Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


I.1 Definisi / deskripsi kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (hidayat, 2009).
Pemberian oksigen merupakan pemberian oksigen kedalam paru-
paru melalui saluran pernapasan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen kepada klien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui
kateter nasal, kenula nasal dan masker oksigen ( budyasih 2014).
I.2 Fisiologi system / fungsi normal system
System pernafasan berperan penting untuk mengatur pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan
oleh semua sel untuk udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua
sel untuk menghasilkan sumber nergy, adenosine triposfat (atp),
karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel secara metabolism aktif dan
membentuk asam, yang harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan
pertukaran gas, system kardiovaskuler dan system respirasi harus bekerja
sama. System kardiovaskuler bertanggung jawab untuk perfusi darah
melalui paru, sedangkan system pernafasan melakukan dua fungsi
terpisah ventilasi dan respirasi (elisabeth j. Corwin 2009).
Nares anterior adalah saluran-saluran dua lubang hidung. Saluran-
saluran itu bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum
(rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi lapisan selaput lender yang
sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring
dan dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk
kedalam rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan
dari dasar tengkorak sampai persambungan esopahgus pada ketinggian
tulang rawan terikoit. Maka letaknya di belakang hidung, dibelakang
mulut dan dibelakang laring. Laring (tengkorak) terletak di depan bagian
terendah faring yang memisahkan dari kolumna fertebra. Laring terdiri
dari lapisan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroit dan
disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal jakun.
Yaitu di depan leher. Trakea atau batang tenggorokan kira-kira 9cm
panjangnya. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran
tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama oleh
jaringan fibrosa. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri dari
epithalium berseliah dan sel cangkir. Trakea serfikalis yang berjalan
melalui leher, disilang oleh istmus kelenjer tiroid, yaitu belahan dari
kelenjer yang melingkari sisi-sisi trakea. Bronkus mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Brinkus
kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri, sedikit lebih
tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang
disebut bronkus lobus atas cabang kedua timbul setelah cabang utama
lewat bawa arteri di sebut bronkus lobus bawa (pearce, 2002).
I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami
gangguan oksigenasi menurut nanda (2011), yaitu hiperventilasi,
hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas,
penurunan energy atau kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskolokeletal, kerusakan kognitif atau persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.
I.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system
Menurut herdma, L Heather (2014), diagnosa keperawatan yang
lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di antaranya:
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Penurunan curah jantung
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan
II.1 Pengkajian
Nama : An. L
Umur : 18 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
II.1.1 Riwayat keperawatan
1) klien mengalami gangguan pernafasan
2) klien berumur 18 tahun
II.1.2 Pemeriksaan fisik : data fokus
a. Mata
Konjungtiva pucat (karena anemia)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernapasan
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing,
friction rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1) Pernapasan normal (eupnea)
2) Pernapasan cepat (tacypnea)
3) Pernapasan lambat (bradypnea)
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
II.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : ketidakefektifan pola nafas b/d sindrom hipoventilasi
II.2.1 Definisi
Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
2.2.2 Batasan karakteristik
Perubahan kedalaman pernapasan, perubahan ekskursi dada,
pengambilan posisi tiga titik, bradipnea, penurunan tekanan
ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi
semenit, penurunan kapasitas vital dyspnea, peningkatan diameter
anterior-posterior, pernapasan cuping hidung, ortopnea, fase
ekspirasi memanjang, pernapasan bibir, takipnea, penggunaan otot
aksesorius untuk bernafas
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Ansietas, posisi tubuh, deformitas tulang, derfomitas dinding dada,
posisi tubuh, keletihan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi,
gangguan musculoskletal, kerusakan neurologis, imaturitas
neurologi, disfungsi neuromuscular, obesitas, nyeri, keletihan otot
pernapasan, cedera medulla spinalis.
Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas b/d ventilasi-perfusi
Domain 3 : eliminasi dan pertukaran
Kelas 4 : fungsi pernapasan
2.2.4 Defenisi
Kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alvcolar-kapiler.
2.2.5 Batasan karakteristik
Ph darah arteri abnormal, ph arteri abnormal, pernapasan abnormal
(mis, kecepatan, irama, kedalaman), konfusi, sianosis (pada
neonates saja). Penurunan karbondioksida, diaphoresis, dyspnea,
sakit kepala saat bangun, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia,
iritabilitas, napas cuping hidung, gelisa somnolen, takikardi,
gangguan penglihatan .
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Perubahan membrane alvcolar-kapiler, ventilasi-perfusi
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : ketidakefektifan pola nafas
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. respiratory status : airway paency
a) menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas frekuensi nafas dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal).
b) Tanda-tanda vital dalam rentan normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan).
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Airway management
- monitor respirasi dan status o2
- posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Auskulasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Kolaborasi emberian deuretik
Diagnosa 2 : gangguan pertukaran gas b/d ventilasi perfusi
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
a. Respiratory status : gas exchange, dengan kriteria hasil :
- mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat.
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Anda mungkin juga menyukai