada diri sendiri. Bagaimana
remaja memandang peristiwa yang dialami akan menentukan perilakunya dalam
menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut.(Putro, 2017)

2.1.2 Perkembangan Remaja

Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nurture.


Konsep nature mengungkapkan bahwa remaja adalah masa badai dan tekanan.
Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan karena
perubahan yang terjadi dari dalam dirinya. Konsep nurture menyatakan tidak
semua remaja mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut
tergantung pada pola asuh dan lingkungan dimana remaja itu tinggal (Kusmiran,
2016).

9
Adapun aspek perkembangan remaja menurut Kumsiran (2016) antara lain:

1. Perkembangan Sosial. Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan
pola perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja.
Remaja diharuskan menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan
melepaskan diri dari peran anak-anak. Remaja dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan
sekolah.
2. Perkembangan Emosi. Ciri-ciri perkembangan emosis pada tahap ini antara
lain sebagai berikut: emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya
diekspresikan secara meledak-ledak, kondisi emosional biasanya berlangsung
cukup lama sampai pda akhirnya ke keadaan semula, yaitu keadaan sebelum
munculnya suatu keadaan emosi, jenis-jenis emosi sudah lebih bervariasi
(perbedaan antara emosi satu dengan lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya
emosi bercampur baur sehingga sulit dikenali oleh dirinya sendiri. Remaja
juga sering bingung dengan emosinya sendiri karena mucul emosi-emosi
yang bertentangan dalam suatu waktu, misalnya benci dan saying, mulai
munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi, remaja
umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang mereka.
Akibatnya remaja menjadi lebih mudah tersinggung dan merasa malu. Hal ini
akan terkait dengan perkembangan konsep dirinya.
3. Perkembangan Kognitif. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget,
kemampuan kognitif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja
harus mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan
masalah dan mempertanggungjawabkannya. Berkaitan dengan kognitif,
umumnya remaja menampilkan tingkah laku seperti krisis, rasa ingin tahu
yang kuat, jalan pikiran egosentris, imagery audience, dan personal fables.
4. Perkembangan Moral. Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi
pada masa remaja, mereka memulai memberontak dari nilainilai orangtua dan
orang ewasa lainnya serta mulai menentukan nilai-nilainya sendiri ,
pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan
kurang nyata, keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar bukan
pada apa yang salah, penilaian moral menjadi semakin kritis sehingga remaja

10
lebih berani menganaliis norma social dan norma pribadi, serta berani
mengambil keputusan berbagai masalah moral yang dihadapinya, penilaian
moral menjadi kurang egosentris, tetapi lebih mengembangkan norma
berdasarkan nilai-nilai kelompok sosialnya, penilaian moral cenderung
melibatkan emosi dan menimbulkan keterganggu psikologis.
5. Perkembangan Konsep Diri. Konsep diri merupakan semua perasaan dan
pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja
terhadap dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri
meliputi penilaian diri dan penilaian social. Penilaian diri berisi pandangan
dirinya terhadap hal-hal seperti pengendalian keinginan dan
dorongandorongan dari dalam dirinya, Susana hati yang sedang dihayati
remaja, bayangan subjektif terhadap kondisi tubuhnya, merasa orang lain
selalu mengamati atau memperhatikan dirinya (berkaitan dengan
perkembangan kognitif). Sedangkan penilaian social berisi evaluasi terhdapa
bagaimanan remaja menerima penilaian lingkungan social pada dirinya.
Selain itu, konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri ini adalah
self image atau citra diri, yaitu gambaran dari hal-hal seperti siapa diri saya
(extant self) dan saya ingin jadi apa (desired self).
6. Pekembangan heteroeksual Dalam perkembangan heteroseksual ini, remaja
memerankan peran jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Remaja
perempuan menemukan double standar, dimana remaja laki-laki boleh
melakukan hal yang bagi remaja perempuan sering sekali disalahkan. Kondisi
pandangan budaya tertentu mengenai peran jenis kelamin remaja
mengakibatkan munculnya efek penggolongan dalam masyarakat.

Beberapa ciri penting perkembangan heteroseksual remaja secara umum


antara lain remaja mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis
kelaminnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya, minat terhadap lawan jenis
makin kuat disertai keinginan kuat untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis,
minat terhadap kehiduan social, remaja mulai mencari informasi kehidupan
seksual orang dewasa, bahkan juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan
bereksplorasi untuk melakukannya, minat dalam keintiman secara fisik. Dengan

11
adanya dorongan seksual dan ketertarikan terhadap lawan jenis, perilaku remaja
mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis

2.1.3 Aspek Pertumbuhan

Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor


lingkungan dapat member pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat
perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: kelenjar
gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi. Ketiga kelenjar
tersebut akan saling bekerja sama dan berinteraksi dengan faktor genetik maupun
lingkungan . Pada perempuan hormon yang mempengaruhi adalah estrogen dan
progesterone ditandai dengan mengalami menstruasi. Perubahan fisik yang
dialami yaitu pertambahan tinggi badan, tumbuh rambut disekitar alat kelamin
dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih halus dan tinggi,
payudara dan pinggul mulai membesar, paha membulat, dan mengalami
menstruasi (Kusmiran, 2016).

