Anda di halaman 1dari 22

Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen

Nasional
asil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan menengah
kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi literasi
membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan keterampilan matematika dan sains,
71% siswa berada di bawah kompetensi minimum untuk matematika dan 60% siswa di
bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan
dalam 10-15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
negara yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Bagaimana pendapat
Anda? 

Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong


peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh
dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan resmi
diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN)
sudah tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.

Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan.
Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian
proses belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran
dan kompetensi siswa.

Pada aktivitas sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Asesmen Nasional perlu dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pertanyaannya, mutu pendidikan seperti apa
yang diharapkan? Apakah mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional saja
seperti yang selama ini terjadi?

Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian siswa
dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir, apapun sebutannya.
Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa
yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Terlebih pada era transformasi
pendidikan abad ke-21, dimana arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai
kecakapan hidup yang esensial untuk menghadapi berbagai tantangan abad ke-21
dimana siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan
teknologi informasi, kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.
Pertanyaannya, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya, menggunakan
Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat ukur untuk mengetahui
ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. Asesmen Nasional tidak hanya
memotret hasil belajar kognitif siswa, sebagaimana yang terjadi dalam Ujian Nasional
namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai,
keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai
konteks yang relevan. 

Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi rujukan
pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil pelajar pancasila ini
sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21. Karakter pelajar Pancasila
yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2. Berkebhinekaan global
3. Mandiri
4. Bernalar kritis 
5. Kreatif
6. Gotong royong
Untuk itu, penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang
berfokus pada pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur
dari pemahaman konsep, dan keterampilan menerapkan konsep dalam berbagai
konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten semata, tetapi lebih
menguasai pemahaman secara mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di
berbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan hasil
pembelajaran siswa. Capaian kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin
dievaluasi melalui Asesmen Nasional.

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,


madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan
pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi,
dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan
yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga
instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan
Survei Lingkungan Belajar.

1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar


literasi membaca dan numerasi siswa. 
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang
mencerminkan karakter siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan
upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional
dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-
mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa. 

1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a)


perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di
dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial
ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun
antar kelompok berdasarkan atribut tertentu). 
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya
menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa. 
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial
sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini
diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan
sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan
manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan
bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem
pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk
mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:

1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama.


Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional
bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan
Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara
individu. 
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN,
serta program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan
menengah pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan
sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada
kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan
tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN.
Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu
syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei.
Metode survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari
setiap sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan
metode sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar
pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional
adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum
yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat.
Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid
pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata
pelajaran yang penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM
memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata
pelajaran. 
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis
komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive
Testing  (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana
setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya.

Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis


pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan
Ujian Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan
luas mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter
dan iklim belajar.

beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan
pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional. 
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga
input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini
belum sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21,
sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi
keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai
konteks kehidupan, serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam
profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN saja.

Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada


subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan
lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan
kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.

Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih
sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak
bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa. 
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari
pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga
poin tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi
Asesmen Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen
Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di
kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan
untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap
satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas
V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan,
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap
akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa? 

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak
digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang
individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik.
Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional
merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem
pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta
dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang
mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target
dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? 

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan


pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang
menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika
mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga
digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan
pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di
sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar
yang diukur dalam Asesmen Nasional. 

Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua
guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik,
guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang
kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen
Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian
kesetaraan. 

Bentuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu
soal. 
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar
dalam satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu
titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk
menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan
jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa
kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi
mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh
karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama.
Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan
tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.

AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan


kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. Pusat Asesmen dan Pembelajaran
Kemdikbud menyediakan contoh soal AKM pada
laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm

Konsep Literasi Membaca


Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis,
mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis,
menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan,
mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan
sosial.

Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal
ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi.
Pada tingkat SMA terdapat 2 level pembelajaran, mari kita pelajari setiap level
pembelajaran yang ada pada tingkat SMA. 

