Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU SALURAN KEMIH

A. Pengertian
Batu Saluran Kemih atau dalam bahasa medis disebut dengan “urolithiasis” ialah
adanya pembentukan kalkuli (batu) di saluran kemih, yang paling sering terbentuk di
pelvis atau kaliks (Widiarti,dkk.2008).
Kata urolithiasis merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “ouron” yang
berarti urin dan “lithos” yang artinya batu (Ram, Moteriya and Chanda, 2015). Secara
umum makna kata urolithiasis mencakup batu ginjal (nefrolithiasis), batu ureter
(ureterolithiasis), dan batu kandung kemih (cystolithiasis) (Panigrahi, Dey, and Jena,
2016).
Kalkulus ginjal/batu ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan,
namun terbentuknya batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kaliks ginjal.
Menurut (Gray,2009) batu saluran kemih ialah terdapatnya konkresi (gumpalan) padat
yang terbentuk di saluran kemih. Batu yang berukuran lebih kecil yang mungkin saja
terbentuk bisa lewat di sepanjang saluran kemih, dan bisa dikeluarkan saat/selama
berkemih (mikturisi) menyebabkan adanya beberapa atau bahkan tak ada gejala, tetapi
batu dengan ukuran yang lebih besar dapat menimbulkan gejala-gejala klinis ketika telah
menyumbat saluran kemih atau telah mengandung pathogen yang menimbulkan infeksi
menetap meskipun telah diberi terapi antimikroba.

B. Penyebab dan faktor predisposisi


Timbul/terbentuknya batu saluran kemih di duga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, serta keadaan-keadaan
lain yang masih belum diketahui (idiopatik). Secara epidemologi terdapat beberapa faktor
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada tiap individu. Faktor-faktor
tersebut ialah faktor intrinsik dimana keadaan yang berasal dari tubuh seseorang itu
sendiri, dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh dari lingkungan sekitarnya. (Purnomo,
2011). Faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Intrinsik.
a. Genetik : Terkait dengan enzim sistin, wanita memiliki enzim sistin lebih tinggi,
dan pada laki-laki rendah sehingga laki-laki beresiko besar mengalami
urolithiasis.
b. Herediter : Dimana penyakit ini diduga diturunkan dari orang tua seperti pada
kasus anomali anatomi system saluran kemih.
c. Usia/umur : Kecenderungan terjadi pada usia 30-50 tahun, karena penurunan
fungsi tubuh.
d. Jenis Kelamin : terjadinya urolithiasis lebih banyak dialami oleh laki-laki
dibanding wanita, itu karena laki-laki memiliki enzim sistin yang rendah. Selain
itu juga, secara anatomi laki-laki memiliki uretra yang lebih panjang sehingga
berisiko menimbulkan pengendapan urin di bagian uretra sehingga menyebabkan
adanya residu urin yang kemudian bisa mengkristal.
e. Kelainan Metabolik : Gangguan metabolisme juga dapat menyebabkan urolithiasis
seperti pada hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria/kalsium urin tinggi,
hiperuresemia, dan hiperkalsemia/kalsium serum tinggi.
f. Infeksi : - Seperti infeksi saluran kemih (ISK) dimana infeksi ini akan
meningkatkan terbentuknya zat organik. Zat ini dikelilingi oleh mineral yang
mengendap, dimana pengendapan ini akan mengakibatkan alkanitas urin dan
mengakibatkan pengendapan kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
g. Pada wanita memiliki uretra yang pendek yang mudah terkontaminasi oleh bakteri
sehingga pada kondisi ini wanita rentan juga terkena infeksi saluran kemih yang
memicu terjadinya batu saluran kemih.
2. Faktor Ekstrinsik.
a. Geografis : Dimana beberapa daerah menunjukkan kejadian batu saluran
kemih/urolithiasis yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal dengan
daerah sabuk batu (stone belt). Contohnya : Gresik, Lamongan, Tuban, Situbondo,
Madura (Pamekasan adalah daerah yang paling tinggi ). Dimana daerah tersebut
masih menggunakan air tanah yang mana terdapat kandungan kapur (tinggi
kalsium). Hal ini lah yang dapat meningkatkan terjadinya batu saluran kemih.
b. Asupan air dan diet makanan : Diet tinggi purin (jeroan, bebek, emping), oksalat
(susu, sayuran berwarna putih), fosfat (kacang-kacangan, daging, serta susu dan
olahan), dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih. Selain
makanan, asupan air yang dikonsumsi juga bisa menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya urolithiasis jika seseorang kekurangan intake air dalam tubuhnya
(dehidrasi).
c. Iklim atau cuaca : Iklim yang terlalu ekstrim, dimana suhu lingkungan yang
terlalu tinggi akan meningkatkan produksi keringat dan meningkatkan konsentrasi
air kemih. Sedangkan di daerah yang bersuhu dingin akan menyebabkan
pemasukan cairan yang kurang (dehidrasi), sehingga konsentrasi air kencing juga
akan menjadi pekat. Konsentrasi air kemih yang meningkat akan meningkatkan
pembentukan kristal air kemih.
d. Pekerjaan : Sering dijumpai pada individu dengan pekerjaan yang banyak duduk
seperti karyawan dll, atau orang yang kurang aktivitas/ gaya hidup kurang gerak
(sedentary lifestyle), serta keinginan BAK yang ditahan dalam kondisi dehidrasi.

