Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
angker
D16-80
#4-80
400
Perencanaan kolom
(a) (b)
Keruntuhan kolom
Keruntuhan kolom dapat terjadi pada beton hancur karena tekan
atau baja tulangan leleh karena tarik.
Beban eksentrisitas = nol sangat sulit terjadi dalam struktur actual. Hal
tersebut disebabkan karena:
• ketidak tepatan ukuran kolom
• tebal plat yang berbeda dan ketidaksempurnaan lainnya
Atau
𝐴𝑠𝑡
g =
𝐴g
Contoh 1
Sebuah kolom beton dengan dimensi lebar 300 mm dan tinggi
300 mm, dibuat dengan menggunakan beton mutu f’c = 22,5
MPa dan baja tulangan fy = 300 MPa. Jika pada kolom dipasang
tulangan 4D10, kolom digunakan untuk menahan beban aksial
sebesar 20 kN an momen sebesar 0,5 kNm. Apakah penampang
kolom tersebut kuat ?
Penyelesaian :
Misal digunakan sengkang ikat
Luas tulangan (Ast) = 4D10 = 2,85 cm2 = 285 mm2
Luas beton (Ag) = 300 x 300 = 90000 mm2
Contoh 1
Pemeriksaan eksentrisitas kolom
e = Mu / Pu = 0,5 / 20 = 0,25 m = 25 mm
e min = 0,1 h = 0,1 x 300 = 30 mm
25 mm < 30 mm
e < e min kolom dengan beban aksial terpusat
Penyelesaian :
Coba dengan = 3%
Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2(1300) + 1,6(1100) = 3320 kN
Mu = 1,6M = 1,6(56) = 89,6 kNm
e = Mu/Pu = 89,6 / 3320 = 0,02698 m
Contoh 2
Po = 0,85 f’c (Ag – Ast) + Ast fy
Po = Ag (0,85 f’c (1 – ) + fy )
= Ag (0,85 . 30 (1 – 3%) + (400 . 3%)
e = 26,98 mm = 2,698 cm
e/h = 2,698 / 45 = 0,06 < 0,1 kolom sentris
e/h dianggap 0,1 dan Pn maks = 0,8 Po
Kolom pendek beban eksentris
Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja
pada sisi yang tertarik akan mengalami tarik dengan garis
netral dianggap kurang dari tinggi efektif penampang (d).
Apabila angka kelangsingan klu/r ≤ 22 maka tergolong
kolom pendek.
Keruntuhan tekan
Regangan tekan beton mencapai 0,003 dan regangan tarik baja belum
mencapai titik leleh. Diawali dengan kehancuran beton
ϵc = ϵcu = 0,003 ; ϵs < ϵb
Pn > Pnb
Keruntuhan tarik
Regangan tekan beton belum mencapai 0,003 dan regangan tarik mencapai
titik leleh. Diawali dengan luluhnya tulangan tarik.
ϵs > ϵb ; Pn < Pnb
Perencanaan kolom pendek
Kondisi balanced terjadi bila baja tulangan tarik mencapai tegangan leleh dan
beton pada serat tertekan mencapai regangan 0,003 pada saat yang
bersamaan dengan baja tarik leleh. Sehingga kondisi balanced menghasilkan
letak blok tegangan persegi ekivalen:
0,003.𝐸𝑠
ab + b1.cb = b1.d
0,003.𝐸𝑠+𝑓𝑦
600
cb = d
600+𝑓𝑦
Perencanaan kolom pendek
Kapasitas penampang pada kondisi balanced:
Pnb = Pub / f
Pnb = 0,85.f’c.b.a + As’.fy – As.fy
Mnb = Mub / f
𝑒′ 𝑒′ 𝑒′ 𝑑′
Pn = 0,85.f’c.b.d [ ’.m’-.m + 1- +{(1- )2+2( (.m – ’m’)+’m’(1- ))}1/2 ]
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
Dimana:
𝑓𝑦
m =
0,85.𝑓′ 𝑐
m’ = m – 1
𝐴𝑠 𝐴𝑠′
= ; ’ =
𝑏.𝑑 𝑏.𝑑
Keruntuhan tekan
Keruntuhan tarik terjadi bila besarnya beban ultimit penampang (Pu) lebih
besar dari beban pada kondisi balanced (Pub) dan eksentrisitas beban ultimit
(e) lebih kecil dari eksentrisitas pada kondisi balanced.
