Anda di halaman 1dari 218

Struktur Beton

Perencanaan konsol pendek

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
Perencanaan konsol pendek
• Konsol pendek sering ditemui pada bangunan industri.
Salah satunya pada gudang pabrik untuk meletakkan balok
crane.
• Konsol pendek juga ditemui pada bangunan dengan
menggunakan sistem pracetak.
• Berbagai pola retak pada konsol pendek
a/d < 1  geser
a/d > 1  lentur
Detail pemasangan tulangan
Gaya-gaya pada konsol pendek
GAYA VERTIKAL (Vu)
Berasal dari reaksi perletakan akibat beban mati dan beban
hidup
Vu = 1,2 VD + 1,6 VL

GAYA HORISONTAL/TARIK (Nuc)


Berasal dari susut dan rangkak serta perubahan suhu (N)
Nuc = 1,6 N
Nuc > 0,20 Vu
 Vu

MOMEN YANG BERASAL DARI Vu DAN Nuc


Mu = Vu . a + Nuc . (h – d)
Jenis tulangan pada konsol pendek
Avf = Luas tulangan geser friksi (horisontal) untuk menahan gaya geser
berfaktor Vu dihitung berdasarkan shear friction.
Avf = Vu / f m fy
An = Luas tulangan untuk menahan gaya normal Nuc tulangan. An ini
dapat dihitung dengan rumus:
An = Nuc / f fy
Af = Luas tulangan (horisontal) untuk menahan momen berfaktor,
Mu = Vu.a + Nuc (h – d)
Tulangan Af dapat dihitung sebagai berikut:
Af = Mu / 0.85 f fy d
disini telah diambil suatu pendekatan lengan momen jadi  0,85 d.
SNI:
As = Af + An
As = 2/3 Avf + An
Ah = 0,5 (As – An)
Perencanaan konsol pendek
SNI-03-2847-2002 pasal 13.9 memberikan tata cara perencaan konsol pendek
dengan nilai banding bentang retak dan tinggi effektif a/d tidak lebih dari 1.0
dengan ketentuan:
1. Gaya horizontal terfaktor Nuc tidak lebih besar dari gaya geser terfaktor
Vu.
2. Tinggi konsol pada tepi luar daerah tumpuan tidak boleh kurang daripada
0,5d
3. Penampang pada muka tumpuan harus direncanakan untuk secara
bersamaan memikul gaya geser Vu, momen (Vu.a + Nuc (h-d) ) dan gaya
tarik horizontal Nuc.
(1) Di dalam semua perhitungan perencanaan yang sesuai dengan SNI-
03-2847-2002 pasal 13.9, faktor reduksi kekuatan f harus diambil
sebesar 0,75.
(2) Perencanaan tulangan geser-friksi Avf untuk memikul geser Vu harus
memenuhi ketentuan SNI-03-2847-2002 pasal 13.9.
Untuk beton normal, kuat geser Vn tidak boleh diambil lebih besar
daripada 0,2 fc’bwd ataupun 5,5 bwd dalam Newton.
Perencanaan konsol pendek
(3) Tulangan Af untuk menahan momen harus dihitung menurut SNI-03-
2847-2002 pasal 12.2 dan 12.3.
(4) Tulangan An untuk menahan gaya tarik Nuc harus ditentukan dari Nuc
 fAnfy. Gaya tarik Nuc tidak boleh diambil kurang daripada 0,2 Vu,
kecuali bila digunakan suatu cara khusus untuk mencegah terjadinya
gaya tarik.
(5) Luas tulangan tarik utama As harus diambil sama dengan nilai
terbesar dari (Af + An) atau (2Avt/3 + An)
(4) Sengkang tertutup atau sengkang ikat yang sejajar dengan As, dengan
luas total Ah yang tidak kurang daripada 0,5(As-An), harus disebarkan
secara merata dalam rentang batas dua pertiga dari tinggi efektif konsol,
dan dipasang bersebelahan dengan As
(5) Rasio  = As/bd tidak boleh diambil kurang daripada 0,04(fc’/fy)
Contoh soal
Konsol beton bertulang memikul
Vu
a beban gravitasi, mati dan hidup
Nuc masing-masing:
DL = 75 kN a = 250 mm
h LL = 125 kN
f’c = 35 MPa
400 fy = 400 Mpa
h = 500 mm ; d = 450 mm
Kolom 350 x 350 Lebar konsol sama dengan lebar
kolom
Akibat rangkak dan susut timbul gaya horisontal T = 50 kN

Hitung dan gambar lengkap penulangan dan ukuran- ukurannya


Penyelesaian
Vu = 1,2 x 75 + 1,6 x 125 = 290 kN
Nuc = 1,6 x 50 = 80 kN
Mu = Vu x a + Nuc x (h – d)
= 290 x 0,25 + 80 x (0,5 – 0,45)
= 76,50 kN.m
Permeriksaan Vn
Vn > Vu / f = 290 / 0.75 = 386,67 kN
Catatan: f = 0,75 … SNI-03-2847-2002 pasal 13.9
Vnmaks = 0,2 x f’c x bw x d = 1102,5 kN > Vn = 386,67 kN
= 5,5 x bw x d = 866,25 kN

Menentukan luas tulangan geser


Hubungan konsol dengan kolom monolit … SNI 2847-2002 pasal 13.7
m = 1,4  →  = 1 (beton normal)
Penyelesaian
Hitung kebutuhan tulangan
Avf = Vu/f m fy = 290000 / 0,75 x 1,4 x 400 = 690,48 N
An = Nuc / f fy = 80000/0,75 x 400 = 266,67 mm2
Af = Mu / 0,85 f fy d = 76,50 x 106 / 0,85 x 0,75 x 400 x 450
= 666,67 mm2
As = 2/3 Avf + An = 2/3 690,48 + 266,67 = 726,98 mm2
As = Af + An = 666,67 + 266,67 = 933,33 mm2
Pilih
As min = 0,04 x fc’/fy x bw x d terbesar
= 0,04 x (35/400) x 350 x 450 = 472.5 mm2
Ah = 0,5 x (As – An) = 0,5 (933,33 – 266,67) = 333 mm2
Pilih tulangan: As = 933.3 mm2 → pakai 3D22 = 1140 mm2
Ah = 333.3 mm2 → pakai 3D16 = 603 mm2
Rasio As :  = As/bwd = 1140/350x450 = 0,0072
0,04(fc’/fy) = 0,04 (35/400) = 0,0035 < 0,0072 … OK
Penyelesaian
a = Vu 60.60.60

3D22 250 Las


3#7
Nuc
50
80
300
80
dd==450
300 h = 500 mm
80

angker

D16-80
#4-80

400

Kolom 350 x 350


Tugas 6
Konsol beton bertulang memikul beban
gravitasi, mati dan hidup masing-masing:
DL = 100 kN a = 200 mm
LL = 100 kN
300
f’c = 40 MPa
fy = 390 Mpa
h = 550 mm ; d = 450 mm
450
Lebar konsol sama dengan lebar kolom

Dimensi kolom 400 x 400


Akibat rangkak dan susut timbul gaya horisontal T = 75 kN
Hitung dan gambar lengkap penulangan dan ukuran- ukurannya
Struktur Beton

Perencanaan kolom

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
Pendahuluan
Kolom
• Berfungsi meneruskan beban dari sistem lantai ke pondasi
• Merupakan elemen yang lebih penting daripada balok 
nilai faktor reduksi kekuatan (f) kolom < lentur, geser, torsi
 konsep kolom kuat balok lemah (strong column weak
beam) dalam perencanaan struktur beton
• Jenis-jenis kolom menurut bentuk dasar:
Aturan yang dipakai
• PBI 1971
• SNI-03-2847-2002

Jenis kolom berdasarkan posisi beban


(a) Kolom sentris
(b) Kolom eksentris
P P
eP
M

(a) (b)
Keruntuhan kolom
Keruntuhan kolom dapat terjadi pada beton hancur karena tekan
atau baja tulangan leleh karena tarik.

Kondisi pembebanan pada kolom akibat aksial dan lentur dapat


dikelompokkan pada 3 kondisi umum
1. Kondisi aksianl Pn yang besar, kosentrik, momen = 0 atau
sangat kecil sehingga diabaikan.
2. Kondisi dimana aksian Pn mempunyai jarak e tertentu yang
menyebabkan beton sisi tekan hancur dan tulangan baja sisi
tarik leleh.
3. Kondisi momen besar Mn, aksial Pn atau Pn dapat diabaikan

Keruntuhan kolom dianggap terjadi apabila regangan beton


telah mencapai 0,003 atau tegangan tarik baja telah
mencapai tegangan leleh fy
Keruntuhan kolom
a) Beban aksial besar menyebabkan keruntuhan
beton dimana seluruh tulangan mencapai titik
leleh dalam tekan.
b) Beban aksial besar dan momen kecil, tapi seluruh
penampang mengalami tekan. Keruntuhan terjadi
pada beton dengan seluruh tulangan dalam
keadaan tekan.
c) Beban aksial besar, momen lebih besar dari (b).
Tulangan pada sisi luar dalam keadaan tekan
tetapi belum leleh. Keruntuhan terjadi karena
kehancuran pada beton.
d) Kondisi beban berimbang, tulangan pada sisi Tarik
meleleh, pada saat bersamaan beton pada sisi
tekan mulai runtuh pada tegangan 0,85f’c
e) Momen besar, beban aksial relative kecil,
keruntuhan disebabkan tulangan tarik meleleh.
f) Momen besar, keruntuhan terjadi seperti pada
sebuah balok.
Jenis kolom berdasarkan keruntuhan
Menurut SNI, kolom dibedakan menjadi 2:
• Kolom pendek adalah kolom yang runtuh karena materialnya, yaitu
lelehnya baja tulangan atau hancurnya beton. Tidak ada bahaya
tekuk
• Kolom langsing adalah kolom yang runtuh karena tekuk yang besar.
Ada bahaya tekuk

• Kolom bergoyang / tanpa pengaku (unbraced)


𝑘.𝐿𝑢
< 22 ….. Kolom pendek
𝑟
𝑘.𝐿𝑢
> 22 ….. Kolom langsing
𝑟

• Kolom tidak bergoyang / dengan pengaku (braced)


𝑘.𝐿𝑢 𝑀1
< 34 – 12 ….. Kolom pendek
𝑟 𝑀2
𝑘.𝐿𝑢 𝑀1
> 34 – 12 ….. Kolom langsing
𝑟 𝑀2
Batasan kolom pendek dan langsing
Dimana
k = faktor panjang efektif, untuk portal dengan pengaku
k<1
Lu = panjang kolom efektif tanpa sokongan
R = radius girasi, 0,3 h untuk kolom persegi dan 0,25 h
untuk kolom spiral
M1/M2 = momen ratio pada kedua ujung kolom