Adapun etiologi berdasarkan klasifikasi urothialisis menurut (Turk, C, T.Knoll, A


Petrik, K. Sarika, C. Seitz, A. Skolarikos, M. Straub, 2013) diantaranya :
1. Batu Non Infeksi : Kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat.
2. Batu Infeksi : Magnesium ammonium fosfat, karbonat apatit, ammonium urat.
3. Batu Genetik : Cystine, xanthin, 2.8-dihidroxy-adenin.
4. Batu yang terbentuk karena obat-obatan (Drug Store) : contoh (Indinavir).

C. Manifestasi klinik (tanda & gejala)


Urolithiasis dapat menimbulkan berbagai gejala tergantung pada letak batu, tingkat
infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih. Walaupun demikian penyakit ini
mempunyai tanda dan gejala umum yaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran
kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda
sistematik lainnya. Beberapa gambaran klinis yang dapat muncul pada urolithiasis:
1. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis yaitu nyeri kronik dan nyeri kolik.
Terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi
dan iritabilisasi pada jaringan sekitar. Nyeri kolik juga karena adanya aktivitas
peristaltic otot polos system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu pada saluran kemih. Peningkatan peristaltic itu menyebabkan
tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf
yang memberikan sensasi nyeri.
2. Gangguan Mikasi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urine (urine flow) mengalami
penurunan sehingga sulit sekali untuk miksasi secara spontan. Pada pasien
uretrolithiasis, obstruksi urin terjadi di saluran paling akhir sehingga kekuatan untuk
mengeluarkan urun ada namun hambatan pada saluran menyebabkan urin stagnansi.
3. Hematuria
Batu yang teperangkap didalam ureter (klonik ureter) sering mengalami desakan
berkemih, tetapi hanya sedikit urine yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan
gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urine yang dikeluarkan bercampur
dengan darah (hematuria).
4. Mual dan Muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada pasien
karena nyeri yang sangat hebat sehinggapasien mengalami stress yang tinggi dan
memacu sekresi HCLI pada lambung.
5. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda demam
disertai dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah di kulit merupakan
tanda terjadinya urosepsis. Uresepsis merupakan kedaruratan dibidang urologi dalam
hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomic pada saluran kemih yang
mendasari timbulnya urosepsis dan di lakukan terapi berupa drainase dan pemberian
antibiotic.
6. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang lebih tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria akan
menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu, akan teraba
bendungan (distensi) pada waktu dilakukan palpasi pada region vesika.

D. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau urolithiasis belum diketahui
secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu tersebut diantara
nya : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalate, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam
urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH
urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan.
Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin
bertambah, dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar melalui urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih, dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang berukuran besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan
dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat
timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal dikarenakan ginjal tak mampu melakukan
fungsinya secara normal.
E. Pathway keperawatan (jalan munculnya semua masalah keperawatan sesuai teori)