Pada kondisi ≠ ’
𝑃𝑜
Pn = 𝑃𝑜 𝑒
1+( −1)
𝑃𝑏 𝑒𝑏
Dimana: Po = 0,85.f’c.(Ag – Ast) + Ast.fy
Pada kondisi = ’
𝐴𝑠 ′ .𝑓𝑦 𝑏.ℎ.𝑓′ 𝑐
Pn = 𝑒 + 3.ℎ.𝑒
+0,5 +1,18
𝑑−𝑑′′ 𝑑2
Contoh kolom pendek 2 sisi
Sebuah kolom beton dengan dimensi lebar 300 mm dan tinggi 300 mm dibuat
dengan menggunakan beton mutu f’c = 22,5 MPa dan baja tulangan fy = 300
MPa. Jika pada kolom dipasang tulangan 4D10, kolom digunakan untuk
menahan beban aksial 20 kN dan momen sebesar 10 kN.m, apakah
penampang tersebut kuat.
300 mm
300 mm
Penyelesaian :
Selimut beton, d’ = 50 mm
Sehingga :
d = 300 – 50 = 250 mm
d’’ = 300/2 – 50 = 100 mm
Dimana:
m = fy / 0,85.f’c = 300 / (0,85x22,5) = 15,69
m’ = m – 1 = 15,69 – 1 = 14,69
= As / b.d = 142,5 / (300x250) = 1,9
’ = As’ / b.d = 142,5 / (300x250) = 1,9
e’ = e + d’’ = 500 + 100 = 600 mm
600 600 2
Pn = 0,85x22,5x300x250 x [1,9x14,69 –1,9x15,69 + 1 – +{(1 – ) +
250 250
600 50
2x( (1,9x15,69 – 1,9x14,69) + 1,9x14,69x(1 – ))}1/2 ]
250 250
= 5975,3 kN
r 0.25h
A 64h 2
Jari-jari girasi penampang kolom
.
Panjang kolom
Panjang actual kolom (Lu) berdasarkan SNI pasal
12.11.3
.
Faktor panjang kolom
lu
lu k lu k lu
k lu k lu
Braced Unbraced
Faktor panjang efektif kolom
Pengaruh faktor jepitan
Faktor pengaruh jepitan (k) Sistem braced
(dengan pengaku) atau unbraced (tanpa
pengaku)
Batas kelangsingan
A. Rangka Dengan Pengaku Lateral
.
kl u M 1b
34 12 SNI 12.12.2
r M 2b
Perbandingan M1b/M2b diambil positif
untuk kelengkungan tunggal (single
curvature) dan negatif untuk
kelengkungan ganda (double curvature)
.
Pengaruh kelangsingan
(1). Untuk kolom Langsing Momen
rencana (Mc) harus lebih besar dari
.
momen pada kolom pendek
(2). Metode ini disebut dengan Metode
Pembesaran Momen
k l
(3). Jika 𝑘.𝐿𝑢 u
100 , kolom tersebut sangat
> 100
r
𝑟
langsing sehingga pengaruh
perpindahan harus diperhitungkan,
Perlu dilakukan analisis orde kedua
(4). Kasus ini jarang terjadi pada beton,
karena kelangsingan kolom beton
umumnya < 50
Metode pembesaran momen
Momen Rencana (Mc) dihitung sebagai
berikut
.