2.1.4 Pengertian Aktifitas Fisik Remaja

Pesatnya perkembangan teknologi berdampak pada transisi epidmiologi


yaitu dari penyakit menular dan tidak menular. Cara mencegah dari penyakit tidak
menular adalah dengan melakukan aktifitas fisik. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melakukan upaya pencegahan penyakit tidak menular dengan
cara CERDIK (Cek Kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok, Rutin melakukan
aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stress) yang salah
satunya adalah rutin beraktivitas fisik. WHO mendefinisikan aktivitas fisik
sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan
pengeluaran energy. Fisik yang kurang aktif, kebiasaan yang cenderung statis atau
diam, dan kurangnya aktivitas melibatkan kerja jantung dan pernafasan dapat
meningkatkan resiko penyakit kronis yang berdampak pada tingginya angka
kesakitan terkait (Nurmala, 2020). Berikut manfaat dari melakukan aktifitas fisik
menurut Agency for Clinical Innovation

1. Meningkatkan kepercayaan diri

12
2. Meningkatakan kebugaran dan tingkat energy
3. Membuat tulang dan otot lebih kuat
4. Meningkatkan postur, keseimbangan dan fleksibilitas diri
5. Membantu mempertahankan berat badan yang sehat dan ideal
6. Meningkatkan kesehatan jantung dan paru- paru
7. Membantu untuk rileks
8. Meningkatkan kualitas tidur
9. Mengurangi stress
10. Membantu mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat
(Nurmala, 2020)

Menurut P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ada tiga


tingkatan dalam melakukan aktivitas fisik

a. Aktivitas fisik ringan


Aktifitas fisik ringan merupakan aktivitas yang tidak menyebabkan perubahan
dalam pernapasan, hal ini ditandai dengan masih dapat berbicara dan bernyanyi
setelah melakukan aktivitas ini karena hanya memerlukan sedikit tenaga.
Energy yang dikeluarkan dengan melakukan aktivitas ini yaitu <3,5 Kcal/menit
(Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI,2018b)
Berikut contoh kegiatan yang termasuk dalam aktifitas fisik ringan
1) berjalan santai dirumah, sekolah, kampus, mall, pasar, atau pusat perbelanjaan
2) Duduk belajar didepan laptop atau computer, membaca, menulis, menyetir,
belajar, mengerjakan tugas sekolah dan praktikum posisi duduk atau berdiri
3) Berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga ringan dengan tangan, seperti
mencuci piring, setrika, memasak, menyapu, mengepel lantai, dan menjahit
4) Latihan pemanasan dan peregangan dengan lambat
5) Membuat prakarya, bermain music, bermain video game, menggambar,
melukis, memancing, memanah, menembak, golf, dan naik kuda
b. Aktivitas Fisik Sedang
Ketika beraktivitas fisik sedang tubuh akan sedikit berkeringat denyut jantung
dan frekuensi napas lebih cepat, tetap dapat berbicara namun tidak bernyanyi.
Energy yang dikeluarkan ketika beraktivitas fisik antara 3.5-7 Kcal/ menit
(Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI,2018c)

13
Contoh kegiatan yang termasuk dalam aktivitas fisik sedang seperti berikut
1) Berjalan cepat dengan kecepatan 5km/ jam, aktivitas ini dapat dilakukan
didalam ruangan atau diluar ruangan
2) Pekerjaan tukang kayu, membawa dan menyusun balok kayu serta
membersihkan rumput dengan mesin pemotong rumput
3) Memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon, dan mencuci mobil
4) Bermain santai bulu tangkis, tenis meja, bowling, volley, menari dan bersepeda
c. Aktivitas Fisik Berat
Aktivitas fisik berat apabila beraktivitas tubuh mengeluarkan banyak
berkeringat, denyut jantung dan frekuensi napas sangat meningkat samapi
kehabisan napas. Energy yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas pada
kategori ini >7Kcal/menit (Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan
RI,2018a)
Contoh kegiatan yang termasuk dalam aktivitas fisik berat sebagai berikut
1) Berjalan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5km/jam), berjalan mendaki bukit,
berjalan dengan membawa beban di punggung, naik gunung, jogging
(kecepatan 8km/jam), dan berlari
2) Pekerjaan seperti mengangkar beban berat, menyekop pasir, memindahkan
batu bata, menggali selokan dan mencangkul
3) Pekerjaan rumah seperti memindahkan perabot yang berat, menggendong anak,
dan bermain aktif dengan anak
4) Bersepeda lebih dari 15 km perjam dengan lintasan mendaki, bermain basket,
badminton kompetitif, volley kompetitif, sepak bola, dan tinju
Remaja cenderung memiliki aktivitas yang padat namun tidak melibatkan
gerakan otot yang mebutuhkan pengeluaran energy. Oleh karena itu remaja bisa
memilih aktivitas fisik maka energy yang dikeluarkan juga semakin banyak
sehingga penting untuk tidak beriv=badah secara tergesa- gesa, melainkan
dilaksanakan dengan khusyuk agar bisa melakukan aktivitas fisik dengan
beribadah dalam durasi yang cukup membuat melakukan aktivitas fisik seperti
yoga (Nurmala, 2020)
Remaja juga bisa membantu orang tua dengan mengerjakan pekerjaan rumah
seperti menyapu, mengepel, cuci piring, dan lainnya. Hal tersebut dapat

14
menjadi pilihan yang tepat bagi remaja yang memiliki waktu luang yang
sedikit untuk tetap melakukan aktivitas fisik yaitu dengan melakukan kegiatan
kebutuhan sehari- haro seperti beribadah dan membantu orang tua dalam durasi
yang cukup lama dalam artian tidak tergesa- gesa
Menurut WHO (2020) dan Office of Population Affair (2019) remaja harus
melakukan aktivitas fisik sedang- berat setidaknya 60 menit setiap hari.
Idealnya, kegiatan ini harus bervariasi. Beberapa aktivitas fisik dapat
memperkuat jantung remaja, beberpa aktivitas fisik yang lain dapat
memperkuat tulang atau otot

Contoh Aktivitas berdasarkan tingkatan beserta manfaatnya

N Kategori Pola Aktivitas Manfaat


O
1 Tidak aktif 1. selalu mengemudi ke sekolah atau Tidak ada
menggunakan transportasi umum
2. menghabiskan banyak waktu
menonton TV, Main HP atau gadget
atau bermain video game dirumah
3. tidak ada rekreasi aktif
2 Sedikit aktif Melakukan satu hal atau lebih dari Beberapa
berikut perlindungan
1. beberaoa perjalanan aktif ke terhadap
sekolah dengan berjalan kaki atau penyakit kronis.
bersepda Dapat
2. beberpa kegiatan ringan di rumah dipertimbangkan
seperti sebagai kegiatan menyapu, (sebagai batu
membersihkan rumah atau berkebun loncatan ke level
3. beberpa kegiatan rekreasi aktif yang
dengan intensitas ringan (< disarankan )
1jam/hari)
3 Cukup aktif Melakukan satu hal atau lebih dari Ting=kat
(disarankan) berikut: perlindungan
1. perjalanan aktif menuju sekolah yang tinggi