Diet tinggi mineral Infeksi pada Ginjal Infeksi usus


secara berlebihan

Kerusakan nefron pada ginjal Gangguan absorbsi


Konsumsi Air Obat-obatan (laksatif,
mineral pada usus
rendah antasida, diuretik)
Gangguan reabsorbsi pada ginjal
Mineral diangkat
Peningkatan mineral di ginjal bersama darah menuju
Penurunan Cairan ke Ginjal seluruh tubuh
Peningkatan konsentrasi mineal di urine
Urine Menjadi pekat
Terjadi pengendapan mineral menjadi kristal
Endapan kristal membentuk nukleus dan menjadi batu

Gagal ginjal akut Tidak mendapat penanganan Urolithiasis

Ginjal Ureter Bladder Uretra

Hambatan Aliran urin Obstruksi Pemasangan Batu mencederai saluran kemih


keteter
Hidronefrosis Peningkatan tekanan
Tekanan cairan pd ureter Sepsis Hematuria
& pelvis ginjal
Distensi saluran kemih
Nyeri saat berkemih Nyeri Pinggang Resiko tinggi Infeksi
Resiko Ketidakefektifan
Gangguan Eliminasi perfusi ginjal
Urin NYERI
F. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih parah. Indikasi untuk melakukan
Tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi social.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL,
melalui tindakan endourologi, bedah laparaskopi, atau pembedahan terbuka.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditunjukkan untuk batu yang berukuran <5mm, karena
batu diharapkan keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
nyeri, mempelancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dengan alat ini dapat memecahkan batu tanpa dilakukan pembiusan. Batu
dipecahkan menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu sedang keluar dapat menimbulkan perasaan
nyeri dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Beberapa Tindakan endourologi adalah:
a. PNL (Percutanous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
ada didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopike system
kalises melalui insisi pada kulit.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu kedalam buli-buli.
c. Ureteroskopi uretero-renoskopi adalah dengan memasukkan alat ureteroskopi per-
uretram guna melihat keadaan ureter atau system pielokaliks ginjal.
d. Ekstraksi dormie adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui
alat keranjang dormia.
4. Pembedahan
Bedah laparoskopi sering dipakai untuk mengambil batu ureter. Bedah
terbuka, antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu
pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostic untuk batu saluran kemih diantaranya sebagai berikut:
1. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat
bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu
asam urat bersifat non-opak.
2. Intra Vena Pielografi (IVP)
IVP merupakan procedure standar dalam menggambarkan adanya batu pada
saluran kemih. IVP dapat mendeteksi adanya batu semi-opak atau non-opak yang
tidak dapat dilihat oleh foto polos perut. Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan
anatomi dan fungsi ginjal.
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dikerjakan apabila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhapat bahan kontras, faal
ginjal menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya batu diginjal.

H. Pengkajian focus (pengkajian riwayat kesehatan, perubahan pola fungsi, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang terfokus pada kasus)
1. Aktifitas/Istirahat : klien BSK dapat mengalami gangguan tidur apabila nyeri timbul
pada malam hari. Keterbatasan aktivitas atau imobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya .
2. Sirkulasi : peningkatan TD/nadi, kulit kemerahan dan hangat serta pucat.
3. Eliminasi
Gejala : kaji riwayat adanya obstruksi sebelumnya, penurunan haluran urine, kandung
kemih penuh, dan dorongan berkemih.
Tanda : hematuria dan perubahan pola berkemih
4. Makanan/ cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri pada abdomen, ketidakcukupan pemasukan cairan atau
tidak minum air dengan cukup
Tanda : muntah, distensi abdominal, penurunan/ tidak adanya bising usus
5. Nyeri/Keamanan : nyeri akut berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar kepunggung,
abdomen, dan turun ke lipatan paha/ genetalia. Nyeri dangkal konstan menunjukkan
kalkus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
6. Keamanan : kaji terhadap penggunaan alcohol, perlindungan saat demam atau
mengigil.

I. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi
ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema daniskemia selular.
2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kamih oleh batu,
iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik dan hematuria
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual atau muntah dan diuresis
pascaobstruktif.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan atau mengingat, salah interpetasi informasi, dan
tidak mengenal sumber informasi.