Pada pembahasan kolom pendek, batasan asumsi


parameter pada rumus kelangsingan portal pengaku:
k=1
M1/M2 = 0,5
Penentuan jenis kolom pendek
Apabila kolom menerima momen utama, makan kolom akan
berdefleksi secara lateral  momen tambahan
Momen tambahan = beban aksial kolom P x defleksi lateral D

ACI mengijinkan untuk mendisain


kolom sebagai kolom pendek apabila
pengaruh momen sekunder atau PD
tidak mengurangi kekuatan kolom
lebih dari 5%

Pada umumnya disain kolom adalah


termasuk kategori jenis kolom portal
dengan pengaku
Kolom pendek beban sentris
Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah kontribusi
beton yaitu (Ag – Ast) 0,85 f’c dan kontribusi baja tulangan yaitu Ast fy, dimana
Ag luas penampang bruto dan Ast luas total tulangan baja.
Kapasitas beban sentris maksimum
Po = (Ag – Ast) 0,85 f’c + Ast fy

Beban eksentrisitas = nol sangat sulit terjadi dalam struktur actual. Hal
tersebut disebabkan karena:
• ketidak tepatan ukuran kolom
• tebal plat yang berbeda dan ketidaksempurnaan lainnya

Karena kolom menerima 2 beban sekaligus :


Momen dan P aksial  e (eksentrisitas) = M/P
Dalam praktek e = 0 tidak ada, dan harus diperhitungkan adanya e min.
Menurut SNI-03-2847-2002
- e min = 0,05 h (kolom spiral)
- e min = 0,1 h (kolom bersengkang)
Kolom pendek beban sentris
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang tata cara
perencanaan beton untuk bangunan gedung, kuat
rencana kolom tidak boleh lebih dari :

• Kolom sengkang (pasal 12.3.(5(1))


fPn = 0,80 f (Ag – Ast) 0,85 f’c + Ast fy
• Kolom bulat (pasal 12.3.(5(1))
fPn = 0,85 f (Ag – Ast) 0,85 f’c + Ast fy

Dengan faktor reduksi kekuatan f untuk kolom


sengkang sebesar 0,65 dan f untuk kolom bulat 0,70.
Kolom pendek dengan sengkang

Po = 0,85 f’c (Ag – Ast) + fy Ast


 Kolom sengkang persegi
SNI 03-2847-2002 psl. 12.3.5

Atau

Po = Ag [0,85 f’c (1 – g) + fy g)

𝐴𝑠𝑡
g =
𝐴g
Contoh 1
Sebuah kolom beton dengan dimensi lebar 300 mm dan tinggi
300 mm, dibuat dengan menggunakan beton mutu f’c = 22,5
MPa dan baja tulangan fy = 300 MPa. Jika pada kolom dipasang
tulangan 4D10, kolom digunakan untuk menahan beban aksial
sebesar 20 kN an momen sebesar 0,5 kNm. Apakah penampang
kolom tersebut kuat ?

Penyelesaian :
Misal digunakan sengkang ikat
Luas tulangan (Ast) = 4D10 = 2,85 cm2 = 285 mm2
Luas beton (Ag) = 300 x 300 = 90000 mm2
Contoh 1
Pemeriksaan eksentrisitas kolom
e = Mu / Pu = 0,5 / 20 = 0,25 m = 25 mm
e min = 0,1 h = 0,1 x 300 = 30 mm

25 mm < 30 mm
e < e min  kolom dengan beban aksial terpusat

Kekuatan penampang kolom


Pn maks = 0,80 x Po  untuk kolom dengan sengkang ikat
= 0,80 x [ 0,85 f’c (Ag – Ast) + Ast fy ]
= 0,80 x [ 0,85 x 22 x (90000 – 285) + (285 x 300)]
= 1441 kN > 20 kN  penampang kuat
Contoh 2
Rencanakan kolom pendek dengan sengkang dengan data-data
sebagai berikut:
Beban mati = 1300 kN
Beban hidup = 1100 kN
Momen = 56 kNm
fc = 30 Mpa ; fy = 400 MPa

Penyelesaian :
Coba dengan  = 3%
Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2(1300) + 1,6(1100) = 3320 kN
Mu = 1,6M = 1,6(56) = 89,6 kNm
e = Mu/Pu = 89,6 / 3320 = 0,02698 m
Contoh 2
Po = 0,85 f’c (Ag – Ast) + Ast fy
Po = Ag (0,85 f’c (1 – ) + fy )
= Ag (0,85 . 30 (1 – 3%) + (400 . 3%)

Pn maks = 0,80 Po  kolom dengan sengkang

Pu/f = 0,80 Ag (0,85 . 30 (1 – 0,03) + (400 . 0,03)


Pu = f 0,80 Ag (0,85 . 30 (1 – 0,03) + (400 . 0,03)
3320 = 0,65 . 0,80 . Ag (0,85 . 30 (1 – 0,03) + (400 . 0,03)

Ag = 3320/[0,65 . 0,80 (0,85 . 2,91 + 12) = 0,1738 m2


Contoh 2
Jika kolom berbentuk bujur sangkar maka diperlukan
h = √0,1738 = 0,42 m = 42 cm

Dicoba ukuran kolom 45 x 45 cm2  Ag = 0,2025 m2


Pn maks = Po / f = 5,108 / 0,8 = 6,348 MN = 6348 kN

e = 26,98 mm = 2,698 cm
e/h = 2,698 / 45 = 0,06 < 0,1  kolom sentris
e/h dianggap 0,1 dan Pn maks = 0,8 Po
Kolom pendek beban eksentris
Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja
pada sisi yang tertarik akan mengalami tarik dengan garis
netral dianggap kurang dari tinggi efektif penampang (d).
Apabila angka kelangsingan klu/r ≤ 22 maka tergolong
kolom pendek.

Berdasarkan regangan yang terjadi pada baja tulangan yang


tertarik, kondisi awal keruntuhan digolongkan menjadi tiga
yaitu:
• Keruntuhan seimbang
• Keruntuhan tarik
• Keruntuhan tekan
Analisis penampang tekan + lentur
Analisis penampang tekan + lentur
Akibat beban aksial dan lentur yang bekerja pada kolom  penampang
kolom akan mengalami tekan pada satu sisi (atas) dan tarik pada sisi lainnya
(bawah)

Gaya yang timbul pada kolom beton adalah (lihat gambar)


• Gaya tulangan tekan pada beton
Cs = As’ fsc
Cs = gaya tulangan baja tekan, fsc = tegangan tekan tulangan baja
• Gaya tekan beton
Cc = 0,85 f’c ab
f’c = kuat tekan beton yang diijinkan, a = luas ekivalen persegi tegangan
beton
• Gaya tulangan tarik pada beton
Ts = As fs
As = luas tulangan tarik, fs = tegangan tarik baja
Type keruntuhan
Keruntuhan seimbang
Keruntuhan seimbang apabila regangan beton mencapai 0,003 dan regangan
tarik baja ϵs mencapai regangan leleh baja ϵy
ϵc = ϵcu = 0,003 ; ϵs = ϵb
Pn = Pnb ; Mn = Mnb

Keruntuhan tekan
Regangan tekan beton mencapai 0,003 dan regangan tarik baja belum
mencapai titik leleh. Diawali dengan kehancuran beton
ϵc = ϵcu = 0,003 ; ϵs < ϵb
Pn > Pnb

Keruntuhan tarik
Regangan tekan beton belum mencapai 0,003 dan regangan tarik mencapai
titik leleh. Diawali dengan luluhnya tulangan tarik.
ϵs > ϵb ; Pn < Pnb
Perencanaan kolom pendek

Gaya tarik tulangan (T) = As.fs


Gaya tekan beton (Cc) = 0,85.f’c.b.a (a = 0,85c)
Gaya tekan tulangan (Cs) = As’.f’s
Beban luar nominal = Pn
Perencanaan kolom pendek
Asumsi awal : baja tarik sudah leleh, fs = fy
baja tekan sudah leleh, f’s = fy
C=T
Cc + Cs = T + Pn
0,85.f’c.b.a + As’.fy = As.fy + Pn
Pn = 0,85.f’c.b.a + As’.fy – As.fy

Dengan mengambil momen terhadap tulangan tarik, maka

Pn.e’ = 0,85.f’c.b.a (d – a/2) + As’.fy (d – d’)


e’ = eksentrisitas beban ultimit

Kondisi keseimbangan kondisi batas terhadap tulangan tarik  menentukan


titik plastis sentroid dari penampang
1
0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏.ℎ. 𝑑− +𝐴𝑠 ′ .𝑓𝑦(𝑑−𝑑 ′ )
2ℎ
d’’ =
0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏.ℎ+ 𝐴𝑠+𝐴𝑠 ′ .𝑓𝑦
Perencanaan kolom pendek
Untuk kolom dengan beban eksentris, momen terhadap plastis sentroid:

Pn.e = 0,85.f’c.b.a(d-d’’-a/2) + As’.fy(d-d’-d’’) + As.fy.d’’

Kondisi balanced terjadi bila baja tulangan tarik mencapai tegangan leleh dan
beton pada serat tertekan mencapai regangan 0,003 pada saat yang
bersamaan dengan baja tarik leleh. Sehingga kondisi balanced menghasilkan
letak blok tegangan persegi ekivalen:

0,003.𝐸𝑠
ab + b1.cb = b1.d
0,003.𝐸𝑠+𝑓𝑦

Dengan mengambil Es = 2x105 MPa, maka:

600
cb = d
600+𝑓𝑦
Perencanaan kolom pendek
Kapasitas penampang pada kondisi balanced:

Pnb = Pub / f
Pnb = 0,85.f’c.b.a + As’.fy – As.fy
Mnb = Mub / f

Mnb = Pnb.e = 0,85.f’c.b.a(d-d’’-a/2) + As’.fy.(d-d’-d’’) + As.fy.d’’

Terdapat 2 macam model keruntuhan kolom: keruntuhan tarik dan


keruntuhan tekan
Keruntuhan tarik
Keruntuhan tarik terjadi bila besarnya beban ultimit penampang (Pu) lebih
kecil dari beban pada kondisi balanced (Pub) dan eksentrisitas beban ultimit
(e) lebih besar dari eksentrisitas pada kondisi balanced.

Pu < Pub ; e > eb

Kapasitas penampang apda keruntuhan tarik adalah:

𝑒′ 𝑒′ 𝑒′ 𝑑′
Pn = 0,85.f’c.b.d [ ’.m’-.m + 1- +{(1- )2+2( (.m – ’m’)+’m’(1- ))}1/2 ]
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑

Dimana:
𝑓𝑦
m =
0,85.𝑓′ 𝑐
m’ = m – 1
𝐴𝑠 𝐴𝑠′
= ; ’ =
𝑏.𝑑 𝑏.𝑑
Keruntuhan tekan
Keruntuhan tarik terjadi bila besarnya beban ultimit penampang (Pu) lebih
besar dari beban pada kondisi balanced (Pub) dan eksentrisitas beban ultimit
(e) lebih kecil dari eksentrisitas pada kondisi balanced.