15
dengan berjalan kaki atau sepeda terhadap
2. kegiaran rutin rumah tangga atau penyakit kronis.
berkebun Resiko minmal
3. Rekreasi aktif rutin atau olahraga cedera atau
dengan intesitas sedang dampak
kesehatan
lainnya
4 Sangat aktif Akan melakukan sebagian besar Perlindungan
dari: maksimal
1. perjalanan aktif rutin ke sekolah terhadaot
dengan berjalan kaki atau bersepeda penyakit kronis.
2. kegiatan rutin rumah tangga atau Sedikit
kebun peningkatan
3,rekreasi aktif rutin atau olahraga resiko cedera dan
dengan intesitas tinggi mungkin
beberapa lainnya
dapat merugikan
bagi kesehatan
5 Sangat aktif Berkinerja tinggi atau sangat Perlindungan
sekali bersemangat dalam olahraga atau maksimal
pelatihan yang giat terhadap
penyakit kronis.
Peningkatan
resiko cedera dan
munkin beberapa
efek kesehatan
yang merugikan
lainnya
Tabel 2.1 (Nurmala, 2020)

Hal- hal yang perlu diperhatikan saat melakukan aktivitas fisik (olahraga)

16
Upaya mencegaj adanya resiko cedera dan mendapatkan hasil yang optimal
dengan melaukan aktivitas dalam hal ini yaitu olahraga, sebaiknya dilakukan
dengan prinsip baik benar terukur dan teratur (BBTT)

a. Aktivitas fisik yang baik


Aktivitas fisik yang baik adalah aktivitas fisik yang dilakukan sesuai dengan
kondisi fisik dan kemampuan. Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan
melakukan olahraga minimal 30 menit dan dengan memaikai perlengkapan
oalhraga yang sesuai seperti pakaian dan sepatu yang nyaman. Selain itu,
aktivitas fisik juga sebaiknya dilakukan di lingkungan yang tidak berbahaua
serta bertahap mulai dari pemanasan sebelum olahraga, diikuti oleh latihan
inti atau latihan utama, dan diakhiri dengan pendinginan setelah olahraga
b. Aktivitas fisik yang benar
Aktivitas fisik yang benar adalah aktivitas fisik digemari mudah dan tidak
dilakukan secara terburu- buru, melainkan dilakukan secara bertahap dengan
urutan yang benar, sesuai dengan kondisi fisik dan pola gerak dianjurkan
c. Aktivitas fisik yang terukut
Aktivitas fisik yang terukur adalah aktivitas fisik yang tidak dilakukan secara
berlebihan. Intesitas dan lamanya latihan harus disesuaikan dengan kodisi
tubuh, dan ditingkatkan secara bertahap untuk mencegah resiko terjadinya
cedera. Melakukan pengukuran nadi setiap akhhir latihan untuk menilai target
denyut nadi apakah sudah tercapai atau belum
d. Aktivitas fisik yang teratur
Aktifitas fisik yang teratur merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara
berkelanjutan setidaknya 3-5 kali seminggu. kementerian

2.1.5 Dampak Kekurangan Aktivitas Fisik

Menurut (P2ptm, 2018) kurang melakukan aktivitas fisik akan


mengakibatkan kualitias fisik yang rendah sehingga mudah lelah dalam
beraktivitas, mudah sakit, dan pegal sehingga menjadi kurang produktif.

17
1. Mudah lelah

Mudah lelah bisa menjadi gejala penyakit atau tanda masalah kesehatan.
Di antaranya hepatitis, hipotiroid, diabetes, dan penyakit jantung (Afifah, 2020).
Penyebab lain antaranya:

a. kurang tidur

Kurang tidur atau tidur tidak berkualitas dapat menyebabkan tubuh mudah lelah.
Masalah tidur ini bisa disebabkan banyak hal. Antara lain susah tidur di malam
hari, sleep apnea, dan gangguan tidur lainnya. Remaja setidaknya butuh tidur lelap
tujuh jam setiap malam. Jika, kuantitas tidur tersebut tidak terpenuhi, tubuh
memiliki utang tidur. Akumulasi atau penumpukan utang tidur ini bisa membuat
tubuh gampang capek. Dalam jangka panjang, kondisi ini rentan menyebabkan
masalah kesehatan kronis.

b. Stress

Stres dan gangguan kesehatan mental bisa membuat tubuh tidak fit dan mudah
lelah. Stres dan gangguan kesehatan mental sangat terkait dengan pola tidur.
Umumnya, orang yang mengalami tekanan mental menjadi doyan tidur atau susah
tidur. Keduanya dapat mengganggu pola tidur normal. Dengan terganggunya pola
tidur normal, tubuh jadi mudah merasa lelah

c. Terlalu banyak karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi pada manusia, jika terlalu banyak


mengkonsumsi karbohidrat akan memecah zat menjadi gula. Saat mengkonsumsi
karbohidrat dan asupan manis, kadar gula darah tubuh sekitika melonjak, lalu
kembali turun dengan ceoat. Naik turunnya kadar gula akan mengakibatkan
merasa lelah.

d. Kurang kalori

Kurang kalori akan mengakibatkan tubuh mudah lelah. Kalori adalah satuan
energy dalam asupan sehari- hari. Rata- raya orang dengan aktivitas normal
membutuhkan 2000 Kalori perhari. Tubuh butuh kalori untuk bergerak, bernapas,
menjaga suhu tubuh dan sebagainya.