J. Perencanaan keperawatan (prioritas diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil dan
rencana tindakan disertai rasional sesuai teori)
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi
ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema dan iskemia selular.
Tujuan: klien akan melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol dan tampak
rileks, mampu tidur atau istirahat dengan tepat
Intervensi:
Mandiri
a. Catat lokasi, lamanya intensitas 9skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda
non-verbal, contoh peninggian TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
Rasional: Membatu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia
sehubungan dengan proksimitas saraf pleksus, dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat mencetuskan ketakutan,
gelisah, ansietas berat.
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/ karakteristik nyeri.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesi sesuai waktu
(membantu dalam meningkatkan kemampuan komping pasien dan dapat
menurunkan ansietas) dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/
terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya
batu.
c. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan
koping.
d. Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktivitas
terapeutik.
Rasional: Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
e. Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan
cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
Rasional: hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urin, dan
membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya.
f. Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen.
Rasional: Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi
urine ke dalam area perirenal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut.
Kolaborasi
g. Berikat obat sesuai indikasi:
1) Narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin
Rasional: Biasanya diberikan selama episode akut untk menurunkan kolik
uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental.
2) Antispasmodik, contoh flavoksat (uripas); Oksibutin (Ditropan)
Rasional: Menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri
3) Kortikosteroid
Rasional: Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu
h. Berikan kompres hangat pada punggung.
Rasional: Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme.
i. Pertahankan patensi kateter bila digunakan
Rasional: Mencegah stasis/retensi urin, menurunkan risiko peningkatan tekanan
ginjal dan infeksi.

2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kamih oleh batu,
iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik dan hematuria
Tujuan: klien akan: berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya, serta tak
mengalami tanda obstruksi.
Intervensi:
Mandiri
a. Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
Rasional: kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat
bila kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal.
b. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
c. Periksa semua urin. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk
analisa.
Rasional: Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi
pilihan terapi.
d. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapubik.
Perhatikan penurunan keluaran urin, adanya edema oeriorbital/ tergantung
Rasional: Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung
kemih/ ginjal) dan potensial risiko infeksi, gagal ginjal.
e. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
Rasional: Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik pada SSP.
Kolaborasi
f. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolot, BUN, kreatinin.
Rasional: Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi
ginjal.
g. Ambil urin untuk kultur dan sensitivitas.
Rasional: Menentukan adanya ISK, yang penyebab/ gejala komplikasi
h. Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
1) Asetazolamid (Diamox), alupurinol (Ziloprin)
Rasional: Meningkatkan pH urin (alkalinitas) untuk menurunkan pembentukan
batu asam.
2) Hidroklorotiazid (Esidrix, hidroiuril), Klortalidon (Higroton);
Rasional: Mungkin digunakan untuk mencegah stasis urin dan menurunkan
pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses penyakit
dasar seperti hipertiroidisme primer atauabnormalitas vitamin D.
3) Amonium klorida; kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika);
Rasional: Menurunkan pembentukan batu fosfat.
4) Agen antigout, contoh alupurinol (Ziloprim)
Rasional: Menurunkan produksi asam urat/potensial pembentukan batu.
5) Antibiotik
Rasional: adanya ISK/ alkalin urin potensial pembentukan batu
6) Natrium bikarbonat;
Rasional: Mengganti kehilangan yang tak dapat teratasi selama pembuangan
bikarbonat dan/atau alkalinitas urin dapat menurunkan/ mencegah
pembentukan bebrapa kalkuli.
7) Asam askorbat;
Rasional: mengasamkan urin untuk mencegah berulangnya pembentukan batu
alkalin
j. Pertahankan patensi kateter tak menetap (ureteral, uretral, atau nefrostomi) bila
menggunakan.
Rasional: Mungkin diperlukan untuk membantu aliran urin/mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
k. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi
Rasional: mengubah pH urin dapat membantu pelarutan batu dan mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
l. Siapkan pasien, bantu untuk prosedur endoskopi, contoh: Prosedur basket
Rasional: kalkulus pada ureter distal dan tengah mungkin digerakkan oleh
sistokop endoskopi dengan penangkapan batu dalam kantung kateter.
m. Stents ureteral
Rasional: kateter diposisikan di atas batu untuk meningkatka dilatasi uretra/
lewatnya batu. Irigasi kontinu atau intermitten dapat dilakukan untuk membilas
ureter dan mempertahankan pH urin.
n. Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus, nefroliototomi, ureterolitotomi.
Rasional: Pembedahan mungkin perlu untuk membuang batu yang terlalu besar
untuk melewati ureter.
o. Litotripsin ultrasonik perkutaneus.
Rasional: Tindakan gelombang syok invasif untuk batu pelvik/ kaliks ginjal atau
ureter atas.
p. Litotripsi gelombang syok ekstrakorporeal (extracorporeal shockwafe lithotripsin
(ESWL).
Rasional: Prosedur non-invasif dimana batu ginjal dihancurkan dengan syok
gelombang dari luar tubuh.