Pu > Pub ; e < eb

Kapasitas penampang apda keruntuhan tekan adalah:

Pada kondisi  ≠ ’
𝑃𝑜
Pn = 𝑃𝑜 𝑒
1+( −1)
𝑃𝑏 𝑒𝑏
Dimana: Po = 0,85.f’c.(Ag – Ast) + Ast.fy

Pada kondisi  = ’

𝐴𝑠 ′ .𝑓𝑦 𝑏.ℎ.𝑓′ 𝑐
Pn = 𝑒 + 3.ℎ.𝑒
+0,5 +1,18
𝑑−𝑑′′ 𝑑2
Contoh kolom pendek 2 sisi
Sebuah kolom beton dengan dimensi lebar 300 mm dan tinggi 300 mm dibuat
dengan menggunakan beton mutu f’c = 22,5 MPa dan baja tulangan fy = 300
MPa. Jika pada kolom dipasang tulangan 4D10, kolom digunakan untuk
menahan beban aksial 20 kN dan momen sebesar 10 kN.m, apakah
penampang tersebut kuat.

300 mm

300 mm

Penyelesaian :
Selimut beton, d’ = 50 mm
Sehingga :
d = 300 – 50 = 250 mm
d’’ = 300/2 – 50 = 100 mm

Luas tulangan tarik (As) = 2D10 = 1,425 cm2 = 142,5 mm2


Luas tulangan tekan (As’) = 2D10 = 1,425 cm2 = 142,5 mm2

Pemeriksaan eksentrisitas kolom:


e = Mu / Pu = 10 / 20 = 0,5 m = 500 mm
e min = 0,1 h = 0,1 x 300 = 30 mm < e = 500 mm
e > e min  kolom dengan beban eksentris

Letak garis netral pada kondisi balance


600
cb = 𝑑
600+𝑓𝑦
600
= (300 – 50) = 167 mm
600+300
e = 500 mm Pn = 0,85.f’c.b.a + As’.fy – As.fy
= (0,85x22,5x300x0,85x167) +
Pu (142,5x300) – (142,5x300)
300 mm = 814440 N
= 814,4 kN

300 mm Pub = f Pnb


= 0,65 x 814,4
= 529,4 kN
ey C
0,003
Mnb = 0,85.f’c.b.a (d-d’’-a/2) +
As’.fy (d-d’-d’’) + As.fy.d’’
a = {0,85x22,5x300x0,85x167x
(250-100-(0,85x167)/2)+
(142,5x300x(250-50-100))
Pn + (142,5x300x100)}
= 72,9 kNm
T1 Cc Cs
eb = Mnb / Pnb
= 72,9 / 814,4 = 89,5 mm

Pu = 20 kN < Pub = 529,4 kN


E = 500 mm > eb = 89,5 mm
Maka: Penampang mengalami keruntuhan tarik

Kapasitas penampang yang mengalami keruntuhan tarik


𝑒′ 𝑒′ 𝑒′ 𝑑′
Pn = 0,85.f’c.b.d [ ’.m’-.m + 1- +{(1- )2+2( (.m – ’m’)+’m’(1- ))}1/2 ]
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑

Dimana:
m = fy / 0,85.f’c = 300 / (0,85x22,5) = 15,69
m’ = m – 1 = 15,69 – 1 = 14,69
 = As / b.d = 142,5 / (300x250) = 1,9
’ = As’ / b.d = 142,5 / (300x250) = 1,9
e’ = e + d’’ = 500 + 100 = 600 mm
600 600 2
Pn = 0,85x22,5x300x250 x [1,9x14,69 –1,9x15,69 + 1 – +{(1 – ) +
250 250
600 50
2x( (1,9x15,69 – 1,9x14,69) + 1,9x14,69x(1 – ))}1/2 ]
250 250
= 5975,3 kN

Pu = f.Pn = 0,65 x 5975,3 = 3884 kN > 20 kN  penampang kuat


Kolom langsing
Kolom langsing  dapat menimbulkan momen
sekunder akibat defleksi lateral dan bahaya
tekuk.

Perbedaan mendasar kolom pendek dengan


kolom langsing:
• Kegagalan kolom pendek akibat hancurnya
material pembentuknya, dalam hal ini karena
hancurnya beton atau lelehnya baja.
• Kegagalan kolom langsing terjadi akibat tekuk
Kolom langsing
(1) Kolom Pendek tidak mengalami tekuk
. (2) Kolom Langsing mengalami tekuk
(3) Batas Kelangsingan 
𝑘.𝐿𝑢

k  lu =
r
𝑟
lu : panjang aktual kolom,
k : faktor panjang efektif kolom dengan
memperhitungkan pengaruh
perletakan pada suatu sistem struktur
r : jari-jari girasi penampang kolom
Jari-jari girasi penampang kolom
Untuk kolom persegi
.
I 1
bh 2
r  12
 0.288h  0.30h
A bh

Untuk kolom lingkaran


I h (4)4

r   0.25h
A 64h 2
Jari-jari girasi penampang kolom

.
Panjang kolom
Panjang actual kolom (Lu) berdasarkan SNI pasal
12.11.3
.
Faktor panjang kolom

lu

lu k lu k lu
k lu k lu

k  0,5 k 1,0 k  1,0 k  2,0


(a) (b) (c) (d)
Faktor panjang efektif kolom

Braced Unbraced
Faktor panjang efektif kolom
Pengaruh faktor jepitan
Faktor pengaruh jepitan (k)  Sistem braced
(dengan pengaku) atau unbraced (tanpa
pengaku)
Batas kelangsingan
A. Rangka Dengan Pengaku Lateral

.
kl u  M 1b 
 34  12  SNI 12.12.2
r  M 2b 
Perbandingan M1b/M2b diambil positif
untuk kelengkungan tunggal (single
curvature) dan negatif untuk
kelengkungan ganda (double curvature)

B. Rangka Tanpa Pengaku Lateral


klu
 22 SNI 12.13.2
r
Sistem braced dan unbraced

.
Pengaruh kelangsingan
(1). Untuk kolom Langsing Momen
rencana (Mc) harus lebih besar dari
.
momen pada kolom pendek
(2). Metode ini disebut dengan Metode
Pembesaran Momen
k l
(3). Jika 𝑘.𝐿𝑢 u
 100 , kolom tersebut sangat
> 100
r
𝑟
langsing sehingga pengaruh
perpindahan harus diperhitungkan,
Perlu dilakukan analisis orde kedua
(4). Kasus ini jarang terjadi pada beton,
karena kelangsingan kolom beton
umumnya < 50
Metode pembesaran momen
Momen Rencana (Mc) dihitung sebagai
berikut
.
M c   b M 2 b  s M 2s
dimana :
b = faktor pembesar untuk rangka yang
ditahan terhadap goyang-an ke
samping, untuk meng-gambarkan
pengaruh keleng-kungan komponen
struktur di antara ujung-ujung
komponen struktur tekan
s = faktor pembesar untuk rangka yang
tidak ditahan terhadap goyangan ke
samping, untuk menggambarkan
penyimpangan lateral akibat beban
lateral dan gravitasi.
Metode pembesaran momen
M2b = momen terfaktor terbesar pada ujung
. komponen tekan akibat dari beban
yang tidak menyebabkan goyangan
besar, momen akibat dari gaya vertikal
atau gravitasi, dihitung dengan analisis
portal elastik
M2s = momen terfaktor terbesar yang terjadi
di manapun di sepanjang komponen
struktur tekan akibat beban yang
menyebabkan goyangan lateral besar,
dihitung dengan portal elastik.
Cm
b  1
Pu
1
fPc
M2b = momen terfaktor akibat gaya vertikal atau
gravitasi, dihitung dengan analisis portal
elastik yang tidak menyebabkan pergoyangan.
M2s = momen terfaktor akibat gaya vertikal atau
gravitasi, dihitung dengan analisis portal
elastik yang menyebabkan pergoyangan.
portal elastik
Metode pembesaranMmomen 2s = momen terfaktor
di manapun di
struktur tekan
Pu dan Pc adalah penjumlahan dari semua
menyebabkan goy
.
kolom dalam satu tingkat dihitung dengan p
 EI
2
Cm
Pc  b  1
kl u 2
1
Pu
M 1b fPc
C m  0.6  0.4  0.4 1
M 2b s  1
M1b  M 2 b 1
 P u

f P c
Metode pembesaran momen

Dimana M1b ≤ M2b sedangkan untuk kelengkungan


tunggal M1b/M2b > 0.
1. Jika ke dua ujung tidak terdapat momen, rasio
M1b/M2b diambil sama dengan satu.
2. Apabila perhitungan menunjukkan bahwa pada
kedua ujung komponen struktur kolom, baik
berpengaku maupun tidak, tidak terdapat momen
atau eksentrisitas ujung kurang dari (15 + 0,03 h)
mm, maka M2b harus didasarkan pada eksentrisitas
minimum (15 + 0,03 h) mm terhadap setiap
sumbu utama secara terpisah. untuk komponen
struktur lainnya, Cm ditentukan sama dengan 1,0.
Metode pembesaran momen
Nilai EI ditentukan dengan mempertimbang-
kan efek retak dan rangkak untuk
.
pembebanan jangka panjang.

0.2E c I g  E s I se
EI 
1  bd
Untuk kolom dengan rasio tulangan sedikit
(g  3%), dapat menggunakan rumus berikut
Ec.Ig
0.2E c I g  E s I se EI 
EI  2,50.(1  bd )
1  bd
0,4 Ec.Ig
EI 
1  bd
CONTOH STRUKTUR KOLOM LANGSING
Kolom bujur sangkar 500 X 500 mm2, penulangan pokok
memanjang 12D29, tulangan sengkang D13 dengan jarak
450 mm, mempunyai parameter sebagai berikut :
– Panjang bebas yang tidak ditumpu Lu = 5,0 m
– Tanpa ditumpu untuk menahan goyangan ke samping
– Perputaran pada ujung kolom (dalam bentuk
kombinasi dengan goyangan kesamping) ditahan
sedemikian rupa sehingga faktor panjang efektif k =
1,5
– bd = 0,25
– Cm = 1,0 (Konservatif)
Hitunglah momen rencana yang diperbesar Mc dihasilkan
dari kelangsingan komponen, dengan Pu = 2850 kN, Mu =
450 kNm, f’c = 30 MPa, fy = 400 MPa.
Penyelesaian :
r = 0,30 H = 0,3 . 500 = 150 mm
k.Lu 1,5.(5000)
  50  22
r 150 maka kelangsingan diperhitungkan.
Ig = 1/12 . 5004 = 5208,333 . 106 mm4.
Ec = 4700 √ f’c = 25700 MPa
Ec.Ig 25700.(5208,334).(106 )
EI    42833,333..kNm 2
2,5.(1  bd ) 2,5.(1  0,25)
 2 .E.I
3,14 2 .(42833,333)
Pc   2
 7515,521..kN
(k.Lu ) (1,5.(5))
Cm 1
b    2,40  1
Pu 2850
1 1
f .Pc 0,65.(7515,521)
Mc = b . M2b = 2,40 . 450 = 1080 kNm

Kemudian dilakukan pemeriksaan apakah kolom ukuran tersebut cukup kuat


menahan momen yang diperbesar bersamaan dengan beban P aksial, apabila tidak
cukup kuat kolom harus direncanakan ulang.
Perencanaan kolom eksentris
Metode Pendekatan Diagram Pn - Mn

Diagram Pn - Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang


menunjukkan ragam kombinasi beban aksial dan
momen yang dapat ditahan oleh kolom secara aman.
Diagram interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah
yaitu daerah keruntuhan tekan dan daerah keruntuhan
tarik dengan pembatasnya adalah titik balance.
Tulangan dipasang simetris untuk mempermudah
pelaksanaan, mencegah kekeliruan dalam penempatan
tulangan tarik atau tulangan tekan dan mengantisipasi
perubahan tegangan akibat beban gempa.
Struktur Beton

Diagram Interaksi P-M

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
Diagram Interaksi P – M Kolom

Kapasitas penampang beton bertulang untuk menahan


kombinasi gaya aksial dan momen lentur dapat
digambarkan dalam suatu bentuk kurva interaksi antara
kedua gaya tersebut, disebut diagram interaksi P – M
kolom.