18
e. Kurang Protein

Minimnmya asupan protein dapat menyebabkan menjadi mudah lelah, karena


protein berpaeran penting untukk menunjang proses metabolism.

f. Kurang Cairan

Cairarn dalam tubuh bisa berkurang karena kurang minum, terlalu banyak kencing
dan banyak berkeringat. Cukup cairan pada tubuh dapat mempertahankan energy
dalam tubuh

g. kurang aktivitas fisik

Kebiasaan kurang aktivitas fisik dapat membuat tubuh tidak bertenaga. Remaja
yang jarang berolahraga dan tidaj aktif bergerak, cenderung jadi mudah lelah

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut (P2ptm, 2018) sesuai anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO),


anak remaja yang berusia 5 sampai 17 tahun membutuhkan aktivitas fisik sebagai
berikut:

1. setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga cukup berat
setiap hari

2. beraktivitas fisik lebih dari 60 menit bisa memberikan manfaat tambahan bagi
kesehatan

3. Melakukan aktivitas fisik yang melibatkan latihan penguatan tulang dan otot
setidaknya 3 kali dalam seminggu.

Jika melakakukan aktivitas fisik kesehatan jauh lebih besar ketimbang resiko
terjadinya cedera. Manfaat aktifitas fisik antara lain

a. Mengurangi resiko kematian dini


b. Badan menjadi bugar
c. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari
d. Memperbaiki kesehatan mental
e. Mengurangi rasa deprsi dan kecemasan
f. Membantu membangun dan memelihara tulang, otot, dan sendi yang sehat

19
g. Menyenangkan dan mengontrol berat badan
h. Mengurangi kematian akibat penyakit jantun
i. Mengurangi resiko terjadinya diabetes
j. Mengurangi resiko timbulnya tekanan darah tinggi
k. Produktifitas kerja meningkat
l. Meningkatkan daya tahan tubuh

2.1.7 Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)

Dalam menangani kesehatan anak usia sekolah dan remaja perlu tetap
diingat bahwa bila anak usia sekolah dan remaja dibekali dengan keterampilan
hidup sehat maka anak usia sekolah dan remaja akan sanggup mencegah pengaruh
yang merugikan bagi kesehatannya dan menghindari berbagai perilaku berisiko.
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) merupakan suatu pendekatan
dalam meningkatkan kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif,
yang meliputi :

1. Keterampilan Sosial (Kesadaran Diri, Hubungan Interpersonal, Empati dan


Komunikasi Efektif),

2. Keterampilan Berfikir (Berfikir Kreatif, Berfikir Kritis, Pemecahan Masalah


dan Pengambilan Keputusan)

3. Keterampilan Emosional (mengatasi stress dan mengendalikan emosi).


Pendekatan ini adalah pendekatan pendidikan secara interaktif yang tidak hanya
fokus pada informasi, akan tetapi juga pada perubahan perilaku. Pendidikan
keterampilan hidup sehat dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, antara
lain: di sekolah, puskesmas, sanggar, panti/rumah singgah, lapas/rutan dan
sebagainya (Kemenkes RI, 2018)

2.2 Tinjuan Kasus

2.2.1 Pengkajian Data

Data subjektif

a. Biodata

20
1. Nama: digunakan untuk mengenali atau memanggil agar tidak terjadi
kekeliruan bila ada yang sama (Roumauli, 2011)

2. Umur: menemukan bahwa 81 persen remaja berusia antara 11 dan 17 tidak


melakukan aktivitas fisik dengan intensitas ringan hingga sedang setidaknya satu
jam sehari (WHO, 2019)

3. Agama: Agama yang dianut pasien dikaji untuk membantu dalam


mendiskusikan tentang pentingnya agama dalam kehidupan pasien (Marmi, 2011)

4. Pendidikan: untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau dalam


memberikan informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan cara yang sesuai
dengan pendidikan klien

5. Alamat: ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

b. keluhan

Mudah lelah bisa menjadi gejala penyakit atau tanda masalah kesehatan. Di
antaranya hepatitis, hipotiroid, diabetes, dan penyakit jantung (Afifah, 2020).

c. status dalam keluarga

Berkaitan dengan anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat atau adopsi.

d. jumlah saudara dalam keluarga

Untuk mengetahui jumlah saudara dalam keluarga

e. riwayat pernikahan orang tua

Meliputi anak dari pernikahan keberapa dan lama pernikahan. Berkaitan dengan
kesehatan mental emosional remaja

f. riwayat menstruasi

untuk mengetahui usia awal anak mendapatkan haid pertama kalinya, pada kasus
masalah pemenuhan gizi seimbang cenderung mengalami gangguan menstruasi
(Sitoayu et al., 2017). Aktiw3vitas fisik berhubungan positif dengan fase folikuler,
ketika aktivitas fisik (Yani, 2016)

21
g. Aktivitas sehari- hari

1. kegiatan sehari- hari : Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu


siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi sangat sulit
dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung
akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut (Salam,
2010).
2. aktivitas olah raga: Olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak
saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolis normal. Olahraga paling sedikit dilakukan
150 menit perminggu (Salam, 2010).
3. pola makan : bahwa pola makan remaja baik dengan aktivitas fisik ringan
(Mujur, n.d.)

h. Riwayat ketergantungan

Wanita yang mempunyai risiko menderita disminore primer adalah yang memiliki
kebiasaan merokok, konsumsi alkoho, dan obat-obatan terlarang (Medicastore,
2014).

i. Sosial Budaya

Sikap remaja dalam menghadapi kejadian disminore dapat dipengaruhi oleh


informasi dari kelompok sosial nya (Ihrom, 2017).

