A. Pengertian
Digestif atau saluran cerna adalah saluran yang menerima makanan dari luar
dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus (Asmara
Wipa, 2010).
B. Penyebab
Penyebab yang jelas belum diketahui tetapi beberapa faktor etiologi dapat
diindenfikasi antara lain :
2. Statis bilier : stagnasi cairan empedu menyebabkan air ditarik ke kapiler sehingga
garam empedu menjadi lebih banyak yangakan merubah kelarutan kolestrol.
3. Peradangan.
C. Manifestasi Klinis
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium: rasa penuh, distensi
abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi makanan
berlemak / yang digoreng. Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas,
teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri
hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan , rasa
nyeri disertai mual dan muntah akan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam
sesudah makan dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan membalik-balikkan badan,
merasa tidak nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi persisten. Seorang kolik bilier
semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat
mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan
distensi bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding adomen pada
daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh bagian kanan, sehingga menimbulkan
nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika inspirasi dalam.
2. Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah
empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak
dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa membran
berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat karena
ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
4. Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut
akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata.
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Penatalaksanaan
2. Pembedahan
Intervensi bedah dan sistem drainase.
a) Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur
keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan
getah empedu kedalam kassa absorben.
b) Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar
4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
c) Kolesistektomi laparaskopi
d) Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus
5. Pendidikan pasien pasca operasi :
a) Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan,
muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.
b) Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai
48 jam pertama.
c) Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya.
d) Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang.
e) Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Leukosit : 12.000 – 15.000 /iu (N : 5000 – 10.000 iu).
b) Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
c) Amilase serum meningkat.( N: 17 – 115 unit/100ml).
H. Pengkajian
Data subjektif :
1. Adanya keluhan. (Nyeri abdomen, nause, diare, dispensia)
2. Ada anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
3. Biodata tentang umur,sex,ras
4. Pola makan
5. Penurunan BB
6. Peningkatan suhu tubuh.
Data objektif :
1. Status nutrisi
2. Keseimbangan cairan
3. Adanya muntah, diare
4. Gatal-gatal
5. Ekspresi wajah ketidaknyamanan
6. Fases pucat, urin keruh
7. Analisa pemeriksaan darah (bilirubin, SGOT/SGPT, protein serum)
8. Analisa pemeriksaan urin
9. Analisa pemeriksaan radiologi (cholangiografi) dan USG.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri sehubungan dengan efek pengangkatan kandung kemih.
2. Pontensial terjadinya infeksi sehubungan dengan invasi kuman melalui T tube
J. Rencana Keperawatan
Dx Tujuan Intervensi
dx-1 : Nyeri Tujuan : pasien akan Post Operasi :
sehubungan mengalami nyeri abdomen
dengan efek yang minimal. - Kaji kualitas nyeri
pengangkatan - Kaloborasi pemberian
kandung kemih. analgesik
- Anjurkan pasien untuk
tarik nafas dalam dengan
menahan luka insisi.
- Anjurkan pasien untuk
menggunakan selimut
atau bantal tambahan
untuk menompang luka
insisi ketika merubah
posisi, dan batuk
- Mempertahankan posisi
semi flower dengan kedua
kaki ditekuk dan rubah
posisi selama 2 jam.
- Anjurkan pasien untk
melakukan teknik
relaksasi.
Dx Tujuan Intervensi
dx-2 : potensial Tujuan : tidak terjadi Post Operasi :
terjadinya infeksi selama pemasangan
infeksi T tube. - Kaji tanda-tanda
sehubungan peradangan/infeksi
dengan invasi - Observasi luka insisi
kuman melalui setiap kali mengalami
T tube balutan luka discharge,
bau dan warnanya.
- Ganti balutan setiap hari
- T-tube dipertahankan
sampao 6 minggu atau
lebih
- Kaji jumlah, warna,
konsistensi dan bau
drainage setiap 4 jam
- Kaji drainage berwarna
purulen
- Observasi kulit sekitar
pemasangan T tube
- Pertahankan balutan
kering setiap hari
- Posisi semi flower
- Jangan lakukan klem,
irigasi tanpa instruksi
dokter.
- Pada hari ke 4/ ke-5 bila
ada instruksi angkat
kantong penampungan
sejajar dengan abdomen,
kemudian kaji nyeri,
nause
- Klem T-tube selama1-2
hari sebelum dan sesudah
makan. Kaji respon
pasien terhadap toleransi
makanan
- Observasi warna feses
pada hari ke 7-10 post
operasi.