M c b M 2 b s M 2s
dimana :
b = faktor pembesar untuk rangka yang
ditahan terhadap goyang-an ke
samping, untuk meng-gambarkan
pengaruh keleng-kungan komponen
struktur di antara ujung-ujung
komponen struktur tekan
s = faktor pembesar untuk rangka yang
tidak ditahan terhadap goyangan ke
samping, untuk menggambarkan
penyimpangan lateral akibat beban
lateral dan gravitasi.
Metode pembesaran momen
M2b = momen terfaktor terbesar pada ujung
. komponen tekan akibat dari beban
yang tidak menyebabkan goyangan
besar, momen akibat dari gaya vertikal
atau gravitasi, dihitung dengan analisis
portal elastik
M2s = momen terfaktor terbesar yang terjadi
di manapun di sepanjang komponen
struktur tekan akibat beban yang
menyebabkan goyangan lateral besar,
dihitung dengan portal elastik.
Cm
b 1
Pu
1
fPc
M2b = momen terfaktor akibat gaya vertikal atau
gravitasi, dihitung dengan analisis portal
elastik yang tidak menyebabkan pergoyangan.
M2s = momen terfaktor akibat gaya vertikal atau
gravitasi, dihitung dengan analisis portal
elastik yang menyebabkan pergoyangan.
portal elastik
Metode pembesaranMmomen 2s = momen terfaktor
di manapun di
struktur tekan
Pu dan Pc adalah penjumlahan dari semua
menyebabkan goy
.
kolom dalam satu tingkat dihitung dengan p
EI
2
Cm
Pc b 1
kl u 2
1
Pu
M 1b fPc
C m 0.6 0.4 0.4 1
M 2b s 1
M1b M 2 b 1
P u
f P c
Metode pembesaran momen
0.2E c I g E s I se
EI
1 bd
Untuk kolom dengan rasio tulangan sedikit
(g 3%), dapat menggunakan rumus berikut
Ec.Ig
0.2E c I g E s I se EI
EI 2,50.(1 bd )
1 bd
0,4 Ec.Ig
EI
1 bd
CONTOH STRUKTUR KOLOM LANGSING
Kolom bujur sangkar 500 X 500 mm2, penulangan pokok
memanjang 12D29, tulangan sengkang D13 dengan jarak
450 mm, mempunyai parameter sebagai berikut :
– Panjang bebas yang tidak ditumpu Lu = 5,0 m
– Tanpa ditumpu untuk menahan goyangan ke samping
– Perputaran pada ujung kolom (dalam bentuk
kombinasi dengan goyangan kesamping) ditahan
sedemikian rupa sehingga faktor panjang efektif k =
1,5
– bd = 0,25
– Cm = 1,0 (Konservatif)
Hitunglah momen rencana yang diperbesar Mc dihasilkan
dari kelangsingan komponen, dengan Pu = 2850 kN, Mu =
450 kNm, f’c = 30 MPa, fy = 400 MPa.
Penyelesaian :
r = 0,30 H = 0,3 . 500 = 150 mm
k.Lu 1,5.(5000)
50 22
r 150 maka kelangsingan diperhitungkan.
Ig = 1/12 . 5004 = 5208,333 . 106 mm4.