Setiap titik dalam kurva tersebut menunjukkan kombinasi


kekuatan gaya nominal Pn (atau f Pn) dan momen nominal
Mn (atau f Mn) yang: sesuai dengan lokasi sumbu netralnya.

Diagram interaksi ini dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu


daerah yang ditentukan oleh keruntuhan tarik dan daerah
yang ditentukan oleh keruntuhan tekan, dengan
pembatasnya adalah titik seimbang (balanced).
DIAGRAM INTERAKSI

Diagram Interaksi Kolom


Diagram interaksi P-M dari suatu penampang kolom
CONTOH 1 :
50 Dari soal contoh 1, buatlah diagram interaksi P-M
3D22
dari penampang kolom tersebut :
500
Mutu beton fc’ = 25 MPa dan mutu baja fy = 390 MPa
3D22
50
Jawab :
300

a. Kapasitas maksimum (Po) dari kolom : (kolom sentris)

Ast = 6 x 0,25 x 3,14 x 222 = 2280,8 mm2

Po  0,85. f c' .Ag  Ast   Ast . f y


 0,85. 25.300.500  2280,8  2280,8.390  4.028.545 N
 4.028,5 kN
b. Kekuatan nominal maksimum penampang kolom :
untuk kolom dengan tulangan sengkang ikat
Pn (max) = 0,80 Po = 0,80 x 4.028,5 = 3.222,8 kN
Eksentristas minimum : emin = 0,1 x 500 mm = 50 mm

c. Kuat Tekan Rencana Kolom : fPn


untuk kolom dengan tulangan sengkang ikat :
f Pn (max) = f 0,80 Po = 0,65 x 3.222,8 kN = 2.094,8 kN

d. Kapasitas Penampang pada Kondisi Seimbang (Balanced):

Pnb  0,85. f c' .ab .b  As' . f s'  As . f y


 
 
 
M nb  Pnb .eb  0,85. f c' .ab .b. y  b   As' . f s' . y  d '  As . f y .d  y 
a
 2
 
Pnb  0,85. f c' .ab .b  As' . f s'  As . f y
 0,85.25.231,82.300 1140,4. 1.477.852 N
 1.477,85 kN
 
 
 
M nb  Pnb .eb  0,85. f c' .ab .b. y  b   As' . f s' . y  d '  As . f y .d  y 
a
 2
 
198.165.242  88.951.200  88951.200  376067842N
 376,07 kNm
Eksentrisitas pada kondisi seimbang :

M nb 376,07 kNm
eb    0,2545 m  254,5 mm
Pnb 1.477,85 kN
f. Pnb  0,65 x 1.477,85 kN  960,6 kN
f. M nb  0,65 x 376,07 kNm  244,4 kNm
e. Kapasitas Penampang pada Kondisi Momen Murni : ( P = 0)
Kapasitas penampang dengan kondisi momen murni ditentukan
Dengan menganggap penampang balok dengan tulangan tunggal

 As . f y 
M n  As . f y .  d  0,59. ' 
 f c .b 
 1140,4. 390 
1140,4. 390.  450  0,59.  184,6 kNm
 25. 300 
f . M n  0,80 x 184,6 kNm  147,68 kNm
Diagram Interaksi P - M

5000
Po = 4028,5 kN
4000
Mn, Pn Pn max = 3222,8 kN
3000
fPn, Pn

f Mn, f Pn
2000 fPn max = 2094,8 kN Mnb = 376,07 kNm
Keruntuhan tekan
Pnb = 1477,8 kN
1000
Keruntuhan tarik fPnb = 960,6 kN
fMnb = 244,4 kNm
0
0 100 200 300 400
fMn = 147,68 kNm Mn = 184,6 kNm
fMn, Mn

Mn, Pn fMn, fPn


Disain Kolom Metode Grafik
Disain Kolom dengan Menggunakan Grafik-
Grafik

Untuk keperluan disain praktis kolom yang dibebani


beban aksial dan momen lentur dapat digunakan grafik-
grafik diagram interaksi non-dimensional yang telah
banyak dikembangkan.

Grafik-grafik diagram interaksi tsb, dapat digunakan


untuk disain penulangan untuk kolom persegi maupun
kolom bundar, untuk tulangan yang dipasang simetris
pada 2 sisi maupun yang dipasang sama rata pada sisi-sisi
penampang.
Grafik diagram interaksi tersebut pada sumbu vertikal dinyatakan dalam
besaran tidak berdimensi ( non-dimensional ), sebagai :
Pu
f. Agr .0,85. f c'
dan pada sumbu horizontal dinyatakan sebagai :

Pu  et 
'  
f. Agr .0,85. f c  h 

dimana : Pu : beban aksial terfaktor (kN)


f : faktor reduksi kolom
Agr : luas penampang bruto kolom (mm2)
fc’ : mutu beton (MPa)
et : eksentritas = Mu/Pu
Pu
f . Agr .0,85. f c'

nilai “ r ”

Pu  et 
'  
f. Agr .0,85. f c  h 
Besaran pada kedua sumbu dapat dihitung dan ditentukan, kemudian suatu
nilai “ r “ dapat dibaca pada grafik yang sesuai.

Luas total tulangan yang diperlukan adalah :

As total  r.b . Agr


dimana : nilai b tergantung dari mutu beton yang digunakan

fc’ = 15 MPa , b = 0,6


fc’ = 20 MPa , b = 0,8
fc’ = 25 MPa , b = 1,0
fc’ = 30 MPa , b = 1,2
fc’ = 35 MPa , b = 1,33
Untuk kolom dengan nilai antara Pu = 0,1.fc’.Agr dan Pu = 0, nilai
faktor reduksi f boleh ditingkatkan dari f = 0,65 sampai
f = 0,80. Untuk kolom yang dibebani tarik berlaku f = 0,80.

Gambar 1.7. ,Gambar 1.8, dan Gambar 1.9.: merupakan beberapa


contoh grafik yang dapat digunakan untuk disain kolom segi-4
dengan tulangan pada 2 sisi, 4 sisi dan kolom bundar.
r = 0,03

Gambar 1.7. Grafik disain kolom persegi dengan tulangan simetris


pada dua sisi (fc’ = 15, 20, 25, 30 dan 35 MPa ; fy = 240 MPa).
Gambar 1.8. Grafik disain kolom persegi dengan tulangan simetris
pada empat sisi (fc’ = 15, 20, 25, 30 dan 35 MPa ; fy = 240 MPa).
Gambar 1.9. Grafik disain kolom bundar
(fc’ = 15, 20, 25, 30 dan 35 MPa ; fy = 240 MPa).
Contoh soal
Sebuah kolom dengan data-data:
Dimensi 50/50 cm, d’ = 5 cm
Mutu beton f’c = 20 MPa
Mutu baja fy = 240 MPa
Kolom menerima beban luar Pu = 60 ton dan Mu = 25 tm
Rencanakan tulangan yang diperlukan dengan diagram
interaksi untuk 4 sisi
Penyelesaian
Perhitungan kebutuhan tulangan dengan diagram
interaksi
Pu = 60000 = 0,217 > 0,1
f. Agr .0,85. f c' 0,65x50x50x50x0,85x 200
Kolom dengan beban eksentris
e = Mu/Pu = 25000000/60000 = 41,67 cm
et = e/h = 41,67/50 = 0,83
Pu  et  = 0,217 x 0,83 = 0,181
 
f. Agr .0,85. f c'  h 

d’/h = 5/50 = 0,1


0,217``

0,181`
Gambar 1.8. Grafik disain kolom persegi dengan tulangan simetris
pada empat sisi (fc’ = 15, 20, 25, 30 dan 35 MPa ; fy = 240 MPa).
Penyelesaian
Pada grafik didapatkan :
R = 0,024 ; karena f’c = 20 Mpa, maka b = 0,8
 = r . b = 0,024 x 0,8 = 0,0192

Jadi luas tulangan (As total)


=  Ag
= 0,0192 x (50 x 50) = 48 cm2
Dipasang tulangan 4 sisi, luas tulangan pada masing-masing sisi =
48/4 = 12 cm2
Digunakan tulangan 2D29 (As = 12,7 mm2)
Struktur Beton

PCA Col

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
STAGE : DESIGN
PCA COL SOFTWARE
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
STAGE : INVESTIGATION
PCA COL SOFTWARE
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Struktur Beton

Contoh perencanaan kolom

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
Perencanaan awal kolom
Peraturan-peraturan yang digunakan:
• Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bang. Gedung, SNI 03-2847-2002
• Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, PPIUG 1983

PERENCANAAN AWAL BALOK


Perhitungan perencanaan awal balok berdasarkan pasal 23.3 SNI 03-2847-2002
Disesuaikan dengan tabel 8 SNI-2847-2002
• hmin = 1/21 x L balok
• hmax = 1/12 x L sampai 1/10 x L balok ..... untuk balok utama
• hmax = 1/14 x L sampai 1/10 x L balok ..... untuk balok anak
Minimal persyaratan lebar balok :
• b balok = 2/3 x h balok sampai ½ x h balok
• b balok min. = 250 mm (pasal 23.3 SNI 03-2847-2002)
• Perbandingan b balok : h balok < 2/3 = 0,67 (optional)
> 0,30
Perencanaan awal kolom
. 250 250
balok memanjang 30/45

balok anak 30/45 600


300

300
600
balok melintang 30/50

600

500 500 500 500 500


Penentuan awal dimensi balok anak
Bentang balok anak L = 500 cm
hmin = 1/21 x 500 = 23,8 cm
hmax = 1/14 x L = 1/14 x 500 cm = 35,7 cm
hmax = 1/12 x L = 1/12 x 500 cm = 41,7 cm h balok = 45 cm
hmax = 1/10 x L = 1/10 x 500 cm = 50,0 cm
b balok = 2/3 x h balok = 2/3 x 45 cm = 30,0 cm
b balok = 30 cm > 25 cm
b balok = 1/2 x h balok = 1/2 x 45 cm = 22,5 cm