Data Objektif

1. Keadaan umum

Keadaan umum remaja baik, keadaan emosional stabil, kesadaran komposmentis


(Manuaba et al., 2012)

Tanda- tanda vital

a. tekanan darah : Tekanan darah normal remaja usia 12-19 tahun berkisar antara
90/60 mmHg sampai 110/80 mmHg (Sjarif, Lanny, Aryono, Endang, Gusti, &
Maria, 2014)
b. Nadi : Nadi normal pada remaja adalah berkisar antara 60-100x/menit

22
c. Pernafasan : Pernafasan normalnya 16-24 x/menit (S Romauli, 2011)
d. Suhu : Suhu tubuh normalnya adalah 36,5-37,5 oC, apabila suhu tubuh
lebih dari 37,5 oC perlu diwaspadai adanya infeksi (S Romauli, 2011)
2. Pengukuran Antropometri
a. Berat badan : Kelebihan berat badan masa remaja disebabkan oleh asupan yang
berlebihan dan aktifitas fisik yang kurang. Keadaan ini akan berlanjut sampai
masa dewasa dan akan menyebabkan penyakit degeneratip (Nurmasyita et al.,
2015)
b. tinggi badan: Masa pubertas, pertumbuhan tinggi badan melonjak kembali
sampai umur kira-kira enam belas tahun, kemudian melambat lagi dan berhenti
pertumbuhannya kira-kira pada umur 18 – 20 tahun (Batubara, 2010)
c. Lingkar pinggang : pegukuran metode klinis untuk menilai ketebalan
akumulasi lemak tubuh di daerah abdominal atau identifikasi melignasi pada
profil adipositokinin (Zamrun, 2019)
d. IMT : Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah angka yang menghubungkan
berat badan dan panjang/ tinggi badan. IMT merupakan indicator yang dapat
dipercaya untuk mengukur lemak tubuh pada anak- anak dan remaja
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan muka : Kulit kepala normalnya bersih. Rambut yang mudah
dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu (Romauli, 2011).
b. Leher : Leher dikatakan normal apabila tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan
vena jugularis (Romauli, 2011). Adanya pembesaran limfe atau getah bening
menandakan bahwa remaja kemungkinan adanya infeksi dan adanya
bendungan vena jugularis menandakan memiliki penyakit yang mengarah ke
jantung (Manuaba , 2012).
c. Dada : Membusung dengan payudara membesar, singkirkan
kardiomegali dan insufisiensi respirasi (wheezing dapat ditemukan terkait
asma, sindrom hipoventilasi obesitas)
d. Abdomen : untuk mengetahui adanya nyeri perut/tidak, apakah
terdapat massa/tidak. Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-
lipat (Sjarif, Lanny, Aryono, Endang, Gusti, & Maria, 2014)

23
e. Punggung : untuk mengetahui apakah adanya spina bifida, bekas
operasi, adanya lesi, kondisi punggung lordosis, kifosis, mupun scoliosis
f. Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, apakah ada luka,
varises, maupun pengeluaran abnormal pada daerah genetalia
g. Ekstremitas : Evaluasi deformitas sendi, osteoarthritis,
abnormalitas gait (Bunga,2017)

3. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium: kemampuan tenaga medis untuk memastikan adanya


keadaan penyakir tertentu dalam konteks klinis (Suyono, 1996)

2.2.2 Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan


praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang
dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Remaja X umur ... tahun dengan
masalah …., keadaan baik, prognosa baik.

2.2.3 Perencanaan

Tujuan : remaja dapat mengatasi masalah aktivitas fisik

Kriteria:

1. KU baik
2. Tanda-tanda Vital:
T : 100/70-130/90 mmHg N : 60-80×/menit
S : 36-375°C R : 16-24×/menit
3. IMT normal (-2 SD sd +1 SD)

4. LiLA > 23,5 cm

Intervensi :

Pertemuan I

a. Jalin hubungan komunikasi interpersonal dengan pasien.


Rasional: untuk membina hubungan baik dengan pasien.

24
b. Jelaskan hasil pemeriksaan tentang keadaan umum pasien.
Rasional: Pasien mengetahui keadaannya.
c. Jelaskan keluhan yang dialami pasien jika terdapat keluhan meliputi
pengertian, penyebab dan dampak yang ditimbulkan. Pasien mengetahui
keluhan dan dampak serta pencegahan yang dapat dilakukan dalam menangani
keluhan yang dialaminya.
Rasional: agar pasien dapat memahami dan mampu mengatasi permasalahan
yang sedang dialami.
d. Berikan informasi tentang kecerdasan majemuk
Rasional: agar pasien mampu mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki
e. Berikan Health education (HE) mengenai Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat (PKHS)
Rasional: agar pengetahuan bertambah dan pasien bisa menerapkan 10
kompetensi PKHS yang diberikan
f. Minta pasien untuk mengulang kembali informasi yang diberikan
Rasional: untuk memastikan materi yang diberikan bisa diterima oleh pasien.
g. Rencanakan kunjungan ulang yang ke 2
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya
h. Dokumentasi tindakan
Rasional: agar kebidanan tertulis dengan jelas

Pertemuan II

a. Berikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja.


Rasional: agar pengetahuan bertambah dan pasien bisa menerapkan ilmu yang
diberikan.
b. Berikan KIE tentang pemenuhan gizi untuk remaja.
Rasional: agar pengetahuan bertambah dan pasien bisa menerapkan ilmu yang
diberikan.
c. Minta remaja untuk mengulang kembali informasi yang sudah diberikan.
Rasional: untuk memastikan materi yang diberikan bisa diterima oleh pasien.
d. Sepakati jadwal pertemuan
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
e. Rencanakan asuhan kunjungan ke-3:

25
1) Tanyakan keluhan pasien
2) Berikan KIE tentang kesehatan jiwa dengan instrumen Pediatric System
Checklist (PSC), pencegahan penyalahgunaan NAPZA, penyakit tidak
menular, dan pencegahan kekerasan.
f. Dokumentasikan tindakan asuhan kebidanan.
Rasional: agar asuhan kebidanan tertulis dengan jelas.
Pertemuan III

a. Berikan pendidikan kesehatan jiwa dengan instrumen Pediatric System


Checklist (PSC).
Rasional: agar pengetahuan bertambah dan pasien bisa menerapkan ilmu yang
diberikan.
b. Berikan KIE tentang pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
Rasional: untuk menambah pengetahuan tentang NAPZA.
c. Berikan KIE tentang penyakit tidak menular.
Rasional: untuk menambah pengetahuan tentang penyakit tidak menular.
d. Berikan KIE tentang pencegahan kekerasan.
Rasional: untuk menambah pengetahuan tentang pencegahan kekerasan.
e. Minta remaja untuk mengulang kembali informasi yang sudah diberikan.
Rasional: untuk memastikan materi yang diberikan bisa diterima oleh pasien.
f. Sepakati jadwal pertemuan
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
g. Rencanakan asuhan kunjungan ke-4:
1) Tanyakan keluhan pasien
2) Berikan KIE tentang pelayanan lain terkait isu kesehatan lain.
h. Dokumentasikan tindakan asuhan kebidanan.
Rasional: agar asuhan kebidanan tertulis dengan jelas.
Pertemuan IV

a. Berikan KIE tentang isu kesehatan lain.


Rasional: agar pengetahuan bertambah dan pasien bisa menerapkan ilmu
yang diberikan.
b. Minta remaja untuk mengulang kembali informasi yang sudah diberikan.

26
Rasional: untuk memastikan materi yang diberikan bisa diterima oleh
pasien.
c. Dokumentasikan tindakan asuhan kebidanan.
Rasional: agar asuhan kebidanan tertulis dengan jelas.
2.2.4 Penatalaksanaan

Menurut Kepmenkes (2011) tentang Standar Asuhan Kebidanan, bidan


melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

2.2.5 Evaluasi

Menurut Kepmenkes (2011), untuk melihat keefektifan dari asuhan, bidan


melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan di dalam rencana
secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi dilakukan segera setelah
melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi dicatat dan
dikomunikasikan pada klien dan keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi klien. Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan
SOAP, yaitu berikut:

S : Data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

O : Data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

A : Assesment, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

P : Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan


yang dilakukan antisipatif, segera, komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengakajian

Tanggal : 3 Desember 2020

Pukul : 08.00

Oleh : Anggi Widya K.D

Tempat : rumah klien

3.1 Pengkajian Data

a. Biodaata

Nama :Nn. P

Umur : 14 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Alamat : ds. Milangasri, Kec. Panekan, Kab, Magetan

Nomor tlp : 085755xxx

Nama orang tua: Tn. S

Usia : 38 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta sopir carteran

Penghasilan: 2000.000/bln

Alamat : ds. Milangasri, Kec. Panekan, Kab. Magetan

b. Keluhan

Klien mengatakan akhir- akhir ini mudah lelah

28
c. Status dalam Keluarga

Anak kandung

d. Jumlah Saudara dalam Keluarga

Jumlah saudara ada 2, Nn. P adalah anak nomor 1 dan adiknya sekarang berusia 5
tahun laki- laki

e. Riwayar Pernikahan orang tua

anak dari pernikahan pertama, lama menikah 16 tahun

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga sehat, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun.

g. Riwayat menstruasi

Menarche : 12 tahun

Lama : 6-7 hari

Banyaknya : 4-5 kali ganti pembalut

Keluhan : nyeri perut bagian bawah pada hari (1-2)

HPHT: 15-11-2020

h. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sesuai gizi seimbang makan 3 kali sehari dengan 1 porsi nasi, 1 mangkuk
sayur dan lauk tahu/tempe/telur/ ayam 2 potong
2. Eliminasi
BAB 1x sehari, lunak, warna kekuningan, tidak ada keluhan. BAK 7-8x
perhari, kuning jerami, tidak ada keluhan.
3. Aktivitas
Belajar, sekolah dengan daring, terkadang membantu ibu membersihkan
rumah. Tidur mulai pukul 21.00- 05.00 WIB
4. Olahraga
Klien jarang olahraga

29
5. Seksual
Belum pernah melakukan hubungan seksual
6. Personal hygne
Mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, saat menstruasi ganti pembalut 4-5 x
perhari.
7. Konsumsi TTD
minum rutin tablet tambah darah seminggu sekali
i. Riwayat Ketergantungan

Klien tidak pernah merokok, minum alkohol, dan minum obat-obatan terlarang.

j. Psikologi

Klien tidak merasa memiliki masalah emosi atau depresi.

Data Objektif

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Nadi : 88x/ menit
Respiratori : 24x/ menit
BB : 48
TB : 146 (normal)
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Lingkar pinggang : 83
LILA : 24
IMT : 22 (normal)
2. Pemeriksaan fisik
Kepala dan wajah : tidak pucat, tidak ada odema, simetris
Leher : Tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada : Payudara simetris, putting menonjol, tidak terdapat tanda
gelaja kanker payudara, tidak ada retraksi dinding dada.
Tidak ditemui kelaian seperti lesung payudara, kulit jeruk,
benjolan abnormal, retraksi aerola

30
Punggung : normal, tidak ada spina bifida, tidak terdapat kelainan
tulang seperti lordosis, kifosis, ataupun scoliosis
Abdomen : Tidak terdapat massa abdomen, terdapat nyeri pada
abdomen bagian bawah, tidak ada luka bekas operasi.
Genetalia : tidak terkaji
Ektremitas :
Atas : simetris, jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat
sindaktil dan polidaktil, tidak terdapat keterbatasan gerak.
Bawah : simetris, jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat
sindaktil dan polidaktil, tidak terdapat keterbatasan gerak.
3. Data penunjang
Hb : 12.1 gr/dl
Golongan darah :A

4. Mengukur Kecerdasan majemuk

- kecerdasam imterpersonal : 33
- kecerdasan intrapersonal : 30
- kecerdasan spasial : 27
3.2 Analisa
Nn. P usia 14 tahun dengan kurang aktivitas fisik dengan keaaan umum baik,
progonosa baik
3.3 Penataksanaan