Ec = 4700 √ f’c = 25700 MPa
Ec.Ig 25700.(5208,334).(106 )
EI 42833,333..kNm 2
2,5.(1 bd ) 2,5.(1 0,25)
2 .E.I
3,14 2 .(42833,333)
Pc 2
7515,521..kN
(k.Lu ) (1,5.(5))
Cm 1
b 2,40 1
Pu 2850
1 1
f .Pc 0,65.(7515,521)
Mc = b . M2b = 2,40 . 450 = 1080 kNm
M nb 376,07 kNm
eb 0,2545 m 254,5 mm
Pnb 1.477,85 kN
f. Pnb 0,65 x 1.477,85 kN 960,6 kN
f. M nb 0,65 x 376,07 kNm 244,4 kNm
e. Kapasitas Penampang pada Kondisi Momen Murni : ( P = 0)
Kapasitas penampang dengan kondisi momen murni ditentukan
Dengan menganggap penampang balok dengan tulangan tunggal
As . f y
M n As . f y . d 0,59. '
f c .b
1140,4. 390
1140,4. 390. 450 0,59. 184,6 kNm
25. 300
f . M n 0,80 x 184,6 kNm 147,68 kNm
Diagram Interaksi P - M
5000
Po = 4028,5 kN
4000
Mn, Pn Pn max = 3222,8 kN
3000
fPn, Pn
f Mn, f Pn
2000 fPn max = 2094,8 kN Mnb = 376,07 kNm
Keruntuhan tekan
Pnb = 1477,8 kN
1000
Keruntuhan tarik fPnb = 960,6 kN
fMnb = 244,4 kNm
0
0 100 200 300 400
fMn = 147,68 kNm Mn = 184,6 kNm
fMn, Mn
Pu et
'
f. Agr .0,85. f c h
nilai “ r ”
Pu et
'
f. Agr .0,85. f c h
Besaran pada kedua sumbu dapat dihitung dan ditentukan, kemudian suatu
nilai “ r “ dapat dibaca pada grafik yang sesuai.
0,181`
Gambar 1.8. Grafik disain kolom persegi dengan tulangan simetris
pada empat sisi (fc’ = 15, 20, 25, 30 dan 35 MPa ; fy = 240 MPa).
Penyelesaian
Pada grafik didapatkan :
R = 0,024 ; karena f’c = 20 Mpa, maka b = 0,8
= r . b = 0,024 x 0,8 = 0,0192
PCA Col
300
600
balok melintang 30/50
600
Beban mati
1. Berat pelat atap : 6 m x 5 m x 328 kg/m2 = 9840 kg
2. Berat pelat lantai : 6 m x 5 m x 391 kg/m2 x 3 = 35190 kg
3. Balok 30/45 : 0,30 m x 0,45 m x 5 m x 2 x 4 x 2400 kg/m3 = 12960 kg
4. Balok 30/50 : 0,30 m x 0,50 m x 6 m x 1 x 4 x 2400 kg/m3 = 8640 kg +
= 66630 kg
Beban hidup
Lantai 1 – 3 : 6 m x 5 m x 250 kg/m2 x 3 = 22500 kg
Lantai atap : 6 m x 5 m x 100 kg/m2 x 1 = 3000 kg +
= 25500 kg
Jadi berat total adalah Q = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 x 66630 + 1,6 x 25500
= 120756 kg
Perencanaan awal kolom
Beban rencana yang akan diterima tiap kolom
P = 120756 kg = 1207560 N
= 61926,2 mm2
Ag = b x h = h2 = 61926,2 mm2
h = 248,9 mm = 24,89 cm ~ diambil 50 cm
Perencanaan awal kolom
Beban rencana yang akan diterima tiap kolom
P = 120756 kg = 1207560 N
Dimensi kolom direncanakan b = h
Dimensi awal
= 61926,2 mm2
Ag = b x h = h2 = 61926,2 mm2
h = 248,9 mm = 24,89 cm ~ diambil 50 cm
= 67003,1 mm2
Ag = b x h = h2 = 67003,1 mm2
h = 258,9 mm = 25,89 cm ~ diambil 50 cm
K 50/50 K 50/50
450 cm
600 cm
Perencanaan kolom
Berdasarkan output SAP beban berfaktor yang dipakai adalah frame 5
(tengah)
1,41
Peninjauan efek kelangsingan
Dari nomogram diatas dapat diambil nilai faktor panjang efektif
kolom untuk portal bergoyang adalah 1,41
r = 0,3 h =0,3 x 50 = 15 cm
Maka Pu = 1601,5 kN
Mu = 567,41 kNm
Penyelesaian 1 : Diagram interaksi
Perhitungan kebutuhan tulangan dengan diagram
interaksi
Pu = 1601500 = 0,386 > 0,1
f. Agr .0,85. f c' 0,65x500x500x0,85x30
0,274
Grafik disain kolom persegi dengan tulangan simetris
pada empat sisi (fc’ = 15, 20, 25, 30 dan 35 MPa ; fy = 240 MPa).