Perbandingan b balok : h balok = 30 / 45 = 0,67 < 0,67


> 0,30
Digunakan balok anak 30/45 cm
Penentuan dimensi balok memanjang
Bentang balok memanjang L = 500 cm
hmin = 1/21 x 500 = 23,8 cm
hmax = 1/12 x L = 1/12 x 500 cm = 41,7 cm h balok = 45 cm
hmax = 1/10 x L = 1/10 x 500 cm = 50,0 cm
b balok = 2/3 x h balok = 2/3 x 45 cm = 30,0 cm
b balok = 30 cm > 25 cm
b balok = 1/2 x h balok = 1/2 x 45 cm = 22,5 cm

Perbandingan b balok : h balok = 30 / 45 = 0,67 < 0,67


> 0,30
Digunakan balok anak 30/45 cm
Penentuan dimensi balok melintang
Bentang balok memanjang L = 600 cm
hmin = 1/21 x 600 = 28,6 cm
hmax = 1/12 x L = 1/12 x 600 cm = 50,0 cm h balok = 50 cm
hmax = 1/10 x L = 1/10 x 600 cm = 60,0 cm
b balok = 2/3 x h balok = 2/3 x 50 cm = 33,3 cm
b balok = 30 cm > 25 cm
b balok = 1/2 x h balok = 1/2 x 50 cm = 25,0 cm

Perbandingan b balok : h balok = 30 / 50 = 0,60 < 0,67


> 0,30
Digunakan balok melintang 30/50 cm
Perencanaan awal
Direncanakan:
• Balok anak memanjang 30/45
• Balok utama memanjang 30/45
• Balok utama melintang 30/50

Sesuai dengan persyaratan SNI 03-2847-2002 pasal 23


yaitu lebar balok min. 25 cm dengan perbandingan
lebar terhadap tinggi balok > 0,3
Perencanaan awal kolom

• Untuk perencanaan komponen aksial dan


lentur harus bedasarkan persyaratan pasal
23.4 SNI 03-2847-2002
• Dimensi penampang terkecil  300 mm
• Rasio dimensi terkecil penampang terhadap
dimensi tegak lurusnya  0,4
Perencanaan awal kolom
Untuk perencanaan kolom diambil berdasarkan luasan lantai terbesar :
500 x 600 cm2.

Beban mati
1. Berat pelat atap : 6 m x 5 m x 328 kg/m2 = 9840 kg
2. Berat pelat lantai : 6 m x 5 m x 391 kg/m2 x 3 = 35190 kg
3. Balok 30/45 : 0,30 m x 0,45 m x 5 m x 2 x 4 x 2400 kg/m3 = 12960 kg
4. Balok 30/50 : 0,30 m x 0,50 m x 6 m x 1 x 4 x 2400 kg/m3 = 8640 kg +
= 66630 kg
Beban hidup
Lantai 1 – 3 : 6 m x 5 m x 250 kg/m2 x 3 = 22500 kg
Lantai atap : 6 m x 5 m x 100 kg/m2 x 1 = 3000 kg +
= 25500 kg
Jadi berat total adalah Q = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 x 66630 + 1,6 x 25500
= 120756 kg
Perencanaan awal kolom
Beban rencana yang akan diterima tiap kolom
P = 120756 kg = 1207560 N

Dimensi kolom direncanakan b = h


Dimensi awal

= 61926,2 mm2

Ag = b x h = h2 = 61926,2 mm2
h = 248,9 mm = 24,89 cm ~ diambil 50 cm
Perencanaan awal kolom
Beban rencana yang akan diterima tiap kolom
P = 120756 kg = 1207560 N
Dimensi kolom direncanakan b = h
Dimensi awal

= 61926,2 mm2
Ag = b x h = h2 = 61926,2 mm2
h = 248,9 mm = 24,89 cm ~ diambil 50 cm

Dasar pengambilan dimensi kolom 50x50 cm2 adalah lebar


dimensi balok terbesar sebesar 30 cm
(pada balok utama melintang 30/50)
Perencanaan awal kolom
Beban kolom yang terjadi
= 0,50 x 0,50 x 16,5 m x 2400 kg/m3 = 9900 kg

Beban Tambahan yang diterima kolom


= 120756 kg + 9900 kg = 130656 kg = 1306560 N

Kontrol dimensi kolom

= 67003,1 mm2
Ag = b x h = h2 = 67003,1 mm2
h = 258,9 mm = 25,89 cm ~ diambil 50 cm

Dimensi kolom yang dipakai adalah 50/50 cm


Perencanaan kolom
Data perencanaan
• Dimensi kolom : 50/50
• Dimensi balok : 30/50
• Mutu beton (fc’) : 30 MPa
• Mutu baja (fy) : 400 MPa

Kombinasi pembebanan untuk Mu dan Pu yang digunakan:


• Combination 2 : 1,4 D
• Combination 3 : 1,2 D + 1,6 L
• Combination 4 : 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
Perencanaan kolom
Sebagai perhitungannya maka akan didesain kolom tengah struktur
sebagai contoh perhitungan. Adapun perhitungannya adalah sebagai
berikut
Pu2 = 1601,54 kN
400 cm
B 30/50 B 30/50
Mu3 = 443,42 kNm

K 50/50 K 50/50
450 cm

600 cm
Perencanaan kolom
Berdasarkan output SAP beban berfaktor yang dipakai adalah frame 5
(tengah)

Beban Pu Combination 2 : Pu1 = 1,4 D = 125589 kg


(frame 5) Combination 3 : Pu2 = 1,2 D + 1,6 L = 160154 kg
Combination 4 : Pu3 = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E = 142803 kg

Beban Mu Combination 2 : Mu1 = 1,4 D = 103 kgm


(frame 5) Combination 3 : Mu2 = 1,2 D + 1,6 L = 160 kgm
Combination 4 : Mu3 = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E = 44342 kgm

Beban berfaktor yang dipakai adalah :


Pu2 = 160154 kg = 1601,54 kN
Mu3 = 44342 kgm = 443,42 kNm
Peninjauan efek kelangsingan
Peninjauan untuk efek kelangsingan
Balok : Ib = 1/12 bh3 = 1/12 x 30 x 503 = 540000 cm4
Icr = 0,35 Ib = 189000 cm4

Kolom : Ig = 1/12 bh3 = 1/12 x 50 x 503 = 520834 cm4


Peninjauan efek kelangsingan
Faktor panjang efektif untuk portal bergoyang, Gambar 5 atau Ps. 12.11(6) SNI
03-2847-2002

1,41
Peninjauan efek kelangsingan
Dari nomogram diatas dapat diambil nilai faktor panjang efektif
kolom untuk portal bergoyang adalah 1,41

r = 0,3 h =0,3 x 50 = 15 cm

Syarat kelangsingan portal bergoyang adalah


k.Lu < 22 SNI 03-2847-2002 Ps. 12.13(2)
r
1,41x 450 = 42,3 > 22 Efek kelangsingan diperhitungkan
15
Perencanaan kolom
Beban aksial tetap berfaktor = 1,2 D = 105020 kg = 1050,2 kN
Beban aksial total berfaktor = 1,2 D + 1,6 L = 160154 kg = 1601,54 kN
beban aksial tetap berfaktor (Comb 2)
bd = beban aksial total berfaktor
= 0,656 SNI 03-2847-2002 Ps. 12.13(6.c)

EI = (0,4EcIg) / (1+βd) SNI 03-2847-2002 Ps. 12.12(3)


= (0,4 x 25743 x 5208340000) / (1 + 0,656)
= 32386061990000 Nmm2

Pc = π2 EI / (kLu)2 SNI 03-2847-2002 Ps. 12.12(3)


= π2 x 32386061990000 / (1,41 x 4500)2
= 7941 kN
Perencanaan kolom
δs 
1
 1,0
SNI 03-2847-2002 Ps. 12.12(4(3))
Pu
1-
0,75Pc
= = 1,276 > 1,0 ----- OK

M2 = M2b + δs M2s SNI 03-2847-2002 Ps. 13.2(4(3))

M2b : momen berfaktor akibat beban tetap (gravity) pada


ujung-ujung kolom
M2s : momen berfaktor akibat beban sementara (angin atau
gempa) pada ujung-ujung kolom
Perencanaan kolom
Dari perhitungan SAP didapatkan
M2b = 1,6 kNm dan M2s = 443,42 kNm

Maka momen akhir adalah


M2 = 1,6 + 1,276 x 443,42 = 567,41 kNm

Maka Pu = 1601,5 kN
Mu = 567,41 kNm
Penyelesaian 1 : Diagram interaksi
Perhitungan kebutuhan tulangan dengan diagram
interaksi
Pu = 1601500 = 0,386 > 0,1
f. Agr .0,85. f c' 0,65x500x500x0,85x30

Kolom dengan beban eksentris


e = Mu/Pu = 56741/1601,5 = 35,43 cm
et = e/h = 35,43/50 = 0,71
Pu  et  = 0,386 x 0,71 = 0,274
 
f. Agr .0,85. f  h 
c
'

d’/h = 5/50 = 0,1


0,386

0,274
Grafik disain kolom persegi dengan tulangan simetris
pada empat sisi (fc’ = 15, 20, 25, 30 dan 35 MPa ; fy = 240 MPa).
Penyelesaian 1 : Diagram interaksi
Pada grafik didapatkan :
R = 0,044 ; karena f’c = 30 Mpa, maka b = 1,2
 = r . b = 0,044 x 1,2 = 0,0528

Jadi luas tulangan (As total)


=  Ag
= 0,0528 x (50 x 50) = 132 cm2
Digunakan tulangan 16D32 (As = 128,68 cm2)
17D32 (As = 136,73 cm2)
Penyelesaian 1 : Diagram interaksi
. Jarak antar baut
= 500 – 50 – 50
= 400 mm
Jarak bersih
= 400 – 5 (32)
= 240 mm
= 208 / 4 = 60 mm
Jarak bersih antar
tulangan adalah 1,5db
atau 40 mm
(SNI 2847-2013 pasal
7.6.3)
60 mm > 1.5db
= 48 mm atau
= 40 mm
Penyelesaian 2 : PCA Col

Tahap 1 : Perencanaan kolom

Dimensi kolom 500 x 500 mm2


Selimut beton 50 mm
Mutu beton f’c = 30 MPa
Mutu baja fy = 400 Mpa
Penyelesaian 2 : PCA Col

Untuk diagram interaksinya menggunakan program PCACOL versi 3 sehingga


tulangan yang dibutuhkan untuk kolom tengah adalah 18 D 25 (r = 3,67%)
Penyelesaian 2 : PCA Col
Tahap kontrol : Dipasang tulangan utama 20 D 25 (r = 4,08%)
Kontrol kapasitas momen terpasang menggunakan program PCACOL
Penulangan geser kolom
Berdasarkan output SAP beban berfaktor yang dipakai