1. Menjalin komunikasi interpersonal dengan klien


Evaluasi: klien memberikan repson umpan balik yang baik
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa remaja dalam keadaan baik dan tidak
ditemui kelainan pada pemeriksaan
Evaluasi: klien mengerti penjelasan yang diberikan
3. Memberikan keterampilan hidup sehat dengan rutin aktifitas fisik setiap hari
minimal 30 menit/hari yang terdiri dari aktivitas fisik ringan, sedang dan berat
seperti berjalan kaki, melakukan pekerjaan rumah, olahraga ringan seperti
bersepeda, bulu tangkis jogging agar tidak ternjangkit penyakot kronis karena
kekurangan aktivitas fisik

31
Evaluasi: Nn. P memahami penjelasan dan bersedia menerapkan
4. Memberikan informasi tentang hasil kecerdasan majemuk dan memberitahu
hasil bahwa skor tertinggi adalah pada kecerdasan interpersonal, kecerdasan
interpersonal biasa disevut kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk secara
efektif menavigasi dan bernegosiasi dalam interaksi dan lingkungan sosial.
Setelah Nn. P mengetahui skor dari kecerdasan majemuknya, menganjurkan
Nn. P untuk meningkatkan lagi kemampuan dari ketiga kecerdasan tersebut
agar lebih optimal.
Evaluasi: Nn. P dapat memehami penjelasan
5. Menjelaskan informasi keterampilan hidup bersih seperti mencuci tangan
dengan baik dan benar, menjaga kebersihan kuku, makan makanan dengan
menu gizi seimbang dan sehat, membuang sampah pada tempatnya, tidak
merokok, menimbang berat badan dan tinggi badan tiap bulan, melakukan
pemberantasan sarang nyamuk 3M plus.
Evaluasi: Nn. P dapat memahami penjelasan
6. Menjelaskan Nn.P pentingnya kesadaran diri seperti meningkatkan
kemampuan dan rasa percaya diri unatuk aktif dalam keluarga, komunitas, dan
organisasi; pentingnya empati dengan menerima kelebihan dan kekurangan
orang lain, membantu menimbulkan perilaku positif; meningkatkan hubungan
interpersonal seperti memberi senyum, sapa, salam; komunikasi yang efektig
dengan hindari memotong pembicaraan, menganalisa; berpikir kritis dengan
berfikir sebelum bertindak sebelum mengambil keputusan; bepikir kreatif
seperti belajar keterampilan baru; pengendalian emosi seperti hindari rasa
memiliki berlebihan; pemecahan masalah; mengatasi stress dengan salurkan
hobi, bakat dan minat, refreshing; mengambil keputusan yang tepat
Evaluasi: Nn. P dapat memahami penjelasan
7. Memberikan anjuran kepada klien untuk segera menerima petugas pustu untuk
mendapatkan tablet tambah darah
Evaluasi: Nn. P akan ke pustu meminta tablet tambah darah
8. Menanyakan kembali infoemasi yang sudah dijelaskan
Evaluasi: Nn. P dapat mengulangi informasi yang diberikan
9. Menyepekatai jadwal pertemuan selanjutnya tanggal 4 Desember 2020

32
Evaluasi:Nn. P bersedia diberikan penyuluhan lanjutan.
10. Merencankan asuhan kunjunga ke 2
a. Tanyakan keluhan.
b. Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi remaja dan pemenuhan gizi.
11. Dokumentasi tindakan

TTD

ANGGI W.K.D

33
3. 4 Evaluasi

Pertemuan II

Tanggal : 4 Desember 2020

Pukul : 09.00 WIB

Oleh : Anggi Widya Kusuma Dewi

Tempat : Rumah klien

S : klien mengatakan sudah mulai melakukan aktivitas fisik seperti


menyapu lantai, belum olahraga

O : Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: baik

Kesadaran: composmentis

TD: 100/60 mmHg

Nadi: 80x/menit

RR: 20x/ menit

S: 36.6 C

A : Remaja Nn.P usia 14 tahun dengan keadaan umum baik


prognosa baik

P :

1. menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien bahwa saat ini dalam


keadaan baik
evaluasi: klien mengetahui keadaannya sekarang
2. Memberikan KIE tentang organ reproduksi remaja harus dijaga
kebersihannya dengan cara :
 memakai handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak
berbau atau lembap.

34
 Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah
menyerap keringat.
 Ganti pakaian dalam minimal dua kali sehari.
 Membersihkan alat kelamin setelah buang air kecil maupun
besar dengan menyeka tisu atau handuk bersih dari arah
depan ke belakang, agar kuman yang terdapat pada anus
tidak masuk ke dalam organ reproduksi.
Evaluasi: klien mengerti dan paham
3. Memberikan edukasi tentang masa pubertas, tanda- tanda primer
dan sekunder pubertas pada perempuan beserta fungsinya
Evaluasi: klien mengerti dan paham
4. Menyepakati kunjungan selanjutnya tanggal 5 Desember 2020

TTD

ANGGI W.K.D

35
Pertemuan III

Tanggal : 5 Desember 2020

Pukul : 15.00 WIB

Oleh : Anggi Widya Kusuma Dewi

Tempat : rumah klien

S : Klien mengatakan sudah mulai aktivitas olahraga dan berusaha

O : pemeriksaan tanda- tanda vital

Kesadaarn: composmentis

TD: 110/70 mmHg Pernafasan:24x/menit

Suhu: 36.5 C Nadi: 84x/menit

A : Nn. P usia 14 tahun dengan keadaan umum baikprogosa baik

P :

1. memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien bahwa saat ini


keadaan baik
evaluasi: klien mengetauhi keadaannya sekarang
2. Memberikan apresiaisi telah berusaha memperbaiki pola
aktivitas fisik dengan baik
Evaluasi: klien merasa senang
3. Memberikan pelayanan terkait kesehatan jiwa napza
(instrumenst Pediatric System Checklist (PSC) dengan hasil 13,
jika PSC ≥ 28 maka remaja tersebut mempunyai masalah
psikososial
Evaluasi: klien mengerti penjelasan dari peatugas
4. Menyepakati kunjungan selanjutnya tanggal 13 Desember 2020