Penyelesaian 1 : Diagram interaksi
Pada grafik didapatkan :
R = 0,044 ; karena f’c = 30 Mpa, maka b = 1,2
= r . b = 0,044 x 1,2 = 0,0528
Pu = 1601,54 kN
Vu = 152,95 kN
d = h – decking – sengkang – ½ tulangan utama
= 500 – 40 – 10 – 28/2 = 437,5 ~ 438 mm
Penulangan geser kolom
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.3 (1(2))
Vc = 1 Nu fc' bxd 1 1601540 30 500x 438 = 291,4 kN
14 Ag 6 14x5002 6
fVs perlu = Vu - f Vc
= 152,95 kN – 0,75 x 291,4 kN
= - 65,6 kN
Dipasang tulangan geser praktis
Catatan:
Apabila nilai Vu > f Vc , maka tulangan geser perlu dihitung
Penulangan geser praktis
Spasi tulangan geser
SNI 03-2847-2002 Ps. 9.10(5)
- min. diameter 10
- s max < 16 diameter tulangan utama = 16 x 25 = 400 mm
- s max < 48 diameter sengkang = 48 x 10 = 480 mm
Av xf y xb 157x 400x500
s = 289,134 mm
Vs 108,6
GEMPA RENCANA
PERATURAN INDONESIA
SNI 03-1726-2002
STRUKTUR DAKTAIL
MATERIAL DAKTAIL
DEFINISI
• DAKTAIL
Kemampuan deformasi inelastis tanpa
kehilangan kekuatan yang berarti
• STRUKTUR DAKTAIL
Kemampuan struktur mengalami deformasi
inelastis lateral (u) yang besar tanpa
kehilangan kestabilan
DAKTILITAS
DEFINISI:
Kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang
besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa di atas beban gempa yang
menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan
kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun
sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Atau perbandingan simpangan antara simpangan maksimum rencana dengan
simpangan leleh awal.
m
m
y
Daktilitas pada elemen struktur dapat dicapai hanya jika unsur pokok dari
materialnya sendiri daktail.
b
Horisontal ground
acceleration
a c
Lateral deflection
Time
(a)
Lateral Inertia
Load
Horisontal ground d e
acceleration
Plastic
Hinge a g f
Lateral
deflection
Time
(b)
Ketika kapasitas sendi plastis tercapai, respon perpindahan akan mengikuti garis d
e, dan titik d menunjukkan batas elastis dan kemudian struktur berdeformasi
hingga titik e pada gaya geser yang menunjukkan kapasitas momen sendi plastis.
Pada kasus ini energi potensial yang disimpan pada perpindahan maksimum
ditunjukkan oleh bidang efg, karena energi yang ditunjukkan oeh daerah adeg
dipencarkan oleh sendi plastis yang berubah menjadi panas atau bentuk lain.
STRUKTUR ELASTIS:
Semua energi yang tersimpan dirubah kembali menjadi energi kinetik.
STRUKTUR DAKTAIL:
Ada sebagian energi yang dipencarkan
PERENCANAAN KAPASITAS
Sendi plastis
Sendi plastis
M e 6 / 5 Mg
Momen kolom
M2b : 1,89 kNm dan M2s : 496.82 kNm
Maka momen akhir akibat pembesaran momen
M2 = 1,89 + 1.28 * 496.82 = 638.18 kNm
Momen balok
M kap balok kiri = 840.1 kNm
M kap balok kanan = 714.8 kNm
KOLOM KUAT BALOK LEMAH
Σ Me = (2 x 698) / 0.65
= 2,147.69 kNm
Karena
Σ Me = 2,144.69 kNm 6/5 Σ Mg = 1702.77 kNm
maka kolom tersebut memenuhi syarat untuk
strong colom weak beam.