Beban Vu Combination 2 : Vu1 = 1,4 D = 1442 kg


(frame 1) Combination 3 : Vu2 = 1,2 D + 1,6 L = 2004 kg
Combination 5 : Vu3 = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E = 15295 kg
(frame 5)

Beban Pu Combination 3 : Pu2 = 1,2 D + 1,6 L = 160154 kg


(frame 9)

Pu = 1601,54 kN
Vu = 152,95 kN
d = h – decking – sengkang – ½ tulangan utama
= 500 – 40 – 10 – 28/2 = 437,5 ~ 438 mm
Penulangan geser kolom
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.3 (1(2))
Vc = 1  Nu  fc' bxd  1  1601540 30 500x 438 = 291,4 kN
 14 Ag  6  14x5002  6

fVs perlu = Vu - f Vc
= 152,95 kN – 0,75 x 291,4 kN
= - 65,6 kN
Dipasang tulangan geser praktis

Sengkang yang dipasang sejarak s = 100 mm


Dipasang tulangan geser f10 – 100 mm

Catatan:
Apabila nilai Vu > f Vc , maka tulangan geser perlu dihitung
Penulangan geser praktis
Spasi tulangan geser
SNI 03-2847-2002 Ps. 9.10(5)
- min. diameter 10
- s max < 16 diameter tulangan utama = 16 x 25 = 400 mm
- s max < 48 diameter sengkang = 48 x 10 = 480 mm

SNI 03-2847-2002 Ps. 13.5(4)


- s max < d/2 = 438/2 = 219 mm

SNI 03-2847-2002 Ps. 23.4(4) --- struktur tahan gempa


- s max < ¼ h = ¼ x 500 = 125 mm
- s max < 6 diameter tulangan utama = 6 x 25 = 125 mm
- s min > 100 mm
Penulangan geser praktis
Contoh apabila nilai Vu = 300 kN
fVs perlu = Vu - f Vc
= 300 kN – 0,75 x 291,4 kN = 81,45 kN
Vs perlu = 81,45 = 108,6 kN
0,75

Direncanakan menggunakan sengkang 2 kaki


2 f 10 Av = 157 mm2

Av xf y xb 157x 400x500
s  = 289,134 mm
Vs 108,6

Sengkang yang dipasang sejarak s = 100 mm


Dipasang tulangan geser f10 – 100 mm
Tugas 7
Mutu baja fy 240 MPa, mutu beton fc’ = 35
MPa. Gunakan diagram interaksi untuk mutu
baja fy 240 MPa terlampir. Beban Pu
1. Kontrol penampang kolom C1 : Pu1 = 1,2 D = 105000 kg
2. Rencanakan penulangan kolom C2 : Pu2 = 1,4 D = 125000 kg
3. Cek jarak bersih C3 : Pu3 = 1,2 D + 1,6 L = 165000 kg
4. Rencanakan tulangan geser C4 : Pu4 = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
5. Buat diagram interaksi = 143000 kg
Beban Mu
400 cm C2 : Mu2 = 1,4 D = 100 kgm
C3 : Mu3 = 1,2 D + 1,6 L = 140 kgm
B 30/45 B 30/45
C4 : Mu4 = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
= 44600 kgm
K 45/45 K 45/45
400 cm Beban Vu
C2 : Vu2 = 1,4 D = 1400 kg
C3 : Vu3 = 1,2 D + 1,6 L = 2100 kg
C4 : Vu4 = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
500 cm = 16000 kg
Latihan soal
Struktur Beton

Beton tahan gempa

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
FALSAFAH DASAR
INTENSITAS GEMPA
Tu = 500 Tahun

GEMPA RENCANA

PERATURAN INDONESIA
SNI 03-1726-2002

 Gempa Rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500


tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama
umur gedung 50 tahun
 Akibat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung secara
keseluruhan harus mampu berdiri, walaupun sudah berada
dalam kondisi di ambang keruntuhan.
FILOSOFI DESAIN
BANGUNAN:
 DAPAT MENAHAN GEMPA KECIL DAN SEDANG TANPA
KERUSAKAN
 DAPAT MENAHAN GEMPA KUAT TANPA RUNTUH, TAPI
TERJADI KERUSAKAN STRUKTUR. JADI BOLEH TERJADI
KERUSAKAN TAPI TIDAK BOLEH ADA KORBAN JIWA

STRUKTUR DAKTAIL

ELEMEN STRUKTUR DAKTAIL

MATERIAL DAKTAIL
DEFINISI

• DAKTAIL
Kemampuan deformasi inelastis tanpa
kehilangan kekuatan yang berarti

• STRUKTUR DAKTAIL
Kemampuan struktur mengalami deformasi
inelastis lateral (u) yang besar tanpa
kehilangan kestabilan
DAKTILITAS
DEFINISI:
Kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang
besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa di atas beban gempa yang
menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan
kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun
sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Atau perbandingan simpangan antara simpangan maksimum rencana dengan
simpangan leleh awal.
m
m
y
Daktilitas pada elemen struktur dapat dicapai hanya jika unsur pokok dari
materialnya sendiri daktail.

KONSEP DAKTILITAS STRUKTUR:


Pertimbangan utama dalam perencanaan struktur tahan gempa adalah kemampuan
struktur untuk berdeformasi daktail, dengan jalan memencarkan energi
(mendisipasikan energi).
Untuk menggambarkan prinsip ini dapat ditinjau struktur yang berupa suatu sistem
dengan satu derajat kebebasan.
PERILAKU STRUKTUR DENGAN SATU DERAJAT KEBEBASAN
TERHADAP GEMPA

Lateral Inertia Load

b
Horisontal ground
acceleration

a c
Lateral deflection

Time
(a)

Respon yang bersifat ELASTIS MURNI ditunjukkan pada gambar (a),


dimana bidang abc menunjukkan besarnya energi potensial yang
disimpan pada saat perpindahan maksimum, dan pada saat masa
kembali ke posisi nol (setimbang) energi akan diubah menjadi energi
kinetik.
Jika struktur tidak cukup kuat untuk menerima beban elastis secara
penuh maka akan terbentuk SENDI PLASTIS dan responnya akan berubah
menjadi ELASTO PLASTIS
PERILAKU STRUKTUR DENGAN SATU DERAJAT KEBEBASAN
TERHADAP GEMPA

Lateral Inertia
Load
Horisontal ground d e
acceleration

Plastic
Hinge a g f
Lateral
deflection
Time

(b)

Ketika kapasitas sendi plastis tercapai, respon perpindahan akan mengikuti garis d
e, dan titik d menunjukkan batas elastis dan kemudian struktur berdeformasi
hingga titik e pada gaya geser yang menunjukkan kapasitas momen sendi plastis.
Pada kasus ini energi potensial yang disimpan pada perpindahan maksimum
ditunjukkan oleh bidang efg, karena energi yang ditunjukkan oeh daerah adeg
dipencarkan oleh sendi plastis yang berubah menjadi panas atau bentuk lain.

STRUKTUR ELASTIS:
Semua energi yang tersimpan dirubah kembali menjadi energi kinetik.
STRUKTUR DAKTAIL:
Ada sebagian energi yang dipencarkan
PERENCANAAN KAPASITAS

Struktur gedung harus memenuhi persyaratan


“kolom kuat balok lemah”, artinya ketika struktur
gedung memikul pengaruh Gempa Rencana, sendi-
sendi plastis di dalam struktur gedung tersebut
hanya boleh terjadi pada ujung-ujung balok dan
pada kaki kolom serta kaki dinding geser saja.
Implementasi persyaratan ini di dalam perencanaan
struktur beton dan struktur baja ditetapkan dalam
standar beton dan standar baja yang berlaku.
SENDI PLASTIS
TITIK LELEH YANG TERJADI PADA SUATU STRUKTUR YANG BISA MENGALAMI SIMPANGAN-
SIMPANGAN PLASTIS SECARA BERULANG DAN BOLAK-BALIK

Sendi plastis

Sendi plastis

Mekanisme sendi plastis


DESAIN KAPASITAS
• Mekanisme keruntuhanyang dapat menghasilkan pengerahan
daktilitas secara maksimal adalah yang menghasilkan pola
pembentukan sendi-sendi plastis pada ujung-ujung balok dan
tidak pada kolom-kolom kecuali pada kakinya.

• Desain kapasitas meninjau struktur yang sudah mencapai


keadaan diambang keruntuhan, yaitu agar sendi plastis pada
ujung-ujung alok dapat terbentuk dengan baik tanpa baloknya
sendiri gagal lebih dahulu dalam geser, apalagi kolom dan panel
pertemuannya gagal lebih dahulu dalam lentur atau geser.

• Karena tujuan dari desain adalah untuk mencciptakan kapasitas


kolom dan panel pertemuannya yang relatif lebih besar
daripada kapasitas baloknya yaitu untuk mencapai konsep
“KOLOM KUAT BALOK LEMAH” maka metode desain ini disebut
DESAIN KAPASITAS
KOLOM KUAT BALOK LEMAH
• Sesuai dengan filosofi desain kapasitas , maka
SNI -2847-2002 pasal 23.4(2) mensyaratkan
bahwa :

M e  6 / 5 Mg

• Dimana ΣMe adalah momen kapasitas kolom


dan Σ Mg merupakan momen kapasitas balok.
• Me harus dicari dari gaya aksial terfaktor yang
menghasilkan kuat lentur terendah , sesuai
dengan arah gempa yang ditinjau yang dipakai
untuk memeriksa syarat strong kolom weak
beam.
KOLOM KUAT BALOK LEMAH
.
KOLOM KUAT BALOK LEMAH
Contoh dari perhitungan SAP didapatkan :

Momen kolom
M2b : 1,89 kNm dan M2s : 496.82 kNm
Maka momen akhir akibat pembesaran momen
M2 = 1,89 + 1.28 * 496.82 = 638.18 kNm

Momen balok
M kap balok kiri = 840.1 kNm
M kap balok kanan = 714.8 kNm
KOLOM KUAT BALOK LEMAH

Σ Mg = (6/5 (840.1 + 714.8)) / 0.8


= 1554.9 kNm

Σ Me = (2 x 698) / 0.65
= 2,147.69 kNm

Karena
Σ Me = 2,144.69 kNm  6/5 Σ Mg = 1702.77 kNm
maka kolom tersebut memenuhi syarat untuk
strong colom weak beam.
ANALISIS PUSHOVER

• Analisis pushover adalah analisis displacement


struktur dengan beban gempa statik ekivalen
yang besarnya beban ditingkatkan berangsur-
angsur secara proporsional sampai struktur
mencapai suatu performance level tertentu.
• Ada tiga hal penting yang akan dihasilkan oleh
analisis pushover ini, yaitu kurva kapasitas
struktur, mekanisme keruntuhan struktur
tersebut, dan performance point yang
merupakan perpotongan kurva capacity dan
demand
ANALISIS PUSHOVER