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 9 dan 10, siswa akan belajar sesuai tingkat
kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 9 dan 10 akan
menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan
memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi
baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam
teks dan merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan,
dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi. Bapak dan Ibu juga dapat
melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 1 Literasi
Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Informasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 11 dan 12, sama seperti level pembelajaran 1
siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja
siswa pada kelas 11 dan 12 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai
dengan jenjangnya. Siswa akan memahami teks secara literal dan menyusun
inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa
juga menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai
yang terkandung dari teks sastra atau teks informasi untuk memahami cara pandang
penulis sesuai jenjangnya. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih
lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level
Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi
A. Menemukan Informasi

1. Mengakses dan mencari informasi dalam teks

 Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada


teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (6 Soal)
2. Mencari dan memilih informasi yang relevan

 Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang
relevan pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (4 Soal)
 
B. Memahami

1. Memahami teks secara literal

 Menganalisis perubahan pada elemen intrinsik (kejadian/karakter/setting/konflik/alur


cerita) pada teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (2 Soal)
2. Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak

 Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar cerita,
kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks sastra yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (8 Soal)
 Menyusun inferensi (kesimpulan) dan prediksi berdasarkan unsur-unsur pendukung
(grafik, gambar, tabel, dll) disertai bukti-bukti yang mendukung di dalam teks sastra atau teks
informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
 Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik lain)
dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
 
C. Mengevaluasi dan merefleksi

1. Menilai format penyajian dalam teks

 Menilai tujuan penulis dalam menggunakan diksi dan kosa kata pada teks sastra
sesuai jenjangnya. (1 Soal)
 Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik,
tabel dll) dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi
yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (2 Soal)
 Menilai elemen intrinsik (karakterisasi, alur cerita, latar) serta autentisitas
penggambaran masyarakat pada teks sastra sesuai jenjangnya. (1 Soal)
2. Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan
isi teks terhadap pengalaman pribadi

 Menjustifikasi pendapat orang lain berdasarkan isi teks sastra atau teks informasi
sesuai jen jangnya. (3 Soal)
Level Pembelajaran 5
( Kelas 9 & 10 )
A. Menemukan Informasi

1. Mengakses dan mencari informasi dalam teks

 Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada


teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (11 Soal)
2. Mencari dan memilih informasi yang relevan

 Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang
relevan pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (3 Soal)
 
B. Memahami

1. Memahami teks secara literal

 Menjelaskan ide pokok dan beberapa ide pendukung pada teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (4 Soal)
2. Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak

 Menyimpulkan perubahan kejadian, prosedur, gagasan atau konsep di dalam teks


informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (11 Soal)
 Membandingkan hal-hal utama (misalnya perbedaan kejadian, prosedur, ciri-ciri
benda) dalam teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
 
C. Mengevaluasi dan merefleksi

1. Menilai kualitas dan kredibilitas konten pada teks informasi tunggal maupun jamak

 Menilai kualitas teks informasi berdasarkan pengalaman pribadinya dalam membaca


teks yang terus meningkat sesuai jenjangnya (misalnya mengidentifikasi asumsi/opini dari
fakta). (2 Soal)
 Menilai akurasi pada informasi visual atau nonvisual dalam teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (2 Soal)
2. Menilai format penyajian dalam teks

 Menilai efektivitas format penyajian data (format visual, struktur perbandingan,


contoh, dll) untuk mendukung ide pokok pada teks informasi yang terus meningkat sesuai
jenjangnya. (1 Soal)
 Menilai dan mengidentifikasi bias pada penulisan teks informasi sesuai jenjangnya. (2
Soal)
 Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik,
tabel dll) dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi
yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
3. Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan
isi teks terhadap pengalaman pribadi

 Menjustifikasi pendapat orang lain berdasarkan isi teks sastra atau teks informasi
sesuai jen jangnya. (3 Soal)

Langkah membuat butir soal literasi yang akan membantu siswa Anda untuk berlatih
menggunakan kompetensi literasi untuk bernalar dalam pembelajaran di kelas:

1. Pertama, pahami kompetensi literasi membaca siswa yang Anda ampu. Dari situ
Anda dapat memilih teks yang sesuai

2. Kedua, setelah memilih teks bacaan sesuai dengan level kompetensi siswa yang
Anda ampu, pilihlah salah satu kompetensi yang ingin Anda kembangkan dan
evaluasi. 