ANALISIS PUSHOVER
CP
LS
IO C
B
D E
A
Lateral Deformation
ANALISIS PUSHOVER
Keterangan:
• Titik A (kondisi tanpa beban/gaya)
• A – B merupakan respon linear
• Titik B (titik leleh effektif / nominal yield strength)
• Dari B ke C terjadi penurunan kekakuan terhadap beban lateral (strain
hardening)
• IO : Immediate Occupancy
• LS : Life Safety
• CP : Collapse Prevention
• Titik C (Nominal Strength / di mana kekuatan untuk menahan beban lateral
sudah hilang)
• Terjadi penurunan kekakuan secara drastis C ke D. Pada struktur daktail
deformasinya lebih besar dari deformasi pada saat leleh. Selain itu pada
kondisi ini beton mengalami pengelupasan (spalling). Lalu penurunan
kekakuan ini diteruskan hingga titik E
• Titik E (kemampuan struktur untuk melakukan deformasi maksimum)
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Faktor daktilitas stuktur gedung (μ) adalah rasio antara
simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan (δm)
dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan
pertama (δy), yaitu :
m
1,0 ≤ m ≤ μm
y
m : faktor daktilitas
mm : faktor daktilitas maksimum
m : kondisi ambang keruntuhan
y : kondisi pelelehan pertama
(SNI-03-1726-2002 pasal 4.3.1)
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
.
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
. Step 2 – Leleh pertama
= 1,72 cm
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
. Step 2 – Leleh pertama
= 1,72 cm
Step 12 – Ambang
keruntuhan
= 12,66 cm
ANALISIS PUSHOVER - DAKTILITAS
Step 0
. Step 2 – Leleh pertama
= 1,72 cm
Step 12 – Ambang
keruntuhan
= 12,66 cm
Step 33 – Keruntuhan
= 30,16 cm
Faktor daktilitas
m
m
y
m = 12,66 / 1,72
= 7,36
Struktur Beton
Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angker
dilepas dan gaya pratekan direansfer ke beton. Untuk metode
pascatarik, tahap transfer ini terjadi pada saat beton sudah cukup
umur dan dilakukan penarikan kabel pratekan. Pada saat ini beban
yang bekerja hanya berat sendiri struktur, beban pekerja dan
peralatan, sedangkan beban hidup belum bekerja sepenuhnya, jadi
beban yang bekerja sangat minimum, sementara gaya pratekan
yang bekerja adalah maksimum karena belum ada kehilangan gaya
pratekan.
Tahap pembebanan
Tahap Service
Setelah beton pratekan digunakan atau difungsikan sebagai komponen
struktur, maka mulailah masuk ke tahap service, atau tahap layan
dari beton pratekan tersebut. Pada tahap ini beban luar seperti live
load, angin, gempa dll. Mulai bekerja, sedangkan pada tahap ini
semua kehilangan gaya pratekan sudah harus dipertimbangkan
didalam analisa strukturnya.
Jadi dengan adanya gaya internal tekan ini, maka beton akan
dapat memikul beban tarik.
Prinsip dasar pratekan 2
Sistem pratekan untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton
mutu tinggi
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa,
yaitu beton pratekan merupakan kombinasi kerja sama antara
baja pratekan dan beton, dimana beton menahan beban tekan
dan baja pratekan menahan beban tarik. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Pada beton pratekan, baja pratekan ditarik dengan gaya pratekan
T yang mana membentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan
pada beton C untuk melawan momen akibat beban luar.
Sedangkan pada beton bertulang biasa, besi penulangan
menahan gaya tarik T akibat beban luar, yang juga membentuk
kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan
momen luar akibat beban luar.
Prinsip dasar pratekan 2
.
Prinsip dasar pratekan 3
Sistem pratekan untuk mencapai keseimbangan beban
Terima Kasih
Drs. Ir. Sutikno, MT.
Arie Wardhono, MMT., MT., Ph.D
Berkat Cipta Zega, S.Pd., M.Eng.