Dengan analisis statik nonlinier ini memungkinkan


terjadinya respon nonlinier pada komponen-komponen
struktur akibat deformasi yang terjadi selama gedung
mengalami pembebanan lateral yang besar, seperti
pada saat terjadinya gempa.
Lateral Load

CP
LS
IO C
B

D E
A

Lateral Deformation
ANALISIS PUSHOVER
Keterangan:
• Titik A (kondisi tanpa beban/gaya)
• A – B merupakan respon linear
• Titik B (titik leleh effektif / nominal yield strength)
• Dari B ke C terjadi penurunan kekakuan terhadap beban lateral (strain
hardening)
• IO : Immediate Occupancy
• LS : Life Safety
• CP : Collapse Prevention
• Titik C (Nominal Strength / di mana kekuatan untuk menahan beban lateral
sudah hilang)
• Terjadi penurunan kekakuan secara drastis C ke D. Pada struktur daktail
deformasinya lebih besar dari deformasi pada saat leleh. Selain itu pada
kondisi ini beton mengalami pengelupasan (spalling). Lalu penurunan
kekakuan ini diteruskan hingga titik E
• Titik E (kemampuan struktur untuk melakukan deformasi maksimum)
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Faktor daktilitas stuktur gedung (μ) adalah rasio antara
simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan (δm)
dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan
pertama (δy), yaitu :

m
1,0 ≤ m  ≤ μm
y
m : faktor daktilitas
mm : faktor daktilitas maksimum
m : kondisi ambang keruntuhan
y : kondisi pelelehan pertama
(SNI-03-1726-2002 pasal 4.3.1)
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
.
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
. Step 2 – Leleh pertama
 = 1,72 cm
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
. Step 2 – Leleh pertama
 = 1,72 cm
Step 12 – Ambang
keruntuhan
 = 12,66 cm
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
. Step 2 – Leleh pertama
 = 1,72 cm
Step 12 – Ambang
keruntuhan
 = 12,66 cm
Step 33 – Keruntuhan
 = 30,16 cm

Faktor daktilitas
m
m
y
m = 12,66 / 1,72
= 7,36
Struktur Beton

Pengenalan beton pracetak

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
Beton pracetak
Beton Pracetak adalah beton yang dibuat
dibawah pengawasan pabrik/factory, dan
dipasang /install kelapangan/site setelah beton
cukup umur
• Beton pracetak dapat diberi tulangan ataupun
prategang
• Kondisi sekarang sebagian besar bangunan
memakai sistem pracetak ; high-rise building,
jembatan, stadion, apartemen, etc
Beton pracetak
.
Penggunaan struktur pracetak
- Perumahan
- Bangunan parkir
- Bangunan apartemen
- Jembatan
- Bangunan perkantoran
- Jetty
- Bangunan industri
- Bangunan lainnya
Perbedaan dg beton konvensional
• Beton konvensional / cast-in-site dibuat
dengan cara tradisional dilapangan dan atau
ready-mix
• Memerlukan perancah/formwork saat
pengecoran dilakukan
• Memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak
• Produk beton pracetak dibuat secara massal
dan berulang (repetitif) ; rel KA, panel dinding,
panel pelat.
Proses pracetak
• Moulding/membuat
cetakan ; Pabrik beton
pracetak biasanya telah
memiliki workshop/bengkel
khusus untuk membuat dan
maintenance cetakan,
tempat merakit tulangan
(bar-catching) dan
sambungan.
• Reinforcing ; Tulangan yang
telah dirakit ditempatkan
kedalam cetakan.
Proses pracetak
• Concreting ; biasanya
dipabrik tersedia concrete
batching plant, yang
memiliki kontrol kualitas
secara komputer
• Compaction ; memakai external vibrator dengan
high-fruequency
Proses pracetak
• Curing ; steam curing,
convensional of curing. Pada
elemen-elemen beton yang
besar steam curing diberikan
kedalam beton dengan cara
diselubungi. Suhu 60-700𝐶
selama 2-3 jam. .
• Handling ; pasca umur beton
memenuhi, unit beton
pracetak dipindahkan ke
storage/gudang, disusun
secara vertikal dan diberi
bantalan antar unit pracetak
Proses pracetak
• Kirim kelapangan  Transportasi unit pracetak
• Install /erection; memasang unit pracetak pada
struktur, memasang joint (cast-in-site)
• Finishing ; no-coating,
Keuntungan struktur pracetak
• Kualitas produk lebih baik ; karena dibuat dengan kontrol
yang ketat (in-factory); penampang lebih standar,
biasanya mutu tinggi digunakan pada beton pracetak
prategang
• Waktu Pelaksanaan Konstruksi lebih cepat ; dilakukan
secara pararel factory-in site.
• Biaya lebih ekonomis ; produk massal dan repetitif;
pemakaian tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan
produksi, penggunaan perancah/scafolding tidak perlu
• Penyelesaian finishing mudah ; Variasi untuk finishing
permukaan struktur pracetak dilakukan saat pembuatan
komponen ; termasuk coating untuk attack-hazard
seperti korosif, kedap suara.
• Cocok untuk lahan yang terbatas/tidak luas ; mengurangi
kebisingan,lebih bersih &ramah lingkungan
Kelemahan struktur pracetak
• Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang
jumlahnya sedikit.
• Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi
yang besar antara elemen yang satu dengan elemen
yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan di lapangan.
• Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas,
sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut.
• Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan
menggunakan truk adalah antara 150 sampai 350
km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya.
Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum
transportasi dapat sampai diatas 1000 km
Kelemahan struktur pracetak
• Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia
peralatan untuk handling dan erection.
• Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa
dengan kekuatan besar, konstruksi beton pracetak cukup
berbahaya terutama pada daerah sambungan, sehingga
masalah sambungan merupakan persoalan yang utama
yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
• Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam
mengerjakan sambungan pada beton pracetak.
• Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan
penimbunan (stock yard).
• Memerlukan perhatian yang lebih besar terhadap safety .
Kendala beton pracetak
• Yang menjadi perhatian utama dalam
perencanaan komponen beton pracetak seperti
pelat lantai, balok, kolom dan dinding adalah
sambungan.
• Selain berfungsi untuk menyalurkan beban-beban
yang bekerja, sambungan juga harus berfungsi
menyatukan masing-masing komponen beton
pracetak tersebut menjadi satu kesatuan yang
monolit sehingga dapat mengupayakan stabilitas
struktur bangunannya
Type struktur pracetak
• Structural frame ; pelat, balok dan kolom
digunakan untuk pembangunan kantor,
gedung parkir, retail
• The cross-wall frame ; lantai, pelat,
dinding kaku, digunakan pada bangunan
hotel, sekolah, rumah-sakit
Komponen pracetak : balok
Komponen pracetak : pelat
Komponen : joint column to column
Komponen : joint column to beam
Komponen : joint beam to slab
Struktur Beton

Pengenalan beton pratekan

Arie Wardhono, ST., M.MT., M.T., Ph.D.

Program Studi S1 Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil
Universitas Negeri Surabaya
2020
Pendahuluan
• Beton adalah suatu material yang tahan terhadap tekanan,
akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan.
• Baja adalah suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan.
• Kombinasi antara beton dan baja dimana beton yang menahan
tekanan sedangkan tarikan ditahan oleh baja akan menjadi
material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan yang dikenal
sebagai beton bertulang ( reinforced concrete ).
• Pada beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan,
sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan
(rebar). Sehingga pada beton bertulang, penampang beton
tidak dapat efektif 100 % digunakan, karena bagian yang
tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan.
Pendahuluan
Suatu penampang beton
bertulang dimana penampang
beton yang diperhitungkan
untuk memikul tegangan
tekan adalah bagian diatas
garis netral ( bagian yang
diarsir ), sedangkan bagian
dibawah garis netral adalah
bagian tarik yang tidak
diperhitungkan untuk
memikul gaya tarik karena
beton tidak tahan terhadap
tegangan tarik.
Pendahuluan
• Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi penulangan
(rebar).
• Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah berat
sendiri (self weight) yang besar, yaitu 2.400 kg/m3, dapat
dibayangkan berapa berat penampang yang tidak
diperhitungkan untuk memikul tegangan (bagian tarik).
• Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum
beban-beban bekerja, sehingga seluruh penampang beton
dalam keadaan tertekan seluruhnya, inilah yang kemudian
disebut beton pratekan atau beton pratekan (prestressed
concrete).
Sejarah beton pratekan
• Awalnya, penggunaan kawat baja kuat normal tetapi
tidak berhasil.
• Pada tahun 1928, Eugene Freyssinet menggunakan
kawat baja berkekuatan dan berdaktilitas tinggi
untuk mengatasi kehilangan pratekan dan berhasil.
• Pada tahun 1938, E. Hoyer mengembangkan teknik
pratarik (pretensioning).
• Sejak tahun 1950, konsep struktur beton pratekan
berkembang dengan pesatnya.
Prinsip dasar beton pratekan
.
Prinsip dasar beton pratekan
• Akibat gaya pratekan diberikan secara longitudinal di
sepanjang atau sejajar dengan sumbu komponen struktur,
maka prinsip-prinsip pratekan dikenal sebagai pemberian
pratekan linier.
• Pemberian tegangan melingkar, yang digunakan dalam
cerobong reaktor nuklir, pipa dan tanki cairan, pada dasarnya
mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama dengan pemberian
pratekan linier. Tegangan melingkar pada struktur silindris,
menetralisir tegangan tarik di serat luar dari permukaan
kurvilinier yang disebabkan oleh tekanan kandungan internal.
Prinsip dasar beton pratekan
• Berdasarkan Gambar I.1, dapat dijelaskan secara mendasar aksi
pemberian pratekan pada kedua jenis sistem struktural dan respon
tegangan yang dihasilkan. Pada bagian (a), blok-blok beton bekerja
bersama sebagai sebuah balok akibat pemberian gaya pratekan
tekan P yang besar. Meskipun mungkin blok-blok tersebut
tergelincir dan dalam arah vertikal mensimulasikan kegagalan
gelincir geser, akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Hal ini
disebabkan adanya gaya longitudinal
• Dengan cara yang sama, papan-papan kayu di dalam bagian (c)
kelihatannya dapat terpisah satu sama lain akibat dari adanya
tekanan radial internal yang bekerja padanya. Akan tetapi, karena
adanya pratekan tekan yang diberikan oleh pita logam sebagai
bentuk dari pemberian pratekan melingkar, papan-papan tersebut
tetap menyatu.
Beton bertulang Vs beton pratekan
Beton bertulang :
• Cara bekerja beton bertulang adalah
mengkombinasikan antara beton dan baja tulangan
dengan membiarkan kedua material tersebut bekerja
sendiri-sendiri, dimana beton bekerja memikul
tegangan tekan dan baja penulangan memikul
tegangan tarik.
• Jadi dengan menempatkan penulangan pada tempat
yang tepat, beton bertulang dapat sekaligus memikul
baik tegangan tekan maupun tegangan tarik.
Beton bertulang Vs beton pratekan
Beton pratekan :
• Pada beton pratekan, kombinasi antara beton
dengan mutu yang tinggi dan baja bermutu tinggi
dikombinasikan dengan cara aktif, sedangan beton
bertulang kombinasinya secara pasif. Cara aktif ini
dapat dicapai dengan cara menarik baja dengan
menahannya kebeton, sehingga beton dalam
keadaan tertekan. Karena penampang beton
sebelum beban bekerja telah dalam kondisi tertekan,
maka bila beban bekerja tegangan tarik yang terjadi
dapat di-eliminir oleh tegangan tekan yang telah
diberikan pada penampang sebelum beban bekerja
Beton bertulang Vs beton pratekan
• a
Beton bertulang Vs beton pratekan
• a
Keuntungan & kerugian
Keuntungan beton pratekan
• Keadaan bebas retak mencegah terjadinya korosi pada tulangan
baja.
• Mengurangi kecenderungan terjadinya retak-retak miring.
• Komponen struktur memiliki kekakuan yang lebih kaku, sehingga
elemen struktur dapat dibuat lebih langsing.
• Penggunaan tendon yang melengkung menimbulkan komponen
gaya vertikal yang membantu memikul geser