3. Ketiga, dari kompetensi literasi tersebut, cobalah membuat 3 buah soal dengan
bentuk yang berbeda-beda berdasarkan teks yang Anda pilih tadi. 

butir-butir soal asesmen literasi AKM melibatkan proses penalaran yang tidak dapat
dipersiapkan melalui program bimbingan belajar intensif yang berfokus pada latihan-
latihan soal saja. Proses penalaran siswa justru perlu lebih banyak dikembangkan dan
dipupuk melalui strategi pembelajaran di kelas. 

Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan atas dasar kompetensi, bukan hafalan


materi semata, memberikan kesempatan pada siswa untuk terus mengembangkan
kemampuan dasar literasinya dalam penalaran. 

Konsep Numerasi
Numerasi merupakan suatu kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
perilaku, dan disposisi yang dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika
dalam cakupan dan situasi yang lebih luas. Numerasi menuntut siswa untuk
mengenali dan memahami peran matematika di dunia, memiliki disposisi dan
kapasitas untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
Secara umum kompetensi numerasi ditandai dengan kemampuan seseorang untuk;
bernalar, mengambil keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah. Kemampuan
ini dalam penerapannya terkait dengan mata pelajaran lain yang siswa pelajari.
Pada tingkat SMA terdapat 1 level pembelajaran. Pada level pembelajarannya
terdapat 3 konten yang dipelajari yakni, geometri dan pengukuran, aljabar, serta data
dan ketidakpastian.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 10, siswa akan belajar geometri dengan
memahami dan menggunakan perbandingan trigonometri serta ,menghitung
volume dan luas permukaan. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan
pertidaksamaan, relasi dan fungsi bilangan, termasuk pola bilangan. Dan akan
mempelajari data dan representasi juga ketidakpastian dan peluang. 

Contoh-contoh butir asesmen numerasi tingkat SMA dapat dilihat lebih lengkap
melalui link Level Pembelajaran 1 Numerasi.

Level Pembelajaran 5
( Kelas 10 )
A. Geometri dan Pengukuran

1. Bangun Geometri

 Memahami dan menggunakan perbandingan trigonometri. (12 Soal)


 Menghitung volume dan luas permukaan limas segi-n, kerucut, dan bola. (9 Soal)
 
B. Aljabar

1. Persamaan dan Pertaksamaan

 Menyelesaikan persamaan dan pertaksamaan kuadrat, sistem persamaan linear dua


atau tiga variable (5 Soal)
2. Relasi dan Fungsi (termasuk Pola Bilangan)

 Memahami barisan Aritmetika dan geometri (3 Soal)


 Memahami fungsi kuadrat dan grafiknya, serta sifat-sifatnya; (4 Soal)
 
C. Data dan Ketidakpastian

1. Data dan Representasinya

 Menentukan dan menggunakan ukuran penyebaran data (jangkauan, simpangan, dan


variansi). (19 Soal)
2. Ketidakpastian dan Peluang

 Memahami dan menggunakan sifat-sifat peluang kejadian. (10 Soal)


Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran
untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan
tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat
diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian
siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang
diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi
selengkapnya pada tautan berikut ini AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran

Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran


sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya
mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai
sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga
sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan
keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang
ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.

Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena


siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa
dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda
dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru
antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar
siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu
memetakan tahapan kompetensi siswa. 
Apa keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan
pengalaman belajar murid yang berkualitas?

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan


menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain
mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan
refleksi praktik pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas
berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk
mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran
memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan
antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi
yang terkait pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu.
Asesmen diagnosis: asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran.
Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan
dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk
menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.

Anda mungkin juga menyukai