TTD

ANGGI W.K.D

36
Pertemuan IV

Tanggal : 13 Desember 2020

Pukul : 10.00 WIB

Oleh : Anggi Widya Kusuma Dewi

Tempat : rumah pasien

S : klien mengatakan sudah tidak ada keluhan

O : Pemeriksaan tanda-tanda vital

Kesadaran : composmentis

TD : 100/60 mmHg

Nadi : 81x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,6 C

A : Nn.P usia 14 tahun dengan keadaan umum baik, prognosa baik

P :

1. menjelasakan hasil pemeriksaan kepada klien bahwa saat ini keadaan


baik
evaluasi: klien mengetahui keadaannya sekarang
2. Menjelaskan bahwa yang dilakukan sudah baik, dan mendukung agar
tetap dipertahankan.
Evaluasi: klien mengerti
3. Memberikan informasi pemeriksaan SADARI, dan menganjurkan
melakukan pemeriksaan rutin minimal 1 bulan 1x.
Evaluasi: klien mengerti dan paham
4. Memberikan informasi tentang tetap melaksakana 3M untuk
mencegah penularan virus Covid-19 yaitu memakai masker, menjaga
jarak dan mencuci tangan
Evaluasi: klien tetap mematuhi protocol kesehatan

37
5. Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah didapatkan,
pelayanan yang diberikan cukup memberikan perubahan pada remaja.
Evaluasi: klien mampu memahami penjelasanyang diberikan dan tidak
ada yang dinyatakan
6. Mendokumentasikan tindakan asuhan kebidann

TTD

ANGGI W.K.D

38
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan dilakukan terhadap Nn. P dengan masalah kurang


aktivitas fisik diambil beberapa pembahasan sebagai berikut: usia klien
didapatkan 14 tahun, disesuaikan dengan definisi remaja oleh WHO yaitu 10-18
tahun. Dari hasil anamnesa terdapat sering merasa lelah hal ini sesuai dengan
P2PTM, 2018 kurang melakukan aktivitas fisik akan mengakibatkan kualitias
fisik yang rendah sehingga mudah lelah dalam beraktivitas, mudah sakit, dan
pegal sehingga menjadi kurang produktif.

Dari pengukuran berat badan dan tinggi badan terdapat Indeks Massa
Tubuh yaitu 22, IMT normal menurut Kemenkes RI adalah 18.5- 24.9 jika
aktivitas fisik tidak dilakukan secara rutin maka kemungkinan besar IMT akan
lebih meningkat sehubungan dengan pertumbuhan remaja

Pada pemeriksaan fisik remaja Nn.P normal dan tidak ada kelainan. Dari
hasil anamnesa dan pemeriksan didapatkan remaja diagnosa “Remaja Nn. P usia
14 tahun dengan kurang aktivitas fisik dengan keaaan umum baik, progonosa
baik” setelah tahu mendiagnosis remaja tesebut dilakukan pentalaksanaan sesuai
dengan masalah dan kebutuhan klien.

39
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari pembaahsan diperoleh tidak terdapat kesenjangan antara


teori dan praktik serta asuhan yang diberikan dirasa telah efektif dengan
dibujtikan keluhan yang dialami klien telah berkurang dank lien dapat memahami
arahan dari pemberi asuhan

5.2 Saran

Diharapkan kemudian hari remaja lebih mendapatkan perhatian yang lebih


menyeluruh. Aktivitas fisik secara baik dan teratur remaja akan tumbuh sehat
sehingga mencapai prestasi belajar yang baik sehingga menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas

40
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, M. N. (2020). 7 alasan mudah lelah. In


https://health.kompas.com/read/2020/04/11/103000068/7-alasan-umum-
kenapa-tubuh-mudah-lelah?page=all.

Batubara, J. (2010). Adolescent Development ( Perkembangan Remaja). 12(1),


2010.

Kemenkes RI. (2018). buku KIE kader kesehatan remaja.

Manuaba, I. B. ., Manuaba, I. . C., & Manuaba, I. B. . F. (2012). Pengantar


Kuliah Obstetri. EGC.

Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Pustaka Belajar.

Mujur, A. (n.d.). HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN AKTIVITAS


FISIK DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LEBIH PADA REMAJA.
2011.

Nurmala, N. dkk. (2020). mewujudkan remaja sehat fisik, mental dan sosial.

Nurmasyita, Widjanarko, B., & Margawati, A. (2015). Pengaruh Intervensi


Pendidikan Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi, Perubahan Asupan
Gizi dan Indeks Masa Tubuh Remaja Kelebihan Berat Badan. Jurnal Gizi
Indonesia, 4(1), 38–47.

P2ptm, K. R. (2018). kekurangan aktivitas fisik.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka.

Putro, K. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.


Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25–32.

Rahmawati, L., Arneliwati, & Elita, V. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Tingkat Depresi Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan. 2(2).

riskerdas. (2013). direktorat kesehatan keluarga.

Romauli, S. (2011). Buku Ajar Askeb I: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Nuha
Medika.

41
Romauli, Suryati. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Nuha Medika.

Roumauli, S. (2011). Buku Ajar Askeb 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Nuha
Medika.

Salam. (2010). Faktor Risiko Kejadian Obesitas Pada Remaja. Jurnal MKMI.

Sitoayu, L., Pertiwi, D. A., & Mulyani, E. Y. (2017). Kecukupan zat gizi makro,
status gizi, stres, dan siklus menstruasi pada remaja. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 13(3), 121. https://doi.org/10.22146/ijcn.17867

Suyono, J. (1996). pemilihan uji laboratorium yang efektif.

WHO. (2019). Empat dari Lima Remaja di Seluruh Dunia Kurang Gerak dan
Olahraga.

Yani, nurul gusti. (2016). hubungan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi.

Zamrun, M. (2019). penguatan dan inovasi pelayanan kesehatan dalam era


revolusi industri 4.0.

42

Anda mungkin juga menyukai