Kerugian beton pratekan


• Penggunaan bahan-bahan bermutu tinggi mengakibatkan harga
satuan pekerjaan menjadi tinggi.
• Pekerjaan struktur beton pratekan menuntut ketelitian kerja yang
lebih tinggi dan pengawasan yang lebih ketat
Metode pratekan – Pratarik
Pratarik ( Pre-Tension Method )
Methode ini baja pratekan diberi gaya pratekan dulu sebelum beton
dicor, oleh karena itu disebut pretension method.
Tahapan
• Tahap 1 : Kabel ( Tendon ) pratekan ditarik atau diberi gaya pratekan
kemudian diangker pada suatu abutment tetap.
• Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan landasan yang
sudah disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon yang
sudah diberi gaya pratekan dan dibiarkan mengering .
• Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk
menerima gaya pratekan, tendon dipotong dan dilepas, sehingga
gaya pratekan ditransfer ke beton.
Setelah gaya pratekan ditransfer kebeton, balok beton tsb. akan
melengkung keatas sebelum menerima beban kerja. Setelah beban
kerja bekerja, maka balok beton tsb. akan rata.
Metode pratekan – Pratarik
.
Metode pratekan – Pascatarik
Pascatarik ( Post-Tension Method )
Pada methode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana sebelum-
nya telah disiapkan saluran kabel atau tendon yang disebut duct.
Tahapan
• Tahap 1 : Dengan cetakan ( formwork ) yang telah disediakan
lengkap dengan saluran/selongsong kabel pratekan ( tendon duct )
yang dipasang melengkung sesuai bidang momen balok, beton dicor
• Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya
pratekan, tendon atau kabel pratekan dimasukkan dalam selongsong
( tendon duct ), kemudian ditarik untuk mendapatkan gaya pratekan.
Methode pemberian gaya pratekan ini, salah satu ujung kabel
diangker, kemudian ujung lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi ). Ada
pula yang ditarik dikedua sisinya dan diangker secara bersamaan.
Setelah diangkur, kemudian saluran di grouting melalui lubang yang
telah disediakan.
Metode pratekan – Pascatarik
Pascatarik ( Post-Tension Method )
• Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya
pratekan telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang
melengkung, maka akibat gaya pratekan tendon memberikan beban
merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya balok melengkung
keatas.

Karena alasan transportasi dari pabrik beton ke site, maka biasanya


beton pratekan dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara
segmental ( balok dibagibagi, misalnya dengan panjang 1 1,5 m ),
kemudian pemberian gaya pratekan dilaksanakan disite, stelah balok
segmental tsb. dirangkai.
Metode pratekan – Pascatarik
.
Tahap pembebanan
Beton pratekan dua tahap pembebanan, tidak seperti pada beton
bertulang biasa. Pada setiap tahap pembebanan harus selalu
diadakan pengecekan atas kondisi pada bagian yang tertekan
maupun bagian yang tertarik untuk setiap penampang.

Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angker
dilepas dan gaya pratekan direansfer ke beton. Untuk metode
pascatarik, tahap transfer ini terjadi pada saat beton sudah cukup
umur dan dilakukan penarikan kabel pratekan. Pada saat ini beban
yang bekerja hanya berat sendiri struktur, beban pekerja dan
peralatan, sedangkan beban hidup belum bekerja sepenuhnya, jadi
beban yang bekerja sangat minimum, sementara gaya pratekan
yang bekerja adalah maksimum karena belum ada kehilangan gaya
pratekan.
Tahap pembebanan
Tahap Service
Setelah beton pratekan digunakan atau difungsikan sebagai komponen
struktur, maka mulailah masuk ke tahap service, atau tahap layan
dari beton pratekan tersebut. Pada tahap ini beban luar seperti live
load, angin, gempa dll. Mulai bekerja, sedangkan pada tahap ini
semua kehilangan gaya pratekan sudah harus dipertimbangkan
didalam analisa strukturnya.

Pada setiap tahap pembebanan pada beton pratekan harus selalu


dianalisis terhadap kekuatan, daya layan, lendutan terhadap lendutan
ijin,nilai retak terhadap nilai batas yang di-ijinkan. Perhitungan untuk
tegangan dapat dilakukan dengan pendekatan kombinasi
pembebanan, konsep kopel internal ( internal couple concept ) atau
methode beban penyeimbang ( load balancing method ), yang akan
dibahas pada kuliah-kuliah berikutnya.
Material beton pratekan
Beton
• Pada konstruksi beton pratekan biasanya dipergunakan beton
mutu tinggi dengan kuat tekan fc = 30 - 40 MPa, hal ini
diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada
pengangkuran tendon ( baja pratekan ) agar tidak terjadi
keretakan keretakan.
• Kuat tarik beton mempunyai harga yang jauh lebih rendah
dari kuat tekannya. SNI 03 – 2874 – 2002 menetapkan untuk
kuat tarik beton sts = 0,50 √fc’ sedangkan ACI menetapkan
sts = 0,60 √fc’
• Modulus elastisitas beton E dalam SNI 03 – 2874 – 2002
ditetapkan : Ec = (wc )1,5 x 0,043 c
Sedangkan untuk beton normal diambil : Ec = 4700 √fc’
Material beton pratekan
Baja Pratekan
Didalam praktek baja pratekan ( tendon ) yang dipergunakan ada 3
macam, yaitu :
a. Kawat tunggal ( wire ).
Kawat tunggal ini biasanya dipergunakan dalam beton pratekan
dengan sistem pra-tarik ( pretension method ).
b. Untaian kawat ( strand ).
Untaian kawat ini biasanya dipergunakan dalam beton pratekan
dengan sistem pasca-tarik ( post-tension ).
c. Kawat batangan ( bar )
Kawat batangan ini biasanya digunakan untuk beton pratekan
dengan sistem pra-tarik ( pretension ).

Selain baja pratekan diatas, beton pratekan masih memerlukan


penulangan biasa yang tidak diberi gaya pratekan, seperti tulangan
memanjang, sengkang, tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.
Material beton pratekan
.
Prinsip dasar pratekan
Beton pratekan dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan
tegangan tekan internal sedemikian rupa sehingga dapat meng-
eliminir tegangan tarik yang terjadi akibat beban ekternal sampai
suatu batas tertentu.
Ada 3 konsep yang dapat di pergunakan untuk menjelaskan dan
menganalisa sifat-sifat dasar dari beton pratekan :
1. Sistem pratekan/pratekan untuk mengubah beton yang getas
menjadi bahan yang elastis.
2. Sistem pratekan untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan
beton mutu tinggi
3. Sistem pratekan untuk mencapai keseimbangan beban
Prinsip dasar pratekan 1
Sistem pratekan/pratekan untuk mengubah beton yang getas
menjadi bahan yang elastis

Eugene Freyssiinett menggambarkan dengan memberikan


tekanan terlebih dahulu (pratekan) pada bahan beton yang pada
dasarnya getas akan menjadi bahan yang elastis. Dengan
memberikan tekanan ( dengan menarik baja mutu tinggi ), beton
yang bersifat getas dan kuat memikul tekanan, akibat adanya
tekanan internal ini dapat memikul tegangan tarik akibat beban
eksternal.
Prinsip dasar pratekan 1
.
Prinsip dasar pratekan 1
Akibat diberi gaya tekan ( gaya pratekan ) F yang bekerja pada
pusat berat penampang beton akan memberikan tegangan
tekan yang merata diseluruh penampang beton sebaesar F/A,
dimana A adalah luas penampang beton tsb. Akibat beban
merata ( termasuk berat sendiri beton ) akan memberikan
tegangan tarik dibawah garis netral dan tegangan tekan diatas
garis netral yang besarnya pada serat terluar penampang
adalah :
Tegangan lentur : s = M.c / I
Dimana :
M : momen lentur pada penampang yang ditinjau
c : jarak garis netral ke serat terluar penampang
I : momen inersia penampang.
Prinsip dasar pratekan 1
Kalau kedua tegangan akibat gaya pratekan dan tegangan akibat
momen lentur ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum
pada serat terluar penampang adalah :

a. Diatas garis netral :


s total = F/A + M.c/I  tidak boleh melampaui tegangan
hancur beton

b. Dibawah garis netral :


s total = F/A + M.c/I > 0  tidak boleh lebih kecil dari nol

Jadi dengan adanya gaya internal tekan ini, maka beton akan
dapat memikul beban tarik.
Prinsip dasar pratekan 2
Sistem pratekan untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton
mutu tinggi
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa,
yaitu beton pratekan merupakan kombinasi kerja sama antara
baja pratekan dan beton, dimana beton menahan beban tekan
dan baja pratekan menahan beban tarik. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Pada beton pratekan, baja pratekan ditarik dengan gaya pratekan
T yang mana membentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan
pada beton C untuk melawan momen akibat beban luar.
Sedangkan pada beton bertulang biasa, besi penulangan
menahan gaya tarik T akibat beban luar, yang juga membentuk
kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan
momen luar akibat beban luar.
Prinsip dasar pratekan 2
.
Prinsip dasar pratekan 3
Sistem pratekan untuk mencapai keseimbangan beban

Disini menggunakan pratekan sebagai suatu usaha untuk


membuat keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Pada
design struktur beton pratekan, pengaruh dari pratekan
dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga
batang yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan
gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi
pembebanan yang terjadi. Hal ini dapat dijelaskan sbagai
berikut :
Prinsip dasar pratekan 3
.
Struktur Beton

Terima Kasih
Drs. Ir. Sutikno, MT.
Arie Wardhono, MMT., MT., Ph.D
Berkat Cipta Zega, S.Pd., M.Eng.

Jurusan Teknik Sipil


Universitas Negeri Surabaya
2017

Anda mungkin juga menyukai