3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual atau muntah dan diuresis
pasca obstruktif.
Tujuan: Klien dapat: mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh
tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang norlmal, nadi perifer normal,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi:
Mandiri
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran
Rasional: Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membanntu
dalam evaluasi adanya/ derajat stasis/ kerusakan ginjal. Catatan: Kerusakan fungsi
ginjal dan penurunan haluaran urin dapat mengakibatkan volume sirkulasi lebih
tinggi dengan tanda/ gejala GGK.
b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan
diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan.
Rasional: Mual/ muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal
karena saraf ganglion sliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan dapat
membantu mengesampingkan kejadian abdominal lain yang menyebabkan nyeri
atau menunjukkan kalkulus.
c. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung
Rasional: Mempertahan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan
“mencuci” yang dapat membilas batu keluar. Dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan berlebihan (muntah
dan diare).
d. Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa.
Rasional: Indikator hidrasi/ volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi. Catatan:
penurunan LFG merangsang produksi renin yang bekerja untuk meningkatkan TD
dalam upaya untuk meningkatkan aliran darah ginjal.
e. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional: Peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan
retensi
Kolaborasi
f. Awasi Hb/Ht, elektrolit
Rasional: Mengkaji hidrasi dan keefektifan/ kebutuhan intervensi.
g. Berikan cairan IV
Rasional: mempertahankan volume sirkulasi (bila pemasukan oral tidak cukup)
meningkatkan fungsi ginjal.
h. Berikan diet tepat, cairan jernih, makanan lembuh sesuai tolerasni
Rasional: Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi
i. Berikanobat sesuai indikasi: antiemetik, contoh proklorperazin (compazin)
Rasional: Menurunkan mual/muntah

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurang terpajan atau mengingat, salah interpetasi informasi, dan
tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan: Pasien dapat: menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan
gejala dengan faktor penyebab, dan melakukan perubahan perilaku yang pelu dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi:
Mandiri:
a. Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi
b. Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan, contoh 3-4 L/hari atau 6-8
L/hari. Dorong pasien untuk melaporkan mulut kering, diuresis berlebihan/
berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak
Rasional: Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan stasis ginjal dan
pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan/ dehidrasi memerlukan
pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.
c. Kaji ulang program diet, sesuai individual.
Rasional: Diet tergantung pada tipe batu. Pemahaman alasan pembatasan
memberikan kesempatan pada pasien membuat pilihan informasi, meningkatkan
kerjasama dalam program dan dapat mencegah kekambuhan.
d. Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong,
gandum, alkohol
Rasional: Menurunkan pemasukan oral terhadap prekursor asam urat
e. Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt;
Rasional: Menurunkan risiko pembentukan batu kalsium
f. Diet rendah oksalat, contoh pembatsan coklat, minuman mengandung kafein, bit,
bayam.
Rasional: Menurunkan pembentukan batu kalsium oksalat
g. Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit
pc/jam.
Rasional: Mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitat yang tak larut
dalam traktus GI, mengurangi beban nefron ginjal. Juga efektif melawan bentuk
kalkulus kalsium lain. Catatan: dapat menyebabkan konstipasi
h. Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas dan membaca
semua label produk/ kandungan dalam makanan.Mendengar dengan aktif tentang
program terapi/ perubahan pola hidup.
Rasional: Obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalinitaskan
urin, tergantung pada penyebab dasar pembentukan batu. Makan produk yang
mengandung bahan yang dikontraindikasikan secara individu (contoh kalsium,
fosfat) potensial pembentukan obat ulang.
i. Identifikasi tanda/ gejala yang memerlukan evaluasi medik contoh, nyeri
berulang, hematuria, oliguria.
Rasional: Membantu pasien bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa
kontrol terhadap apa yang terjadi.
j. Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap insisi/ kateter bila ada.
Rasional: Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan kemandirian.

Anda mungkin juga menyukai